Hery Listyawati**
Abstract Abstrak
PP 20/2006 on Irrigation opens opportunity Berlakunya PP No. 20 Tahun 2006 tentang
for farmers to determine the type of Irigasi memberi peluang kepada petani
their agricultural business. However, dalam menetukan jenis usaha pertanian.
diversification of agriculture gives rise Diversifikasi pertanian berdampak pada
to conflict of interests in the utilisation of terjadinya konflik kepentingan dalam
irrigational water resources. Inadequate pemanfaatan sumber daya air untuk irigasi.
regulation, supervision, and control of Ta n p a p e n g a t u r a n , p e n g a w a s a n , d a n
water resources would result to conflicts, pengendalian yang baik akan muncul
particularly in Minggir District, Sleman konflik dalam pemanfaatan sumber daya
Regency. air, khususnya di Kecamatan Minggir,
Kabupaten Sleman.
A. Latar Belakang Masalah irigasi. Sebagai tindak lanjut dari UUPA dan
Pemanfaatan sumber daya air dapat UUSDA, maka pemerintah mengeluarkan
dilakukan hampir pada semua lini kehidupan Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006
manusia baik untuk keperluan hidup sehari- tentang Irigasi.
hari maupun untuk usaha yang menggunakan Berdasarkan pada PP Irigasi tersebut,
bahan dasar air atau sebagai penunjang, irigasi berfungsi untuk mendukung produk-
termasuk usaha di bidang pertanian. Pasal 8 tivitas usaha tani guna meningkatkan pro-
UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan dasar duksi pertanian dalam rangka ketahanan
Pokok-Pokok Agraria (UUPA) menyatakan pangan nasional dan kesejahteraan masya-
pengambilan kekayaan alam, termasuk air, rakat, khususnya petani, yang diwujudkan
harus diatur dengan peraturan perundangan. melalui keberlanjutan irigasi. Mengacu
Pasal 41 UU No. 7 Tahun 2004 tentang pada PP tersebut, petani mempunyai
Sumber Daya Air (UUSDA) disebutkan keleluasaan untuk melakukan usaha tani
bahwa pemenuhan air baku untuk pertanian yang menghasilkan keuntungan finansial
dilakukan dengan pengembangan sistem yang paling tinggi. Konsekuensi dari adanya
∗
Hasil Penelitian Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Tahun 2010.
∗∗
Dosen Bagian Hukum Agraria Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
(e-mail: liliso12@yahoo.com).
521 MIMBAR HUKUMListyawati,
Volume 23,Konflik
Nomor Pemanfaatan
3, Oktober 2011,
SumberHalaman
Daya Air
431untuk
- 645
Irigasi 521
kebebasan dalam menentukan jenis usaha sebagai sentra pengembangan udang galah,
tani ini memberikan kontribusi terjadinya disamping jenis ikan lain seperti ikan mas,
konflik kepentingan dalam pemanfaatan bawal, kakap, wader, dan lain-lain. Dari
sumber daya air, seperti yang terjadi di produksi udang galah yang dihasilkan
Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman. di Kabupaten Sleman sebanyak 245.650
Dalam hal pemanfaatan sumber daya kg di tahun 2006, sebanyak 196.200 kg
air untuk irigasi, Kecamatan Minggir dihasilkan oleh petani ikan di Kecamatan
mendapatkan oncoran dari daerah irigasi Minggir. Keberhasilan Kecamatan Minggir
Van der Wijck. Semula irigasi ini dirancang dalam bidang perikanan ini telah mendapat
khusus untuk memenuhi keperluan irigasi penghargaan dari Departemen Pariwisata
pertanian tanaman pangan, akan tetapi pada tahun 2008, dan ditetapkan sebagai
lama kelamaan dikembangkan juga usaha daerah wisata kuliner di Indonesia. Atas
perikanan tambak di daerah itu.1 Budidaya keberhasilan ini, maka banyak investor-
perikanan tambak air tawar di daerah irigasi investor modal besar dari daerah lain yang
Van der Wick berkembang pesat sejak tahun berdatangan untuk mengembangkan usaha
1990-an. Hal ini tampak dari luas lahan perikanan di Kecamatan Minggir, baik
dan produksi ikan serta jumlah petani yang mengembangkan usaha sendiri maupun
meningkat dari tahun ke tahun. Dari data dengan sistem plasma.
