Anda di halaman 1dari 23

5

METODE PENGOLAHAN LIMBAH


UNTUK PAKAN TERNAK
Peningkatan nilai manfaat limbah sebagai 5.1.PERLAKUAN SECARA FISIK
bahan pakan ternak dapat dilakukan
dengan meningkatkan nilai nutrisi melalui Perlakuan secara fisik pada bahan pakan
perlakuan dan pengolahan. Jenis perlakuan berserat tinggi bertujuan untuk merombak
yang diterapkan sangat bervariasi dan struktur fisik bahan dan memecah matriks
tergantung pada jenis, asal dan faktor karbohidrat penyusun dinding sel.
pembatas pemanfaatan limbah sebagai Perlakuan secara fisik dapat juga digunakan
bahan pakan secara langsung. Faktor dalam pengawetan dan atau
pembatas pemanfaatan limbah sebagai menghilangkan kandungan antinutrisi
pakan ternak secara umum meliputi bahan. Pengeringan, penggilingan dan
kualitas nutrisi yang rendah akibat pemotongan, pengukusan, perendaman
kandungan serat yang tinggi, kandungan dan pembuatan pellet merupakan
antinutrisi dan kadar air bahan yang tinggi. beberapa contoh perlakuan secara fisik
yang dapat diterapkan pada bahan pakan
Pemilihan teknik dan metode pengolahan asal limbah.
ditentukan oleh faktor pembatas
pemanfaatan limbah sebagai pakan ternak 5.1.1. Pengeringan (Drying)
sehingga limbah mempunyai nilai tambah Pengeringan merupakan perlakuan yang
yang lebih baik. Limbah‐limbah pertanian paling sederhana dalam pengolahan
(crop residue) dan beberapa limbah yang produk‐produk sampingan terutama pada
berasal dari industri pengolahan hasil bahan yang mengandung kadar air yang
pertanian (agroindustry by-product) tinggi dan atau bahan yang mengandung
umumnya mempunyai kandungan serat antinutrisi yang mudah hilang dengan
tinggi, perlakuan yang diberikan biasanya pemanasan. Limbah yang berasal dari
berupa perlakuan yang diarahkan pada ternak dan produk perikanan biasanya
penghilangan dan atau pemutusan ikatan mempunyai kadar air yang tinggi sehingga
yang terjadi diantara komponen serat. perlu pengurangan kadar air (dehidrasi).
Perlakuan yang paling umum dilakukan Pengeringan dapat menggunakan alat
terhadap limbah yang dapat digunakan pengering (oven, freeze drier, blower)
untuk bahan pakan ternak diantaranya ataupun dengan sinar matahari tergantung
berupa perlakuan secara fisik, kimia, nilai ekonomis yang diperoleh.
biologis dan atau kombinasi perlakuan Pengeringan mampu mengurangi
fisiko‐kimia atau fisiko‐biologis. kerapat‐ an jenis beberapa limbah ternak

Metode Pengolahan Limbah untuk Pakan Ternak 1


sekitar 20‐
30 persen dari volume awal. mikroba rumen untuk mendegradasi partikel
Pengeringan juga dapat menekan pakan yang pada gilirannya akan menurunkan
proses penguraian bahan organik. kecernaan pakan. Untuk itu
Kehilangan substansi bahan seperti
nitrogen dan energi dipengaruhi oleh
teknik dan metode pengeringan.
Pengeringan beku (freeze dry) mampu
menekan kehilangan nitrogen (4.8%) dan
energi (1.3%), sementara
pengeringan hampa (vacuum dry) pada
suhu 40oC menyebabkan kehilangan
nitrogen (28.0%) dan energi (12.0%)
yang cukup besar. Kandungan total
HCN umbi kayu dapat hilang hingga
lebih dari 86 persen selama pengeringan
dengan sinar matahari.
5.1.2. Pemotongan
(Chopping) dan Penggilingan
(Grinding)
Pemotongan dan penggilingan akan
mampu menghancurkan sebagian ikatan
jaringan serat kasar dengan memperluas
permukaan dan membuka struktur dinding
sel dan memungkinkan bakteri menembus
lapisan pelindung dinding sel dan
memperbanyak titik penetrasi enzim agar
mudah dicerna. Perlakuan penggilingan
dan pemotongan lebih mengarah pada
pemecahan karbohidrat dibanding lignin.
Penggilingan bahan berserat tinggi dapat
mengurangi ukuran partikel, merusak
struktur kristal selulosa dan memutus
ikatan kimia dari rantai panjang molekul
penyusunnya.
Pemotongan dan penggilingan dapat
meningkatkan konsumsi pakan bebas,
tetapi dapat mempunyai pengaruh yang
merugikan terhadap kecernaan karena
dapat menurunkan waktu tinggal (mean
retention time = MRT) pakan dalam
rumen. Penurunan MRT terjadi karena
makin kecil partikel pakan maka laju aliran
pakan meninggalkan rumen makin cepat,
akibatnya akan mengurangi kesempatan

2 Teknologi Pemanfaatan Limbah untuk Pakan


dalam penggilingan bahan pakan, jenis, c. mengurangi debu pakan yang telah
ukuran partikel pakan harus diatur digiling, d. memudahkan penanganan, e.
secara benar untuk mendapatkan mengurangi segregasi pada ukuran partikel
keseimbangan antara peningkatan yang berbeda dan f. mengurangi bahan
konsumsi pakan dan efisiensi laju pakan yang terbuang.
pakan meninggalkan rumen
5.1.4. Pengukusan (Steaming)
sehingga mencapai tingkat
penggunaan pakan yang optimum. Pengukusan bertekanan tinggi merupakan
salah satu metode dalam meningkatkan
5.1.3. Pembuatan pellet (Pelleting) kualitas bahan pakan kasar. Metode ini
Kendala lain pemanfaatan limbah menyebabkan pengembangan serat
sebagai pakan ternak adalah sifatnya sehingga memudahkan untuk dicerna oleh
yang volumis (bulky) sehingga enzim mikroorganisme. Uap akan
memakan ruang dalam saluran menghancurkan ikatan antara selulosa,
pencernaan. hemiselulosa dan lignin sedangkan
Perlakuan pengeringan komposisi kimianya tidak berubah.
dan penggilingan biasanya diikuti Pengukusan mampu meningkatkan
dengan perlakuan lain yaitu ketersediaan energi karena meningkatnya
pemadatan dengan membuat pakan kelarutan selulosa dan hemiselulosa dan
dalam bentuk pellet. Beberapa atau pembebasan substansi terdegradasi
keuntungan pembuatan pellet pada dari lignin dan silika.
bahan pakan kasar meliputi : a. Efektifitas pengaruh perlakuan pengu‐
pakan lebih seragam sehingga kusan bertekanan tergantung pada kondisi
mengurangi seleksi pakan oleh lain seperti tekanan, kadar air dan lama
ternak, b. peningkatan kerapatan
perlakuan. Penelitian yang dilakukan Liua kurang dapat diaplikasikan.
dkk. (1999) menyimpulkan bahwa
5.1.5. Perendaman (Soaking)
pengukusan dengan tekanan 15 bar selama
5 menit dan rasio air dan bahan 3:7 Perendaman biasanya dilakukan
memberikan hasil yang untuk menghilangkan atau
optimum. Penelitian lain menyebutkan mengurangi
pengukusan serat sawit dengan kandungan antinutrisi. Media
tekanan 15 kg/cm3 selama sepuluh menit perendaman dapat berupa air, larutan
dapat meningkatkan kecernaan bahan garam atau alkali. Perendaman dapat
organik dari 15 persen menjadi 42 digunakan untuk menurunkan
persen, dan jika tekanan ditingkatkan kandungan asam sianida dan fitat
menjadi 30 kg/cm3 selama 1 menit, bahan pakan. Kandungan asam sianida
kecernaan bahan organiknya pada umbi kayu dapat berkurang
meningkat menjadi 51.6 persen. Pengu‐ sampai 20% setelah perendaman
kusan dengan tekanan terhadap selama 4 jam. Perendaman biji
kacang kedelai dapat menurunkan kacang‐kacangan dalam air selama
kandungan fitat sebesar 5‐15% (Shi dkk. 24 jam menurunkan 50%
2004). Kendala utama perlakuan kandungan fitat. Penurunan
pengukusan dengan tekanan tinggi kandungan fitat dapat
adalah diperlukannya alat dan sumber ditingkatkan dengan memperlama
energi yang mahal sehingga metode ini waktu perendaman.

