Anda di halaman 1dari 53

DITERBITKAN OLEH:

GIZ - Sustainable Urban Transport


Improvement Project (SUTIP) Glosarium
Deutsche Gesellschaft für Internationale
Zusammenarbeit (GIZ) GmbH
Upaya memperbaiki kualitas transportasi perkotaan tidak hanya dengan
APC: Air Pollution Control
menyediakan angkutan umum berkualitas (pull), tetapi harus disertai REPUBLIK INDONESIA ANPR: Automatic Number Plate Recognition System
d/a : Gedung Graha Mandiri, Lt.17 Celukan Parkir: Jalur tambahan dengan panjang terbatas,
Jl. Imam Bonjol No. 61 juga dengan pengendalian penggunaan kendaraan pribadi (push). Buku terutama didesain untuk parkir kendaraan.
Jakarta Pusat 10310 DIPA : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
Manajemen Parkir ini merupakan bagian dari upaya push -menjembatani
TOOLKIT UNTUK MOBILITAS PERKOTAAN DI INDONESIA DIPDA : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
P : +62-21 3192 3375/390 8290 pendekatan teoritis dan langkah praktis sebagai panduan bagi pemerintah Daerah
F : +62-21 3193 4745
Email: sutip@giz.de kota- untuk mengimplementasikan kebijakan manajemen parkir secara MANAJEMEN PARKIR Dishubkominfo: Dinas Perhubungan Komunikasi
dan Informatika

TOOLKIT UNTUK MOBILITAS


terpadu mencakup aspek teknis, keuangan dan regulasi.
DI PERKOTAAN Durasi Parkir: Lama waktu kendaraan masih
berada pada posisi parkir.
PERKOTAAN DI INDONESIA Didukung oleh: Fasilitas Parkir: Lokasi yang ditentukan sebagai tempat
MANAJEMEN PARKIR pemberhentian kendaraan yang tidak bersifat
DI PERKOTAAN sementara untuk melakukan kegiatan pada suatu