yang diperoleh dari BPS tahun 2006, luas Keberhasilan bidang perikanan disatu
lahan untuk ikan darat terutama kolan ikan sisi, memunculkan fenomena konflik di sisi
di daerah irigasi Van der Wijck mencapai lain. Fenomena konflik ini terjadi di Ke-
17.168 ha. Jumlah produksi ikan juga terus camatan Minggir antara petani ikan dengan
mengalami peningkatan. Pada tahun 2004 petani tanaman pangan yang dipicu oleh
produksi ikan di Sleman mencapai 4.355,20 peningkatan permintaan dan pemanfaatan
ton, tahun berikutnya meningkat menjadi air untuk keperluan keramba dan tambak,
5.275,80 ton, dan pada tahun 2006 menjadi sehingga menyebabkan persaingan antar
6.458,39 ton. Mengingat begitu besarnya pengguna air yang pada akhirnya menda-
peluang dan potensi perikanan di wilayah tangkan krisis, baik dari segi kuantitas mau-
Sleman, maka pada pada tahun 2007 terdapat pun kualitas air irigasi sehingga mengancam
305 kelompok pembudidaya ikan dengan kelangsungan beririgasi itu sendiri.2
jumlah anggota sebanyak 8.409 orang.
Atas keberhasilan tersebut maka peme- B. Perumusan Masalah
rintah Provinsi DIY menunjuk Kecamatan Berdasarkan pada latar belakang
Minggir yang merupakan bagian dari tersebut di atas, maka permasalahan yang
oncoran daerah irigasi Van der Wijck dikaji dalam penelitian ini adalah:
1
Sukarjo, 2007, Keandalan Debit Van der Wijck melalui Pendekatan Optimalisasi Pemanfaatan Air, Tesis,
Program Studi Teknik Pertanian, Bidang Ilmu-Ilmu Pertanian, Program Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta, hlm.1.
2
Ibid., hlm. 2-3.
