Anda di halaman 1dari 16

ISSN : 2407 - 1315 AGRITEPA, Vol. I, No.

2, Januari-Juni 2015

PENGGUNAAN KITOSAN UNTUK MEMPERPANJANG


UMUR SIMPAN BUAH DUKU (Lansium Domesticum Corr)

THE USED OF CHITOSAN TO EXTEND


THE LANZONES’S (Lansium Domesticum Corr) SHELF LIFE

Hesti Nur’aini, S.TP.,MP1, Siska Apriyani, S.TP2


1)
Program Studi Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian
2)
Program Studi Teknologi Pangan Fakultas Pertanian
Universitas Dehasen Bengkulu
nayatha_hst@yahoo.co.id

ABSTRAK

Duku merupakan buah yang sangat mudah rusak karena kulit buahnya akan berubah
menjadi coklat dalam 4 atau 5 hari setelah dipanen sehingga diperlukan metode
penanganan pasca panen yang tepat. Salah satu alternatif yang bisa digunakan untuk
memperpanjang umur simpan duku dengan biaya relatif ringan adalah pelapisan buah duku
dengan kitosan. Pelapis kitosan memiliki kemampuan untuk menunda atau memperlambat
proses kematangan dan memperpanjang masa penyimpanan pasca panen. Telah dilakukan
penelitian dengan tujuan untuk mengkaji pengaruh kitosan terhadap umur simpan, sifat
fisik dan sifat kimia buah duku. Penelitian dilakukan tiga tahap, yaitu tahap pengenceran
kitosan dalam asam asetat, tahap pelapisan buah duku dengan larutan kitosan dan tahap
analisis. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL),
dengan 2 perlakuan yaitu perlakuan konsentrasi kitosan (0,5%, 1,5 % dan 2,5%) dan
perlakuan waktu pencelupan (30 dan 60 menit). Tahap selanjutnya adalah penyimpanan
buah duku pada suhu ruang dan analisis pendugaan umur simpan dengan metode
konvensional, analisis fisik (tekstur dan bobot buah) serta analisis kimia (kadar air dan
tingkat kemanisan).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pelapis kitosan mampu memperpanjang
umur simpan buah duku hingga 6 hari, dengan perlakuan terbaik menggunakan 1,5 %
kitosan dan waktu pencelupan 30 detik. Semakin tinggi konsentrasi kitosan yang
diberikan, perubahan pelunakan tekstur dan penurunan bobot buah semakin lambat,
dengan nilai tekstur dan bobot buah pada hari ke-6 berturut-turut 225,83 - 234,59 gr/mm
dan 19,70 – 23,47 gr per buah. Berdasarkan sifat kimia kadar air dan total padatan terlarut,
diketahui bahwa pelapisan kitosan mampu menghambat penurunan kadar air dan total
padatan terlarut. Adapun waktu pencelupan 30 dan 60 detik tidak memberikan pengaruh
yang nyata. Pengamatan pada hari ke-6 penyimpanan untuk kadar air, berkisar antara
84,44 -87,71 %, sedangkan total padatan terlarut berkisar antara 17,22 – 20,12 % Brix.

Kata kunci : buah duku, kitosan, umur simpan.

ABSTRACT

Lanzones is a highly perishable fruit because the fruit skin will turn brown within 4 or 5
days after harvest so that the necessary methods of proper post-harvest handling. One
alternative that can be used to extend the shelf life lanzones cost is relatively light coating
lanzones with chitosan. Chitosan coatings have the ability to delay or slow down the
process of extending the maturity and post-harvest storage. Research has been conducted
in order to study the effect of chitosan on shelf life, physical and chemical properties of

195
ISSN : 2407 - 1315 AGRITEPA, Vol. I, No. 2, Januari-Juni 2015

lanzones. The study was conducted in three stages namely stage dilution of chitosan in
acetic acid, fruit coating stage lanzones with chitosan solution and analysis phase . The
study design used was a completely randomized design, with 2 treatment that chitosan
treatment concentration ( 0.5 %, 1.5 % and 2.5 % ) and treatment of immersion time (30
and 60 minutes). The next stage is the lanzones fruit storage at room temperature and shelf
life prediction analysis with conventional methods, the analysis of physical ( texture and
fruit weight) and chemical analysis (water content and the level of sweetness). The results
showed that the use of chitosan coating to prolong the shelf life of lanzones up to 6 days,
with the best treatment using 1.5 % chitosan and immersion time of 30 seconds. The
higher concentration of chitosan is given, change the texture softening and decreased fruit
weight more slowly , with the value of the texture and weight of fruit on the 6th day in a
row from 225.83 to 234.59 g / mm and 19.70 to 23.47 g per fruit. Based on the chemical
properties of the water content and total dissolved solids , it is known that chitosan coating
could inhibit the decrease in water content and total dissolved solids. The immersion time
of 30 and 60 seconds is not a real effect. Observations on the 6th day of storage for water
content , ranging between 84.44 -87.71 % , while the total dissolved solids ranged from
17.22 to 20.12 % Brix .