Metode Pengolahan Limbah untuk Pakan Ternak 3


5.2. PERLAKUAN SECARA KIMIA telah banyak dilakukan untuk meningkat‐
Perlakuan secara kimia umumnya dilakukan kan ketersediaan substansi selulosa yang
terhadap pakan kasar (roughage) yang dapat dicerna oleh mikroba rumen.
bertujuan untuk meningkatkan kecernaan Perlakuan kimia dapat menyebabkan
dan konsumsi pakan bebas dengan cara pemecahan ikatan lignin‐karbohidrat,
memecah komponen‐komponen dinding oksidasi senyawa fenol termasuk lignin dan
sel atau memecah ikatan lignin dengan hidrolisis polisakarida menjadi gula.
senyawa karbohidrat yang terdapat pada Secara garis besar perlakuan kimiawi
sel tanaman. Berbagai perlakuan kimia dikelompokkan menjadi tiga yaitu secara
alkali, asam dan oksidasi (Tabel 34). Bahan
kimia yang sering digunakan
adalah kaustik soda (NaOH), potas (KOH),
kalsium hidroksida (Ca(OH)2), ammonia
anhydrase (NH3), larutan amonia
(NH4OH), sulfur dioksida (SO2), asam
sulfat (H2SO4), asam klorida (HCl) dan
natrium klorida (NaCl). Perlakuan dengan
alkali dipandang paling efektif dalam
meningkatkan kualitas limbah
pertanian. Secara skematis pada
prinsipnya kerja alkali adalah sebagai
berikut :
1. memutuskan sebagian ikatan antara
selulosa dan hemiselulosa dengan
lignin dan silika,
2. esterifikasi gugus asetil dengan
membentuk asam uronat
3. merombak struktur dinding sel, melalui
pengembangan jaringan serat, dan
memudahkan penetrasi molekul enzim
mikroorganisme.
Cara kerja alkali memecah ikatan lignoselu‐
losa dan lignohemiselulosa belum diketahui
secara sempurna. Alkali mempunyai
kemampuan untuk mengurangi ikatan
hidrogen di dalam molekul selulosa kristal
sehingga selulosa membengkak dan bagian
selulosa kristal akan berkurang. Alkali
mampu menghasilkan perubahan terhadap
struktur dinding sel yang mencakup
hilangnya grup asetil dan asam fenolik,
larutnya silika dan hemiselulosa serta
kemungkinan hidrolisis ikatan hemiselu‐
losa‐lignin. Pembengkakan selulosa dapat
dibedakan dapat menjadi dua macam yakni

4 Teknologi Pemanfaatan Limbah untuk Pakan


pembengkakan di dalam kristal 5.2.1. Perlakuan dengan Kaustik Soda
(intercrystalline swelling) dan pembeng‐ (NaOH)
kakan antarkristal (intracrystalline
swelling). Air tidak dapat menembus Pengolahan limbah pertanian dan
struktur selulosa, akan tetapi berpengaruh pakan kasar lainnya dengan kaustik
terhadap pembengkakan antarkristal di soda telah banyak diterapkan.
dalam selulosa. Membengkaknya selulosa Kaustik soda merupakan alkali yang
menyebabkan renggangnya ikatan paling kuat dalam mendegradasi
lignoselulosa dan lignohemiselulosa dan struktur dinding sel. Perlakuan
pecah sehingga dinding sel menjadi lemah. alkali dapat meningkatkan kelarutan
hemiselulosa dan mengurangi
Tabel 34.
Bahan kimia yang dapat kandungan dinding sel. Beberapa
digunakan untuk meningkatkan kualitas metode pengolahan NaOH terhadap
pakan kasar pakan kasar tercantum pada Tabel 35.
KategoriBahan KimiaFormula Tabel 35. Metode perlakuan pakan kasar
Alkali Ammonium hidroksidaNH4OH dengan NaOH (Sundstol, 1988)
Perlak Prosedur
(amonia, urea) (NH3, CO(NH2)) Kondisi Optimum
uan Perlakuan
Kalsium hidriksoda Ca(OH)2 1. Perendaman 1.5‐2.5 % Larutan NaOH,
Potasium hidroksida KOH ba‐han dalam direndam selama
Sodium hidroksida NaOH larutan NaOH, 12 jam, dibilas
Asam Asetat CH3COOH, diikuti dengan dengan larutan netral
Propionat C2H5COOH pembilasan.
Butirat C3H7COOH 2. Perendaman 1.5 % larutan NaOH
Asam format HCOOH bahan dalam direndam selama 0.5
Asam klorida HCl Cara larutan NaOH, –
Ortofosfat H3PO4 Basah tanpa 1 jam dan disimpan
Asam sulfat H2SO4 pembilasan. selama 6 hari.
Garam Amonium bikarbonat NH4HCO3 Tapi disimpan.
Sodium bikarbonat NaHCO3 3. Bahan 5.5 kg NaOH, di simpan
Sodium karbonat NaCO3 disemprot selama 12 jam
Sodium klorida NaCl dengan
Kalsium karbida CaC2 larutan NaOH
dalam
Oxidising agen suatu ruang.
Senyawa Bubuk pemutih CaCl2O Bahan di 40‐70% kadar air, 3‐5 %
rendam
klorin Kalsium hipoklorit Ca(OCl)2 Setengah NaOH, min. direndam
Klorin Cl2 dengan 1 minggu
Basah larutan
Klorin dioksida ClO2
NaOH di dalam
Potasium klorat KclO3 Silo
Sodium klorit NaCLO2 1. Bahan Larutan 27 – 47 % NaOH
Senyawa Hidrogen peroksida H2O2 digiling menjadi Tekanan di atas 100
lain Ozon O3 halus dan atm temperatur 70 –
Sodium peroksida Na2O3 dicampur 90 oC
Senyawa Sodium bisulfit NaHSO3 dengan larutan
sulfur Sodium sulfida NaS Cara kaustik soda
Sodium sulfit Na2SO3 Kering konsentrasi
Sulfur dioksida SO2 tinggi
Surfaktan EDTA 2. Bahan larutan
Sodium lautyl sulfat NaC12H25SO4 dipotong dan
air H2O disemprot
Sumber : Owen dkk. (1984) dengan

Metode Pengolahan Limbah untuk Pakan Ternak 5


425 kg larutan NaOH 16% setiap ton bahan
NaOH
hemiselulosa. Reaksi kimia terjadi
dengan
larutan 1

0.6 kg NaOH30L air

4 2
penambahan per 10 kg bahan perendaman 0.5‐1 jam

penyimpanan peririsan 3‐6 hari 0.5‐2 jam

Pemberian pada ternak (<50% dr ransum)

Gambar 21. Metode pengolahan peren‐


daman dengan NaOH
Dewasa ini perlakuan dengan NaOH sudah
banyak ditinggalkan karena pengolahan
dengan NaOH menimbulkan kerugian
antara lain: kation Na+ dalam jumlah
banyak bersifat racun bagi ternak,
menimbulkan polusi tanah dan lingkungan,
residu NaOH di dalam saluran pencernaan
dapat bersifat racun bagi ternak serta
harganya mahal dan sulit diperoleh.
5.2.2 Perlakuan dengan Amonia
Perlakuan dengan amonia atau amoniasi
merupakan salah satu alternatif untuk
meningkatkan pakan kasar sebagai
pengganti NaOH. Amoniasi mampu
meningkatkan nilai nutrisi pakan kasar
melalui peningkatan daya cerna, konsumsi,
kandungan protein kasar pakan dan
memungkinkan penyimpanan bahan pakan
berkadar air tinggi dengan menghambat
pertumbuhan jamur. Sama dengan alkali
lainnya, amonia menyebabkan perubahan
komposisi dan struktur dinding sel yang
berperan dalam membebaskan ikatan
antara lignin dengan selulosa dan