522 MIMBAR HUKUMListyawati,
Volume 23,Konflik
Nomor Pemanfaatan
3, Oktober 2011,
SumberHalaman
Daya Air
431untuk
- 645
Irigasi 522
1. Faktor-faktor apa sajakah yang me- Sendang Pitu; Kepala Kantor Pengamatan
nyebabkan terjadinya konflik peman- Pucang Anom; Kepala Kantor Balai Besar
faatan sumber daya air untuk irigasi Wilayah Sungai Serayu Opak; Kepala Dinas
di Kecamatan Minggir, Kabupaten P3BA Kabupaten Sleman; Kepala Kantor
Sleman? Balai Besar Progo Opak Oya; dan Akademisi
2. Bagaimanakah pola penyelesaian dalam Fakultas Teknologi Pertanian UGM. Data
mengatasi konflik tersebut? primer dan sekunder yang diperoleh dari
penelitian lapangan dan kepustakaan
C. Metode Penelitian dianalisis dengan metode deduktif induktif.
Penelitian ini merupakan penelitian
yuridis empiris, dan bersifat deskriptif D. Hasil Penelitian dan Pembahasan
kualitatif, dengan menggunakan data 1. Faktor-Fakor Penyebab Konflik
primer dan data sekunder yang berasal dari a) Faktor Pengaturan
penelitian lapangan dan kepustakaan. Data Hak guna usaha air adalah hak yang
primer berasal dari penelitian lapangan semata-mata lahir dari izin yang diberikan
dengan lokasi di Kecamatan Minggir Ka- oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah,
bupaten Sleman, dengan alasan di wilayah dan sebagai izin maka terikat oleh kaidah-
tersebut terdapat konflik pengelolaan sumber kaidah perizinan, termasuk di dalamnya
daya air untuk irigasi antara petani tanaman ketetuan-ketentuan tentang persyaratan
pangan dengan petani tambak. Data primer perizinan dan alasan-alasan yang me-
dkumpulkan melalui wawancara dengan nyebabkan izin dapat dicabut oleh pemberi
alat pedoman wawancara yang dibuat secara izin. Pemberi izin mempunyai hak peng-
semi structure dan angket dengan alat awasan dan pengendalian atas izin yang
daftar pertanyaan, sedangan data sekunder diberikan, bahkan dilain pihak pengawasan
dikumpulkan dengan metode dokumentasi juga dapat dilakukan oleh masyarakat
dengan alat studi dokumen. sebagai salah satu bentuk dari partisipasi
Sampel penelitian ini adalah petani yang masyarakat. Disini terlihat ambiguitas dari
memanfaatkan sumberdaya air untuk irigasi hak guna usaha air. Di satu sisi merupakan
sebanyak 11 orang. Cara pengambilan sampel perwujudan dari “hak”, namun disisi
dengan menggunakan teknik non random lain merupakan “izin”. Meskipun pada
sampling,3 yang terdiri dari para ketua hakekatnya “izin” dapat menimbulkan
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) yang “hak”, akan tetapi mempunyai ciri-ciri
tergabung dalam forum koordinasi Van der yang berbeda. Hak dalam kaitannya dengan
Wijck Sendang Pitu, dengan rincian 8 orang hak keagrariaan seperti hak atas tanah
petani tanaman pangan dan 3 orang petani merupakan hak kebendaan, sedangkan hak
tambak, sedangkan narasumber terdiri atas keagrariaan yang lahir selain dari hak atas
Kepala Dinas Pengairan Kabupaten Sleman; tanah merupakan hak perorangan yang lahir
Ketua Forum Komunikasi Van der Wijck dari mekanisme perizinan.
3 Winarno Surakhmad, 1970, Pengantar Penelitian Ilmiah, Tarsito, Bandung, hlm. 94.
523 MIMBAR HUKUMListyawati,
Volume 23,Konflik
Nomor Pemanfaatan
3, Oktober 2011,
SumberHalaman
Daya Air
431untuk
- 645
Irigasi 523
Dengan demikian “hak” itu dapat Hak dan kewajiban subyek hak guna
beralih dan dialihkan, dapat dijadikan usaha air menjadi tidak jelas manakala
jaminan hutang dengan dibebani hak dalam peraturan tidak dijelaskan secara
tanggungan, dan harus didaftarkan untuk tegas tentang makna “usaha pertanian”.
menjamin kepastian hukum subyek dan Dalam hal ini interpretasi atau penafsiran
obyeknya. Sedangkan “hak guna usaha air”, diperlukan untuk memberi penjelasan yang
seperti halnya “izin”, tidak dapat disewakan gamblang mengenai teks dalam perundang-
atau dipindah tangankan, sebagian atau undangan agar ruang lingkup kaidah dapat
seluruhnya (Pasal 7 ayat (2) UUSDA), ditetapkan sehubungan dengan peristiwa
kewenangannya sesuai dengan izin yang tertentu. Ada berbagai metode interpretasi,
diberikan, tidak harus didaftarkan, sehingga akan tetapi dalam kasus ini penulis memilih
walaupun disebut dengan istilah “hak” akan menggunakan interpretasi sistematis atau
tetapi jiwanya adalah “izin”.4 logis. Metode ini dilakukan dengan cara
Dalam PP No. 20 Tahun 2006 tentang menafsirkan undang-undang sebagai
Irigasi Pasal 1 angka 27 disebutkan bahwa bagian dari keseluruhan sistem perundang-
hak guna usaha air untuk irigasi adalah hak undangan dengan jalan menghubungkannya
untuk memperoleh dan mengusahakan air dengan undang-undang lain.5
dari sumber air untuk kepentingan peng- Melalui penafsiran sistematis atau
usahaan pertanian. Pengusahaan pertanian logis, makna “usaha” dapat dirujuk pada
adalah di luar pertanian rakyat, sedangkan UU No. 3 Tahun 1982 tentang Wajib
pertanian rakyat adalah budi daya pertanian Daftar Perusahaan. Pasal 1 d menyatakan
yang meliputi berbagai komoditi, yaitu bahwa, “Usaha adalah setiap tindakan
pertanian tanaman pangan, perikanan, perbuatan atau kegiatan apapun dalam
peternakan, perkebunan dan kehutanan yang bidang perekonomian, yang dilakukan oleh
dikelola oleh rakyat dengan luas tertentu setiap pengusaha untuk tujuan memperoleh
yang kebutuhan airnya tidak lebih dari 2 liter/ keuntungan atau laba.” Selanjutnya, yang
detik. Untuk memenuhi kebutuhan debit disebut “pengusaha” adalah “setiap orang
lebih dari 2 liter/detik biasanya memerlukan atau persekutuan atau badan hukum yang
sistem irigasi baru atau peningkatan menjalankan sesuatu jenis perusahaan.”