M A N A J E M E N PA R K I R D I P E R K O TA A N
kurun waktu.
Ketua Tim Pengarah: Fasilitas Parkir Luar Badan Jalan: Fasilitas parkir
Bambang Prihartono kendaraan yang dibuat khusus yang dapat berupa
taman parkir dan/atau gedung parkir.
Penanggung Jawab: Fasilitas Parkir pada Badan Jalan:
Daniel Herrmann Fasilitas untuk parkir kendaraan dengan
menggunakan sebagian badan jalan.
Editor: Fasilitas Parkir Untuk Umum:
• Syafrita Ayu Hermawan Fasilitas parkir di luar badan jalan berupa gedung
• Dhany Utami Ningtyas parkir atau taman parkir yang diusahakan sebagai
kegiatan usaha yang berdiri sendiri dengan
Tim Pengarah: menyediakan jasa pelayanan parkir untuk umum.
BAPPENAS Gedung Parkir: Bangunan khusus untuk parkir kendaraan,
• Petrus Sumarsono dengan pemakaian lahan efisien. Gedung parkir
• Dail Umamil Asri dapat dikombinasikan dengan pusat kegiatan,
• Ikhwan Hakim dengan lantai basement dan beberapa lantai di
• Bastian atasnya sebagai area parkir, sedangkan di atasnya
• Adi Perdana terdapat pusat kegiatan seperti pertokoan,
• Ahmad Zainudin perkantoran dan lainnya.
• Wayan Deddy Wedha Setyanto Gedung Parkir Robotik: Bangunan parkir yang dilengkapi
peralatan sehingga memungkinkan kendaraan
Penulis: diangkat dengan robot ke ruang parkir dan
GIZ SUTIP disusun dengan jarak yang sangat berdekatan.
• Muhammad Nanang Prayudyanto Tidak diperlukan ruang sirkulasi untuk mencari
• Raden Mirza Aldi Pamungkas ruang parkir kosong. Memanfaatkan sistem pintar
• Achmad Izzul Waro yang dikelola oleh suatu program komputer
• Anugrah Ilahi untuk operasionalisasi.
Jalur Gang: Jalur antara dua deretan ruang parkir yang
Perancang Grafis: berdekatan.
Fredy Susanto Jalur Sirkulasi: Jalur pergerakan keluar masuk kendaraan.
Manajemen Lalu Lintas : Kegiatan perencanaan,
Pertama kali diterbitkan dalam Bahasa Indonesia pengaturan, pengawasan, dan pengendalian
oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan lalu lintas, dengan tujuan untuk meningkatkan
Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan keselamatan, keamanan, ketertiban, dan
Nasional bekerja sama dengan SUTIP kelancaran lalu lintas.
Marka Parkir: Marka garis sebagai batas ruang parkir.
88 Halaman, 17.6cm x 25cm Meter Parkir/Parking Meter: Alat otomatis untuk menyetel
Edisi pertama, tahun cetak 2015 waktu parkir yang digerakan dengan koin.
Dicetak di Jakarta, Indonesia, Maret 2015 Parkir: Jumlah kendaraan di daerah parkir pada waktu
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang tertentu dalam jam kendaraan.
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Bersambung ke belakang
Kawasan Parkir : Kawasan atau area yang memanfaatkan
badan jalan sebagai fasilitas parkir dan terdapat
pengendalian parkir melalui pintu masuk
Parkir Sejajar: Parkir diatur dalam sebuah baris, dengan
bumper depan mobil menghadap salah satu
bumper belakang yang berdekatan. Parkir
dilakukan sejajar dengan tepi jalan, baik di sisi kiri
jalan atau sisi kanan atau kedua sisi bila hal itu
memungkinkan.
Parkir Tegak Lurus: Parkir diatur secara tegak lurus,
berdampingan, menghadap tegak lurus terhadap
tepi jalan.
Parkir Menyudut: Parkir diatur dengan sudut tertentu
terhadap tepi jalan
Pelataran parkir: Daerah, kawasan terbuka yang
digunakan untuk memarkir kendaraan, disebut
juga taman parkir.
Permintaan Parkir: Jumlah kendaraan yang akan diparkir
di tempat dan waktu tertentu.
Rambu lalu lintas: Bagian dari perlengkapan jalan yang
memuat lambang, huruf, angka, kalimat dan/atau
perpaduan di antaranya, yang digunakan untuk
memberikan peringatan, larangan, perintah dan
petunjuk bagi pemakai jalan
Ramp Parkir: Bagian gedung parkir yang dipergunakan
untuk naik dan turun antar lantai dengan
kelandaian tertentu.
RIA: Regulatory Impact Assessment
RFID: Radio Frequency Identification
SPS: Safer Parking Scheme
SRP: Satuan Ruang Parkir; ukuran luas efektif untuk
meletakkan satu buah kendaraan. Di dalamnya
sudah termasuk ruang bebas di kiri dan kanan
kendaraan dengan pengertian pintu bisa dibuka
untuk turun naik penumpang serta hal-hal
tertentu seperti ruang gerak untuk kursi roda
khusus untuk parkir kendaraan bagi penyandang
disabilitas serta ruang bebas depan dan belakang.
Ulak-Alik: Tempat parkir bagi orang-orang yang pergi
dari rumah ke tempat kerja dapat memarkirkan
mobil mereka dan melanjutkan perjalanan
dengan menggunakan bus, KA, mobil-bersama
(ompreng), atau jenis angkutan umum lainnya.
Volume Parkir Per Hari: Jumlah kendaraan yang masuk
di dalam wilayah parkir selama satu hari, dalam
kendaraan per satuan hari, selama 24 jam.
TOOLKIT UNTUK MOBILITAS PERKOTAAN DI INDONESIA

MANAJEMEN PARKIR
DI PERKOTAAN

KRAP
EDIR DNA

P
1
8
Kebijakan,
Perencanaan dan
Implementasi

1.1 LATAR BELAKANG


8

KRAP
EDIR DNA
KRAP
EDIR DNA

KRAP
2
28 2.1
Implementasi
Manajemen Parkir
Saat Ini

IMPLEMENTASI
MANAJEMEN PARKIR
28
3
65 3.1
Skenario
Penataan Ruang

PENATAAN PARKIR BADAN


JALAN DAN LATAR BELAKANG
64

PERLUNYA PARKIR BADAN JALAN


EDIR DNA

KRAP
EDIR DNA

11 1.2 TUJUAN TOOLKIT 31 2.2 IMPLEMENTASI MANAJEMEN


PARKIR DI BEBERAPA KOTA DI
66
71
3.2.1 Inventarisasi Data parkir
3.2.2 Identifikasi Masalah
INDONESIA 72 3.2.3 Evaluasi dan Perlunya Manajemen parkir