6 Teknologi Pemanfaatan Limbah untuk Pakan


memotong jembatan hidrogen dan meningkatkan kecernaan dinding sel juga
meningkatkan fleksibillitas dinding sel meningkatkan kandungan nitrogen.
sehingga memudahkan penetrasi oleh enzim Selama proses pengolahan, sekitar 30
selulase yang dihasilkan mikroorganisme. sampai 60 persen dari amonia yang
Secara skematis reaksi tersebut adalah sebagai digunakan akan terserap oleh bagian
berikut : lembab jaringan pakan. Amonia terserap
O O akan berikatan dengan gugusan asetat dan
membentuk garam ammonium asetat yang
⎢⎢ ⎢⎢
R – C – O ‐ R* + NH3  R – C – NH2 + H‐O‐R* mengandung nitrogen.
R adalah karbohidrat dan R* adalah Kendala amoniasi menggunakan
karbohidrat lain dalam bentuk asam gas amonia diantaranya adalah
karboksilat atau phenyl propane dari lignin. pengadaannya yang mungkin sulit dan
membutuhkan kontainer kedap udara.
Sumber amonia dalam amoniasi yang Urin merupakan sumber amonia yang
digunakan dapat berupa gas amonia, amonia murah tetapi sulit untuk
cair, urea maupun urin. Daya kerja amonia mengumpulkannya, kecuali pada
dalam perlakuan amoniasi diantaranya sebagai manusia. Urin mengandung 5.3 – 14.3
bahan pengawet terhadap bakteri dan fungi g N/liter dan 76‐82% merupakan N‐
yang berkembang pada bahan selama proses, amonia. Urea merupakan sumber
sumber nitrogen yang berfiksasi dengan amonia yang murah karena setiap
jaringan tanaman dan pemecah ikatan lignin kg urea akan dihasilkan 0.57 kg
dan karbohidrat. Perlakuan dengan gas amonia. Perlakuan urea merupakan hasil
amonia sangat baik, selain dapat dari dua proses yang
dilakukan secara simultan yaitu hidrolisis substrat, peluruhan larutan urea ke bagian bawah
urea (ureolysis) dan kerja amonia media dan tumbuhnya jamur.
terhadap dinding sel bahan. Ureolysis Suhu optimum perombakan urea berkisar
merupakan reaksi enzimatis yang antara 30‐60oC. Kecepatan reaksi dikalikan (atau
membutuhkan kehadiran enzim urease dibagi) dengan 2 setiap kenaikan (atau
dalam media perlakuan. Urea akan penurunan) suhu sebesar 10oC. Perombakan
dihidrolisis dengan bantuan enzim urease urea secara sempurna dapat terjadi setelah satu
menjadi amonia. minggu atau bahkan 24 jam pada kisaran
CO(NH2)2 + H2O ‹ 2 NH2 + CO2 suhu o
20‐45 C. Perombakan urea berjalan
60 18 34 44 sangat lambat pada kisaran suhu 5‐10oC.

Perombakan urea menjadi amonia selain Indikator keberhasilan pengolahan dengan


membutuhkan enzim urease, juga amonia dapat dilihat dari kandungan protein dan
dipengaruhi oleh kelembaban dan suhu daya cerna bahan yang diolah. Ada beberapa
saat perlakuan. Kelembaban ideal untuk faktor yang menentukan keberhasilan
ureolysis adalah 100%, yang tidak mungkin
pengolahan tersebut, antara lain: dosis amonia,
tercapai pada media yang heterogen. temperatur dan tekanan, lama pengolahan, kadar
Untuk alasan teknis, kisaran kelembaban air, jenis dan kualitas limbah serta perlakuan lain
media sekitar 30‐60%. Kelembaban media yang dilakukan terhadap bahan.
di bawah 30%, perombakan urea akan
berjalan lambat dan kelembaban di atas
60% akan mengurangi kekompakan

Metode Pengolahan Limbah untuk Pakan Ternak 7


a. dosis amonia paling ideal untuk amoniasi adalah 20‐
Dosis amonia merupakan berat 100oC. Temperatur juga terkait dengan
nitrogen yang dipergunakan tekanan. Tekanan 16.2 kg/cm3 pada
o
dibandingkan berat bahan kering temperatur 121 C dengan lama perlakuan
bahan. Dosis amonia optimum 4 menit menghasilkan daya cerna
sekitar 3‐5% dari bahan keing bahan yang lebih baik.
bahan. Konsentrasi amonia kurang c. lama perlakuan
dari 3% tidak berpengaruh Lama perlakuan adalah lamanya waktu
terhadap daya cerna dan protein memeram bahan limbah dalam larutan
kasar bahan dan amonia hanya sumber amonia. Dibanding dengan
berperan sebagai pengawet. NaOH, amonia mempunyai reaksi kimia
Konsentrasi amonia lebih dari yang lebih rendah sehingga
5% menyebabkan perlakuan tidak memerlukan waktu pemeraman yang
efisien karena banyak amonia lebih lama. Lama waktu pemeraman
yang terbuang. Asumsi setiap sangat bervariasi tergantung pada
kilogram urea secara sempurna temperatur saat perlakuan dan
dikonversi akan menghasilkan 0.57 metode yang digunakan. Hal ini disebabkan
kg amonia, maka dapat secara kimia reaksi akan berjalan lebih
diperkirakan dosis optimum urea cepat pada temperatur yang lebih tinggi.
untuk amoniasi yaitu berkisar Perlakuan amoniasi dengan urea
antara 5 – memerlukan waktu lebih lama
8.7 persen. karena dibutuhkan proses perombakan
b. temperatur dan tekanan urea oleh enzim urease menjadi
Temperatur yang lebih amonia. Lama perlakuan sekitar 8
tinggi mempercepat reaksi minggu pada suhu 5oC dan sekitar 1
kimia terjadi. Temperatur yang minggu pada suhu 30oC.
d. kandungan air Proses amoniasi dengan urea akan
Kandungan air merupakan salah satu berjalan lebih baik jika dibarengi dengan
faktor penting yang mempengaruhi perlakuan lain seperti penambahan
keberhasilan perlakuan dengan amonia. sumber enzim urease (Tabel 36) dan
Kandungan air bahan optimal perlakuan fisik. Semakin banyak enzim
untuk amoniasi adalah 30% dan tidak urease akan semakin cepat
boleh lebih dari 50% (rasio air dan jerami perombakan urea menjadi amonia.
adalah 1 : 1). Perlakuan fisik seperti pemotongan
atau penggilingan mampu
e. jenis dan kualitas limbah
meningkatkan luas permukaan bahan
Tipe dan kualitas limbah berperan dalam yang dapat kontak dengan amonia.
keberhasilan perlakuan amoniasi. Jenis dan
Tabel 36. Aktivitas enzim urease dari
karakteristik limbah akan memberikan
ekstrak tanaman dan feses ternak
respon yang berbeda terhadap perlakuan.
Limbah dengan kualitas jelek pada
umumnya memberikan respon yang lebih
baik terhadap amoniasi dibanding
berkualitas yang lebih baik.
f. perlakuan lain terhadap bahan