Keyword : duku, chitosan, shelf life

PENDAHULUAN Salah satu kendala dalam kegiatan


Duku adalah salah satu buah asli yang penanganan pasca panen buah duku
tumbuh di Indonesia dan merupakan adalah mudah rusaknya buah duku,
salah satu tanaman berkayu yang hidup terutama terjadinya pencoklatan
selama menahun. Buah duku (Lansium (browning) pada kulit buah dalam waktu
Domesticum Corr) saat ini sudah mulai 4 sampai 5 hari setelah dipanen. Anonim
tersebar luas di belahan benua Asia, yaitu (2008) menjelaskan bahwa pencoklatan
khususnya Asia Tenggara (dari kulit bisa dihindari dengan menunda
semenanjung Thailand sampai dengan pemanenan selama beberapa hari
ujung ujung Timur Kalimantan). Dilihat menunggu sampai tandan-tandan lainnya
dari komposisi zat gizinya, dalam 100 juga matang, namun waktu penundaan
gram buah duku mengandung energi yang diberikan tidak berlangsung lama.
sebesar 63 kilokalori, protein 1 gram, Buah yang dibiarkan di pohonnya akan
karbohidrat 16,1 gram, lemak 0,2 gram, tetap mengalami pencoklatan dalam
kalsium 18 miligram, fosfor 9 miligram, waktu beberapa hari. Salah satu teknologi
dan zat besi 1 miligram. Selain itu di yang bisa dilakukan untuk
dalam Buah Duku juga terkandung memperpanjang umur simpan duku
vitamin A sebanyak 0 IU, vitamin B1 adalah active packaging technology.
0,05 miligram dan vitamin C 9 miligram Namun hal tersebut masih terkendala
(Anonima, 2012). oleh kepekaan kulit duku terhadap CO2.

196
ISSN : 2407 - 1315 AGRITEPA, Vol. I, No. 2, Januari-Juni 2015

Penelitian active packaging buah duku tertentu. Proses selanjutnya adalah


hingga kurun 4 tahun terakhir ini pencucian sampai netral, pengeringan,
(Widodo, 2004; 2005 ; Widodo dkk., penggilingan, grading dan sortasi serta
2007; Widodo dan Zulferiyenni, 2008 pengepakan kitosan. Polikationik alami
dalam Anonim 2008) telah mampu dari kitosan dapat menghambat
memperpanjang masa simpan duku 9— pertumbuhan kapang Bohria cinerea dan
25 hari. Rentang masa simpan ini Rhizopus stolonifer pada strawberry (El
tampaknya sudah maksimal mengingat Ghaouth, dkk, 1994).
pola respirasi duku menunjukkan mulai Kitosan dihasilkan oleh deasetilasi
terjadinya fermentasi antara masa simpan molekul basa N (nitrogen) parsial pada
25—30 hari. Kendala yang dihadapi kitin, yang secara komersil diekstrak dari
adalah terjadinya pencoklatan kulit buah kulit udang dan kerang. Deasetilasi
duku segera setelah duku dikeluarkan tersebut berlangsung secara enzimatis
dari kemasannya (diistilahkan sebagai dibantu oleh kitin deasetilase. Kitin dan
browning pascakemas. Di samping itu, kitosan dapat diperoleh dari limbah hasil
untuk skala industri menengah ke bawah, laut khususnya kelas krustase seperti
penggunaan active packaging masih udang, kepiting, ketam dan kerang.
dirasa kurang efektif mengingat perlunya Limbah udang yang dimanfaatkan
teknologi yang membutuhkan biaya umumnya adalah kulit dan kepalanya,
cukup besar. Salah satu alternatif yang sedangkan kitin dari rajungan diperoleh
bisa digunakan untuk memperpanjang dari karapasnya. Kandungan kitin kulit
umur simpan duku dengan biaya relatif udang mencapai 40-60% dari berat
ringan adalah pelapisan buah duku kering tubuhnya tergantung dari jenis dan
dengan kitosan. spesiesnya. Sedangkan pada kulit
Kitosan merupakan salah satu jenis rajungan kitinnya dapat mencapai 12,5-
polisakarida yang bersifat sebagai 15%. Banyaknya permintaan akan
penghalang (barrier) yang baik karena kitosan dipicu fakta akan keunikan
dapat membentuk matriks yang kuat dan karakteristik biologisnya seperti
kompak. Kitosan merupakan turunan dari biodegradabilitas, biokompabilitas, dan
kitin yang diperoleh dengan cara tidak beracun, sehingga memungkinkan
penghilangan gugus asetil dari kitin aplikasi di berbagai bidang. Meskipun
dengan menggunakan larutan pekat soda sangat berlimpah di alam, namun
api dengan perlakuan suhu dan lama pemanfaatan kitosan baru berkembang
waktu tertentu serta perbandingan pada dua dekade terakhir. Kitosan banyak

