PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
1
1.2. TUJUAN
a. Untuk melatih mahasiswa S1 pendidikan teknik otomotif dalam melakukan
perancangan media pembelajaran.
b. Untuk menambah pengetahuna akademis mahasiswa S1 pendidikan teknik
otomotif tentang kepenulisan
c. Untuk menambah pegetahun akademis mahasiswa S1 pendidikan teknik
otomotif tentang komponen system alarm, cara kerja system alaram dan lain
sebagainya.
d. Untuk menambah media pembelajaran bagi mahasiswa S1 pendidikan teknik
otomotif
1.3. MANFAAT
a. Menjadi bekal mahasiswa S1 pendidikan teknik otomotif ketika sudah lulus
dan menjadi guru di SMK ataupun lembaga pendidikan non formal lainya
b. Sebagai bahan referensi dan pengetahuan sistem alarm bagi mahasiswa S1
pendidikan teknik otomotif
c. Sebagai bahan pembelajaran dalam pengembangan teknologi alarm bagi
mahasiswa S1 pendidikan teknik otomotif
d. Sebagai bahan praktik untuk mengetahui rankaian dan proses kerja sistem
alarm yang benar bagi mahasiswa S1 pendidikan teknik otomotif
2
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. PENGERTIAN ALARM
Secara umum alarm dapat didefinisikan sebagai bunyi peringatan atau
pemberitahuan. Dalam istilah jaringan, alarm dapat juga didefinisikan sebagai
pesan berisi pemberitahuan ketika terjadi penurunan atau kegagalan dalam
penyampaian sinyal komunikasi data ataupun ada peralatan yang mengalami
kerusakan (penurunan kinerja).
Pesan ini digunakan untuk memperingatkan operator atau administrator
mengenai mengenai adanya masalah (bahaya) pada jaringan. Alarm memberikan
tanda bahaya berupa sinyal, bunyi, ataupun sinar. Alarm memberitahukan apabila
terjadi bahaya dan kerusakan ataupun kejadian yang tidak diharapkan pada
jaringan melalui sinyal sehingga memberikan peringatan secara jelas agar dapat
diantisipasi.
3
2.2.3 Anti Scan/Anti Grab Prevention/Anti Kode Grabbing
Alarm ini mempunyai kemampuan mengantisipasi pembajakan nomor
kode dan frekuensi dengan cara remote control selalu mengirimkan kode
dan frekuensi yang berbeda ke sensor secara acak. Sehingga para pencuri
yang biasanya dapat menyadap kode tersebut pada saat remote control
diaktifkan akan mendapatkan data yang selalu berbeda.
2.2.4 Two Stage Shock Sensor/Dual Zone Shock Sensor
Alarm ini mempunyai sistem peringatan dini. Cara kerjanya, alarm
akan mengeluarkan bunyi peringatan bila terjadi gangguan berupa
guncangan. Bila peringatan pertama diabaikan dan gangguan tetap terjadi
barulah alarm akan berbunyi sekeras-kerasnya.
2.2.5 Automatic Disable Starter/Starter Disable Output
Alarm ini berfungsi sebagai senjata pelindung terakhir pada mobil.
Apabila pencuri nekat membobol kabin dan menjarah semua barang yang
ada didalam mobil maka saat mobil dipaksa dihidupkan relay auto starter
akan memutus arus listrik pada rangkaian pengapian sehingga mobil tidak
bisa dibawa kabur
2.2.6 Intrusion Alert With Memory/Led Sistem Status Indicator
Alarm ini mampu memberikan laporan kepada pemilik mobil
mengenai jenis gangguan yang pernah terjadi. Laporan diberikan dalam
bentuk kode yang berkedip pada lampu indikator di dalam kabin. Setiap
satu jenis kedipan lampu mewakili jenis gangguan yang berbeda
4
kemungkinan gangguan, misalnya saja ada orang yang iseng, terkena benturan
benda keras dan lain sebagainya.