12 1.3 KONSEP PARKIR 31 2.2.1 Palembang: Reposisi Parkir Badan Jalan


31
35
2.2.2
2.2.3
Bogor: Penerapan Sistem Tarif berdasarkan Lokasi
Sidoarjo: Parkir Berlangganan
87 3.2 DESAIN TEKNIS DAN
PENARIFAN PARKIR BADAN
36 2.2.4 Jakarta: Masalah Penataan Ruang Parkir JALAN
13 1.4 SASARAN MANAJEMEN PARKIR
Daftar Isi
40 2.2.5 Bandung: Penerapan Parking Meter
41 2.2.6 Surakarta: Penataan Kawasan 73 3.2.1 Desain Teknis Satuan Ruang Parkir
76 3.2.2 Penetapan Lokasi Boleh Parkir dan
Larangan Parkir

16 1.5 JENIS PARKIR 43 2.3 INVESTASI DAN PENERIMAAN 77 3.2.3 Bagaimana Menghapus Parkir pada
Badan Jalan Tertentu
44 2.3.1 Palembang: Perbaruan Skenario Investasi dan 79 3.2.4 Rambu dan Marka Parkir
22 1.5.1 Mengenal Sejumlah Peraturan terkait
Model Penerimaan (Sistem Pemasukan/Revenue) 81 3.2.5 Penetapan Tarif Parkir pada Badan Jalan
Manajemen Parkir
45 2.3.2 Bogor: Perbaruan Skenario Investasi 84 3.2.6 Tata Cara Pengumpulan Retribusi Parkir
46 2.3.3 Sidoarjo: Model Penerimaan pada Badan Jalan
(Sistem Pemasukan/Revenue) 84 3.2.7 Bongkar Muat Angkutan Barang

23 1.6 KOORDINASI DAN SOSIALISASI 48 2.3.4 Bandung: Perbaruan Skenario Investasi dan
Model Penerimaan (Sistem Pemasukan/Revenue)
85 3.2.8 Teknologi bagi Penetapan dan
Pengumpulan Retribusi Parkir
48 2.3.5 Jakarta: Model Investasi
23 1.6.1 Implementasi Koordinasi dan Sosialisasi
49 2.3.6 Surakarta: Model Penerimaan Sistem Zona
27
82 3.3
1.6.2 Partisipasi Pelaku usaha
(Sistem Pemasukan/Revenue) PENYEDIAAN GEDUNG
PARKIR

50 2.4 PENERAPAN ASPEK TEKNIS 87


89
3.3.1 Syarat Pembangunan Gedung Parkir
3.3.2 Kebutuhan Fungsional
50 2.4.1 Palembang: Reposisi Satuan Ruang Parkir 89 3.3.3 Desain dan Sirkulasi Parkir
54 2.4.2 Bogor: Karakteristik Parkir Badan Jalan di 95 3.3.4 Pembiayaan dan Kerja Sama
Jalan Suryakancana dan Jalan Pengadilan. Pembangunan

57 2.5 HARDWARE (MARKA, RAMBU)


K
ED RAP

96 3.4
IR D

PEMBIAYAAN DAN
NA

PENERIMAAN

58 2.6 EVALUASI
98 3.5 PENEGAKAN HUKUM BAGI

60 2.7 FAKTA PARKIR SEPEDA MOTOR PENATAAN MANAJEMEN PARKIR

60 2.4.1 Parkir Sepeda Motor di Kota Palembang 98 3.5.1 Mencegah Kebocoran Pengelolaan Parkir
62 2.4.2 Parkir Sepeda Motor di Kota Bogor 100 3.5.2 Keamanan dan Keselamatan Parkir
NU
ISA
TR TS 62 2.4.3 Parkir Sepeda Motor di Kota Surakarta 101 3.5.3 Meraih Dukungan Publik atas Kebijakan Parkir
M
Prakata Menengah Nasional 2015-2019, berupaya untuk memperbaiki kualitas
pelayanan transportasi perkotaan dengan prioritas “pembangunan