197
ISSN : 2407 - 1315 AGRITEPA, Vol. I, No. 2, Januari-Juni 2015

digunakan di bidang pangan, farmasi, buah duku dan mengkarakterisasi


medis, tekstil, pertanian, dan industri lain pengaruh pelapisan kitosan terhadap sifat
misalnya purifikasi limbah. Kitosan fisik dan kimia buah duku.
menarik banyak perhatian karena
menunjukkan aktivitas antimikrobial METODOLOGI
terhadap fungi, bakteri, dan virus. Bahan dan Alat
Aplikasi komersil dari aktivitas komersil Bahan yang digunakan pada penelitian
kitosan antara lain penggunaan sebagai adalah buah duku, yang diperoleh dari
pengawet makanan, obat anti infeksi, dan petani di daerah Arga Makmur Bengkulu
tekstil bebas mikroba (Anonim, 2011) Utara, kitosan yang dibeli di
Pelapis kitosan memiliki kemampuan Laboraturium Fakultas Pertanian
untuk menunda atau memperlambat Universitas Dehasen Bengkulu, bahan-
proses kematangan dan memperpanjang bahan kimia untuk analisa dan aquades.
masa penyimpanan pasca panen. Pelapis Adapun alat yang digunakan pada
kitosan yang seperti itu memiliki penelitian ini adalah penetrometer,
kemampuan untuk membatasi ruang refraktometer dan alat-alat untuk analisis
hampa dalam jaringan dan bersifat fisik, kimia dan uji sensoris.
sebagai anti jamur (El Ghaouth et al.
1994). Penelitian Widodo dan Metode
Zulferiyenni (2008) dalam Anonim Penelitian dilaksanakan dalam tiga tahap,
(2008), menerangkan bahwa penggunaan yaitu tahap pelarutan/pengenceran
active packaging dengan tambahan kitosan ke dalam asam asetat 1 %, tahap
perlakuan pelapisan duku dengan kitosan pelapisan buah duku menggunakan
mampu memperlambat proses larutan kitosan dengan variasi perlakuan
pencoklatan kulit dari awalnya 10 detik konsentrasi kitosan 0,5%, 1,5% dan 2,5%
hingga menjadi 24,46 menit. Berdasarkan selama 30 detik dan 60 detik, tahap
uraian di atas, perlu dilakukan penelitian penyimpanan serta tahap analisis.
tentang pengaruh penggunaan kitosan Analisis yang dilakukan dalam penelitian
dalam upaya memperpanjang umur ini meliputi analisis pendugaan umur
simpan dan daya terima konsumen simpan buah duku, analisis fisik (tekstur
terhadap buah duku. dan bobot buah) dan analisis kimia (kadar
Tujuan penelitian ini adalah untuk air dan tingkat kemanisan buah).
mengkaji pengaruh pelapisan kitosan Rancangan percobaan yang digunakan
dalam memperpanjang umur simpan adalah Rancangan Acak Lengkap,

198
ISSN : 2407 - 1315 AGRITEPA, Vol. I, No. 2, Januari-Juni 2015

menggunakan percobaan faktorial, yaitu termasuk ke dalam kualitas ke-3 (sedang)


faktor konsentrasi kitosan dan waktu (Anonim, 2009).
pencelupan. Apabila terdapat perbedaan Buah duku yang digunakan dalam
yang nyata antar perlakuan, dilanjutkan penelitian ini mempunyai karakteristik
dengan uji Duncan’s Multiple Range Test yang baik, sesuai dengan hasil penelitian
(DMRT) pada rentang kepercayaan atau Yusnaidar (2003), yang menyatakan
uji beda nyata terkecil 5 %. bahwa kadar air buah duku berkisar
antara 86-88 % dan total padatan terlarut
HASIL DAN PEMBAHASAN berkisar antara 18-24oBrix. Adapun
Karakteristik Duku sesuai dengan Standar Nasional
Pengamatan terhadap karakteristik duku Indonesia No.6151 Tahun 2009 tentang
sebagai bahan dasar perlu dilakukan Duku, bobot buah untuk buah duku yang
untuk mengidentifikasi sifat-sifat fisik terukur sebesar 25,48 gram per buah,
dan kimia buah duku sebagai bahan termasuk ke dalam kualitas ke-3 (sedang)
utama yang akan diteliti, sehingga bisa (Anonim, 2009).
diamati perubahan-perubahan yang
terjadi selama penyimpanan. Hasil Umur Simpan Buah Duku
pengukuran karakteristik buah duku yang
Pendugaan umur simpan buah duku
diteliti disajikan pada Tabel 1.
dilakukan menggunakan metode
Buah duku yang digunakan dalam
konvensional, melalui pengujian
penelitian ini mempunyai karakteristik
organoleptik buah duku yang disimpan
yang baik, sesuai dengan hasil penelitian
pada suhu ruang yang dilakukan setiap
Yusnaidar (2003), yang menyatakan
hari dimulai dari hari ke-0 dan diakhiri
bahwa kadar air buah duku berkisar
ketika panelis menyatakan sampel buah
antara 86-88 % dan total padatan terlarut
duku tidak layak untuk dikonsumsi.
o
berkisar antara 18-24 Brix. Adapun
Panelis yang digunakan adalah 20 orang
sesuai dengan Standar Nasional
panelis terlatih dengan parameter yang
Indonesia No.6151 Tahun 2009 tentang
diamati meliputi warna kulit, warna
Duku, bobot buah untuk buah duku yang
daging, rasa dan tekstur. Batas
terukur sebesar 25,48 gram per buah,
penerimaan konsumen adalah skor 3
(netral).

199
ISSN : 2407 - 1315 AGRITEPA, Vol. I, No. 2, Januari-Juni 2015

Tabel 1. Karakteristik Duku


No. Komponen Satuan Hasil Pengukuran
1. Kadar Air % 88,62
0
2. Total Padatan Terlarut Brix 17,23
3. Tekstur gr/mm 219,22
4. Bobot Buah gram/bh 25,48
Ket : Hasil pengukuran terhadap sampel buah duku pada hari ke-0

