Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah populasi, sampel dan teknis sampling sering kali kita dengar,
namun terkadang istilah-istilah ini ada yang tidak dipahami betul. Oleh karena
itu, tulisan ini akan membahas mengenai populasi, sampel dan teknik sampling.
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas; obyek/subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi bukan hanya
orang, tetapi juga benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar
jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh
karakteristik/sifat yang dimiliki oleh obyek atau subyek tersebut. Bahkan satu
orangpun dapat digunakan sebagai populasi, karena satu orang itu mempunyai
berbagai karakteristik, misalnya gaya bicara, disiplin, pribadi, hobi, dan lain-lain.
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Apabila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua
yang ada populasi, hal ini dikarenakan adanya keterbatasan dana, tenaga dan
waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi
tersebut. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan
untuk populasi. Oleh karena itu sampel yang akan diambil dari populasi harus
betul-betul representatif (dapat mewakili).

Teknik Sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Terdapat


berbagai teknik sampling untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam
penelitian. Teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua
yaitu probability sampling dan non probability sampling. Probability
sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang/kesempatan yang
sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota
sampel. Teknik ini meliputi simple random sampling, proportionate stratified
random sampling, disproportinate statified random sampling dan cluster

1
sampling (area sampling). Sedangkan non probability sampling adalah teknik
yang tidak memberikan peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik ini terdiri sampling sistematis, ,
sampling kuota, sampling aksidental, sampling purposive, sampling jenuh
dan snowball sampling. Menentukan ukuran sampel merupakan bagian dari
teknik sampling, dimana jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran
sampel. Jumlah sampel yang 100% mewakili populasi adalah sama dengan
populasi. Makin besar jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang
keselahan generalisasi semakin kecil dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel
menjauhi populasi, maka makin besar kesalahan generalisasi (diberlakukan
umum). Terdapat dua rumus yang dapat digunakan untuk menghitung besarnya
sampel yang diperlukan dalam penelitian. Selain itu juga diberikan cara
menentukan ukuran sampel yang sangat praktis yaitu dengan menggunakan tabel
dan nomogram. Tabel yang digunakan adalah tabel Krejcie dan Nomogram Harry
King. Dengan kedua cara tersebut tidak perlu dilakukan perhitungan yang rumit.
Untuk pengertian dan penjelasan lebih lanjut mengenai probability sampling, non
probability samplingserta cara menentukan ukuran sampel akan dibahas pada
tulisan khusus mengenai Teknik Pengambilan Sampling.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian populasi?
2. Apakah pengertian sampel?
3. Apakah yang dimaksud dengan teknik sampling?
4. Apakah yang dimaksud besar sampel?
C. Tujuan Pembuatan Makalah
1. Menjelaskan pengertian populasi
2. Menjelaskan pengertian sampel
3. Menjelaskan yang dimaksud dengan teknik sampling
4. Menjelaskan yang dimaksud besar sampel

2
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Populasi
1. Definisi
Populasi berasal dari kata bahasa inggris population, yang berarti
jumlah penduduk. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan (Sugiyono, 2013: 117).
Menurut Nazir (1983:327) mengatakan bahwa popuasi adalah
berkenaan dengan data bukan barang atau bendanya.
Pengertian lainnya, diungkapkan oleh Nawawi yang menyebutkan
bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari
manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes,
atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karaktersitik
tertentu di dalam suatu penelitian.
Sedangkan Ridwan (2002: 3) mengatakan bahwa populasi adalah
keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran menjadi objek
penelitian.
Menurut Margono (2010:118) populasi adalah seluruh data yang
menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita
tentukan.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
dalam Sugiyono (2006:117)
2. Karakteristik populasi
Menurut Muri (2007:182) secara umum dapat dikatakan beberapa
karakteristik populasi adalah:

3
a. Merupakan keseluruhan dari unit analisis sesuai dengan informasi
yang akan diinginkan.
b. Dapat berupa manusia/individu, hewan, tumbuh-tumbuhan, benda-
benda atau objek maupun kejadian-kejadian yang terdapat dalam
suatu area/ daerah tertentu yang telah ditetapkan.
c. Merupakan batas-batas (boundary) yang mempunyai sifa-sifat
tertentu yang memungkinkan peneliti menarik kesimpulan dari
keadaan itu
d. Memberikan pedoman kepada apa atau siapa hasil penelitian itu
dapat digeneralisasikan.