K
transportasi massal perkotaan” dan fokus pada infrastruktur
TOOLKIT TRANSPORTASI PERKOTAAN
angkutan massal berbasis jalan, angkutan massal berbasis rel,
dan pemeliharaan kualitas jaringan jalan perkotaan. Sasaran yang
ita menyadari bahwa proses urbanisasi akan dicapai pada akhir tahun 2019 di antaranya peningkatan
dan kebutuhan lapangan kerja yang tinggi modal share minimal 32%, jumlah kota yang menerapkan BRT
telah mempercepat pertumbuhan penduduk meningkat 70% menjadi 29 kota, kapasitas angkut angkutan umum
di perkotaan. Dengan laju pertumbuhan meningkat 80%, peningkatan kecepatan lalu-lintas minimal 20
penduduk perkotaan yang mencapai 4,4% km/jam, berkembangnya aplikasi teknologi manajemen lalu-lintas
per tahun, pada tahun 2025 diperkirakan perkotaan, dan perbaikan moda alternatif non-jalan pada kota-kota
terdapat sekitar 60% penduduk Indonesia atau yang berpotensi serta perbaikan pemanfaatan energi berbasis
sekitar 170 juta orang akan tinggal di wilayah gas khususnya untuk angkutan umum di perkotaan, perbaikan
perkotaan. Oleh karena itu diperlukan sebuah keselamatan lalu-lintas di perkotaan dan pengurangan dampak
strategi untuk mengendalikan urbanisasi, lingkungan khususnya emisi udara perkotaan. Pemerintah merasa
antara lain dengan menghindari konsentrasi penduduk yang perlu untuk merangkul pihak-pihak lain seperti swasta, BUMN
terjadi hanya di beberapa kota metropolitan dan kota besar, dan negara-negara donor termasuk GIZ-SUTIP untuk membantu
serta memperkuat pelayanan kota-kota kecil dan sedang melalui perbaikan sistem tarnsportasi perkotaan serta menjelaskan kepada
peningkatan kualitas infrastruktur. pemerintah daerah dan masyarakat.
Di wilayah perkotaan dengan jumlah penduduk lebih dari 500 Buku yang tersaji ini merupakan kelanjutan dari Buku Sustainable
ribu jiwa, kebutuhan infrastruktur dalam hal peningkatan peran Urban Transport (Bappenas, 2014), merupakan kerja sama Bappenas,
angkutan massal wajib dikelola, dioptimalkan, dan diselaraskan Kementerian Perhubungan, dan GIZ SUTIP, dengan harapan agar
dengan infrastruktur moda angkutan lainnya. Akan tetapi, upaya pemerintah daerah dapat menindaklanjuti aspek yang lebih teknis
tersebut tidak cukup untuk mencapai tingkat kualitas pelayanan berdasarkan arahan dari pemerintah pusat. Buku petunjuk ini
yang memadai. Secara bersamaan jumlah kendaraan pribadi juga fokus pada bahasan mengenai empat hal: (1) manajemen parkir
harus ditekan semaksimal mungkin. Sementara itu, untuk wilayah di perkotaan; (2) Perbaikan Angkutan Umum Perkotaan (Angkot
perkotaan dengan jumlah penduduk kurang dari 500 ribu, kebutuhan Reform), (3)Pengembangan Transportasi Tidak Bermotor (NMT);
infrastruktur yang harus dilakukan adalah dengan mempertahankan dan (4) Implementasi PEP untuk RAD GRK (Rencana Aksi Daerah
pelayanan melalui low cost traffic management dengan meningkatkan tentang Gas Rumah Kaca).
dan menyelaraskan peran berbagai moda angkutan umum, tetapi Dalam kesempatan ini, saya menyampaikan penghargaan saya
tetap menjaga kualitas aksesibilitas penduduk. kepada tim yang telah bekerja keras dalam menyelesaikan buku ini.
Dalam perspektif ekonomi makro, ketersediaan jasa pelayanan Saya harap buku ini dapat membantu kita semua untuk memahami
infrastruktur transportasi perkotaan dapat memengaruhi marginal langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mewujudkan visi
productivity of private capital, dan dalam perspektif ekonomi mikro, perkotaan di Indonesia, yaitu mencapai transportasi perkotaan
hal ini akan berpengaruh terhadap penurunan biaya produksi. yang berkelanjutan.
Selain itu, kontribusi infrastruktur transportasi perkotaan terhadap
peningkatan kualitas hidup ditunjukkan dengan terjadinya
peningkatan kesejahteraan, produktivitas dan akses terhadap Jakarta, Maret 2015
lapangan kerja, serta stabilitas ekonomi makro. Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/
Pemerintah Indonesia yang telah mengesahkan Peraturan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Presiden No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
8 9

1
Kebijakan, Perencanaan dan Implementasi
Pada dasarnya parkir adalah kebutuhan umum yang awalnya
berfungsi melayani. Sesuai dengan fungsi tersebut, ruang parkir
disesuaikan dengan permintaan seiring dengan kebutuhan orang
yang berkendaraan untuk berada atau mengakses suatu tempat.
Pada kondisi tertentu kemudian akan terjadi pertambahan
permintaan yang apabila tidak diikuti dengan penambahan ruang

P
parkir dapat menimbulkan masalah. Hal ini harus diatasi dengan
1.1 LATAR erkotaan di Indonesia mengalami pertumbuhan yang pesat menerapkan konsep manajemen parkir secara lebih baik. Pada
BELAKANG di segala sektor, yang mengimbas pula pada pertumbuhan kenyataannya masalah parkir kini telah tumbuh menjadi isu yang
kendaraan terutama kendaraan pribadi. Pertumbuhan jumlah serius, yang terjadi karena dorongan urbanisasi, pesatnya tingkat
kendaraan pribadi membutuhkan ruang parkir yang cukup pertumbuhan kendaraan, dan tekanan dari pabrikasi produsen
dan berpotensi menimbulkan persoalan besar dengan penataan kendaraan bermotor. Kondisi parkir diperparah dengan masalah
parkir yang semakin tidak terkendali. Limpahan parkir kendaraan parkir ilegal yang masih muncul di banyak tempat.Kebijakan
bermotor terjadi bukan saja di dalam gedung atau ruang parkir manajemen parkir harus berperan kuat dalam menyusun strategi
melainkan juga sampai ke badan jalan hingga gang-gang sempit untuk memberbaiki mobilitas perkotaan di Indonesia.
perkotaan. Limpahan parkir ini mengakibatkan gangguan berupa
terhalangnya lajur lalu-lintas dan akses keluar masuk (blocked lanes
and accesses), termasuk bagi angkutan umum, ambulans, taksi
dan pejalan kaki. Kondisi ini menjadikan keselamatan lalu-lintas Gambar Kondisi Parkir

berkurang, polusi udara meningkat, public space menghilang, dan Pada Kawasan Nyi Raja

potensi ekonomi menurun. Permas Kota Bogor—


Foto oleh: Raden Mirza
Aldi, GIZ
Pertumbuhan kebutuhan parkir terjadi secara alamiah Selintas Awal Mula
dan belum ada peraturan perundang-undangan yang Kebutuhan Parkir
mengaturnya. Pada tahun 1950 telah ada pihak-pihak Contoh Kasus DKI Jakarta
atau kelompok-kelompok yang mengelola parkir di
jalan-jalan, dikenal dengan istilah “Jaga Otto”.

19
50
Pada periode 1968-1972, Kebijakan parkir di kota-kota Indonesia seringkali
pengelolaan parkir dialihkan ke membingungkan. Misalnya, terdapat terdapat banyak kota yang
Walikota Jakarta, berdasarkan
memandang pendapatan dari parkir sebagai revenue (penerimaan)
Keputusan Gubernur DKI Jakarta
No. Db/5/1/6/68. Meski telah sebagai tujuan utama. Padahal, bila dibiarkan demikian, hal ini
ditata, tetap terdapat oknum justru menjadi bumerang. Penerimaan memang merupakan
19 yang secara pribadi menguasai
60 manfaat dari pengelolaan parkir yang baik, namun menjadikannya
lokasi-lokasi parkir yang ada.
sebagai fokus secara sempit justru akan dukungan politik terhadap
pengelolaan parkir yang baik.
Pada periode 1955-1968 parkir Pembebanan biaya parkir memang merupakan salah satu bentuk
dikelola oleh Dinas PU Propinsi penerapan manajemen parkir yang kuat dan mudah dilakukan.
DKI Jakarta, merujuk pada potensi 19
70 Sayangnya, sebagian besar kota di Indonesia melakukannya
pendapatannya. Mulai pula
disediakan fasilitas parkir pada jalan-
jalan yang ada di Jakarta.

