FITRI Bu Misroh Abortus
FITRI Bu Misroh Abortus
Daftar Isi 1
Kata Pengantar 2
BAB I Pendahuluan
A Definisi 11
B Epidemiologi 11
C. Etiologi 11
D. Klasifikasi 13
E. Patofisiologi 14
F. Manifestasi Klinis 14
G. Diagnosis 14
H. Pemeriksaan penunjang 16
I. Penatalaksanaan 16
J. Komplikasi 18
K. Prognosis 19
Daftar pustaka 24
1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr wb,
Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah swt atas segala nikmat dan
karunia-Nya. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah saw, keluarga, sahabat,
dan para pengikutnya. Atas kehendak Allah sajalah, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus dengan judul “ GIII P2002 Ab000 UK 12-14 minggu dengan Abortus
Inkomplit”.
Laporan kasus ini dibuat untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik Ilmu obstetri dan
ginekologi, penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan
saran untuk penyempurnaan kami perlukan, semoga telaah ini dapat berguna dan memberikan
manfaat bagi kita semua. Amin.
Wassalamualaikum wr wb,
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
I.3 TUJUAN
I.3.1 Mengetahui etiologi dan patofisiologi abortus inkomplit.
I.3.2 Mengetahui cara mendiagnosis dan penatalaksanaan abortus inkomplit.
3
I.4 MANFAAT
I.4.1 Menambah wawasan mengenai ilmu kedokteran pada umumnya, dan ilmu
kebidanan dan kandungan pada khususnya
I.4.2 Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti
kepaniteraan klinik bagian ilmu kebidanan dan kandungan
4
BAB II
STATUS PASIEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
Anamnesa :
1. Masuk rumah sakit tanggal : 20 Juni 2011
2. Pasien dikirim oleh : Puskesmas Turen
3. Keluhan utama : Perdarahan dari jalan lahir 1 jam sebelum MRS, perdarahan berwarna
merah segar dan mengalir banyak, serta keluar jaringan berwarna putih.
4. Keluhan penyerta : Sakit pada perut bagian bawah dan terasa kenceng-kenceng seperti
mau melahirkan. Pasien juga sempat pingsan saat terjadi perdarahan.
5. Riwayat menstruasi : menarche umur 12 tahun, HPHT 30-03-2011
6. Riwayat perkawinan : pasien menikah 1 x, lamanya 8 tahun, umur pertama menikah 30
tahun.
7. Riwayat persalinan sebelumnya : Partus 1 spontan di bidan tahun 2004, tidak ada
penyulit, Partus 2 spontan dibidan tahun 2009, tidak ada penyulit.
8. Riwayat penggunaan kontrasepsi : Suntik 1 bulanan selama 2 bulan
9. Riwayat penyakit sistemik yang pernah dialami : -
10. Riwayat penyakit keluarga : -
11. Riwayat Kehamilan: Hamil awal pasien mual muntah selama 1 minggu, ANC 1x di bidan
12. Riwayat kebiasaan dan sosial : sosial menengah ke bawah, Riwayat coitus semalam
sebelum MRS (22.00)
13. Riwayat pengobatan yang telah dilakukan : pasien mengkonsumsi obat penambah darah
dan antimual dari bidan
5
Pemeriksaan fisik
A. Status present
Keadaan umum : kesadaran compos mentis
Tekanan darah : 90/60 Nadi : 68 x/menit
Suhu: 36°C Jumlah pernapasan : 20x/menit
B. Pemeriksaan umum
Kulit : normal
Kepala :
Mata : anemi (-/-) ikterik (-/-) odem palpebra (-/-)
Wajah : simetris
Mulut : kebersihan gigi geligi kurang stomatitis (-)
hiperemi faring (-) pembesaran tonsil (-)
Leher : pembesaran kelenjar limfe di leher (-)
pembesaran kelenjar tiroid (-)
Thorax :
Paru :
Inspeksi : hiperpigmentasi areola mammae (-), ASI (-)