sistem irigasi yang sudah ada. Menurut UU No. 8 Tahun 1997 tentang Dokumen
Murtiningrum, dosen Fakultas Teknologi Perusahaan, Pasal 1 ayat (1) menyebutkan
Pertanian UGM Yogyakarta, kebutuhan debit bahwa, “Perusahaan adalah setiap bentuk
air untuk usaha tambak sangat mungkin di usaha yang melakukan kegiatan secara
atas 2 liter/detik. Kebutuhan ini sekitar 4-5 tetap dan terus menerus dengan tujuan
kali kebutuhan air untuk pertanian tanaman memperoleh keuntungan dan atau laba, baik
pangan pada umumnya. yang diselenggarakan oleh orang-perorang-
4
Maria S.W. Sumardjono, “Persandingan Isi Kewenangan Hak Atas Tanah dan Ijin Pemanfaatan Sumber
Daya Alam Non Tanah”, Makalah, Forum Diskusi Lembaga Penelitian Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta,
12 September 2009.
5
Sudikno Mertokusumo, 2003, Mengenal Hukum: Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, hlm. 168-172.
524 MIMBAR HUKUMListyawati,
Volume 23,Konflik
Nomor Pemanfaatan
3, Oktober 2011,
SumberHalaman
Daya Air
431untuk
- 645
Irigasi 524
an maupun badan usaha yang berbentuk menyebutkan bahwa perorangan atau badan
badan hukum atau bukan badan hukum, hukum yang melakukan usaha budi daya
yang didirikan dan berkedudukan di wilayah tanaman tertentu di atas skala tertentu wajib
Negara Kesatuan Republik Indonesia.” memiliki izin dengan memperhatikan aspek
“Pertanian” mengandung makna proses ekonomi, sosial, budaya, sumber daya alam,
menghasilkan bahan pangan, ternak, serta lingkungan hidup, dan kepentingan strategis
produk-produk agroindustri dengan cara lainnya. Dari hasil penemuan hukum
memanfaatkan sumber daya tumbuhan dan berasarkan penafsiran sistematis logis dan
hewan yang disebut budi daya. Untuk budi analogi ini, dapat disimpulkan bahwa para
daya tanaman disebut cultivation, untuk pengusaha tambak di lokasi penelitian
budi daya hewan disebut raising. Dengan merupakan subyek hak guna usaha air untuk
demikian, “petani” adalah orang yang irigasi yang perolehannya harus melalui
melakukan budi daya pertanian. Menurut sistem perizinan dalam bentuk keputusan
UU No. 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan- bupati/walikota atau gubernur atau menteri
ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan sesuai kewenangannya.
Hewan, Pasal 9 ayat (3) disebutkan bahwa Sebelum mengantongi hak guna usaha
“perusahaan peternakan ialah peternakan air untuk irigasi, terlebih dahulu pengusaha/
yang diselenggarakan dalam bentuk suatu pengembang harus mengajukan permohonan
perusahaan secara komersiil”. Berdasarkan “izin prinsip alokasi air” kepada menteri,
definisi ini, maka dapat dilakukan analogi gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
terhadap perusahaan pertanian, yang berarti kewenangannya.6 Izin prinsip alokasi air
pertanian yang diselenggarakan dalam memuat persyaratan antara lain, peruntukan,
bentuk suatu perusahaan secara komersiil. debit air, dan waktu pemberiannya. Pihak
Sehubungan dengan belum adanya UU yang berwenang dapat menolak atau me-
tentang sistem budi daya pertanian, maka nyetujui izin prinsip alokasi air berdasarkan
penulis menggunakan UU No. 12 Tahun hasil pengkajian dengan memperhatikan
1992 tentang Sistem Budi Daya Tanaman jo. ketersediaan air, kebutuhan air irigasi,
PP No. 18 Tahun 2010 tentang Budi Daya aspek lingkungan, dan kepentingan lainnya
Tanaman untuk melakukan analogi terhadap seperti kebutuhan pokok minimal sehari-
usaha budi daya pertanian yang di dalamnya hari, air minum, untuk pemadan kebakaran,
termasuk budi daya perikanan. Pasal 1 ayat dan untuk penanggulangan pencemaran air.