8 Teknologi Pemanfaatan Limbah untuk Pakan


5.2.3. Perlakuan Secara Kimia Lainnya 4. residu bahan kimia yang tersisa dalam
pakan kasar tidak bersifat racun
Sejumlah zat kimia diketahui mempunyai
terhadap ternak serta feses dan urin
kemampuan bereaksi terhadap bahan
yang dikeluarkan tidak menjadi sumber
lignoselulosa sehingga dapat
polutan bagi lingkungan,
dipertimbangkan sebagai bahan untuk
meningkatkan kualitas pakan kasar. Bahan 5. tidak berbahaya bagi manusia dalam
kimia yang digunakan dalam meningkatkan penanganan dan tidak bersifat korosif
kualitas nutrisi pakan kasar idealnya memiliki bagi alat yang digunakan.
karakteristik yang meliputi : Karakteristik bahan kimia ‘ideal’ sering kali
1. efektif dalam meningkatkan kecernaan dan tidak dapat dipenuhi oleh semua
atau konsumsi pakan, bahan kimia. Selain NaOH dan amonia,
perlakuan secara kimia juga dapat
2. biaya untuk perlakuan dalam meningkatkan
menggunakan Ca(OH)2 (Jackson, 1978),
nilai nutrisi harus ekonomis,
asam organik dan anorganik dan
3. bahan kimia yang digunakan harus tersedia larutan alkali peroksida.
setiap saat Aktivitas
dibutuhkan, Aktivitas
Sumber Enzim Sumber Enzim
urease urease
Meski efektifitas Ca(OH)
Kacang kedelai1 7902
danDedak
NaOH1 relatif 42
Glirisidia1 80 Feses kerbau 28 sama namun karena Ca(OH)2 merupakan
segar1 alkali lemah maka dalam menghidrolisis
Lamtoro1 112 Feses sapi 120 ikatan lignoselulosa dibutuhkan waktu
segar1
lebih lama.
Daun mimosa1 86 Biji semangka2 335
Daun bunga 42 Biji labu2 755 5.3. PERLAKUAN SECARA BIOLOGIS
matahari1
Daun pisang1 24 Biji nangka2 4871 Aplikasi perlakuan secara biologis dalam
1
. mg NH3/g/3 jam (Jayasurya dan pengolahan bahan pakan limbah bertujuan
Sannasgala 1984) untuk mengubah struktur fisik bahan,
2
pengawetan dan mengurangi kandungan
. mg NH3/g/jam (Ibrahim dkk. 1984) antinutrisi. Perubahan struktur fisik pada
pakan kasar dilakukan oleh enzim
delignifikasi sekaligus memperkaya dapat dikelompokkan dalam dua model
jaringan pakan dengan protein fermentasi yaitu fermentasi media padat
mikrorganisme. Delignfikasi dapat terjadi dan fermentasi media cair. Pengolahan
dengan merombak dan melarutkan lignin limbah padat lebih mungkin menggunakan
yang terkandung dalam pakan. Perlakuan metode fermentasi media
secara biologis dilakukan dengan padat. Peningkatan kualitas bahan
menggunakan enzim pendegradasi dinding lignoselulosa menjadi bahan pakan
sel seperti selulase, hemiselulase dan ternak telah lama dilakukan. Paling
enzim pemecah lignin, jamur ligninolitik, sedikit terdapat 3 cara dalam
bakteri dan jamur rumen. peningkatan bahan lignoselulosa
Biokonversi merupakan proses‐proses yang menjadi pakan ternak
dilakukan oleh mikroorganisme untuk menggunakan mikroorganisme (Gambar
mengubah suatu senyawa menjadi produk 22). Cara pengolahan tergantung pada
yang mempunyai struktur kimia yang penggunaan produk akhir apakah
berhubungan. Biokonversi lignoselulosa untuk ternak ruminansia atau ternak
monogastrik.

Metode Pengolahan Limbah untuk Pakan Ternak 9


LIGNOSELULOSA

penggunaan langsung
Gula C5&C6 dilarutkan lignin dilarutkan
tanpa perlakuan pendahuluan
pemanasan, iradiasi, hidrolisis asam atau enzimatisperlakuan panas‐alkali

fermentasi substrat padat white rot fungi


gula C5, lignin selulosalignin + gula C5, C6

fermentasi hidrolisis fermentasi fermentasi


bakteri, khamir (glukosa)
mikroorganisme selulolitik
bakteri, khamir
PAKAN : campuran miselia‐substrat PANGAN : kapang
fermentasi
bakteri, khamir
PST PST PST PST

Gambar 22. Jalur biokonversi lignoselulosa untuk produksi pakan dan pangan
Komponen lignoselulosa yang dapat pengolahan bahan lignoselulosa dengan
dimanfaatkan oleh ternak adalah selulosa mikroorganisme adalah kehilangan bahan
dan hemiselulosa. Sebagian kapang organik substrat yang digunakan oleh
ligninolitik tidak mempunyai kemampuan mikroorganisme sebagai sumber nutrien
menggunakan lignin sebagai sumber dalam proses biokonversi. Mikroorganisme
tunggal untuk energi dan karbon dan yang ideal dalam biokonversi lignoselulosa
banyak tergantung pada polisakarida yang menjadi pakan ternak adalah mikroorgan‐
mudah tercerna di dalam substrat. Masalah isme yang mempunyai kemampuan besar
yang sering timbul dalam proses dalam mendekomposisi lignin tetapi
rendah daya degradasinya terhadap oleh sedikit mikroorganisme
selulosa dan hemiselulosa. Secara umum dikarenakan strukturnya yang kompleks
kapang white‐rot dibagi menjadi tiga dan heterogen. Degradasi
kelompok (Zadrazil 1984) yaitu [1] kapang komponen lignoselulosa
yang menguraikan selulosa dan melibatkan aktivitas sejumlah
hemiselulosa lebih dahulu kemudian lignin, enzim seperti peroksidase, fenol
[2] lebih banyak memetabolisme lignin oksidase, selulase, hemiselulase dan
lebih dahulu kemudian selulosa gula oksidase. Sejumlah bakteri dan
dan hemiselulosa dan [3] mampu kapang mampu menghidrolisis
mendegradasi semua polimer dinding sel selulosa sampai tahap tertentu,
secara simultan. namun hanya sedikit
mikroorganisme yang
5.3.1Biokonversi Lignoselulosa
mampu
Biokonversi lignoselulosa secara alami mendegradasi lignin. Mikroorganisme
berjalan lambat dan hanya dapat dilakukan yang dapat mendegradasi lignin

10 Teknologi Pemanfaatan Limbah untuk Pakan


adalah kapang tingkat tinggi seperti Sumber dan tipe agen biokonversi
Basidiomycetes. Basidiomycetes berpengaruh sangat besar terhadap
pendegradasi lignoselulosa dikelompokkan kecepatan, efiseinsi dan kesempurnaan
menjadi dua grup utama, yaitu brown- degaradasi. Aplikasi sistem biokonversi
rot fungi dan white-rot fungi. bahan lignoselulosa dapat dilakukan
Brown-rot fungi melepaskan selulosa dengan beberapa cara, diantaranya: kultur
dari substrat, tetapi masih organisme murni, isolat enzim bebas dan
meninggalkan polimer lignin. White- sistem kompleks cairan rumen.
rot fungi mendegradasi lignin dan
membuka selulosa terhadap serangan 1. Mikroorganisme pendegradasi Ligno-
enzimatik (Takano dkk. 2004). selulosa
Kapang ini menguraikan lignin Perombakan komponen lignoselulosa
dalam substrat sehingga dapat melibatkan sejumlah enzim yang dihasilkan
menembus selulosa dan hemiselulosa oleh beberapa jenis mikroorganisme.
yang melekat pada matriks lignin dan Mikroorganisme ideal dalam meningkatkan
dapat menghasilkan pakan ternak kualitas bahan lignoselulosa sebagai pakan
ruminansia berkualitas tinggi atau ternak harus mempunyai kemampuan
penggunaan polisakarida yang memetabolis lignin yang kuat dengan
dibebaskan melalui hidrolisis dan tingkat degradasi selulosa dan
fermentasi untuk menghasilkan bahan hemiselulosa yang rendah. Sekelompok
bakar atau bahan kimia. mikroorganisme mampu mendegradasi
lignin, namun hanya kapang pelapuk putih
(white-rot fungi) yang mampu
mendegradasi lignin secara efektif.
Beberapa mikroorganisme yang sering
digunakan dalam meningkatkan kualitas
pakan kasar antara lain jamur dari genus
Volvariella, kapang dari genus
Basidiomycetes, kapang Trichoderma
viride dan jamur Pleurotus spesies.
Jamur dari genus Volvariella (V.
volvacea, V. esculenta, dan V.
displasia) dapat tumbuh pada merang
padi dan bahan selulosik yang lain. Bekas
media tumbuh jamur dapat digunakan
sebagai pakan ternak.
Kapang pembusuk kayu seperti
P. chrysosporium dapat memecah lignin
dan selulosa pada kayu. Kapang jenis
ini mempunyai sifat: membentuk spora
yang cukup banyak dan mudah
dipindahkan, bersifat thermotoleran
sehingga dapat tumbuh pada suhu 25OC
ataupun 35‐40oC dan memerlukan bahan
nutrisi yang mudah diperoleh.