3. Jenis-Jenis Populasi
Menurut Muri (2007:183) Populasi digolongkan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Populasi terbatas (definite) yaitu objek penelitiannya dapat dihitung,
seperti luas sawah, jumlah ternak, jumlah murid, dan jumlah
mahasiswa.
b. Populasi tak terbatas (infinite) yaitu objek penelitian yang mempunyai
jumlah yang tak terbatas, atau sulit dihitung jumlahnya; seperti pasir
di pantai.

Disamping itu persoalan populasi bagi suatu penelitian harus


dibedakan ke dalam sifat berikut ini:

a. Populasi yang bersifat homogen, yakni populasi yang unsur-unsurnya


memiliki sifat yang sama, sehingga tidak perlu dipersoalkan
jumlahnya secara kuantitatif. Misalnya seorang dokter yang akan
melihat golongan darah seseorang, maka ia cukup mengambil setetes
darah saja.
b. Populasi yang bersifat heterogen, yakni populasi uang unsur-unsurnya
memiliki sifat atau keadaan yang bervariasi, sehingga perlu ditetapkan
batas-batasnya, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

4
B. Sampel
1. Pengertian sampel
Menurut Muri (2007:186) secara sederhana dapat dikatakan bahwa
sampel adalah sebagian dari populasi yang terpilih dan mewakili populasi
tersebut. Sedangkan menurut Suharsimi (2002:109), sampel adalah
sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
Beberapa pendapat ahli tentang pengertian sampel adalah sebagai
berikut:
a. Sax (1979: 181) mengemukakan bahwa sampel adalah suatu jumlah
yang terbatas dari unsur-unsur yang terpilih dari suatu populasi, unsur-
unsur tersebut hendaklah mewakili populasi.
b. Warwick (1975:69) mengemukakan pula bahwa sampel adalah
sebagian dari suatu hal yang luas, yang khusus dipilih untuk mewakili
keseluruhan.
c. Kerlinger (1973:118) menyatakan: Sampling is taking any portion of a
population or universe as representative of that population or universe.
d. Leedy (1980:111) mengemukakan bahwa sampel dipilih dengan hati-
hati sehingga dengan melalui cara sedemikian peneliti akan dapat
melihat karakteristik total populasi.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa


sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga
dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari
populasi itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu
sampel yang diambil dari populasi betul-betul representatif (mewakili).

2. Ciri-Ciri Sampel yang Baik


Berangkat dari berbagi pendapat yang telah diutarakan di atas dapat
disimpulkan bahwa ciri-ciri sampel yang baik adalah:

5
a. Sampel dipilih dengan cara hati-hati; dengan menggunakan cara
tertentu dan benar.
b. Sampel harus mewakili populasi, sehingga gambaran yang diberikan
mewakili keseluruhan karakteristik yang terdapat pada populasi.
c. Besarnya ukuran sampel hendaknya mempertimbangkan tingkat
kesalahan sampel yang dapat ditolerir dan tingkat kepercayaan yang
dapat diterima secara statistik.

3. Alasan Sampling
Adapun alasan-alasan penelitian dilakukan dengan
mempergunakan sampel menurut Sudjana (2002:161) adalah :
a. Ukuran populasi
Dalam hal populasi tak terbatas (tak terhingga) berupa parameter yang
jumlahnya tidak diketahui dengan pasti, pada dasarnya bersifat
konseptual. Karena itu sama sekali tidak mungkin mengumpulkan
data dari populasi seperti itu. Demikian juga dalam populasi terbatas
(terhingga) yang jumlahnya sangat besar, tidak praktis untuk
mengumpulkan data dari populasi 50 juta murid sekolah dasar yang
tersebar diseluruh pelosok Indonesia misalnya.
b. Masalah biaya
Besar-kecilnya biaya tergantung juga dari banyak sedikitnya objek
yang diselidiki. Semakin besar jumlah objek, maka semakin besar
biaya yang diperlukan, lebih–lebih bila objek itu tersebar diwilayah
yang cukup luas. Oleh karena itu, sampling ialah satu cara untuk
mengurangi biaya.
c. Masalah waktu
Penelitian sampel selalu memerlukan waktu yang lebih sedikit
daripada penelitian populasi. Sehubungan dengan hal itu, apabila
waktu yang tersedia terbatas, dan kesimpulan diinginkan dengan
segera, maka penelitian sampel, dalam hal ini, lebih cepat.
d. Percobaan yang sifatnya merusak