Bila kunci kontak pada posisi “OFF” semua pintu tertutup dan LED pada
kontrol unitalarm sudah berkedip-kedip berarti alarm siap bekerja, bila body
kendaraan digoyang atau bergetar akibat pukulan, benturan, dll maka Sirine
berbunyi tanda peringatan bersamaan dengan lampu yang berkedip-kedip terus
menerus atau selang waktu tertentu
5
2.4. KOMPONEN SISTEM ALARM
2.4.1 Kunci Kontak
6
2.4.2 Modul Alarm
7
2.4.3 Remote Control
Ada dua jenis remote control pada sistem alarm, yang pertama infrarek (IR)
dan yang kedua radio frequency (RF). Remote control IR bekerja dengan cara
mengirimkan gelombang infra merah ke perangkat elektronik, sedangkan remote
control RF bekerja dengan cara yang sama namun menggunakan gelombang
radio.
8
Perbedaan diantara kedua jenis itu hanya pada masalah jangkauan. Remote
control IR dapat bekerja dengan baik jika tidak terdapat penghalang dengan jarak
jangkauan 9 meter. Sedangkan, remote control RF dapat melalui dinding dengan
jangkauan lebih jauh sekitar 30 meter.
Remot sistem alarm pada mobil merupakan remot control RF, remot mobil
bekerja dengan frekuensi yang dihubungkan melalui sebuah kode dari
transmitter. Sehingga, antara pemancar dan penerima harus memiliki kode yang
sama. Ketika menekan tombol remot, sama halnya menghidupkan pemancar dan
mengirimkan kode penerima, yakni alarm modul.
2.4.4 Battray
Pada kendaraan, baterai berfungsi sebagai sumber arus untuk semua sistem
kelistrikan pada kendaraan. Pada saat mesin belum hidup baterai memberikan
energi listrik untuk sistem penerangan atau sistem lampu-lampu dan aksesoris.
Pada saat start, baterai berfungsi memberikan energi listrik untuk
memutarkan motor starter dan sistem pengapian selama start. Setelah mesin
9
hidup, baterai berfungsi untuk menerima dan menyimpan energi listrik yang
diberikan oleh sistem pengisian baterai.
Pada kondisi mesin hidup, hampir semua kebutuhan energi listrik pada
sistem kelistrikan kendaraan dipenuhi oleh sistem pengisian. Khusus pada
rangkaian Central Door Lock baterai berfungsi sebagai sumber arus utama yang
digunakan untuk mengaktifkan Control Module untuk mengaktifkan
komponen–komponen utama dan pendukung pada rangkaian Central Door Lock
secara menyeluruh.
2.4.5 Fuse
10
memiliki ciri khusus untuk membedakan besar kemampuan sekering
terhadap arus yang melewatinya. Ada banyak ukuran fuse yang bisa di gunakan
sesuai dengan kebutuhan. Akan tetapi dalam pemilihan ukuran tidak boleh
sembarangan, harus melalui proses penghitungan dengan rumus :
I = P/V
Keterangan
I : Besar arus (A)
P : Daya (W)
V : Tegangan (V)
Tidak cukup sampai di sini, untuk menjaga faktor aman maka fuse yang di
pilih adalah ukuran 2 kali dari hasil perhitungan di atas.
11
lampu peringatan ini menyala ketika alarm menyala, dan ketika remot di tekan
lock misalnya, maka central lock berfungsi, alarm berbunyi dan lampu juga
menyala. Lampu ini sama dengan lampu tanda belok.
Sensor Getar adalah sensor yang bekerja dengan cara merubah besaran
getaran menjadi besaran listrik dengan output sebesar 0,001mV. Sensor getar
atau Shock sensor akan mendeteksi getaran yang terjadi pada mobil yang
dipasang pada sistem alarm. Getaran yang diterima oleh sensor akan dianalisa
dan diteruskan ke modul alarm untuk membunyikan sirine berupa teriakan
ataupun peringatan saja. apabila sensor getar memiliki 2 tingkat kepekaan, maka
yang terjadi adalah sirine akan berbunyi peringatan (bukan berbunyi raungan)
jika getaran yang terdeteksi tidak terlalu kuat. Tetapi jika getaran yang diterima
kuat maka sirine akan berbunyi secara penuh yang menandakan adanya bahaya.