Metode Pengolahan Limbah untuk Pakan Ternak 11


Kapang Trichoderma viride dan Mn2+ menjadi Mn3+ yang berperan sebagai dalam
beberapa mutannya merupakan salah pemutusan unit fenolik lignin. LiP
satu jenis kapang yang dapat
menghasilkan enzim cukup banyak dan
bersifat cukup stabil. Kapang ini dapat
tumbuh dengan baik pada media
sederhana dengan pH 5.0 sampai 2.5,
jadi dapat menekan kontaminasi
bakteri dan mikroba lain.
Jamur dari genus pleurotus dapat
memecah lignin dan polisakarida kayu
menjadi produk kaya protein. P. ostreatus
(jamur tiram) dan P. florida dapat
tumbuh pada temperatur optimum
mendekati 30oC. Media tumbuh jamur
genus ini berupa campuran serbuk gergaji,
sisa butiran, manure kotoran hewan dan
limbah pengolahan pangan.
2. Degradasi Lignin
Lignin merupakan senyawa polimer
aromatik yang sulit didegradasi dan
hanya sedikit organisme (Tabel 37) yang
mampu mendegradasi lignin, diantaranya
kapang pelapuk putih. Kapang
mendegradasi lignin menjadi produk yang
larut dalam air dan CO2. Beberapa
kapang, diantaranya Phanerochaete
chrysosporium dapat mendegradasi
lignin dan berbagai polutan aromatik
selama fase pertumbuhan stationary
yang dipacu oleh kekurangan nutrisi
dalam substrat. Kapang ini
menghasilkan dua peroksidase yaitu Lignin
Peroxidase (LiP) dan Mangannese
Peroxidase (MnP) yang
mempunyai peranan penting
dalam proses perombakan lignin
(Gambar 23). LiP merupakan katalis
utama dalam proses ligninolisis oleh
kapang karena mampu memecah unit
non fenolik yang menyusun sekitar 90
persen struktur lignin (Srebotnik dkk.
1994). LiP dan MnP mempunyai
mekanisme yang berbeda dalam
proses ligninolisis. MnP mengoksidasi

12 Teknologi Pemanfaatan Limbah untuk Pakan


mengkatalis oksidasi senyawa Polyporus ostreiformis LiP
aromatik non fenolik. Mekanisme LiP Rigidoporus lignosus MnP
Stereum hirsutum MnP
dalam dalam mengkatalis reaksi Trametes gibbosa LiP, MnP
masih belum jelas, apakah T. versicolor (C. versicolor) LiP, MnP
berinteraksi langsung dengan lignin Trametes villosa MnP
atau melalui perantaraan radikal. Sumber : Orth dkk. (1993)

Tabel 37. Organisme yang mampu LiP mengkatalis suatu oksidasi senyawa
menghasilkan LiP dan atau MnP aromatik non fenolik lignin membentuk
radikal kation aril. Disamping itu, karena LiP
Enzim yang
Mikroorganisme merupakan oksidan yang kuat maka enzim
dihasilkan
Bjerkandera adustus LiP ini juga mempunyai kemampuan
Ceriporiopsis subvermispora MnP mengokasidasi senyawa fenolik,
Chrysonilia sitophila LiP amina, eter aromatik dan senyawa
Chrysosporium pruinosum LiP
aromatik polisiklik (Perez dkk. 2002).
Coriolopsis occidentalis LiP
Coriolopsis polkyzona MnP Oksidasi substruktur lignin yang dikatalis
Coriolus consors LiP oleh LiP dimulai dengan pemisahan satu
Coriolus hirsutus LiP elektron cincin aromatik substrat
Dichomitussqualens MnP donor dan menghasilkan radikal
Ganoderma valesiacum MnP
kation aril, yang kemudian mengalami
Lentinula edodes MnP
Panus tigrinus MnP berbagai reaksi postenzymatic
Phanerochaete chrysosporium LiP, MnP (Hammel 1997). LiP memotong
Phellinus pini LiP ikatan C‐C molekul lignin.
Phlebia brevispora LiP, MnP Pemotongan ikatan pada posisi C‐C
Phlebia radiata LiP, MnP
merupakan jalur utama perombakan lignin (Hammel 1996).
oleh berbagai kapang pelapuk putih

hypha

glyoxal oxidase

lignin peroxidase + H2O2 Many product


veratryl alcohol(spontaneous) cation radical

manganese peroxidase + H2O2


manganese peroxidase + Mn2+ + unsaturated lipid

Many product

phenoxy radical
benzylic radical

Metode Pengolahan Limbah untuk Pakan Ternak 13


Gambar 23. Skema sistem degradasi lignin oleh Phanerochaete chrysosporium (Akhtar
dkk. 1997)
3. Degaradasi Selulosa
(a) endoglucanases atau 1,4--D-glucan-
Degradasi selulosa merupakan 4-glucanohydrolases (EC 3.2.1.4)
proses pemecahan polimer
(b) exoglucanases, yang meliputi 1,4--D-
anhidroglukosa menjadi molekul yang
glucan glucanohydrolases atau
lebih sederhana. Proses ini akan
cellodextrinases (EC 3.2.1.74) dan 1,4-
menghasilkan oligo, di atau trisakarida
-D-glucan cellobiohydrolases atau
seperti selobiosa dan selotriosa, glukosa
cellobiohydrolases (EC 3.2.1.91)
monomer dan terkhir CO2 dan air.
Degradasi selulosa dapat dilakukan (c) -glucosidases atau -glucoside
secara biologis dengan bantuan enzim dan glucohydrolases (EC 3.2.1.21)
secara nonbiologis baik secara fisik Enzim endoglucanase menghidrolisis secara
maupun kimiawi. Sejumlah besar fungi acak bagian amorf selulosa serat
dan bakteri (Tabel 38) mampu menghasilkan oligosakarida dengan
menghidrolisis selulosa sampai taraf panjang yang berbeda dan terbentuknya
tertentu. Mikroba menggunakan ujung rantai baru. Enzim exoglucanase
selulosa sebagai sumber energi dan bekerja terhadap ujung pereduksi (CHBI)
karbon. Degradasi selulosa oleh fungi dan non‐pereduksi (CHBII) rantai
merupakan hasil kerja sekelompok polisakarida selulosa dan membebaskan
enzim selulolitik yang bekerja glukosa yang dilakukan oleh enzim
secara sinergis. Sistem enzim selulolitik glucanohydrolase atau selobiosa yang
terdiri dari tiga kelompok utama yaitu : dilakukan oleh enzim cellobiohydrolase
sebagai produk utama (Lynd dkk. 2002). Tabel 38. Mikroba yang mampu
Hidrolisis bagian berkristal selulosa hanya mendegradasi selulosa
dapat dilakukan secara efiesien oleh enzim
Fungi
exoglucanase (Perez dkk. 2002; Lynd
Acremonicella atra Gonatobotrys sp
dkk. 2002). Hasil kerja sinergis Acremonium furcatum Graphium sp
Allesciaeizia teretris Humicola alopallonella
endoglucanase dan exoglucanase Arthrodotris superba H. brevis
menghasilkan molekul selobiosa. Aspergilus fumigatus H. grisea
Hidrolisis selulosa secara efektif A. terreus H. nigrescens
Bispora betulina Myrothecium verrucatia
memerlukan enzim ‐glucosidase yang Botrytrichum sp. Odidiodenrom grizeum
memecah selobiosa menjadi 2 molekul Catenularia heimii O. tenuissimim
Ceratocystis cana Penicillium funiculosum
glukosa (Gambar 24). C. picea Petriellidium boydil
C. tetroppii Phialocephala sp
Chaetomium elatum P. fastigiata
C. funicola P. gregata
C. globosum P. hoffmanii
C. thermophilum P. lignicola
Chloridium chamydosporum Phoma empyzena
Chrysosporium pannoizum P. glomerata
Coniothrium fockelii Pseudeorotium zonatum
C. minitans Rhinoclapiella anceps
Cordana pauciseptata R. compacta
Corydne sarcoides Scytalidium album
Dictyosporium elegans S. lignicola