Nilai Organoleptik Warna Kulit Duku penerimaan konsumen. Nilai


Warna merupakan salah satu atribut mutu organoleptik warna kulit buah duku
yang sangat penting bagi produk olahan selama waktu penyimpanan disajikan
pangan, yang mendapatkan perhatian pada Gambar 1.
cukup besar oleh para pengusaha industri Hasil penilaian organoleptik terhadap
pengolahan pangan. Bahwa penentuan warna kulit duku menunjukkan
mutu bahan pangan pada umumnya kecenderungan bahwa semakin lama
sangat bergantung pada beberapa faktor, waktu penyimpanan, tingkat kesukaan
di antaranya cita rasa, warna, tekstur dan konsumen semakin menurun. Perlakuan
nilai gizinya. Walaupun warna kurang pencelupan ke dalam kitosan dan lama
berhubungan dengan niai gizi, kenyataan pencelupan juga memberikan pengaruh
membuktikan bahwa sebelum faktor- terhadap umur simpan buah duku, yang
faktor lain dipertimbangkan, secara ditunjukkan dengan semakin tinggi
visual faktor warna tampil lebih dahulu konsentrasi kitosan dan waktu
dan kadang-kadang sangat menentukan. pencelupan, maka tingkat kesukaan
Suatu bahan yang dinilai bergizi, enak panelis terhadap warna kulit buah duku
dan teksturnya sangat baik kurang semakin baik. Warna kulit buah duku
disukai konsumen apabila memiliki disukai sampai hari ke-5 penyimpanan,
warna yang tidak sedap dipandang atau untuk perlakuan 0,5% kitosan dan
memberi kesan telah menyimpang dari pencelupan selama 30 detik, sedangkan
warna yang seharusnya (Winarno, 2004), untuk sampel dengan perlakuan lain,
begitu pula pada buah duku. Warna kulit masih bisa bertahan hingga hari ke tujuh.
buah duku sangat mempengaruhi

200
ISSN : 2407 - 1315 AGRITEPA, Vol. I, No. 2, Januari-Juni 2015

Nilai Organoleptik Warna Kulit


5
4 K1T1

Skala Penilaian 3
K2T1
K3T1
2
K1T2
1
K2T2
0
K3T2
1 2 3 4 5 6 7
Batas Penerimaan
Waktu Pengamatan (Hari)

Ket : Skala Penilaian : 1. Sangat Suka; 2. Suka; 3. Netral; 4. Tidak Suka; 5. Sangat Tidak Suka
Kode Sampel : K1T1 : 0,5% Kitosan,30 dtk, K2T1: 1,5%,30 dtk, K3T1: 2,5%,30 dtk
K1T2 : 0,5% Kitosan,60 dtk, K2T2: 1,5%,60 dtk, K3T2: 2,5%,60 dtk

Gambar 1. Grafik Nilai Organoleptik


Warna Kulit Buah Duku selama Penyimpanan

Perubahan warna kulit buah duku Nilai Organoleptik Warna Daging


teebentuk karena adanya reaksi Buah Duku
pencoklatan enzimatis yang secara alami
terjadi pada komoditas hasil pertanian Grafik penilaian uji hedonik warna
yang mengandung polifenol. Semakin daging buah disajikan pada Gambar 2
lama waktu penyimpanan, kerusakan yang menunjukkan kecenderungan
jaringan kulit yang terjadi akibat proses bahwa perlakuan pencelupan ke dalam
respirasi dan transpirasi menyebabkan larutan kitosan berpengaruh terhadap
adanya kontak antara senyawa polifenol penerimaan konsumen. Perlakuan
dengan oksigen. Dengan bantuan enzim pencelupan buah duku ke dalam 0,5%
polifenol oksidase, reaksi pencoklatan dan 1,5% larutan kitosan selama 30 menit
enzimatis segera terjadi yang masih disukai sampai hari ke 4,
menghasilkan senyawa quinon berwarna sementara untuk perlakuan lain bisa
coklat (Winarno,F.G, 2002; Muchtadi, bertahan hingga 5 hari.
1992).

201
ISSN : 2407 - 1315 AGRITEPA, Vol. I, No. 2, Januari-Juni 2015

Nilai Organoleptik Warna Daging Buah


5

4 K1T1

Skala Penilaian 3 K2T1


K3T1
2
K1T2
1
K2T2
0
K3T2
1 2 3 4 5 6 7
Batas Penerimaan
Waktu Pengamatan (Hari)

Ket : Skala Penilaian : 1. Sangat Suka; 2. Suka; 3. Netral; 4. Tidak Suka; 5. Sangat Tidak Suka
Kode Sampel : K1T1 : 0,5% Kitosan,30 dtk, K2T1: 1,5%,30 dtk, K3T1: 2,5%,30 dtk
K1T2 : 0,5% Kitosan,60 dtk, K2T2: 1,5%,60 dtk, K3T2: 2,5%,60 dtk

Gambar 2.Grafik Nilai Organoleptik


Warna Daging Buah Duku selama Penyimpanan

Perubahan-perubahan yang terjadi selama selama 30 detik bisa diterima oleh panelis
penyimpanan akibat proses fisiologis dan hingga hari ke-5, sementara untuk
mikrobiologis menyebabkan kerusakan perlakuan pencelupan kitosan selama 60
jaringan kulit dan daging buah duku. detik masih bertahan hingga 6 hari.
Prabawati et al. (1991) mendapatkan Penilaian rasa buah duku sangat erat
cendawan perusak pada kulit buah duku kaitannya dengan komponen penyusun
mampu menghidrolisa selulosa murni. yang ada di dalam buah tersebut. Proses
Aktifitas cendawan ini menyebabkan fisiologis dan mikrobiologis yang terjadi
kerusakan pada jaringan kulit yang akan selama penyimpanan akan mendegradasi
meningkatkan transpirasi daging buah. senyawa-senyawa pembentuk cita rasa
Akibatnya, kerusakan daging buah lebih yang ada di dalam buah. Di sisi lain,
cepat terjadi. aktivitas mikrobiologis memunculkan
senyawa baru yang memberikan
Nilai Organoleptik Rasa Duku
pengaruh negatif terhadap cita rasa buah
Penilaian uji organoleptik terhadap rasa
duku, seperti munculnya cendawan,
buah duku ditampilkan pada Gambar 3,
aroma tidak sedap dan lain-lain
yang menunjukkan kecenderungan
(Winarno,F.G dan M.Aman, 2002;
bahwa perlakuan pencelupan dalam
Prabawati, S, dkk, 1991).
larutan kitosan 0,5%, 1,5% dan 2,5