12
Sensor getar pada umumnya menggunakan sistim resonansi dengan alat
berupa lilitan per kecil atau jarum. Sensor getar jenis ini lebih di kenal dengan
istilah "false alarm" yaitu karena terlalu sensitif sehingga kadang salah
mendeteksi yang membuat orang tidak begitu menyukai akhirnya memilih untuk
tidak memasangnya atau menonaktifkan pada alarm mobil. ini merupakan sebuah
kekeliruan yang bisa berakibat fatal. Bayangkan saja jika ada seorang pencuri
membobol mobil dengan jalan memecahkan kaca, maka yang terjadi adalah
alarm tidak berbunyi.
Switch atau saklar ini terpasang di setiap pintu, fungsi dari switch ini
adalahuntuk mendeteksi pintu mobil sudah tertutup secara sempurna atau tidak.
Switch ini bekerja sebagaimana saklar pada umunya yaitu dengan cara memutus
dan menyambung arus Bila ditekan, hubungan arus akan putus, bila tidak
ditekan arus akan tetap terhubung. Data dari switch ini yang kemudian di olah
oleh modul alarm yang outpunya pada sirine akan berbunyi jika salah satu pintu
belum tertutup sempurna atau terbukan salah satunya.
13
2.4.9 Kabel
2.4.10 Sirine
a. Pada mobil avanza ini modul central lock dan alarm digabung menjadi
satu, maka tidak ada terminal kusus yang menghubungkan antara
modul alarm dan modul central lock sepertihalnya sistem alarm pada
after market. Prosesnya langsung jadi satu yang di proses secara
elektronik.
15
b. Modul alarm memperoleh sumber arus listrik utama dari baterai
dengan tegangan 12 Volt masuk pada terminal 1 dan masa pada
terminal 3. Selain menerima arus dari batrey 12 volt modul juga
menerima arus dari kunci kontak IG pada terminal 20
c. Modul menerima sinyal dari sensor (switch) pintu melalui terminal 22
dan juga menerima sinyal dari ECU pada terminal 23.
d. Modul menerima sinyal juga dari kap mobil melalui terminal 26
e. Ada beberapa output dari modul, terminal 5 output untuk horn,
terminal 2 untuk sirine, terminal 10 untuk hazard, dan terminal 18
untuk LED sebesar 5 volt
2.5.3 Perbedaan Wiring Diagram Avanza 1.5 Dan Wiring Diagram After Market
a. Modul alarm dan central lock untuk avanza jadi satu sedangkan after
market terpisah.
b. After market tidak ada input dari kap mobil (hood switch)
c. Output lampu peringatan avanza langsung satu jalur dengan sklar
hazard dengan satu kabel sedangkan after market di hubungkan 2 kabel
lampu sein kanan dan sein kiri.
d. Pada avanza ada input dari ECU sedangkan after market tidak
17
3. Hindarkan remot pada lingkungan yang lembab atau basah.
4. Apabila ada kerusakan serahkan kepada ahlinya untuk memperbaiki
Adapun beberapa permasalah yang sering terjdi pada sistem alarm dan cara
perbaikanya sebagai berikut :
1. Dalam mode aktif, sistem alarm terkadang mendeteksi getaran palsu
sehingga sirine berbunyi. Hal ini terjadi karena tingkat sensitifitas sensor
getar alarm yang tinggi. Untuk itu cara memperbaikinya adalah dengan
cara memutar tombol sensor berlawanan dengan arah jarum jam untuk
merendahkannya. Apabila yang terjadi sebaliknya, maka lakukan hal
sebaliknya pula.