(1) PP No. 18 Tahun 2010 menyebut “Usaha Apabila permohonan izin prinsip alokasi air
budi daya tanaman adalah serangkaian disetujui maka akan ditetapkan menjadi hak
kegiatan pengembangan dan pemanfaatan guna usaha air. Setelah itu pengembang baru
sumber daya alam nabati melalui upaya dapat membangun sistem irigasi baru atau
manusia yang dengan modal, teknologi, dan melakukan peningkatan sistem irigasi yang
sumber daya lainnya menghasilkan barang sudah ada.
guna memenuhi kebutuhan manusia.” Pasal Hak guna usaha air untuk irigasi
48 ayat (1) dan (2) UU No. 12 Tahun 1992 diberikan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
6
Lihat Pasal 32 PP No. 20 Tahun 2006.
525 MIMBAR HUKUMListyawati,
Volume 23,Konflik
Nomor Pemanfaatan
3, Oktober 2011,
SumberHalaman
Daya Air
431untuk
- 645
Irigasi 525
dapat diperpanjang, dan setiap 5 (lima) tahun meliputi beberapa kementerian diantaran-
dievaluasi oleh pejabat yang berwenang nya Kementerian Pekerjaan Umum
untuk mengkaji ulang kesesuaian antara bagian Direktorat Jenderal Sumber Daya
hak guna usaha air untuk irigasi dengan Air (Direkorat Irigasi, Direktorat Bina
pengguna air dan ketersediaan air7. Hasil Pengelolaan SDA), Kementerian Dalam
evaluasi ini sebagai dasar untuk melanjutkan, Negeri bagian Direktorat Fasilitas Penataan
menyesuaikan atau mencabut hak guna Ruang dan Lingkungan dan Kementerian
usaha air untuk irigasi tersebut. Ketentuan Pertanian pada bagian Direktorat Jenderal
lebih lanjut mengenai tata cara pemberian Lahan dan Air khususnya pada bagian
izin untuk memperoleh hak guna usaha Direktorat Pemanfaatan Air Irigasi.
air untuk irigasi diatur dengan peraturan Pada tingkat daerah, kewenangan
menteri. Masalahnya peraturan menteri ini pengelolaan irigasi berada pada Pemeritah
sampai sekarang belum lahir. Demikian Propinsi melalui Dinas PU/Kimpraswil/
pula dalam Rancangan Peraturan Daerah SDA, Dinas Pertanian Tanaman Pangan.
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Hubungan kerja dalam pelaksanaan operasi
tahun 2008 tentang Irigasi Pasal 26 ayat (2) dan pemeliharaan irigasi oleh pemerintah
menyebutkan bahwa tatacara pemberian provinsi yaitu dengan melakukan serta
izin untuk memperoleh hak guna air untuk merencanakan operasi dan pemeliharaan
irigasi dilaksanakan berdasarkan peraturan jaringan irigasi primer dan sekunder.8
perundang-undangan yang berlaku. Akan Kewenangan ini dilakukan setelah mem-
tetapi peraturan perundangan yang dimaksud pertimbangkan usulan petani pemakai air
juga belum ada. tentang rencana tata tanam dan kebutuhan
b) Faktor Kelembagaan air. Secara singkat kewenangan instansi
Kelembagaan pemerintah yang men- yang menangani irigasi dapat dilihat pada
jadi pelaksana dalam hal irigasi air tabel berikut:9
7
Lihat Pasal 34 PP No. 20 Tahun 2006.
8
Pasal 7 Rancangan Peraturan Gubernur DIY tentang Kelembagaan Pengelolaan Irigasi.