202
ISSN : 2407 - 1315 AGRITEPA, Vol. I, No. 2, Januari-Juni 2015

Nilai Organoleptik Rasa


5

Skala Penilaian
4 K1T1
3 K2T1
2
K3T1
1
K1T2
0
1 2 3 4 5 6 7 K2T2

Waktu Pengamatan (Hari) K3T2

Ket : Skala Penilaian : 1. Sangat Suka; 2. Suka; 3. Netral; 4. Tidak Suka; 5. Sangat Tidak Suka
Kode Sampel : K1T1 : 0,5% Kitosan,30 dtk, K2T1: 1,5%,30 dtk, K3T1: 2,5%,30 dtk
K1T2 : 0,5% Kitosan,60 dtk, K2T2: 1,5%,60 dtk, K3T2: 2,5%,60 dtk

Gambar 3. Grafik Nilai Organoleptik Rasa Buah Duku selama Penyimpanan

Nilai Organoleptik Tekstur


5

4 K1T1
Skala Penilaian

3 K2T1
K3T1
2
K1T2
1 K2T2

0 K3T2
1 2 3 4 5 6 7 Batas Penerimaan

Waktu Pengamatan (Hari)

Ket : Skala Penilaian : 1. Sangat Suka; 2. Suka; 3. Netral; 4. Tidak Suka; 5. Sangat Tidak Suka
Kode Sampel : K1T1 : 0,5% Kitosan,30 dtk, K2T1: 1,5%,30 dtk, K3T1: 2,5%,30 dtk
K1T2 : 0,5% Kitosan,60 dtk, K2T2: 1,5%,60 dtk, K3T2: 2,5%,60 dtk

Gambar 4. Grafik Nilai Organoleptik


Tekstur Buah Duku selama Penyimpanan

Nilai Organoleptik Tekstur Duku untuk perlakuan pencelupan ke dalam


Penilaian tekstur buah duku dilakukan 0,5% dan 1,5% selama 30 detik adalah
pada daging buah, yang hasilnya selama 3 hari, sementara untuk perlakuan
disajikan pada Gambar 5.4. Batas yang lain masih bisa diterima hingga 5
penerimaan terhadap tekstur buah duku hari.

203
ISSN : 2407 - 1315 AGRITEPA, Vol. I, No. 2, Januari-Juni 2015

Transpirasi yang terjadi selama proses dilapisi dengan kitosan secara umum bisa
fisiologis mengakibatkan berkurangnya bertahan selama 6 hari. Sebenarnya umur
kadar air yang terdapat dalam buah duku. simpan duku yang dilapisi dengan
Hal ini berakibat terhadap perubahan kitosan masih dapat bertahan hingga 7
tekstur buah yang tidak segar lagi. Selain hari, karena cendawan perusak pasca
itu, reaksi mikrobiologis bisa merusak panen mulai muncul pada hari ke-7
jaringan daging buah sehingga terjadi sehingga produk tidak dapat dikonsumsi
penurunan kualitas tekstur daging buah lagi. Tetapi tampaknya panelis mulai
(Kartasapoetra, A.G, 1999; Asni.N, tidak menyukai duku setelah hari ke-6
2004). penyimpanan, karena pada permukaan
Berdasarkan uji organoleptik buah duku, buah mulai tampak terdapat bintik-bintik
warna daging buah serta rasa ditentukan air yang disebabkan laju respirasi yang
menjadi titik kritis penilaian. Warna cukup tinggi. Uap air yang dikeluarkan
daging buah menjadi kesan yang pertama akibat proses respirasi serta transpirasi
muncul ketika panelis atau konsumen menyebabkan tampilan warna kulit
akan menilai serta uji rasa merupakan menjadi tidak menarik (kecoklatan dan
justifikasi dari penampilan luar. Pada uji keriput), di samping perubahan warna biji
kesukaan warna daging buah dan rasa, yang semula putih kekuningan menjadi
perlakuan pencelupan buah duku ke coklat kehitaman.
dalam kitosan 0,5% dan 1,5 % selama 30
detik masih disukai hingga penyimpnan Karakteristik Fisik Buah Duku selama
selama 4 hari, sementara untuk perlakuan Penyimpanan
lain, bertahan hingga 5 hari. Sementara Analisis Tekstur Buah Duku
itu, penilaian uji organoleptik terhadap Hasil pengamatan tekstur buah duku
rasa buah duku menunjukkan dengan pelapisan kitosan ditampilkan
kecenderungan bahwa perlakuan pada Tabel 2, yang menunjukkan bahwa
pencelupan dalam larutan kitosan 0,5%, secara umum perlakuan konsentrasi
1,5% dan 2,5 selama 30 detik bisa kitosan berpengaruh nyata terhadap
diterima oleh panelis hingga hari ke-5, tekstur buah, sedangkan lama pencelupan
sementara untuk perlakuan pencelupan tidak berpengaruh nyata. Semakin tinggi
kitosan selama 60 detik masih bertahan angka tekstur, menunjukkan semakin
hingga 6 hari. Berdasarkan hasil lunak bahan yang diukur.
pengamatan tersebut, dapat disimpulkan
bahwa umur simpan buah duku yang