pergerakan pernapasan simetris tipe pernapasan normal
retraksi costa -/-
Palpasi : teraba massa abnormal -/- pembesaran kelenjar axila -/-
Perkusi : sonor +/+ hipersonor -/- pekak -/-
Auskultasi : vesikuler +/+ suara nafas menurun -/-
wheezing -/- ronki -/-
Jantung :
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : thrill -/-
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : denyut jantung S1 S2
Abdomen :
Inspeksi : flat -/-, distensi -/-, gambaran pembuluh darah kolateral -/-
Palpasi : pembesaran organ -/- nyeri tekan -/-
teraba massa abnormal -/-
6
Perkusi : timpani
Auskultasi : suara bising usus +/+ metallic sound -/-
Ekstremitas : odem -/-
C. Status obstetri
Pemeriksaan luar
Leopold I : Tinggi fundus uteri : 2 jari di atas symphisis pubis
Leopold II :-
Leopold III :-
Leopold IV :-
Bunyi jantung janin :-
Ukuran panggul luar (jika diperlukan) : -
Pemeriksaan Dalam
Pengeluaran pervaginam :-
Vulva / vagina : Blood (+)
Pembukaan : 2 cm teraba jaringan
Penipisan portio :-
Ketuban :-
Bagian terdahulu :-
Bagian tersamping terdahulu : -
Bagian terendah :-
Hodge :-
Molase :-
Ukuran panggul dalam (kalau diperlukan) : -
Ringkasan :
Anamnesa : Perdarahan dari jalan lahir 1 jam sebelum MRS, perdarahan berwarna merah
segar dan mengalir banyak. Pasien juga mengeluh sakit pada perut bagian bawah dan terasa
kenceng-kenceng seperti mau melahirkan. Pasien juga sempat pingsan saat terjadi perdarahan.
Pemeriksaan fisik : keadaan umum : kesadaran compos mentis, tekanan darah : 90/60, nadi :
68x/menit, suhu: 36°C, jumlah pernapasan : 20x/menit
7
Pemeriksaan obstetric luar :
Leopold I : Tinggi fundus uteri : 2 jari di atas symphisis pubis
Leopold II :-
Leopold III :-
Leopold IV :-
Pemeriksaan obstetric dalam : Vulva / vagina : Blood, Pembukaan: 2 cm teraba jaringan
8
Lembar Follow Up
9
O : Observasi post kuret
T : 120/70, N : 80x/menit, S :
36°C, RR: 20 x/menit
A : GIII P2002 Ab000 UK 12-14
minggu dengan Abortus Inkomplit
P : Infus di aff
CoAmoxiclav 3x1
B.Comp 3x1
10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan. Sebagai batasan adalah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram.
B. EPIDEMIOLOGI
Insidensi dari aborsi bervariasi tergantung dari variabel yang digunakan untuk menentukan status
aborsi dari suatu kehamilan.
Menurut penelitian yang dilakukan Aan Guttmacher Institute, angka kejadian aborsi di
Amerika Serikat adalah 1.287.000 kasus pada tahun 2003 dengan rasio 20.8 per 1000
kelahiran pada wanita usia produktif (15-49 tahun).
Di Indonesia sendiri, sebuah penelitian menunjukkan angka kejadian aborsi sebesar 2.000.000
kasus pada tahun 2000 dengan rasio 37 per 1000 kelahiran pada wanita usia produktif (15-49 tahun).
Penelitian ini dilakukan pada fasilitas kesehatan dari 6 wilayah. Dari penelitian yang telah dilakukan,
terbukti sebagian besar perempuan yang melakukan aborsi memiliki profil khusus yaitu
mereka cenderung sudah menikah dan hampir dua pertiga sudah pernah duduk di bangku Sekolah
Menengah Atas.
Hal ini bertentangan dengan kenyataan bahwa hanya38% dari perempuan pernah kawin
yang pernah duduk di bangku Sekolah Menengah. Selanjutnya ditemukan bahwa hampir setiap
klien yang melakukan aborsi berusia lebih dari 20 tahun (58% berusia lebih dari 30 tahun).
Dan hampir separuh dari perempuan-perempuan tersebut sudah memiliki paling sedikit dua
anak. Hampir sebagian besar dari mereka yang melakukan praktek aborsi mengaku karena
sudah tidak ingin memiliki anak lagi.
C. ETIOLOGI
Aborsi memiliki banyak faktor penyebab, tetapi beberapa studi menunjukkan 60% disebabkan
oleh kelainan kromosom.
Berikut adalah penyebab yang umum didapatkandalam kasus aborsi:
1. Faktor janin:
a. Aborsi aneuploidi
11
95% dari kelainan kromosom yang berkaitan dengan aborsi disebabkan oleh kesalahan
gametogenesis. Trisomi autosomal paling sering ditemukan berkaitan dengan kelainan
kromosom pada aborsi pada trimester pertama. Sedangkan monosomy X
adalah kelainan kromosom tunggal spesifik yang paling sering ditemukan
b. Aborsi eupliodi
Janin dengan kromosom normal cenderung untuk aborsi lebih jauh di kemudian hari
dibandingkan dengan aborsi aneuploidi. Angka kejadian dari aborsi euploidi
berkurang dramatis setelah umur ibu lebih dari 35 tahun.
2. Faktor ibu:
a. Infeksi
Infeksi tidak umum menyebabkan aborsi. Studi yang dilakukan Simpson dan teman-
teman (1996) tidak menemukan bukti aborsi akibat infeksi. Studi lain yang
dilakukan Oakshet dan teman-teman (2002) menunjukkan hubungan antara aborsi
pada trimester kedua dengan bakterial vaginosis
b. Hipotiroid
Defisiensi tiroid yang berat mungkin berkaitan dengan aborsi. Efek dari hipotiroid
sendiri terhadap aborsi belum banyak diteliti namun peningkatan
autoantibodi terhadap tiroid berkaitan dengan peningkatan angka kejadian
dari aborsi.
c. Diabetes Mellitus
Kadar gula darah yang tidak terkontrol meningkatakan angka kejadian
aborsi
d. Merokok
Kebiasaan merokok berkaitan dengan meningkatnya resiko dari aborsi
euploidi. Resiko ini meningkat sesuai dengan peningkatan frekuensi dan dosis dari
merokok itu sendiri.
e. Alkohol
Konsumsi alkohol pada 8 minggu pertama kehamilan berkaitan erat dengan
peningkata angka kejadian aborsi
f. Kafein
Peningkatan resiko aborsi baru terjadi pada mereka yang mengkonsumsi kafein lebih
dari 500 mg per hari.
12
g. Defek uterus
Resiko aborsi meningkat pada sindrom Asherman
h. Servix inkompeten
Servix inkompeten adalah terjadinya dilatasi servix yang tidak sakit pada trimester kedua.
Kejadian tersebut bisa diikuti oleh prolap dan penggembungan dari membran ke vagina
sehingga terjadi expulsi dari janin prematur.
D. KLASIFIKASI
Secara umum aborsi dibagi menjadi:
1. Abortus Spontan:
a. Abortus yang mengancam (iminens)
Ditandai oleh terjadinya perdarahan pada awal kehamilan yang tidak disertai dengandilatasi
servix dan pengeluaran janin
b. Abortus insipiens
Ditandai oleh terjadinya perdarahan pada awal kehamilan yang disertai
dengandilatasi servix dan nyeri
c. Abortus inkomplit
Ditandai oleh pengeluaran sebagian hasil konsepsi dari kavum uteru
d. Abortus komplit
Ditandai oleh pengeluaran seluruh hasil konsepsi
e. Abortus tertunda
Ditandai oleh kematian janin tanpa disertai pengeluaran hasil konsepsi
f. Abortus Habitualis
Ditandai oleh abortus yang berlangsung selama 3 kali atau lebih secara berurutan
g. Abortus Septik
Abortus yang disertai dengan infeksi pada uterus
13
E. PATOFISIOLOGI
Walau sebagian besar kasus abortus spontan disebabkan oleh karena kelainan
kromosom, pada prakteknya banyak ditemukan anak lahir dengan kelainan kromosom tersebut.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami proses terjadinya abortus secara umum. Dalam
sebagian besar dari kasus aborsi, terdapat plasentasi yang tidak adekuat sehingga menyebabkan
kegagalan dari sel-sel trofoblast untuk masuk dalam arteri spiralis. Kegagalan dari sel-sel trofoblast
tersebut mengakibatkan terjadinya peredarahan dari dari ibu ke anak yang prematur.