6
Banyak penelitian yang tidak dapat dilakukan pada seluruh populasi
karena dapat merusak atau merugikan. Misalnya, tidak mungkin
mengeluarkan semua darah dari tubuh seseorang pasien yang akan
dianalisis keadaan darahnya, juga tidak mungkin mencoba seluruh
neon untuk diuji kekuatannya. Karena itu penelitian harus dilakukan
hanya pada sampel.
e. Masalah ketelitian
Adalah salah satu segi yang diperlukan agar kesimpulan cukup
dapat dipertanggung jawabkan. Ketelitian ,dalam hal ini, meliputi
pengumpulan, pencatatan, dan analisis data. Penelitian terhadap
populasi belum tentu ketelitian terselengar. Boleh jadi peneliti akan
menjadi bosan dlam melaksanakan tugasnya. Untuk menghindarkan
itu semua, penelitian terhadap sampel memungkinkan ketelitian dalam
suatu penelitian.
f. Masalah ekonomis
Pertanyaan yang harus selalu diajukan oleh seseorang penelitian;
apakah kegunaan dari hasil penelitian sepadan dengan biaya ,waktu,
dan tenaga yang telah dikeluarkan? Jika tidak, mengapa harus
dilakukan penelitian? Dengan kata lain penelitian sampel pada
dasarnya akan lebih ekonomis daripada penelitian populas
4. Keuntungan Penggunaan Sampel
Ada beberapa keuntungan jika kita menggunakan sampel, yaitu
a. Biaya menjadi berkurang
b. Lebih cepat dalam pengumpulan dan pengolahan data
c. Lebih akurat
d. Lebih luas ruang cakupan penelitian

C. Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Teknik
sampling pada dasarnya dikelompokan menjadi dua yaitu Probability
Sampling dan Non Probability sampling.

7
Probability sampling meliputi, simple random, proportionate stratified
random, disproportionate stratified random, dan area random. Non
Probability sampling meliputi sampling sistematis, sampling kuota, sampling
aksidental, purposive sampling, sampling jenuh dan snowball sampling
(Sugiyono, 2012:81).
1. Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan
peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi dipilih untuk
menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi:
a. Simple Random Sampling
Dikatan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari
populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada
salam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi
dianggap homogen.
b. Proportionate Stratified random sampling
Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang
tidak homogen dan berstrata secara proporsional.
c. Disproportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi
berstrata tetapi kurang proporsional.
b. Cluster Sampling (Area Sampling)
Sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang
akan diteliti atau sumber data sangat luas, missal penduduk suatu
negara, propinsi atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana
yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya
berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan.
c. Tempat sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu
tahap pertama menentukan sampel daerah, tahap berikutnya
menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu secra sampling juga.

8
2. Nonprobability Sampling
Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
tidak memberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau
anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini
meliputi:
a. Sampling Sistematis
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sambil berdasarkan
urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya
anggota populasi yang terdiri dari 100 orang, dari semua anggota itu
diberi nomot urut yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100.
Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap
saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari
bilangan lima.
b. Sampling Kuota
Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi
yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang
diinginkan. Sebagai contoh, akan melakukan penelitian tentang
pendapat masyarakat terhadap pelayanan masyarakat dalam urusan izin
mendirikan bangunan. Jumlah sampel yang ditentukan 500 orang. Lalu
pengumpulan data belum didasarkan pada 500 orang tersebut, maka
penelitian dipandang belum selesai, karena belum memenuhi kuota
yang ditentukan.
c. Sampling Insidental
Sampling insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/incidental bertemu
dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang
yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
d. Sampling Purposive
Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang

9
kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli
makanan. Sampel ini lebih cocok digunakan pada penelitian kualitatif.
e. Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila
populasi yang relative kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang
ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah
lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi
dijadikan sampel.
f. Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula
jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang
menggelinding yang lama-lama menjadi besar. Dalam penentuan
sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang tetapi dengan dua
orang ini belim merasa lengkap terhadap data yang diberikan maka
peneliti mencari orang yang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang
diberikan oleh dua orang sebelumnya. Penelitian kualitatif banyak
menggunakan purposive dan snowball.

