Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehidupan manusia semakin berkembang dan akan semakin banyak dihadapkan


pada berbagai macam jenis kebutuhan, baik kebutuhan yang bersifat primer, sekunder
maupun tersier. Diantara kebutuhan tersebut, kebutuhan yang paling penting yaitu
kebutuhan primer.Kebutuhan primer mencakup kebutuhan yang bersifat vital seperti air
minum.Dengan demikian semakin meningkatnya kebutuhan air minum yang memenuhi
syarat kesehatan akan mengakibatkan peranan pelayanan Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) menjadi sangat penting. Air merupakan kebutuhan paling penting dan sudah
menjadi barang publik (Public goods) dan juga merupakan bagian terpenting dalam
menjamin keberlangsungan kehidupan manusia sejak di ciptakan.Diketahui tubuh manusia
mengandung 60% unsur air.Pakar kesehatan telah menganjurkan minimal 2 liter air harus
di minum setiap hari agar dapat membantu menjaga fungsi ginjal.Kebersihan tanpa air sulit
diciptakan, dengan demikian air merupakan suatu kebutuhan pokok bagi mesyarakat,
serta merupakan suatu elemen yang terpenting bagi kehidupan manusia.

Bumi merupakan planet yang mempunyai permukaan sebesar 70% tertutup air,
dengan kondisi seperti itu bumi mempunyai sebutan “planet air”.Namun, sebagian besar
air dibumi merupakan air asin dan hanya sekitar 25% saja merupakan air tawar.Air tawar
yang hanya bias di konsumsi hanya 1%, sedangkan sisanya merupakan air tanah yang
dalan atau berupa es di daerah kutub (Jurnal pengelolaan air bersih di saat kritis, 2014)

Permasalahan air bersih tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal.Pertama sikap


masyarakat terhadap air, di mana di Indonesia air dieksploitasi secara berlebih.Air
dimanfaatkan seolah-olah berlimpah dan merupakan barang bebas.Padahal dengan
semakin terbatasnya jumlah air, maka hokum ekonomi berlaku dimana air merupakan
benda ekonomis.Kedua, kondisi wilayah geografis Indonesia mempunyai yang wilayah
yang memiliki banyak garis pantai, di mana air sumur tidak bias di rekomendasikan lagi
untuk keperluan rumah tangga, terutama untuk aktivitas memasak karena adanya abrasi
pantai laut dan bentuk pencemaran lainnya (JJ. Amstrong Sembiring, 2014). Ketiga,
pertumbuhan penduduk yang cukup pesat serta perkembangan wilayah dan industry yang
cukup pesat.Masyarakat dan indsutri perkotaan inilah yang termasuk boros air (Jurnal
pengelolaan air bersih di saat kritis, 2014).

Di Indonesia, pengelolaan peyediaan air minum dilakukan oleh PDAMsebagai


penyelenggara utama pelayanan air minum. Hal ini merupakan konsekuensi dari fungsi air
di Indonesia. Air dipandang sebagai, Pertama, air merupakan bagiandari hak-hak asasi
manusia yang mengandung suatu nilai universal, dimana kebutuhan tersebut tidak boleh
dilimitasi, dieleminir sebagian dan atau seluruhnya, dan kebutuhan tersebut juga sudah
menjadi hak konstitusional setiap warga negara. Kedua, air merupakan cabang-cabang
produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak dan harus menjadi tanggung jawab
pemerintah.(JJ.Amstrong 2004).Oleh karena air di pandang sebagai cabang produsksi
yang yang menguasai hidup orang banyak. Maka air harus di kuasai negara, termasuk
Perusahaan Daerah Air Minum selanjutnya disebut PDAM dalam artian, sebagaimana juga
yang telah diamanatkan di dalam pasal ayat 33 ayat 2 UUD 1945 yang bukan saja berlaku
untuk Republik Indonesia, tetapi juga berlaku di banyak negara, termasuk negara-negara
yang sudah maju, seperti halnya di Amerika dan Eropa (JJ. Amstrong sembiring, 2004).

PDAM Kota Ternate sebagai satu-satunya perusahaan penyedia air bersih di Kota
Ternate.Pada tahun 2010 telah melayani 15.551 Sambungan Rumah dan 7 Hidran Umum.
Jikaperhitungan rata-rata untuk 1 KK adalah 6 orang dan 1 HU melayani 100 orang
(standarPU Cipta Karya, Tahun 1998 untuk Kota Sedang), maka dari tabel diatas dapat
diketahuibahwa dari jumlah penduduk Kota Ternate Tahun 2010 sebesar 185.655 jiwa,
terdapat94.004 jiwa atau 50,60 % telah dilayani PDAM. Dimana seluruhnya terdapat di
PulauTernate. Sisanya sebesar 91.649 jiwa atau 49,4% yang tersebar di kawasan
permukimandi pulau Ternate serta pulau Hiri, Moti danBatang Dua masih menggunakan
Sumur Gali,Penampungan Air Hujan dan mata air.Kebutuhan ideal air bersih adalah 60 -
220 liter/orang/hari dengan cakupan pelayanan55% - 75% (Pelayanan Minimal untuk
Permukiman dari Keputusan Menteri Permukimandan Prasarana Wilayah No.
534/KPTS/M/2001). Kenyataannya berbeda tingkat konsumsiair bersih disuatu
daerah.Kebutuhan air bersih untuk masyarakat perkotaan tentuberbeda dengan
masyarakat diluar perkotaan.Dengan demikian maka tingkat konsumsiair di Kota Ternate
dibedakan antara masyarakat di pulau Ternate yang berkarakterperkotaan dan masyarakat
di pulau-pulau yang berkarakter diluar perkotaan/perdesaan.Hal ini berkaitan dengan pola
hidup yang berbeda antara masyarakat perkotaan dan yangberkarakter
perdesaan.Dengan demikian maka kebutuhan air bersih yang direncanakandi kawasan
perkotaan (pulauTernate) diasumsikan 120 liter/orang/hari dan diluarperkotaan (pulau Hiri,
Batang Dua dan Moti) diasumsikan 60 liter/orang/hari.