2. Setelah sistem alarm diaktifkan selama 10 detik, sirine berbunyi tanpa
henti. Meskipun telah dicoba untuk menghentikannya dengan remote
control. Maka hal pertama yang harus dilakukan adalah memeriksa
apakah pintu kendaraan semuanya dalam keadaan tertutup. Periksalah
apakah kabel sensor pintu telah terpasang secara benar, bila tidak,
betulkan pemasangan kabel sensor pintu
3. Remote control tidak dapat digunakan untuk mengunci atau membuka
pintu. Jika ini terjadi maka hal pertama yang harus di lakukan adalah
memeriksa apakah sistem centra lock dapat bekerja dengan benar atau
tidak. Periksalah kembali apakah terdapat koneksi yang longgar atau
salah pasang antar modul utama alarm dan centra door lock. Jika longgar
maka lakukan perbaikan.
18
BAB III
PERANCANGAN PRODUK
3.1. DIMENSIAL
19
Gambar 3.2. Rancangan Kerangka Trainer Tampak Samping
(Sumber: dokumen pribadi)
20
Seperti yang tertera pada gambar trainer kelistrikan body sistem alarm ini
memiliki ukuran p × l × t yaitu 100 × 60 × 165 cm. Rangka trainer sistem alarm
ini dibuat dari dari besi kotak dan besi siku 4 cm ×4 cm. Untuk lebih
memudahkan dalam penggunaan trainer ketika di pembelajaran maka trainer ini
dilengkapi dengan 4 buah roda caster wheel 3”. Kemudian untuk penempatan
komponen sistem alarm dipasang pada papan berbahan dari triplek yang telah
ditempel gambar wiring diagram kelistrikan sistem alarm. Ukuran dari papan
triplek ini adalah p × l yaitu 100 × 75 cm.
3.2. PEMBUATAN
3.2.1 Metode Yang Digunakan
Trainer sistem alarm ini adalah alat peraga atau media pembelajaran untuk
pembelajaran kelistrikan body sistem alarm. Untuk itu trainer yang di buat, cara
kerjanya harus sama dengan apa yang ada di lapangan, kendaraan asli. Setiap
komponen dari sistem alarm ini di pasang pada papan triplek yang sudah di
tempel dengan gambar wiring diagram. Kemudian komponen yang di pasang
secara terpisah ini di berikan terminal masing masing yang nantinya para
mahasiswa di suruh merakit dari semua komponen yang terpasang hingga alarm
bisa berfungsi sebagaimana mestinya.
Metode sangat di perlukan dalam melakukan perancangan trainer sistem
alarm ini. Berikut metode perancangan media pembelajaran sistem alarm :
a. Studi literature
Hal pertama yang harus lakukan dalam perancang ini adalah mencari
literatur atau referansi yang terkait dengan sistem sistem alarm yang akan
dirancang. Literature atau referensi diperlukan sebagai teori untuk membuat
perancangan sistem sistem alarm tersebut, terutama literatur atau referensi
yang berhubungan dengan alat yang akan dirancang. Beberapa materi yang
21
terkait dengan perancangan sistem sistem alarm secara garis besar dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Pemahaman terhadap komponen-komponen sistem alarm yang akan
dibuat.
Pemahaman terhadap cara kerja sistem sistem alarm yang akan dibuat.
Pemahaman tentang perlatan yang dibutuhkan.
b. Membuat perancangan awal (draft design).
Pada tahap ini, penulis melakukan perancangan desain awal trainer
sistem alarm yaitu menentukan dimensi trainer, menentukan alat bahan
bahan yang di butuhkan untuk perancangan.
c. Memilih komponen
Komponen yang dipilih haruslah yang sesuai dengan spesifikasi trainer
sistem alarm yang akan dibuat. Setelah membuat rancangan awal (draft
design) trainer sistem alarm yang akan dibuat. Langkah selanjutnya adalah
memilih dan mencari komponen utama maupun komponen pendukung
dalam pembuatan trainer sistem alarm. Hal penting untuk diperhatikan
adalah spesifikasi dari komponen- yang dibutuhkan harus sesuai dengan
rancangan awal pembuatan dan perhitungan yang telah dibuat.
d. Perakitan
Setelah memilih komponen-komponen yang sesuai dengan spesifikasi
trainer sistem alarm yang akan dibuat, maka langkah selanjutnya adalah
perakitan komponen-komponen tersebut menjadi sebuah trainer alarm yang
sesuai dengan perencanaa awal (draft design). Pada tahap ini skill
mempunyai peranan yang sangat penting, karena dibutuhkan pemahaman
yang dalam di bidang otomotif.