D. Besar Sampel
Rumus Besar Sampel Penelitian: Dalam statistik inferensial,
besar sampel sangat menentukan representasi sampel yang diambil dalam
menggambarkan populasi penelitian. Oleh karena itu menjadi satu kebutuhan
bagi setiap peneliti untuk memahami kaidah-kaidah yang benar
dalam menentukan sampel minimal dalam sebuah penelitian.
Terdapat banyak rumus untuk menghitung besar sampel minimal
sebuah penelitian, namun pada artikel ini akan disampaikan sejumlah rumus
yang paling sering dipergunakan oleh para peneliti.
1. Rumus Sampel Penelitian Cross-sectional

10
Untuk penelitian survei, biasanya rumus yang bisa dipakai
menggunakan proporsi binomunal (binomunal proportions). Jika besar
populasi (N) diketahui, maka dicari dengan menggunakan rumus berikut:

Rumus Sampel Cross Sectional


Dengan jumlah populasi (N) yang diketahui, maka peneliti bisa
melakukan pengambilan sampel secara acak).
Namun apabila besar populasi (N) tidak diketahui atau (N-n)/(N-
1)=1 maka besar sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Rumus Lemeshow Besar Sampel Penelitian


Keterangan :

n = jumlah sampel minimal yang diperlukan

= derajat kepercayaan

p = proporsi anak yang diberi ASI secara eksklusif

q = 1-p (proporsi anak yang tidak diberi ASI secara eksklusif

d = limit dari error atau presisi absolut

Jika ditetapkan =0,05 atau Z1- /2 = 1,96 atau Z2 1- /2 = 1,962 atau


dibulatkan menjadi 4, maka rumus untuk besar N yang diketahui kadang-
kadang diubah menjadi:

Penyederhanaan Rumus Lemeshow Atau Disebut Rumus


Slovin

11
Contoh:
Misalnya, kita ingin mencari sampel minimal untuk suatu
penelitian mencari faktor determinan pemberian ASI secara eksklusif.
Untuk mendapatkan nilai p, kita harus melihat dari penelitian yang telah
ada atau literatur. Dari hasil hasil penelitian Suyatno (2001) di daerah
Demak-Jawa Tengah, proporsi bayi (p) yang diberi makanan ASI
eksklusif sekitar 17,2 %. Ini berarti nilai p = 0,172 dan nilai q = 1 – p.
Dengan limit dari error (d) ditetapkan 0,05 dan nilai Alfa = 0,05, maka
jumlah sampel yang dibutuhkan sebesar:

Contoh Rumus Sampel Cross Sectional =


219 orang (angka minimal)
Jika tidak diketemukan nilai p dari penelitian atau literatur lain,
maka dapat dilakukan maximal estimation dengan p = 0,5. Jika ingin
teliti teliti maka nilai d sekitar 2,5 % (0,025) atau lebih kecil lagi.
Penyederhanaan Rumus diatas banyak dikenal dengan istilah Rumus
Slovin.
2. Rumus Sampel Penelitian Case Control dan Kohort
Rumus yang digunakan untuk mencari besar sampel baik case
control maupun kohort adalah sama, terutama jika menggunakan ukuran
proporsi. Hanya saja untuk penelitian khohor, ada juga yang
menggunakan ukuran data kontinue (nilai mean).
Besar sampel untuk penelitian case control adalah bertujuan untuk
mencari sampel minimal untuk masing-masing kelompok kasus dan
kelompok kontrol. Kadang kadang peneliti membuat perbandingan antara
jumlah sampel kelompok kasus dan kontrol tidak harus 1 : 1, tetapi juga
bisa 1: 2 atau 1 : 3 dengan tujuan untuk memperoleh hasil yang lebih
baik.

Rumus Sampel minimal Besar Sampel Penelitian Case Control


Adapun rumus yang banyak dipakai untuk mencari sampel minimal
penelitian case-control adalah sebagai berikut:

12
Rumus Sampel minimal Besar Sampel Penelitian Kohort
Pada penelitian khohor yang dicari adalah jumlah minimal untuk
kelompok exposure dan non-exposure atau kelompok terpapar dan tidak
terpapar. Jika yang digunakan adalah data proporsi maka untuk penelitian
khohor nilai p0 pada rumus di atas sebagai proporsi yang sakit pada
populasi yang tidak terpapar dan p1 adalah proporsi yang sakit pada
populasi yang terpapar atau nilai p1 = p0 x RR (Relative Risk).
Jika nilai p adalah data kontinue (misalnya rata-rata berat badan,
tinggi badan, IMT dan sebagainya) atau tidak dalam bentuk proporsi,
maka penentuan besar sampel untuk kelompok dilakukan berdasarkan
rumus berikut:

Rumus Sampel Case Control dan Kohort 2


Contoh Kasus Rumus Besar Sampel Penelitian
Contoh kasus, misalnya kita ingin mencari sampel minimal pada
penelitian tentang pengaruh pemberian ASI eksklusif dengan terhadap
berat badan bayi. Dengan menggunakan tingkat kemaknaan 95 %
atau Alfa = 0,05, dan tingkat kuasa/power 90 % atau ß=0,10, serta
kesudahan (outcome) yang diamati adalah berat badan bayi yang
ditetapkan memiliki nilai asumsi SD=0,94 kg, dan estimasi selisih antara
nilai mean kesudahan (outcome) berat badan kelompok tidak terpapar
dan kelompok terpapar selama 4 bulan pertama kehidupan bayi (U0 –
U1) sebesar 0,6 kg (mengacu hasil penelitian Piwoz, et al. 1994), maka
perkiraan jumlah minimal sampel yang dibutuhkan tiap kelompok
pengamatan, baik terpapar atau tidak terpapar adalah:

13
Contoh Hitung Sampel Case Control dan Kohort = 51,5 orang atau
dibulatkan: 52 orang/kelompok
Pada penelitian khohor harus ditambah dengan jumlah lost to
follow atau akalepas selama pengamatan, biasanya diasumsikan 15 %.
Pada contoh diatas, maka sampel minimal yang diperlukan menjadi n=
52 (1+0,15) = 59,8 bayi atau dibulatkan menjadi sebanyak 60 bayi untuk
masing-masing kelompok baik kelompok terpapar ataupun tidak terpapar
atau total 120 bayi untuk kedua kelompok tersebut.

3. Penelitian Eksperimental
Menurut Supranto J (2000) untuk penelitian eksperimen dengan
rancangan acak lengkap, acak kelompok atau faktorial, secara sederhana
dapat dirumuskan: (t-1) (r-1) > 15

dimana : t = banyaknya kelompok perlakuan

j = jumlah replikasi

Contoh Kasus Rumus Besar Sampel Penelitian Eksperimen

Contohnya: Jika jumlah perlakuan ada 4 buah, maka jumlah


ulangan untuk tiap perlakuan dapat dihitung:

(4 -1) (r-1) > 15

(r-1) > 15/3

r>6

Untuk mengantisipasi hilangnya unit ekskperimen maka dilakukan


koreksi dengan 1/(1-f) di mana f adalah proporsi unit eksperimen yang
hilang atau mengundur diri atau drop out.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu
ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan.
2. Sampel adalah sebagian dari populasi, sebagai contoh (monster) yang
diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu.
3. Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya
sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data
sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi
agar diperoleh sampel yang representatif.
4. Teknik-teknik yang di gunakan dalam pengambilan sampel
Probability/Random Sampling dan Nonprobability/Nonrandom Sampling
atau Sampel Tidak Acak
B. Saran
Pentingnya mengetahui populasi, sampel, taknik sampling dan
penghitungan besar sampel sebagai landasan dalam melakukan suatu
penelitian ilmiah yang berkualitas.

15
DAFTAR PUSTAKA

Bhisma-Murti, Prinsip dan Metoda Riset Epidemiologi, Gadjah Mata University


Press,1997

Lemeshow, S. & David W.H.Jr, 1997. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan
(terjemahan), Gadjahmada University Press, Yogyakarta

Snedecor GW & Cochran WG, Statistical Methods 6th ed, Ames, IA: Iowa State
University Press, 1967

Supranto, J. 2000. Teknik Sampling untuk Survei dan Eksperimen. Penerbit PT


Rineka Cipta, Jakarta.

Alma, Buchari. 2009. Belajar Mudah Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Darmadi, Hamid. 2013. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Bandung:


Alfabeta

Dedy. 2012. Makalah Populasi dan Sampel. http//www//.populasi dan


sampel\makalah-populasi-dan-sampel2.html.

Margono. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Narbuko, Cholid dan Abu Achamadi.2013. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT


Bumi Aksara

Nazir. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Sangadji, Etta Mamang dan Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian. Malang: Andi
Yogyakarta

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Darsito.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

16

Anda mungkin juga menyukai