glukosa selobiosa

14 Teknologi Pemanfaatan Limbah untuk Pakan


‐glucosidase endoglucanase Doratomices microsphorus Sporotricnum
thermophium
Fusarium solani Stachybotrys atra
Gliocladium catenulatum Trichoderma polysporum
G. penicillidides T. viride
Gliocladium viride Wardomyces inflatus
Bakteri
Actinomyces cellulosae C. flaviena
Angiococcus cellulosum C. galba
Bacillus celluossae Cellulomonas gelida
disolvens
B. cellulosam fermentans C. pusilla
Cellulomonas acidula C. uda
C. aurogena Clostridium
cellulosolvents
C. biazotea Polyangium cellulosum
C. cellasea Sporangium cellulosum
Exoglucanase (CHBI) C. fimi Streptomyces
celluloflavus
Exoglucanase (CHBII)
Sumber : Judoamidjojo dkk. (1989)
Gambar 24. Skema hidrolisis selulosa 4. Degradasi Hemiselulosa
menjadi glukosa
Hemiselulosa mengalami biodegradasi
menjadi monomer gula dan asam asetat
dengan bantuan enzim hemiselulase.
Hemiselulase seperti kebanyakan enzim
lainnya yang dapat menghidrolisis dinding
sel tanaman merupakan protein multi‐
domain. Xilan merupakan karbohidrat
utama penyusun hemiselulosa (Perez dkk.
2002) dan Xylanase merupakan oligosakarida (Perez dkk. 2002). Hidrolisis
hemiselulase utama yang menghidrolisis hemiselulosa juga membutuhkan
ikatan ‐1,4 rantai xilan (Howard enzim pelengkap yang bekerja secara
dkk. 2003). Kapang P. sinergis dalam menguraikan xilan dan
chrysosporium menghasilkan endoxylanase mannan (Tabel 39).
yang berperan dalam pemecahan
xilan menjadi
Tabel 39. Enzim Hemiselulase dan Substrat yang dihidrolisis
Exo‐‐1,4‐xylosidase ‐1,4‐Xylooligomers xylobiose 3.2.1.37
EnzimSubstratNomor EC

Endo‐‐1,4‐xylanase ‐1,4‐Xylan 3.2.1.8


Exo‐‐1,4‐mannosidase ‐1,4‐Mannooligomers mannobiose 3.2.1.25
Endo‐‐1,4‐mannanase ‐1,4‐Mannan 3.2.1.78
Endo‐‐1,5‐arabinanase ‐1,5‐Arabinan 3.2.1.99
‐L‐arabinofuranosidase ‐Arabinofuranosyl(1‹2) atau (1‹3) xylooligomers ‐ 3.2.1.55
1,5‐arabinan
‐Glucuronidase 4‐O‐Methyl‐‐ glucuronic acid (1‹2) xylooligomers 3.2.1.139
‐Galatosidase ‐Galactopyranose (1‹6) mannooligomer 3.2.1.22
Endo‐galactanase ‐1,4‐Galactan 3.2.1.89
‐Glucosidase ‐Glucopyranose (1‹6) mannopyranose 3.2.1.21
Acetyl xylan esterases 2‐ atau 3‐O Acetyl xylan 3.2.1.72
Acetyl mannan esterase 2‐ atau 3‐O Acetyl mannan 3.1.1.6
Ferulic and p‐cumaric acid seterase 2‐ atau 3‐O Acetyl mannan 3.1.1.73

Metode Pengolahan Limbah untuk Pakan Ternak 15


Sumber: Howard dkk. 2003
5.3.2 Pembuatan Silase respirasi. Enzim tanaman dan
Silase merupakan suatu produk yang mikroorganisme memanfaatkan oksigen
dihasilkan melalui proses fermentasi dan mengoksidasi karbohidrat mudah larut
terkontrol suatu bahan berkadar air tinggi. (water soluble carbohydrate = WSC))
Bahan yang dijadikan silase biasanya menjadi karbondioksida dan panas. Fase
berupa hijauan makanan ternak (rumput anaerobik dimulai jika oksigen yang ada
dan legum) dan hasil tanaman pertanian telah habis digunakan untuk respirasi.
dan produk ikutannya serta beberapa Bakteri anaerobik dengan cepat
bahan asal ternak dan ikan. Tujuan utama berkembang dan proses fermentasi
pembuatan silase adalah untuk dimulai. Mikroorganisme yang diharapkan
mengawetkan, menurunkan antinutrisi dan tumbuh dengan cepat adalah bakteri
mengurangi kehilangan zat makanan suatu Lactobacillus yang menghasilkan asam
bahan baku untuk dimanfaatkan pada laktat. Asam laktat menurunkan pH silase.
masa mendatang. Silase dibuat jika Pengurangan fase aerobik dengan
produksi bahan baku dalam jumlah yang menghilangkan kandungan oksigen dari
banyak atau pada fase pertumbuhan bahan merupakan faktor yang sangat
dengan kandungan zat makanan optimum. penting untuk menghasilkan silase yang
Proses ensilase meliputi dua fase yaitu fase baik.
aerobik dan fase anaerobik. Fase aerobik Kualitas dan nilai nutrisi silase dipengaruhi
terjadi dengan adanya oksigen, yang sejumlah faktor seperti spesies tanaman
pH silase

dimanfaatkan oleh tanaman untuk proses yang dibuat silase, fase pertumbuhan dan
kandungan bahan kering saat panen,
mikroorganisme yang terlibat dalam proses Fermentasi silase dimulai saat
dan penggunaan bahan tambahan oksigen telah habis digunakan oleh sel
(additive). tanaman. Bakteri menggunakan WSC
Prinsip pembuatan silase adalah dalam menghasilkan asam laktat
memacu terciptanya kondisi anaerob untuk menurunkan pH silase.
dan asam dalam waktu singkat. Ada 3 Tanaman di lapangan mempunyai pH
hal penting agar diperoleh kondisi yang bervariasi antara 5 dan 6, setelah
tersebut yaitu menghilangkan udara difermenatsi turun menjadi 3.6 – 4.5.
dengan cepat, menghasilkan asam Penurunan pH yang cepat membatasi
laktat yang membantu menurunkan pH, pemecahan protein dan menghambat
mencegah masuknya oksigen ke dalam pertumbuhan mikro‐ organisme
silo dan menghambat pertumbuhan anaerobik merugikan seperti
jamur selama penyimpanan (Gambar 25). enterobacteria dan clostridia. Produksi
asam laktat yang berlanjut
akan menurunkan pH yang dapat
menghambat pertumbuhan semua bakteri
(Gambar 26).

