PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami pengertian professional
2. Untuk memahami professional perawat
3. Untuk memahami konsep keperawatan kamar bedah
4. Untuk memahami konsep penerapan professional perawat dikamar bedah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Profesional
Profesional dapat diartikan sebagai memberi pelayanan sesuai dengan ilmu yang
dimiliki dan manusiawi serta utuh/penuh tanpa mementingkan kepentingan pribadi
melainkan mementingkan kepentingan klien serta menghargai klien sebagaimana
menghargai diri sendiri (Tawi, 2008).
Profesionalisasi merupakan proses dinamis, profesi yang sedang terbentuk
mengalami perubahan karakteristik dan meningkat menjadi
profesi. Proses profesionalisasi pada dasarnya adalah suatu proses pengakuan, dimana
pengakuan terhadap sesuatu yang dirasakan, dinilai dan diterima secara spontan oleh
masyarakat (Kustanto, 2004).
Profesionalisme dapat didefinisikan sebagai suatu pelaksanaan secara konsisten
didalam nilai-nilai utama dapat dilaksanakan dengan pelaksanaan kerja perawat
dengan profesional kesehatan lain untuk mencapai kesehatan secara optimal dan
kesejahteraan bagi pasien, keluarga, dan komunitas dengan menerapkan prinsip
alttruisme, keunggulan, kepedulian, etik, rasa hormat, komunikasi, dan akuntabilitas
AANC (2008). Fisher (2014), mengatakan bahwa suatu nilai profesional dapat
dibuktikan dari sikap yang dapat mempengaruhi suatu perilaku atau tindakan.
Schein dalam Pidarta (2005), profesional adalah seseorang yang memiliki ciri
antara lain: (1) bekerja dengen sepenuhnya disaat jam kerja; (2) pilihan kerja dimulai
dengan dasar motivasi yang kuat; (3) memiliki banyak pengetahuan ilmu dan
ketrampilan yang didapat melalui pendidikan dan pelatihan; (4) membuat wewenang
secara mandiri dalam menyelesaikan tugas untuk melayani klien; (5) bekerja
berdasarkan orientasi bukan kepentingan individualis; (6) pelayanan asuhan
bersadarkan standar pada kebutuhan klien; (7) memiliki kewenangan untuk
menyelesaikan masalah secara mandiri; (8) menjadi suatu organisasi profesional
sesudah memenuhi syarat dan kriteria; (9) memiliki kekuatan dan status untuk
menjadi peneliti ekspert dalam spesialisasinya; (10) keahlian dalam profesinya dapat
dikembangkan untuk mencari klien.
5. Keadilan sosial
Cara yang dapat ditunjukkan dengan menjunjung tinggi prinsip moral, legal,
dan kemanusiaan disaat melaksanakan tugas sebagai seorang perawat. Nilai
ini diterapkan seorang perawat agar tidak membedakkan pelayanan
keperawatan yang diberikan untuk klien. Seorang perawat diharapkan tidak
membedakkan klien berdasarkan ras, suku, budaya, negara, agama, warna
kulit maupun status sosial yang dimiliki klien. perawat harus memandang
bahwa semua pasien adalah manusia, sehingga memiliki hak yang sama untuk
dipenuhi kebutuhan dalam kesehatannya (AANC 2008).
Caring menurut Watson (1985 dalam Kozier, 2010), merupakan inti dari
keperawatan yang dapat digambarkan dalam sebuah kesatuan nilai-nilai
kemanusiaan yang universal (kebaikan, kepedulian, dan cinta terhadap diri
sendiri dan orang lain). Watson et al (2005 dalam Alligood & Tomey,
2006), menjelaskan caring sebagai moral ideal keperawatan keperawatan
yang dimiliki perawat dalam membina hubungan interpersonal dan nilai-
nilai kemanusian. Miller (1995, dalam Kozier, 2010), mendefinisikan
caring sebagai suatu tindakan yang disengaja yang membawa rasa aman
baik fisik maupun emosi serta keterkaitan antara ketulusan seseorang pada
orang lain atau kelompok orang. Swanson (1991 dalam Potter & Perry,
2009), menjelaskan bahwa caring merupakan suatu cara pemeliharaan
dengan cara menghargai orang lain, perasaan memiliki dan tanggung
jawab kepada pasien sehingga pasien sehingga bermanfaat untuk
meningkatkan kesehatan dan kesejahtraan klien.