Pada tahun 2010 PDAM Kota Ternate memiliki kapasitas sumber air bakusebesar
380ltr/det yang terdiri dari beberapa sumur dalam dan mata air. Kapasitas produksi
sebesar272,94 ltr/det. Melihat hasil analisa kebutuhan air bersih hingga akhir tahun
perencanaan 2031, maka untuk memenuhi kebutuhan air bersih permukiman, fasilitas
umum dan socialmaka diperlukan penambahan sumber air baku baik yang berasal dari
sumur dalam,sumur dangkal, mata air maupun sumber air baku lainnya seperti danau
Laguna dikelurahan Ngade.

Tuntutan untuk mendapatkan pelayanan yang bermutu dan nyaman semakin


meningkat sesuai dengan meningkatnya kesadaran masyarakat.Untuk itu pelayanan yang
diberikan harus memperhatikan kualitas yang dapat memberikan kepuasan bagi
konsumennya.Berikut ini akan diuraikan berbagai kasus yang ada di PDAM Kota Ternate
sehubungan dengan kualitas pelayanannya sudah sejak dua tahun ini pelayanan
Perusahaan Air Minum (PDAM) Kota Ternate tidak memuaskan, karena dari beberapa
keluhan warga terhadap pelayanan air bersih masih terus terungkap dan pengaduan baik
persurat maupun telpon tidak direspon PDAM sebagai mana mestinya. Selain itu juga,
belum ada langkah-langkah dari PDAM Kota Ternate untuk memperbaiki kualitas
pelayanan tersebut.

Berikut adalah beberapa contoh kasus yang membuktikan bahwa pelayanan


PDAM Kota Ternate memang tidak memuaskan: Pertama, masalah air bersih di kota
Ternate ternyata sudah sampai pada tahap kritis. Ini diakui langsung Direktur Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) Kota Ternate Syaiful Djafar, saat di temui Malut Post di gedung
DPRD Kota Ternate. Untuk mengatasi masalah krisis air bersih saat ini, Syaiful mengaku,
solusinya adalah sumber air pengganti untuk sumuryang selama ini digunakan PDAM
telah kering dan hal itu membutuhkan anggaran yang besar serta waktu yang tidak
sebentar (Malut Post, 01 februari 2016).

Kedua, mengeringnya sumber mata air atau yang disebut dengan nama Ake Gaale.
Ake Gaale merupakan sumber utama air bersih yang berjarak kurang lebih 300 meter dari
bibir pantai kelurahan sangaji kecamatan ternate utara.Diduga, mengeringnya Ake Gaale
ini karena adanya eksploitasi PDAM.Dimana, PDAM terus mengambil air dengan tidak
mempedulikan dampak yang ditimbulkan nanti.Tidak hanya Ake Gaale yang kering, sumur
milik warga juga ikut mengering.Jika ada, airnya rasanya telah bercampur dengan air
garam.Permasalahan ini tentunya sangat berdampak buruk pada masyarakat.Selain, tidak
mendapatkan air bersih akibat dari Ake Gaale yang sekarang menjadi kering, kotor, dan
memunculkan bau yang tidak sedap. Serta, genangan air yang akan memunculkan jentik-
jentik nyamuk yang mengakibatkan masyarakat setempat terkena penyakit malaria atapun
demam berdarah.