9
Pemerintah Provinsi DIY Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah, 2009, Laporan Akhir, Studi Pengelolaan
Alokasi Air, Lokasi DAS Progo Hilir, Mencakup Sistem Kalibawang, Mataram dan Van der Wijck, Provinsi DIY,
hlm. 15.
526 MIMBAR HUKUMListyawati,
Volume 23,Konflik
Nomor Pemanfaatan
3, Oktober 2011,
SumberHalaman
Daya Air
431untuk
- 645
Irigasi 526
10
Lihat Pasal 75 dan 78 PP No. 20 Tahun 2006.
11
Wawancara dengan Sutimin, Ketua Forum Koordinasi Van der Wijck Sendang Pitu, tanggal 22 April 2010 di RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
528 MIMBAR HUKUMListyawati,
Volume 23,Konflik
Nomor Pemanfaatan
3, Oktober 2011,
SumberHalaman
Daya Air
431untuk
- 645
Irigasi 528
penghujan di mana air terasa berlimpah. tersier atau kuarter. Penggunaan air diluar
Peran aktif masyarakat dalam pemeliharaan ketentuan tersebut harus mendapat izin
dan pembiayaan jaringan irigasi juga masih dari pemerintah, pemerintah provinsi, atau
rendah, terutama petani hulu, sehingga pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan
merugikan petani hilir. Hal ini menyebabkan kewenangannya. Tindakan penyadapan
optimalisasi pemanfaatan air yang dilakukan tersebut dapat dipastikan tanpa izin yang
pemerintah dalam hal ini diwakilil oleh berwenang karena mengakibatkan debit air
Dinas Pengairan dalam bentuk optimalisasi untuk daerah irigasi di sekitarnya menjadi
luas kolam ikan, luas tanaman padi, palawija berkurang.
maupun tebu dan juga optimalisasi dalam Posisi pengusaha tambak yang lebih
bentuk pola tanam, intensitas tanam serta menguntungkan menjadikan mereka
keuntungan belum dapat dilaksanakan berperilaku sebagai “free rider”. Dalam
dengan baik.12 kaitannya dengan sumber daya alam CPR,
“free riders, are those who consume more
3. Faktor Perilaku Petani/Pengusaha than their fair share of a public resource,
Tambak or when it leads to the excessive use of a
Hasil penelitian lapangan menunjuk- common property resources.”14 Dengan
kan upaya-upaya petani dan pengusaha demikian dalam mengusahakan sumber
tambak dalam memenuhi kebutuhan air daya air untuk kepentingan irigasi mereka,
untuk tambaknya secara tidak sehat, misal- para free rider ini mengkonsumsi air
nya dengan menaikkan permukaan air melebihi dari apa yang seharusnya dia
pada pintu bendung dengan menggunakan dapat secara adil. Mereka cenderung boros
bahan tidak permanen seperti tanah atau dan tidak peduli terhadap pihak lain yang
lumpur, bahkan ada yang menggunakan memerlukannya. Sebagai contoh, kelebihan
bahan permanen sehingga sulit untuk air atau out put air dari kolam seharusnya
dilakukan pengerukan. Usaha lain yang dikembalikan lagi ke saluran irigasi agar
lebih ekstrem adalah ditemukannya pipa- dapat dimanfaatkan oleh pihak lain, akan
pipa pralon dengan ukuran skitar 4-6 inci tetapi kenyataannya kelebihan air dari
pada saluran irigasi sekunder menuju kolam langsung dibuang ke sungai. Seorang
lahan pertambakan.13 Tentu saja ini dapat free rider ini juga tidak segan-segan
dikatakan sebagai tindakan penyadapan memberikan sesuatu kepada oknum aparat
karena melanggar PP No. 20 Tahun 2006 guna memperoleh perlakuan istimewa dalam
tentang Irigasi Pasal 44 yang menyatakan memperoleh air untuk irigasi tambaknya,
bahwa petani pemakai air hanya boleh sehingga dia dapat mengakses langsung dari
menggunakan air irigasi dari saluran saluran primer atau sekunder.15
12
Wawancara dengan Murtiningrum di Fakultas Teknologi Pertanian UGM, 2 November 2009.