16 Teknologi Pemanfaatan Limbah untuk Pakan


PENGHILANGAN AIR
DENGAN CEPAT Kadar Air
Panjang Pemotongan Pengepakan

6.0
FERMENTASI JELEK

FERMENTASI NORMAL
4.5
FERMENTASI DENGAN
4.0 BAL HOMOLACTIC

PENURUNAN pH MENCEGAH PENETRATSI UDARA KE DALAM SILO


DENGAN CEPAT DAN PENGHAMATAN JAMUR

2‐3 HARI
FERMENTASI MASA PENYIMPANAN
Kadar Air
ngan Udara Panjang Pemotongan Penyegealan silo Asam propionat Amonia
teri Jumlah Bakteri Buffering Capacity Gula terfermentasi Inokulasi Mikroba Enzim

Gambar 25. Peristiwa dan faktor yang mempengaruhi proses fermentasi silase

Metode Pengolahan Limbah untuk Pakan Ternak 17


pH
LEVEL
BAKTERI
OKSIGEN

FASE FASE FASE FASE


AEROBIK LAG FERMENTASI STATIS
0 1 2 14
WAKTU (HARI)

Gambar 26. Perubahan selama proses ensilase (Van Soest 1994)


1. Menghilangkan oksigen dari Bahan tinggi. Peningkatan tempetarur juga dapat
Silase. mempengaruhi struktur silase misalnya
Proses ensilase terjadi dalam kondisi tanpa perubahan warna silase menjadi gelap (Van
oksigen (anaerobik), bakteri yang bekerja Soest 1994).
dalam memproduksi asam laktat adalah Peningkatan temperatur silase dapat
bakteri anaerob. Oksigen yang terdapat dibatasi dengan pemanenan tanaman pada
pada bahan silase dan silo dapat kadar air yang tepat dan dengan
mempengaruhi proses dan hasil yang meningkatan kepadatan (bulk density)
diperoleh. Proses respirasi tanaman akan silase. Tabel 40 menggambarkan hubungan
tetap berlangsung selama masih tersedia antara temperatur, kandungan bahan
oksigen. Respirasi dapat meningkatkan kering dan kepadatan bahan dalam silo.
kehilangan bahan kering, mengganggu Pemadatan bahan baku silase terkait
proses ensilase, menurunkan nilai nutrisi dengan ketersediaan oksigen di dalam silo,
dan kestabilan silase. semakin padat bahan, kadar oksigen
a. Respirasi sel tanaman. semakin rendah sehingga proses respirasi
semakin pendek.
Aktivitas sel tanaman tidak segera terhenti
setelah dipanen, sel meneruskan respirasi Tabel 40. Peningkatan temperatur
selama masih cukup tersedia karbohidrat dalam silo dengan berbagai tingkat
dan oksigen. Oksigen dibutuhkan untuk kepadatan dan kandungan bahan kering
proses respirasi yang menghasilkan energi
untuk fungsi sel. Karbohidrat dioksidasi KEPADATAN KANDUNGAN BAHAN KERING (%)
oleh sel tanaman dengan adanya (lbs/ft 3) 20 30 40 50 60 70
oksigen menjadi karbondioksida (CO2), …..…………. OF ……………………
20 4.8 5.3 6.0 6.8 7.8 9.0
air (H2O) dan panas. 30 2.5 2.8 3.2 3.7 4.3 5.0
Panas yang dihasilkan selama proses 40 1.4denaturasi
mengalami 1.6 1.9 pada
2.2 temperatur
2.5 3.0
50 0.7 0.8 1.0 1.2 1.5 1.8
respirasi tidak dapat segera hilang,
60 0.2 0.3 0.5 0.6 0.8 1.0
sehingga temperatur silase dapat
meningkat. Peningkatan temperatur dapat
mempengaruhi kecepatan reaksi dan
merusak enzim (McDonald dkk. 1991).
Enzim merupakan protein yang akan
Beberapa jenis bahan secara alami
memperangkap lebih banyak udara dalam
silase. Dengan pengelolaan yang baik,
Sumber: Coblentz (2003) oksigen dapat hilang dari silase dalam 4
sampai 6 jam (Coblentz 2003). silase.
Pembatasan respirasi dapat Silase yang difermentasi dengan baik akan
dilakukan dengan pemotongan menghasilkan pH yang lebih rendah. Kondisi ini
langsung, pemadatan dan dapat dimaksimalkan jika gula difermentasi
pelayuan. Untuk menjamin proses menjadi asam laktat. Silase
fermenatsi berjalan dengan baik, bahan
harus mengandung kadar air sekitar 60‐
70%.
b. Pengaruh oksigen terhadap fermentasi.
Oksidasi gula tanaman melalui proses
respirasi mempunyai pengaruhi negatif
terhadap karakterisitik fermentasi. Gula
tanaman berperan sebagai substrat utama
bagi bakteri penghasil asam laktat yang
dominan dalam fermentasi silase. Produksi
asam laktat oleh BAL menurunkan pH
(menurunkan keasaman) silase dan
menjadi kunci stablitas dan pengawetan
silase. Respirasi yang berlebihan atau
dalam waktu lama dapat mengurangi
ketersediaan substrat dalam produksi asam
laktat, sehingga dapat menurunkan
potensi proses fermentasi yang baik.
c. Pengaruh oksigen terhadap nilai nutrisi.
Respirasi yang berlebihan dapat
mempengaruhi nilai nutrisi silase. Oksidasi
gula tanaman menurunkan energi dan
secara tidak langsung meningkatkan
komponen serat hijauan. Temperatur silase
yang berlebihan menyebabkan
pembentukan produk‐produk reaksi
Maillard, dimana senyawa yang
mengandung protein tidak tercerna di
dalam saluran pencernaan ternak
ruminansia. Kondisi anaerob yang lambat
tercapai memungkinkan berkembangan
bakteri aerob yang dapat mendegradasi
protein (proteolitik) menjadi amonia.
d. Pengaruh oksigen terhadap kestabilan
akan tetap stabil untuk waktu yang Proses ensilase pada kadar air lebih dari
tak terbatas selama udara tidak 70% tidak dianjurkan. Bahan baku
dapat masuk ke dalam silo. Jika silase dengan kadar air tinggi pada
udara (oksigen) dapat masuk, proses ensilase menyebabkan kurang
populasi yeast dan jamur akan masam dan mempunyai konsentrasi asam
meningkat dan menyebabkan panas butirat dan N‐amonia yang tinggi. Bahan
dalam silase karena proses respirasi. baku yang diensilase pada kadar air
Akibat lain adalah kehilangan bahan yang rendah (50%) berakibat pada
kering dan mengurangi nilai nutrisi fermentasi yang terbatas, sehingga
silase. Beberapa spesies jamur pada menghasilkan silase yang kurang stabil
kondisi tersebut dapat menghasilkan dengan konsentrasi asam laktat rendah
mikotoksin dan substansi lain yang dan pH lebih tinggi. Bahan dengan kadar
mengganggu kesehatan ternak. air rendah lebih sulit untuk
2. Kadar Air menghilangkan oksigen dari bahan silase
sewaktu pemasukan dan
Salah satu faktor yang pengemasan.
mempengaruhi proses fermentasi
adalah kadar air bahan baku. 3. Faktor bahan baku
Secara umum, kadar air optimum Silase dapat dibuat dari berbagai jenis
untuk dalam pembuatan silase tanaman seperti rumput, legum, sereal
sekitar 65% (Coblentz 2003). dan hasil ikutan tananam lainnya. Bahan
Tingkat kadar ini dapat yang baik dijadikan silase harus mempunyai
memudahkan proses fermentasi substrat mudah terfermentasi dalam
dan biasanya membantu bentuk WSC yang cukup, buffering
menghilangkan oksigen selama capacity yang relatif rendah dan
proses pemgemasan.
kandungan bahan kering di atas 200 g kg‐1 Karakteristik dasar yang harus dimiliki oleh
(McDonal dkk. 1991). WSC inokulan bakteri antara lain
tanaman umumnya dipengaruhi oleh dapat beradaptasi pada bahan
spesies, fase pertumbuhan, budidaya dan berkadar air tinggi, dapat
iklim. beradaptasi dengan temperatur
Tanaman yang dipupuk dengan nitrogen lingkungan, toleransi terhadap keasaman,
dalam level yang tinggi umumnya tidak menghasilkan bakteriosin, dan berperan
menghasilkan silase yang lebih baik sebagai probiotik (Ohmomo dkk. 2002).
dibandingkan dengan tanaman yang Tabel 41. Mikrooragnisme yang mungkin
dipupuk dengan level yang biasa. terdapat selama ensilase
Tanaman merubah energi dari matahari ORGANISMEKONDISI YANGPRODUK/EFEK
menjadi gula sehingga konsentrasi gula DIPERLUKANUTAMA
secara umum lebih tinggi pada sore atau
malam hari. Konsentrasi gula menurun tanama BAKTERI Anaerobik;
ASAM LAKTAT pelayuan hijauan
pada malam hari melalui proses respirasi n. (BAL) sangat
dalam tanaman dan lebih rendah lagi pada diperlukan;
4. Aditif
pagi hari. Fase pertumbuhan tanaman juga hijauan dipotong
Silas untuk
mempengaruhi ratio batang dan daun,
e perkembangan
yang akan mempengaruhi kandungan gula
BAL yang cepat. Jalur beberapa nt atif: asam
homoferme asam asetat. laktat, ethanol,
nta tit: asam Jalur mannitol, asam
laktat dan heteroferme asetat dan CO2.
Aditif silase dapat dibagi menjadi 3 kategori Clostridia Anaerobik; Spesies
umum yaitu a. stimulan fermentasi, seperti hijauan segar. Saccharolytic:
asam butirat,
inokulan bakteri dan enzim; b. inhibitor
CO2 dan H2.
fermentasi seperti asam propionat, asam Spesies
format dan asam sulfat; dan c. substrat Proteolytic:
seperti molases, urea dan amonia. asam butirat,
asam asetat,
a. Stimulan fermentasi amina, CO2 dan
NH3.
Tanaman secara alami mengandung
Enterobacteria Anaerobik; pH Asam asetat,
beberapa tipe bakteri baik yang optimum 7.0; ethanol, CO2 H2
menguntungkan maupun merugikan (Tabel aktif pada fase dan NH3.
41). Beberapa produk akhir dapat awal
dihasilkan dalam proses fermentasi fermentasi
Listeria Aerobik; pH di Listeriosis,
(Tabel
atas 5.5; terutama pada
42) dan beberapa diantaranya tumbuh pada domba.
dapat menurunkan kualitas silase yang silase dengan
dihasilkan. Konsep penambahan temperatur
inokulan bakteri adalah untuk rendah dan BK
tinggi
memacu pertumbuhan bakteri asam
Fungi Aerobik; aktif Spora dan
laktat (BAL) homofermentatif yang dapat pada lapisan mikotoksin
segera menghasilkan asam laktat
untuk menurunkan pH silase.
Beberapa BAL yang digunakan sebagai atas silase
inokulan pada silase dan alasan
penggunaannya ditampilkan pada Tabel 43.
Tabel 42. Beberapa produk akhir proses Populasi bakteri dalam inokulan harus
fermentasi dalam jumlah yang cukup untuk proses
ITEMPENGARUHKERJA fermentasi yang efektif. Bakteri
Lactobaillus plantarum dianjurkan
pH + pH rendah menghambat
aktivitas bakteri mempunyai konsentrasi akhir sebesar
5
Asam + Menghambat aktivitas 100.000 (10 ) colony forming unit
Laktat bakteri dengan menurunkan pH (CFU) per gram bahan baku.
Penambahan 2 sampai 3 kali (200.000 –
300.000) lebih
Asam ‐ Berhubungan dengan menguntungkan, tetapi penambahan
Asetat fermentasi yang hingga 1.000.000 (106) CFU gram‐1 tidak
merugikan
lagi menguntungkan (Kung 2001).
+ Menghambat
pembusukan aerobik oleh Bakteri bukan penghasil asam laktat (non‐
yeast BAL) juga dapat digunakan sebagai
Berkaitan
Asam
dengan ‐ inokulan, contohnya Propionibacteria.
degradasi
Butirat
protein, pembentukan toksin dan meningkatkan kehilangan bahan kering dan energi
Bakteri ini dapat mengubah asam laktat
dan glukosa menjadi asam asetat dan
p ropionat yang berfungsi sebagai
Ethanol ‐ Petunjuk terjadinya antifungi. Inokulasi P. shermanii dapat
frementasi oleh yeast dan
kehilangan bahan kering
mencegah pertumbuhan jamur pada silase
yang tinggi jagung berkadar air tinggi jika pH
Amonia ‐ Menunjukan pemecahan lebih besar dari 4.5 (Flores‐Galaraza dkk.
protein 1985) dan meningkatkan stabilitas aerobik.
Acid ‐ Menunjukkan kerusakan
Detergent protein karena panas dan
Insoluble rendah kandungan energi
Nitrogen
(ADIN)