204
ISSN : 2407 - 1315 AGRITEPA, Vol. I, No. 2, Januari-Juni 2015

Tabel 2. Tekstur (gr/mm) Buah Duku pada Hari ke-6


Konsentrasi Kitosan (%)
Waktu Pencelupan 0,5 1,5 2,5
30 detik 237,10 a 228,23 c 226,40 d
60 detik 234,59 b 228,08 c 225,83 d
Kontrol (Hari ke-0) 219,22

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata
berdasarkan uji Duncan’s pada α 5%.

Perubahan tekstur daging buah duku kerusakan buah selama penyimpanan.


sangat erat kaitannya dengan tingkat Hasil penelitian tersebut menunjukkan
ketegaran daging buah tersebut, yang bahwa strawberry yang diberi pelapisan
dipengaruhi oleh reaksi fisiologis dan kitosan lebih tinggi tingkat kekerasannya,
mikrobiologis selama penyimpanan produksi antosianin dan total asamnya
(Muchtadi.D, 1992; Kartasapoetra, A.G, daripada strawberry tanpa pelapisan
1999). Reaksi respirasi yang terjadi pada kitosan maupun strawberry yang diberi
buah duku memiliki pola respirasi fungisida. Karena kitosan mampu
klimakterik (Adnan, 2006; Er.B. berfungsi sebagai anti fungal sehingga
Pantastico, 1993), sehingga semakin lama buah-buahan yang dilapisi dengan
waktu simpan, tingkat kerusakan buah kitosan tidak mudah rusak selama
semakin cepat. Dari segi tekstur, semakin pengangkutan dan penyimpanan.
lama waktu simpan, daging buah duku Penelitian lain menyebutkan bahwa
menjadi semakin lembek dan keriput, pelapisan kitosan pada salak pondoh
yang terjadi akibat adanya transpirasi dengan konsentrasi 0,5 dan 1,0 % mampu
yang diawali pada kulit kemudian mempertahankan umur simpan salak
merambah ke dalam daging buah. pondoh sampai hari ke-15 (Maulida.R,
Penggunaan kitosan sebagai bahan 2010).
pelapis bisa menghambat laju respirasi
dan transpirasi, sehingga penurunan Analisis Bobot Buah Duku
kualitas buah dari segi tekstur bisa Bobot buah duku merupakan salah satu
ditekan. Hal ini senada dengan hasil parameter yang menentukan standar mutu
penelitian Hardjito (2006) yang buah. Menurut SNI No. 6151 Tahun
menyatakan bahwa penggunaan 2009, berdasarkan bobotnya, buah duku
pelapisan kitosan dengan konsentrasi 1,5 dikategorikan menjadi 5 (lima) tingkatan
% pada buah strawberry yang disimpan mutu (Tabel 4).
pada suhu 130C terbukti mampu menekan

205
ISSN : 2407 - 1315 AGRITEPA, Vol. I, No. 2, Januari-Juni 2015

Tabel 3. Bobot Buah Duku (gr) pada Hari ke-6


Waktu Konsentrasi Kitosan (%)
Pencelupan 0,5 1,5 2,5
30 detik 19,70 c 21,65 b 23,47 a
60 detik 19,85 c 22,22 b 23,42 a
Kontrol 25,48

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata
berdasarkan uji Duncan’s pada α 5%

Tabel 4. Kode Ukuran Berdasarkan Bobot (SNI No.6151 Tahun 2009)


Kode Ukuran Bobot (gram)
1 27,5 – 30.0
2 25,9 – 27,4
3 22,5 – 25,8
4 19,9 – 22,4
5 15,0 – 19,8
Sumber : BSN (2000)

Bobot buah duku untuk kontrol yang (2005) melaporkan bahwa terjadi
diukur pada hari ke-0 sebesar 25,48 gram penyusutan bobot buah sebesar 15.79 %
per buah, termasuk ke dalam kualitas ke- pada buah duku yang disimpan selama 3
3 (sedang) (Anonim, 2009). Adapun hasil hari. Susut bobot tersebut dapat ditekan
pengukuran bobot buah duku yang menjadi sekitar 1.51-2.89 % jika buah
dilapisi dengan kitosan, pada hari ke-6 duku disimpan dalam chamber serta
ditunjukkan pada Tabel 5.3.Perlakuan diberi bahan penyerap. Menurut Hirano
pelapisan kitosan dengan variasi (1996) kitosan diketahui mempunyai
konsentrasi 0,5%, 1,5% dan 2,5% kemampuan untuk membentuk gel, film
memberikan pengaruh yang nyata dan fiber, karena berat molekulnya yang
terhadap perubahan bobot buah duku tinggi dan solubilitasnya dalam larutan
pada hari ke-6, sedangkan perlakuan asam encer, sehingga mampu
waktu pencelupan tidak memberikan menghambat laju reaksi fisiologis dan
pengaruh yang nyata. Semakin tingi mikrobiologis penyebab kerusakan buah.
konsentrasi larutan pelapis kitosan yang
diberikan, maka penurunan bobot buah Karakteristik Kimia Buah Duku
duku pada hari ke-6 semakin kecil. Hal selama Penyimpanan
ini erat kaitannya dengan peranan kitosan Analisis Kadar Air (%) Buah Duku
dalam menghambat laju reaksi respirasi Kadar air merupakan salah satu
dan transpirasi yang bisa menurunkan parameter bahan pangan yang paling
kualitas buah. Hasil penelitian Widodo menentukan karakter dan umur simpan.
206
ISSN : 2407 - 1315 AGRITEPA, Vol. I, No. 2, Januari-Juni 2015