2. Activism
Fase pre operatif dimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan intervensi
bedah dan diakhiri ketika pasien dikirim ke meja operasi. Lingkup aktivitas
keperawatan selama waktu tersebut dapat mencakup penetapan pengkajian
dasar pasien di tatanan klinik ataupun rumah, wawancara pre operatif dan
menyiapkan pasien untuk anastesi yang diberikan serta pembedahan (Hipkabi,
2014).
Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk kamar bedah dan berakhir saat
pasien dipindahkan ke ruang pemulihan atau ruang perawatan intensif
(Hipkabi, 2014). Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan mencakup
pemasangan infus, pemberian medikasi intravena, melakukan pemantauan
kondisi fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga
keselamatan pasien. Dalam hal ini sebagai contoh memberikan dukungan
psikologis selama induksi anastesi, bertindak sebagai perawat scrub, atau
membantu mengatur posisi pasien di atas meja operasi dengan menggunakan
prinsip-prinsip kesimetrisan tubuh (Smeltzer, 2010).
Pengkajian yang dilakukan perawat kamar bedah pada fase intra operatif lebih
kompleks dan harus dilakukan secara cepat dan ringkas agar segera dilakukan
tindakan keperawatan yang sesuai. Kemampuan dalam mengenali masalah
pasien yang bersifat resiko maupun aktualakan didapatkan berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman keperawatan. Implementasi dilaksanakan
berdasarkan pada tujuan yang diprioritaskan, koordinasi seluruh anggota tim
operasi, serta melibatkan tindakan independen dan dependen (Muttaqin, 2009).
a. Pengalaman
Memeriksa secara rutin kondisi alat dan memberi label khusus untuk alat
yang rusak
Memeriksa setiap hari ada tidaknya kebocoran pada pipa gas medis.
Pemeriksaan dilakukan oleh petugas IPSRS
Pemeriksaan secara rutin alat elektro medis yang dilakukan oleh petugas
IPSRS.
2.2.4.3 Pengetahuan
2.2.4.4 Welas Kasih ( Kasih Sayang/ Caring)
Keperawatan adalah profesi pelayanan yang didasarkan pada kebutuhan
ilmiah untuk penyelidikan yang efektif dan seni mengomunikasikan sensitivitas
pada aktivitas fisik, psikososial, dan ekonomi perawatan klien. Etik adalah cabang
dari filosofi, yang mengacu pada proses pemikiran rasional dalam upaya
menentukan tindakan yang benar. Etik terapan mengarah pada pertanyaan tentang
apa yang “sebaiknya” individu perbuat dalam situasi tertentu. Individu yang
menghadapi masalah etis tidak mengetahui apakah tindakan yang dilakukannya
benar atau salah (Curtin, 1994 dalam Gruendemann & Fernsebner, 2006).
ekspekrasi mereka dan menerima informasi. Hal ini dapat mengurangi kecemasan
dan stres yang dialami pasien pada fase perioperatif. Meskipun ekspresi pasien
dan perawat dalam proses ini belum dipelajari sebelumnya (Lindwall, Post,
Bergbom, 2003). Berdasarkan beberapa penelitian, satu dari alasan mengapa klien
mereka dan menerima informasi. Hal ini dapat mengurangi kecemasan dan stres
yang dialami pasien pada fase perioperatif. Meskipun ekspresi pasien dan perawat
dalam proses ini belum dipelajari sebelumnya (Lindwall, Post, Bergbom, 2003).
Berdasarkan beberapa penelitian, satu dari alasan mengapa klien dan perawat
memiliki perbedaan persepsi tentang perilaku caring perawat perioperatif adalah
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran