LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun Oleh :
ADELIA (41117110044)
FAKULTAS TEKNIK
Jl. Meruya Selatan No. 1, RT.5/RW.1, Joglo, Kembangan, Telp.5840816 Jakarta Barat 11650
BAB I
PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT
(SNI 03-1971-1990) (AASHTO C 70-94) (ASTM C – 556-67)
Gambar 1.3.2a (500 gr Agregat kasar lolos saringan 1½” tertahan di No.4)
Gambar 1.3.2b (500 gr Agregat halus lolos saringan No.4 tertahan di No.200)
1.5.2 Masukkan agregat kasar dan halus (W2 ) sebesar 500 gram (W3 )
1.5.3 Setelah itu, keringkan contoh benda uji bersama talam kedalam oven pada suhu
(110°±5)°C sampai mendapatkan berat benda uji yang tetap
1.5.4 Setelah kering, benda contoh ditimbang dan dicatat berat benda uji beserta talam
(W4 ).
1.5.5 Hitunglah berat benda uji kering (W5 = W4 − W1 ).
1.6 PERHITUNGAN
(W3 −W5 )
Kadar air agregat = x 100%
W5
1.8 KESIMPULAN
Menurut SNI untuk pasir yang digunakan sebagai campuran dalam adukan beton
adalah 2% - 8%. Jadi, pada agregat ini memenuhi standard dan layak untuk dipakai
dalam campuran beton. Sehingga tidak perlu menambah atau mengurangi dari nilai
jumlah air yang dibutuhkan.
Apabila agregat mengalami penambahan atau pengurangan air yang dibutuhkan
dalam pembuatan beton diharapkan dapat sama dengan beton yang memiliki kadar air
yang normal sehingga menghasilkan kuat tekan yang sesuai direncanakan. Dengan
mengetahui kadar airmaka nilai dari kadar air memiliki hubung dalam perencanaan mix
design beton dan uji slump yang dilakukan dalam pelaksanaan pengujian slump.
BAB II
PEMERIKSAAN BERAT ISI AGREGAT
(SNI 03-4804-1998) (AASHTO T-19-74) (ASTM C–29-71)
Berat volume agregat ditinjau dalam dua keadaan, yaitu berat volume gembur dan
berat volume padat. Berat volume gembur merupakan perbandingan berat agregat
dengan volume literan, sedangkan berat volume padat adalah perbandingan berat agregat
dalam keadaan padat dengan volume literan.
2.3.2 Bahan
2.5.4. Isilah wadah dengan benda uji dalam 3 lapis yang sama tebal. Setiap 1/3 lapisan
dipadatkan dengan penumbuk sebanyak 25 kali tusukan sampai merata, Proses
di ulangi sebanyak 3x. Pada proses pemadatan, tongkat harus masuk sampai ke
bagian bawah tiap-tiap lapisan. Setelah itu ratakan permukaan benda uji.
2.5.5. Lalu timbanglah dan catat berat bejana beserta benda uji.
- Bejana 1 (Agregat Halus) + Agregat Halus: 3545 gram.
- Bejana 2 (Agregat Kasar) + Agregat Kasar: 3407 gram.
𝑾𝟑
2.7.2. Berat Isi Agregat Halus = 𝐕
Keterangan :
W3 = Berat agregat
V = Volume bejana
𝑊3
- Berat Isi (Agregat Halus) = V
3073
= = 1,487 gr/cm³
2067,133
𝑊3
- Berat Isi (Agregat Kasar) = V
3137
= = 1,527 gr/cm³
2053,689
2.9. KESIMPULAN
Berdasarkan perhitungan yang telah dilaksanakan didapat data berat isi agregat
halus sebesar 1,49 gr/cm³ dan berat isi agregat kasar sebesar 1,53 gr/cm³ maka dapat
disimpulkan bahwa berat isi agregat halus dan berat isi agregat kasar tidak memenuhi
berat standar nasional Indonesia (SNI) 03-480-1998 yaitu berkisar antara 1,842
gr/cm³ sampai 2,483 gr/cm³. Perolehan data tidak sesuai dengan SNI terssebut
disebabkan oleh kesalahan pratikan dalam proses pratikum.
BAB III
PEMERIKSAAN ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR
(SNI 03-1968-1990) (AASHTO T-27-82) (ASTM C–136-46)
Gambar 3.3.1a (Satu set saringan. No. 3/4, 1/2, 3/8, 4, 8, 16, 40, 100, 200 dan 1 pan)
3.3.2. Bahan
3.5.3. Timbang agregat halus dan agregat kasar masing- masing 500 gr.
3.5.5. Masukkan agregat halus yang telah di timbang pada saringan, hidupkan mesin
pengguncang (sieve shaker) selama ±15 menit.
3.5.6. Kemudian masukkan saringan yang berisi agregat ke mesin sieve shaker selama
15 menit, nyalakan dan guncangkan selama 10-15 menit.
3.6. RUMUS
3.7.3 Grafik
80.0
60.0
40.0
20.0
0.0
1 10 100
80.0
60.0
40.0
20.0
0.0
0.01 0.1 1 10 100
BAB VI
PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR DALAM PASIR
( SNI S-04-1989-F )
( ASTM C-33-2003 )
2 Timbangan digital.
Bahan
1. Agregat sebanyak 100 gr
5. Isi gelas ukur dengan air sampai mencapai 12 cm lalu diaduk dan diamkan selama
1 menit. ( ulangi 3 kali sampai air didalam gelas ukur terlihat tidak keruh )
6.4 LAPORAN
FORMULIR PEMERIKSAAN
6.5 PERHITUNGAN
RUMUS :
W1 − W2
Kandungan Lumpur = × 100%
𝑊1
Keterangan :
W1 = Berat pasir sebelum dicuci ( gr )
W2 = Berat pasir sesudah dicuci ( gr )
Penyelesaian :
W1 − W2
Kandungan Lumpur = × 100%
𝑊1
100 − 91
= × 100%
100
= 9%
6.6 KESIMPULAN
Dari hasil praktikum dan perhitungan yang telah kami lakukan bahwa dalam agregat
halus yang dilarutkan dalam gelas ukur berisi air mengandung endapan lumpur dan pasir
dengan berat pasir sebesar - gr dan berat lumpur sebesar - gr sehingga diperoleh kadar
lumpur sebesar 9%. Sehingga agregat tersebut tidak memenuhi syarat karena kadar
lumpur melebihi 5% sesuai SK SNI S-04-1989 F.
BAB VII
PEMERIKSAAN BERAT JENIS SEMEN PORTLAND
( SNI 03-2531-1991 )
( AASHTO T-132-74 )
( ASTM C-188-71 )
3 Timbangan
7.5 LAPORAN
FORMULIR PEMERIKSAAN
BERAT JENIS SEMEN PORTLAND
7.6 PERHITUNGAN
RUMUS :
Berat Jenis
Berat jenis = ×𝑑
(𝑉2 − 𝑉1)
Keterangan :
V1 = Pembacaan pertama pada sekala botol
V2 = Pembacaan kedua pada skala botol
(V!-V2) = Isi cairan tang dipindahkan oleh semen dengan berat tertentu
D = Berat isi air pada suhu 4ºC (1 gr/cm3)
Penyelesaian :
Berat Jenis
Berat jenis = × 100%
(𝑉2−𝑉1)
58
= (𝑉2−𝑉1) × 100%
=..........?
7.7 KESIMPULAN
Berat jenis semen portland yang memenuhi standart adalah 3 sampai 3,2 sedangkan data
yang di dapatkan kelompok kami pada dua sample menghasilkan data yang sama, yaitu ........
Jadi berat jenis semen portland memenuhi standart.
BAB VIII
PEMERIKSAAN KEHALUSAN SEMEN PORTLAND
( SNI 15-2530-1991 )
( AASHTO T-128-67 )
( ASTM C-188-66 )
8.1 MAKSUD DAN TUJUAN
7.1.3 Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menetapkan kandungan lumpur dalam
agregat halus ( pasir ).
7.1.4 Tujuan pengujian ini yaitu untuk mengurangi kadar lumpur pada pasir sehingga
perencanaan mutu beton dapat tercapai.
2 Timbangan digital.
8.5 LAPORAN
FORMULIR PEMERIKSAAN
KEHALUSAN SEMEN PORTLAND
8.6 PERHITUNGAN
RUMUS :
A
F= × 100%
𝐵
Keterangan :
F = Kehalusan semen portland
A = Berat benda uji yang tertahan
B = Berat benda uji semula
Penyelesaian :
Saringan no.100
A
F = × 100%
𝐵
49
= × 100%
50
= 98%
8.7 KESIMPULAN
Dari hasil percobaan di atas didapat data-data yang telah memenuhi syarat yang
sesuai dengan standart ketetapan kehalusan semen portland. Benda uji memenuhi syarat
kehalusan 98% tertahan diatas saringan No.100 dan pada saringan No.200 menunjukkan
kehalusan sebesar 0% (menurut SNI 15-2530-1991 maksimal 22% yang tertahan diatas
saringan no.200 ). jadi semen portland yang kita uji ( Tidak Memenuhi Syarat. )