Ketiga, baru-baru ini masyarakat kecamatan ternate utara dikejutkan dengan


berubahnya rasa air menjadi bersalobar (air tawar dan air asin bercampur) dari PDAM.Air
tawar yang bercampur dengan air asin bukan merupakan air yang bersih lagi dan tidak
layak untuk dikonsumsi.Warga mengaku sakit akibat mengonsumsi air salobar dari
PDAM.Salah satunya diungkap Ridwan, warga kelurahan Tabam kecamatan Ternate
utara. “akibat air salobar, ada sebagian warga yang sudah terjangkit tekanan darah tinggi
dan gatal-gatal”. Bahkan, ini juga diakui Kepala Dinas Kesehatan Nurbaity
Radjabessy.Saat ditemui Malut Post, dikantor Walikota,Nurbaity mengukapkan bahwa air
yang disalurkan ke Ternate utara memang tidak layak dikonsumsi. “sesuai hasil uji
laboraturium dari dinas kesehatan, air rasa salobar (air tawan bercampur air asin,red) tidak
layak dikonsumsi. Jika digunakan untuk mandi bisa saja, tetapi jika digunakan untuk
minum, selain menimbulkan tekanandarah tinggi akan menimbulkan penyakit lainnya.
Maysarakat kecamatan kotaTernate utara yang menggelar aksi besar-besaran di depan
kantor PDAM Ternate, yakni pelayanan air bersih dari PDAM yang selama ini masih dinilai
buruk dan belum diperbaiki, terutama yang terkait dengan air asin masih dikonsumsi
masyarakat. Masyarakat menuntut bahwa: PDAM secepatnya normalisasi air bersih dan
tidak tercemar, PDAM secepatnya tutup perusahan Ino Ake yang diduga menjadi ajang
bisnis oleh Pemerintah kota Ternate, Penghijauan di sekitar Ake Gaale, hentikan tagihan
air sampai air kembali normal dan meminta walikota untuk mencopot Direktur PDAM kota
Ternate (Malut Post, 05 April 2016).

Keempat, tidak hanya masyarakat kecamatan Ternate utara, Masyarakat kecamatan


ternate tengah dan selatan yang berada diarea ketinggian juga mengalami masalah dalam
memperoleh pelayanan air bersih dari PDAM. Seperti, Kelurahan Jati, Serta Kelurahan
Tanah Tinggi bagian barat dalam proses penyediaan air selama ini mengalami masalah,
yaitu: sistem distribusi tidak mampu memenuhi kebutuhan seluruh pelanggan; yang dapat
dilihat dari pasokan air tidak maksimal dalam 24 jam. Bahkan menurut survey sementara
yang telah dilakukan, PDAM hanya mengalirkan air dalam 3 hari sekali dalam satu minggu,
dan lama waktu pengaliran maksimal hanya 3-4 jam. Debit pengambilan dari sumber air
baku tidak bisa maksimal sehingga tidak mampu mencukupi kebutuhan pelanggan
(Ardiyansyah, 2012:211). Sama halnya dengan Kelurahan Soa bagian Barat dan
Kelurahan Moya.Selain berada didaerah dataran tinggi didaerah ini merupakan jenis tanah
cadas, sehingga untuk membuat sumur agak sulit karena harus menggali tanah sampai
dengan kedalaman 11m dari permukaan tanah.Tetapi dikarenakan distribusi air PDAM
tidak lancar, maka masyarakat Kelurahan Soa bagian barat dan kelurahan Moya ini
sering kekurangan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Air mengalir biasanya pada
waktu malam hari sekitar jam 01.00 WIT sampai jam 03.00 WIT, dan air terkadang
mengalir 7 hari dalam satu bulan juga pada jam-jam tertentu saja. Untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari masyarakat kelurahan Moya ini harus membeli air dari tangkitangki
dengan harga Rp 80.000 per 1200 liter, selain itu juga ada masyarakat yang membuat
sumber-sumber air lainnya seperti sumur gali, tandon untuk menampung air sebanyak-
banyaknya pada waktu air PDAM mengalir dan untuk menampung air PDAM yang
memakai mobil-mobil tangki. Untuk itu, PDAM diharapkan mampu menjawab tuntutan
pelayanan warga masyarakat, baik masyarakat Kecamatan Ternate utara yang
mengkonsumsi air tawar yang bercampur dengan air asin dan Kecamatan Ternate selatan
yang berdomosili diarea ketinggian dalam Kota Ternate sebagai program prioritas,
khususnya dalam menjangkau kebutuhan air bersih.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dengan telah dibahasnya berbagai
kasus penyediaan layanan air bersih yang terjadi di kota Ternate diatas, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul “Analisis distribusii
pengelolaan Air Bersih (PDAM) Kota Ternate”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang penelitian diatas, maka dapat dirumuskan
masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana sistem distribusi dan pengelolaan air bersih di Kota Ternate?


2. Berapa besar tingkat kehilangan air di PDAM Kota Ternate, serta bagaimana
upaya menurunkannya

1.3 Tujuan Penelitian


Penentuan tujuan penelitian diperlukan agar penelitian yang dilakukan mempunyai
arah yang jelas dan sistematis. Tujuan Penelitian dari penelitian ini adalah untuk :

1. Untuk mengetahui sistem distribusi dan pengelolaan air bersih di Kota ternate
2. Untuk mengetahui berapa besar tingkat kehilangan air di PDAM Kota Ternate,
serta bagaimana upaya menurunkannya.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran dan


masukan kepada pemerintah Kota Ternate terhadap pelayanan Air Bersih diPDAM
untuk selanjutnya dapat dijalankan secara baik dan maksimal.
2. Bahan informasi bagi Pemerintah kota Ternate dan masyarakat dalam
meningkatkandan memperbaiki sistem pengelolaan air bersih di Kota Ternate.

Anda mungkin juga menyukai