22
e. Pengujian.
Setelah semua komponen selesei di rakit maka langkah terkhir yang harus
dilakukan adalah pengujian atau percobaan. Hal ini penting untuk melihat
apakah perakitan komponen yang dilakukan sudah benar atau belum.
23
16 Mistar siku 1 buah
17 Mistar baja 1 buah
18 Palu 1 buah
19 Gergaji besi 1 buah
20 Tank rivet 1 buah
18 Pernis 1 buah
19 Elektroda 1 set
24
20 Kabel Diameter 1,5 mm 30 meter
26
c. Proses Perakitan Media Pembelajaran
1. Memasang triplek pada rangka dengan baut dan mur 10 mm.
2. Memasang aktuator central door lock pada sisi sesuai dengan
layout.
3. Menempelkan modul dan main board pada triplek sesuai dengan
layout.
4. Memasang komponen-komponen yang diperlukan, seperti
fuseblelink, saklar, dan kunci kontak.
5. Memasang jack banana conector pada lubang-lubang yang telah
dibuat.
6. Menghubungkan kabel dari masing-masing komponen ke jack
banana conector menggunakan solder.
3.3. WIRING PRODUK
27
Keterangan :
30 : Plus batray 12 volt
31 : Massa
R (Red) : Input modul alarm 12 volt
Blk (black) : Massa modul
P (Pink) : Output modul alarm dan input sirine
28
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. LANGKAH-LANGKAH MERANGKAI ALARM
a. Persiapan alat dan bahan
Baterai 12 volt
Trainer kelistrikan sistem Alarm
Kabel jack
Avometer
Test lamp
4.2. PERAWATAN
Untuk menjaga fungsional media pembelajaran sistem kelistrikan alarm
agar tetap maksimal, maka diperlukan perawatan sebagai berikut:
29
a. Perawatan pada batray ini di perlukan untuk menjaga arus pada batray
tetap maksimal. Perawatan bisa dilakukan dengan cara mencharger batray
setelah di gunakan. Mengisi cairan elektrolit ketika sudah melewati garis
low atau minimal tepat pada garis low. Mengecek kondisi fisik batray dari
kerusakan sebelum di gunakan dan setelah di gunakan.
b. Perawatan kerangka trainer bertujuan untuk menjaga rangka tetap koko
menopang komponen dari sistem kelistrikan alarm ini. Perawatan di
lakukan dengan cara menempatkan trainer di tempat yang terhindar dari
panas secara langsung dan kelembapan, karena dapat mengakibatkan
kerangka berkarat.
c. Perawatan kabel ini bertujuan untuk menjaga kabel agar tetap maksimal
di gunakan. Perawatan ini di lakukan dengan cara mengembalikan kabel
ke tempat yang sudah di sediakan misalnya saja di loker yang ada pada
trainer karena rawan hilang.
d. Perawatan roda ini di maksudkan untuk menjaga agar trainer bisa di
pindahkan secara mudah, hal ini sangat penting untuk menunjang pada
kegiatan pembelajaran
e. Perawatan pada komponen sistem kelistrikan alarm, hal ini sangat penting
untuk di lakukan. Perawatan ini di lakukan dengan cara memeriksa semua
komponen sebelum melakukan praktikum atau pun setelah melakukan
praktikum. Pemeriksaan ini bisa di lakukan secara visual saja atau dengan
menggunakan avometer bila dibutuhkan.