Masuknya darah ibu tersebut lama-kelamaan menyebabkan terjadinya ekspulsi dari kantung
kehamilan. Selain hal tersebut, kegagalan sel-sel trofoblast di atas mengakibatkan peningkatan tekanan
oksigen di ruang intervili sehingga terjadi peningkatan stres dan berkurangnya fungsi dari plasenta.
F. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis pada abortus pada umumnya sama, antara lain:
a. Perdarahan atau bercak darah dari jalan lahir pada trimester pertama
b. Jumlah darah umumnya sedikit
c. Warna darah bervariasi dari kecoklatan hingga merah segar
d. Perdarahan bisa berlangsung hingga beberapa hari
e. Biasa didahului oleh mulas-mulas atau sakit pinggang
G. DIAGNOSA
a. Abortus iminens:
Anamnesis:
Perdarahan pada trimester pertama kehamilan
Biasa berupa bercak-bercak
Bisa atau tidak disertai dengan mulas atau nyeri pinggang
Tidak ada riwayat keluarnya jaringan dari jalan lahir
Pemeriksaan Fisik:
Inspekulo: ditemukan bercak darah di sekitar dinding vagina, portio tertutup, tidak ditemukan
jaringan
14
b. Abortus insipiens:
Anamnesis:
o Perdarahan pada trimester pertama kehamilan
o Biasa berupa darah segar yang mengalir
o Disertai dengan mulas atau nyeri pinggang
o Tidak ada riwayat keluarnya jaringan dari jalan lahir
Pemeriksaan Fisik:
o Inspekulo: ditemukan darah segar di sekitar dinding vagina, portio terbuka, tidak ditemukan
jaringan
c. Abortus inkomplit:
Anamnesis:
Perdarahan pada trimester pertama kehamilan
Biasa berupa darah segar yang mengalir
Disertai dengan mulas atau nyeri pinggang
Ada riwayat keluarnya jaringan dari jalan lahir
Pemeriksaan Fisik:
Inspekulo: ditemukan darah segar di sekitar dinding vagina, portio terbuka, bisa
ditemukan jaringan di jalan lahir
d. Abortus komplit:
Anamnesis:
Perdarahan pada trimester pertama kehamilan
Darah biasa berupa bercak-bercak
Disertai dengan mulas atau nyeri pinggang
Ada riwayat keluarnya jaringan dari jalan lahir
Pemeriksaan Fisik:
Inspekulo: ditemukan bercak darah di sekitar dinding vagina, portio tertutup, tidak ditemukan
jaringan
15
e. Abortus tertunda:
Anamnesis:
o Uterus yang berkembang lebih rendah dibandingkan usia kehamilannya
o Bisa tidak ditemukan perdarahan atau hanya bercak-bercak
o Tidak ada riwayat keluarnya jaringan dari jalan lahir
Pemeriksaan Fisik:
o Inspekulo: bisa ditemukan bercak darah di sekitar dinding vagina, portio tertutup, tidak
ditemukan jaringan
f. Abortus septik:
Anamnesis:
Ditemukan satu atau lebih tanda-tanda abortus di atas
Riwayat sedang menggunakan IUD
Riwayat percobaan aborsi sendiri
Pemeriksaan Fisik:
Demam > 38 °C
Inspekulo: ditemukan salah satu tanda abortus seperti di atas
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Penunjang:
o Serum β – hCG
Serum β - hCG > 2500 IU per mL disertai dengan USG transvaginal merefleksikan 90%
kehamilan intrauterine
Serum β - hCG > 6500 IU per mL disertai dengan USG abdomen merefleksikan 90%kehamilan
intrauterine
o USG