13
Penelitian lapangan yang dilakukan di lokasi penelitian, di saluran sekunder Kergan yang mengairi lahan
desa Sendang Sari, Sendang Mulya,dan Sendang Agung, bersama beberapa dosen dan 30 mahasiswa Fakultas
Teknologi Pertanian UGM, 5 Desember 2009.
14
Wikipedia, “Free Rider Problem”, http://en.wikipedia.org/wiki/Free_rider_problem, diakses 14 April 2010.
15
Wawancara dengan Abi Prabawa dan Sigit Supadmo di Fakultas Teknologi Pertanian UGM, 12 Oktober 2009.
529 MIMBAR HUKUMListyawati,
Volume 23,Konflik
Nomor Pemanfaatan
3, Oktober 2011,
SumberHalaman
Daya Air
431untuk
- 645
Irigasi 529
POO (Progo Opak Oya) dinas rider, boros dalam pemakaian air,
P3BA Kabupaten Sleman, dan kurang memiliki sense of belonging
Kantor Pengamatan Pucang Anom, terhadap saluran rigasi, banyak
maupun horizontal antar dinas yang belum bergaung dalam Forum
seperti Dinas Pertanian, Dinas Koordinasi Van der Wijck Sendang
Pariwisata, Dinas PU, serta Bappeda Pitu (4) pendanaan untuk OP irigasi
yang kurang baik. Koordinasi antara yang kurang mencukupi dan (5)
lembaga pemerintah dengan lemaga SDM pada instansi yang berwenang
masyarakat juga belum baik dengan yang kurang, baik kualitas maupun
belum terbentuknya Komite Irigasi kuantitasnya.
Provinsi maupun Kabupaten. 2. Pola pengelolaan konflik mengguna-
b. Faktor Non Hukum kan pola non litigasi yaitu perdamaian
Meliputi: (1) sarana dan prasarana dengan metode penyelesaain ke-
irigasi yang kurang baik karena masyarakatan (hukum adat) melalui
sudah banyak yang rusak karena tahap dialog, negosiasi, mediasi dan
faktor usia atau sengaja dirusak, arbitrasi melalui media komunikasi
(2) perilaku petani tanaman pangan Forum Koordinasi Van der Wijck
yang kurang memiliki sense of Sendang Pitu. Meskipun berbagai
belonging terhadap saluran rigasi, usaha sudah dilaksanakan, namun
kurang disiplin dalam mematuhi keberhasilan belum maksimal karena
pola tanam, boros dalam pemakaian tindak lanjut pemerintah kurang nyata,
air, tidak semua mau melaksanakan banyak petani/pengusaha tambak yang
operasional dan pemeliharaan (OP) belum menjadi anggota forum, law
dengan baik termasuk iuran tahun- enforcement lemah, pertemuan rutin
an, (3) perilaku petani/pengusaha dan kegiatan forum makin jarang
tambak yang sering sebagai free dilakukan, organisasi tidak berdaya.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku/Makalah/Dokumen Lain Sukarjo, 2007, Keandalan Debit Van der
Mertokusumo, Sudikno, 2003, Mengenal Wijck melalui Pendekatan Optimalisasi
Hukum: Suatu Pengantar, Liberty, Pemanfaatan Air, Tesis, Program
Yogyakarta. Studi Teknik Pertanian, Bidang Ilmu-
Pemerintah Provinsi DIY Dinas Pemukiman Ilmu Pertanian, Program Pasca-
dan Prasarana Wilayah, 2009, Laporan sarjana, Universitas Gadjah Mada,
Akhir, Studi Pengelolaan Alokasi Air, Yogyakarta.
Lokasi DAS Progo Hilir, Mencakup Sumardjono, Maria S.W., “Persandingan
Sistem Kalibawang, Mataram dan Van Isi Kewenangan Hak Atas Tanah dan
der Wijck, Provinsi DIY. Ijin Pemanfaatan Sumber Daya Alam
531 MIMBAR HUKUMListyawati,
Volume 23,Konflik
Nomor Pemanfaatan
3, Oktober 2011,
SumberHalaman
Daya Air
431untuk
- 645
Irigasi 531