Secara umum, semakin tinggi kadar air karena kemampuan kitosan dalam
suatu bahan, maka makin singkat umur melapisi jaringan kulit buah, sehingga
simpan bahan pangan tersebut (Winarno, proses transpirasi bisa dihambat
F.G, 2004). (Hirano,L., 1996), dibuktikan dengan
Kadar air daging buah duku pada hari ke- selisih kadar air antara kontrol pada hari
6 penyimpanan berdasarkan perlakuan ke-0 pengamatan (88,62 %) dengan kadar
penelitian disajikan pada Tabel 5. air sampel pada setiap perlakuan.
Perubahan kadar air pada daging buah
Analisis Total Padatan Terlarut (oBrix)
duku sangat dipengaruhi oleh terjadinya
Buah Duku
reaksi fisiologis terutama transpirasi.
Total padatan terlarut atau brix adalah
Semakin lama waktu penyimpanan, kadar
jumlah zat padat semu yang larut (dalam
air daging buah akan menjadi berkurang.
gr) setiap 100 gr larutan yang dengan
Keadaan berair yang ditemui di sekitar
kata lain menunjukkan jumlah gula, pati,
permukaan daging dan kulit buah adalah
garam-garam dan zat organik yang
sebagai akibat reaksi respirasi dan
terkandung di dalam suatu bahan
aktivitas mikroorganisme. Hasil
(Kuswuri,R.,2012) Hasil pengamatan
penelitian menunjukkan bahwa semakin
menunjukkan bahwa pada penyimpanan
tinggi konsentrasi pelapis larutan kitosan,
hari ke-6, semakin tinggi konsentrasi
maka penurunan kadar air daging buah
larutan kitosan yang diberikan, total
semakin kecil, sementara waktu
padatan terlarut daging buah duku
pencelupan 30 dan 60 detik, secara
semakin besar (Tabel 6). adapun waktu
umum tidak memberikan pengaruh yang
pencelupan 30 dan 60 detik hanya
nyata kecuali pada perlakuan pelapisan
memberikan pengaruh yang nyata pada
1,5% larutan kitosan. Hal ini disebabkan
perlakuan 1,5% larutan kitosan.
Tabel 5. Kadar Air (%) Buah Duku pada Hari ke-6
Konsentrasi Kitosan (%)
Waktu Pencelupan 0,5 1,5 2,5
30 detik 84,44 c 84,46 c 87,38 a
60 detik 84,56 c 86,42 b 87,71 a
Kontrol Hari ke-0 88,62

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata
berdasarkan uji Duncan’s pada α 5%

207
ISSN : 2407 - 1315 AGRITEPA, Vol. I, No. 2, Januari-Juni 2015

Tabel 6. Total Padatan Terlarut (o Brix) Buah Duku pada Hari ke-6
Waktu Konsentrasi Kitosan (%)
Pencelupan 0,5 1,5 2,5
30 detik 20,00 a 18,46 b 17,44 d
60 detik 20,12 a 18,43 b 17,81 c
Kontrol Hari ke-0 17,23

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata
berdasarkan uji Duncan’s pada α 5%

Pada umumnya total padatan terlarut menggunakan 1,5 % kitosan dan waktu
buah mengalami penurunan selama pencelupan 30 detik. Semakin tinggi
penyimpanan. Peningkatan total padatan konsentrasi kitosan yang diberikan,
terlarut selama penyimpanan mungkin perubahan pelunakan tekstur dan
terjadi karena transpirasi buah yang penurunan bobot buah semakin lambat,
menyebabkan kadar air buah menurun sedangkan waktu pencelupan 30 dan 60
(Adnan, 2006). Selain itu, peningkatan detik secara umum tidak memberikan
total padatan terlarut tersebut tampaknya pengaruh yang nyata. Berdasarkan sifat
berhubungan dengan aktifitas kimia, yaitu kadar air dan total padatan
mikroorganisme. Prabawati, dkk (1991) terlarut, diketahui bahwa pelapisan
mendapatkan cendawan perusak pada kitosan mampu menghambat penurunan
kulit buah duku mampu menghidrolisa kadar air dan total padatan terlarut.
selulosa murni. Aktivitas cendawan ini Adapun waktu pencelupan 30 dan 60
menyebabkan peningkatan kadar gula detik tidak memberikan pengaruh yang
total pada kulit buah duku. Di sisi lain, nyata.
Widodo (2005) melaporkan bahwa terjadi
DAFTAR PUSTAKA
penyusutan bobot buah sebesar 15.79%
Anonim. 2008. Active Packaging untuk
pada buah duku yang disimpan selama 3 Buah Duku.
http://smarters06.blogspot.com/20
hari. Susut bobot tersebut dapat ditekan
08/11/active-packaging-untuk-
menjadi sekitar 1.51-2.89% jika buah buah-duku.html
Anonim,.2011. Kitin.
duku disimpan dalam chamber serta
http://id.wikipedia.org/wiki/Kitin.
diberi bahan penyerapan. diakses 24 Maret 2013.
Anonima. 2012. Duku.
http://id.wikipedia.org/wiki/Duku,
SIMPULAN .diakses 24 Maret 2013.
Anonimb. 2012. Komposisi Nutrisi
Penggunaan pelapis kitosan mampu
Bahan Makanan.
memperpanjang umur simpan buah duku http://keju.blogspot.com/1970/01/
isi-kandungan-gizi-buah-duku-
hingga 6 hari, dengan perlakuan terbaik