Tabel 43. Beberapa bakeri yang biasa digunakan sebagai inokulan

PRODUK AKHIR
ORGANISME TIPE ORGANISME ALASAN PENGGUNAAN
UTAMA
Lactobacillus plantarum BAL, - cepat menghasilkan asam Asam laktat
HOMOLAKTIK laktat
- relatif toleran asam
PediocococcusBAL, - cepat menghasilkan asam laktatAsam laktat
acidilactici,HOMOLAKTIK - tumbuh lebih cepat daripada Lactobacillus
Pediocococcus cerevisiae - Beberapa starin dapat tumbuh baik pada temperatur lebih dingin
- Beberapa strain mempunyai osmo toleransi yang baik

Enterococcus faecium BAL, - cepta menghasilkan asam laktat Asam laktat


- tumbuh lebih cepat daripada
HOMOLAKTIK
Lactobacillus
Propionibacterium shermanii, Propionibacterium
PROPIONIjensenii - Menghasilkan senyawa antifungi Asam propi
BAKTERI asam aseta

Lactobacillus buchneri BAL, - Menghasilkan senyawa antifungi Asam laktat,


HETEROLAKTIK asam asetat,
propanediol CO2
Sumber: Kung (2001)
Enzim yang ditambahkan ke dalam silase ideal pembuatan silase tidak tercapai,
dapat mendegradasi sebagian serat misalnya kadar air yang tidak mungkin
menjadi karbohidrat mudah larut (WSC) untuk diturunkan karena kondisi iklim
yang digunakan oleh BAL. Bakteri asam atau kandungan WSC yang rerndah.
laktat tidak dapat menggunakan serat Proses pengawetan terjadi karena tidak
sebagai sumber energi untuk membentuk aktifnya bakteri pembusuk akibat
asam laktat. Kompleks enzim selulase dan turunnya pH secara drastis. Beberapa
hemiselulase merupakan enzim yang sering aditif yang bersifat menghambat adalah
dicampurkan dengan mikroorganime asam format, asam propionat, asam
sebagai inokulan silase. klorida dan asam
b. Inhibitor fermentasi.
Aditif yang bersifat menghambat
pertumbuhan mikroba biasanya digunakan
dalam pembuatan silase dimana kondisi
sulfat. Asam propionat mempunyai aktivitas
sebagai antimikotik yang efektif mengurangi
yeast dan jamur yang bertanggung jawab
terhadap kerusakan aerobik silase. Aditif jenis
ini sering ditambahkan pada pembuatan silase
yang berasal dari limbah pengolahan
perikanan.
c. Substrat
Penambahan substrat sebagai sumber WSC
adalah hal yang biasa dilakukan disamping
inokulasi bakteri. Penambahan sumber WSC
akan membantu mempercepat tercapainya
kondisi asam karena bakteri dapat dengan
mudah memanfaatkan WSC untuk
menghasilkan asam laktat. Sisi positif lain
penambahan aditif WSC dapat mengurangi
kehilangan bahan kering silase akibat
perubahan WSC bahan menjadi asam laktat.
Molases, glukosa, sukrosa, dan bahan‐bahan
lain yang mempunyai WSC tinggi dapat
dijadikan sebagai aditif dalam proses
fermentasi.

Anda mungkin juga menyukai