Gerakan jantung janin harusnya sudah bisa dilihat sejak masa gestasi 6 - 7 minggu
I. PENATALAKSANAAN
Secara umum tatalaksana aborsi dibagi 2, yaitu:
a. Terapi medikasi
16
Terapi medikasi menggunakan mifepristone yang disusul dengan penggunaan misoprostol atau
mungkin hanya misoprostol saja. Terapi medikasi ini digunakan pada aborsi dengan
masa gestasi 4-9 minggu dan lebih dari 14 minggu. Terapi bedah cenderung digunakan pada masa
gestasi 9-14 minggu. Regimen lain seperti methotrexate disusul dengan misroprostol juga sering
digunakan. Indikasi penggunaan terapi medikasi:
Pilihan pasien
Masa gestasi yang kecil
Obesitas (BMI > 30) tanpa kelainan kardiovaskular
Fibroma uterus
Malformasi uterus
Riwayat bedah sevik sebelumnyaKontraindikasi terapi medikasi;
Riwayat alergi mifepristone, misoprostol atau obat terapi medikasi lainnya
Mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang
Gagal ginjal kronik
Kelainan pembekuan darah
IUD yang masih terpasang
Infeksi daerah panggul yang berat
J. KOMPLIKASI
Komplikasi pada aborsi dibagi dua antara lain:
a. Komplikasi akut
Komplikasi ini terjadi selama prosedur atau 3 jam sesudah proses abortus selesai:
Perdarahan
Luka serviks
Perforasi uterus
Hematometra
b. Komplikasi lanjut:
o Infeksi
o Jaringan sisa
o Sensitisasi Rh
18
K. PROGNOSIS
Resiko dari kematian atau komplikasi medis yang serius lebih banyak terjadi pada
wanita dengan kehamilan cukup bulan dibandingkan aborsi, kesehatan secara umum lebih baik pada
pasien aboertus dibandingkan kelahiran cukup bulan. Resiko kematian yang berkaitan
dengan kehamilan dan kelahiran berkisar 7 - 8 per 100.000 kelahiran sedangkan bila dikaitkan dengan
abortus, berkisar kurang dari 1 per 100.000 kelahiran. Beberapa studi tidak menunjukkan hubungan
yang signifikan antara aborsi dengan penurunan kesuburan atau resiko terjadinya
kehamilan ektopik. Sebuah studi di Cina berkaitan dengan pemakaian mifepristone dan
misoprostol menunjukkan tidak adanya hubungan antara pemakaian obat tersebut dengan peningkatan
resiko kehamilan prematur
19
BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Abortus hanya dipraktikkan dalam klinik atau fasilitas kesehatan yang ditunjuk oleh
pemerintah dan organisaso-organisasi profesi medis.
2. Aborsi hanya dilakukan oleh tenaga profesional yang terdaftar dan memperoleh izin
untuk itu, yaitu dokter spesialis kebidanan dan genekologi atau dokter umum yang
mempunyai kualifikasi untuk itu.
3. Aborsi hanya boleh dilakukan pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu (untuk
usia diatas 12 minggu bila terdapat indikasi medis).
4. Harus disediakan konseling bagi perempuan sebelum dan sesudah abortus.
5. Harus ditetapkan tarif baku yang terjangkau oleh segala lapisan masyarakat.
III.2 SARAN
1. Dilakukan penelitian tentang komplikasi dan bahaya abortus di Indonesia
2. Mahasiswa diharapkan lebih mengenalkan kepada masyarakat tentang bahaya abortus
20
DAFTAR PUSTAKA
21