4.3. KEAMANAN
a. Ketika praktikum wajib menggunakan fuse 15 Ampere. Hal ini bertujuan
untuk menghindari konsleting akibat kabel yang tidak sengaja
bersinggungan ataupun ketika salah merangkai. Karena bila hal itu terjadi
30
dapat mengakibatkan kerusakan komponen sistem alarm. Penting juga
untuk selalu mengikuti petunjuk praktikum yang ada.
b. Menjaga keamanan trainer dan papan triplek dengan tujuan untuk
menjaga trainer agar tetap kokoh menopang komponen sistem kelistrikan
alarm. Hal ini dilakukan dengan cara menyimpan trainer di ruangan yang
datar serta terhindar dari panas matahari dan kelembaban udara karena
dapat menyebabkan kerangka berkarat dan papan triplek terkelupas
c. Gunakan baterai/accumulator tegangan 12 volt. Jangan lebih dari itu
karena dapat merusak komponen sistem alarm, terutama modul alarm
d. loker trainer di buat hanya diperuntukan untuk menyimpan kabel dan
komponen lainnya yang memiliki beban kecil. Jangan menyimpan benda
benda berat pada loker, semisal batray.
31
BAB V
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
Setelah selesai mengerjakan Perancangan Mesin Otomotif dengan judul
”Perancangan Alarm Untuk Media Pembelajaran Praktek Kelistrikan Bodi”.
sampai dengan akhir penyusunan laporan ini maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Perancangan ”Perancangan Alarm Untuk Media Pembelajaran
Praktek Kelistrikan Bodi”. membuat draft design/ sket awal, perencanaa
perhitungan spesifikasi produk, perencanaan material produk, menjelaskan
prinsif kerja dan langkah-langkah dalam pembuatan produk.
2. Proses pemasangan alarm yang efektif sesuai perencanaan awal ( draft
design ) yaitu dengan melakukan proses pengerjaan sesuai dengan konsep
rancangan awal yang sudah ditentukan meliputi penyedian bahan yang
akan dipasang sampai dengan tahap akhir melakukan proses pemasangan.
Oleh karena jika proses pemasangan dilakukan sebelum menentukan dan
merancang tata letak pemasangan, maka akan membutuhkan waktu yang
cukup lama dan belum tentu benar sehingga akan dapat memperpanjang
waktu pemasangan.
5.2. SARAN
Saran-saran untuk penyempurnaam pemasangan jika akan menambahkan
sistem pengamanan sistem alarm pada mobil maka hal itu sebagai berikut :
1) Bagi mahasiswa atau pihak-pihak yang ingin memasang sistem keamanan
yang sama sebaiknya menambahkan komponen teknologi terbaru.
2) Untuk perancangan selanjut pada sistem alarm yang digunakan sebagai media
pembelajaran di Universitas Negeri Malang Fakultas Teknik Jurusan Teknik
Mesin, maka bisa membuat dengan menggunakan teknologi yang terbaru
sesuai dengan perkembangan zaman.
32
DAFTAR RUJUKAN
Admin. 2014. Cara Kerja Sistem Kelistrikan Alarm , Central Lock, Power Window
dan Power Mirror (Online)
http://www.trainersmk.net/2014/12/cara-kerja-sistem-kelistrikan-
alarm.html
Admin. … . Bike Scooter Anti Pencurian Keamanan Remote Sensor Getaran Alarm
(Online)
https://sea.banggood.com/id/FEYCH-Motorcycle-Motorbike-Scooter-Anti-
theft-Security-Remote-Vibration-Sensor-Alarm-p-1054935.html?cur_warehouse=CN
Buntarto. 2015. Sistem Alarm, Central Lock Dan Power Window Mobil. Yogyakarta
: PT. Pustaka Baru
Sitanggang, Rinson.2014. Komponen central lock /power window dan cara kerjanya
(Online)
https://www.vedcmalang.com/pppptkboemlg/index.php/menuutama/otomo
tif/942-rinson-sitanggang-mt
33
Lampiran 1 Dokumentasi
34
Gambar papan trainer central lock dan alarm
35
Gambar rangka dan papan trainer sentral lock dan alarm
36