208
ISSN : 2407 - 1315 AGRITEPA, Vol. I, No. 2, Januari-Juni 2015

komposisi-nutrisi-bahan- Hardjito, L. 2006. Aplikasi Kitosan


makanan.html, diakses 24 Maret Sebagai Bahan Tambahan
2013. Makanan dan Pengawet.
Anonimc. 2012. Manfaat dan Khasiat Prosiding Seminar Nasional
Buah Duku. http://e-lifestylenews. Kitin-Kitosan. Departemen
Blogspot. com/2012/09/6- Teknologi Hasil Perairan. FPIK
manfaat-dan-khasiat-buah-duku- IPB, Bogor.
untuk.html. diakses 24 Maret Kartasapoetra, A.G, 1999, Teknologi
2013. Penanganan Pasca Panen, PT.
Adnan, 2006, Penyimpanan Buah Duku Rhineka Cipta, Jakarta.
Terolah Minimal dalam Kemasan Kuswuri,R., 2012, Pengertian Pol, Brix
Atmosfir Termodifikasi, Tesis, dan HK dalam Analisis
Sekolah Pasca Sarjana, IPB, Bogor. Gula,http://www.risvank.com/tag/b
Asni, N., 2004, Upaya Memperpanjang rix/, diakses tanggal 12 September
Masa Simpan Duku, Balai 2013.
Pengkajian Teknologi Pertanian Labuza, T.P., 2000. Determination of the
Jambi, Jambi. Shelf Life of Foods.
Badan Standarisasi Nasional, 2009, http://www.faculty.che.umn.edu/f
Standar Nasional Indonesia scn. [15 Desember 2008].
No.6121, Duku, Badan Standarisasi Meidina, Sugyono, Jenie, B.S.L.
Nasional, Jakarta. Suhartono, M.T. 2005. Aktifitas
Baker. LG (2007). "Chitosan, the Antibakteri Oligomer Kitin yang
Deacetylated Form of Chitin, is Diproduksi Menggunakan Kitin
Necessary for Cell Wall integrity in Dari Isolat B. licheniformis MB-
Cryptococcus neoformans". 2. Departemen Teknologi Pangan
"Eukaryotic Cell". dan Gizi. Institut Pertanian Bogor.
Bappenas. 2000. Budidaya dan Pasca Bogor.
Panen Duku. Sistem Informasi Maulida Rachmawati. 2010. Pelapisan
Manajemen Pembangunan di Chitosan pada Buah Salak
Perdesaan. BAPPENAS, Jakarta. Pondoh.
El Ghaouth A, Arul J, Ponnampalam R, http://jtpunmul.files.wordpress.co
oule M (1991) Chitosan Coating m/2011/06/sopian-hadi.pdf.
Effect on Storability and Quality diakses 25 Maret 2013.
of Fresh Strawberries. J Food Sci Muchtadi D. 1992, Fisiologi Pasca Panen
56: 1618-1620. Sayuran dan Buah-buahan, Pusat
Er.B. Pantastico, (Ed) Fisiologi Pasca, Antar Universitas Pangan dan Gizi,
Penanganan dan Pemanfaatan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Buah-buahan dan Sayur-sayuran Prabawati S, Tranggono dan Mulyoharjo,
Tropika dan Subtropika, M, 1991, Karakteristik Cendawan
Terjemahan, Kamarijani, Gajah Penyebab Kerusakan Buah Duku
Mada University Press, Hal. 136- (Lansium domesticum Corr), Jurnal
159. Hortikultura, 1: 28.
Kusnandar. Feri. 2010. Pendugaan Raafat D, von Bargen K, Haas A, Sahl
Umur Simpan Produk Pangan HG. 2008. Insights into the mode
dengan Metode Accelerated of action of chitosan as an
Shelf-life Testing (ASLT). antibacterial compound. Appl
Seafast Center. IPB. Environ Microbial.
Hirano, S. 1996. Chitin Biotechnology Widodo (2005, Widodo SE. 2005, Bahan
Applications. Biotechnology Penyerap KMnO4 dan Asam L-
Annual, Rev. askorbat dalam Pengemas Aktif

209
ISSN : 2407 - 1315 AGRITEPA, Vol. I, No. 2, Januari-Juni 2015

(Active Packaging) untuk Winarno, F.G dan M. Aman, 2002.,


Memperpanjang Masa Simpan dan Fisiologi Lepas Panen, Sustra
Mempertahankan Buah Duku, Hudaya, Bogor.
Jurnal Teknologi dan Industri Yusnaidar, 2009, Sifat Kimia dan Fisika
Pangan 2(16): 113.Winarno, Buah Duku Asal Batanghari pada
F.G.,2002, Fisiologi Lepas Panen Berbagai Tingkat Kematangan,
Produk Hortikultura, M-Brio Press, Jurnal Kimia Universitas Jambi,
Bogor. Vol.I (2).
Winarno,F.G., 2004, Kimia Pangan dan
Gizi, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.

210

Anda mungkin juga menyukai