19
80
10 11
B AB 1 K E B I J A KA N , P ER E NCANAAN DAN IMP L E ME NTAS I

Kebijakan manajemen parkir terdapat dalam konsep TDM yang manajemen parkir di antaranya dengan menyediakan landasan
bersifat Push, yang bertujuan untuk mengurangi penggunaan hukumnya. Salah satu di antaranya adalah UU 22/2009 tentang
kendaraan pribadi. Penataan parkir dalam konteks ini adalah Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang melalui pasal 43 telah
membatasi pasokan ruang parkir, namun bersamaan dengan menetapkan upaya pengendalian perparkiran di perkotaan,
itu otoritas berwenang menyediakan pula alternatifnya; seperti salah satunya adalah larangan parkir pada badan jalan di jalan
angkutan umum yang nyaman, dan juga fasilitas pejalan kaki dan nasional dan jalan provinsi. Teknis penyelenggaraan parkir diatur
bersepeda yang layak. Beberapa kebijakan manajemen parkir dengan Keputusan PDirjen Hubdat 272 tahun 1996 mencakup
dalam TDM yang umum dilakukan adalah sebagai berikut: berbagai peruntukan lahan di pusat kegiatan (perdagangan,
10
.00
-1

perkantoran, sekolah, hotel, dll) serta ukuran kebutuhan Satuan


6.0
0

Ruang Parkir (SRP).


10.
00-
16.
00

P
P
Kec
ual P
P
i har
i libu
r

P 10.
00-
16.
00

P
10
.00-
P 16
.00 Ke
Kec
cu
ali
ual
i har
i libu
r

P ha
ri li

P
bu
P r

Ke
cu
ali
ha
ri lib
ur

P
usat kota selalu akan menjadi kawasan penarik perjalanan, 1.2
yang berpotensi menimbulkan banyak masalah di bidang TUJUAN TOOLKIT
Larangan parkir di mulut Pembatasan ruang Pembatasan durasi Pelarangan parkir pada lalu lintas termasuk pengadaan dan penggunaan fasilitas
persimpangan. Secara parkir. Opsi ini bisa parkir. Opsi ini perlu jam sibuk. Biasanya parkir yang tidak merata dan terbatas. Pada kondisi
tidak langsung larangan ini dilakukan dengan rekayasa dukungan fungsi diterapkan pada waktu demikian manajemen parkir dapat menjadi cara yang efektif
mengurangi jumlah Satuan fisik. Perubahan posisi pengawasan yang ketat. pagi dan sore hari, untuk
Ruang Parkir (SRP), dan parkir menjadi paralel Di Taiwan petugas parkir kawasan pusat kegiatan
bagi pemerintah kota untuk mengurangi beban lalu-lintas dan
bertujuan untuk menimalisir secara tidak langsung akan melakukan patroli untuk (Central Business District/ emisi udara yang ditimbulkan kendaraan yang masuk ke pusat
gangguan terhadap lalu mengurangi jumlah SRP, melihat masa berlaku CBD). kota. Praktis, kota-kota di Indonesia menghadapi masalah rumit
lintas, khususnya antrean seperti telah diterapkan parkir. perparkiran yang harus segera dibenahi. Kebutuhan parkir
pada persimpangan. oleh Pemerintah Kota
Palembang (lihat Bab 2) meningkat, namun penerapan manajemen parkir saat ini belum
membuahkan hasil yang diharapkan. Toolkit ini dimaksudkan
sebagai bagian dari upaya untuk mengaktifkan pemerintah kota
di Indonesia dalam menangani masalah parkir dan menerapkan
Sementara itu, kebijakan parkir di kota besar, bukan hanya di manajemen parkir yang tepat. Manajemen parkir yang terpadu
Jakarta, melainkan juga pada banyak kota besar di dunia, termasuk dengan peningkatan peran angkutan umum dan integrasi antara
di 14 kota metropolitan Asia, masih belum jelas, cenderung kendaraan pribadi-angkutan umum-NMT akan efektif untuk
membingungkan dan penuh ketidakpastian. Kebijakan yang diterapkan. Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan pemahaman
ada masih parsial karena tidak didukung upaya sistematis dan yang mendalam mengenai prinsip dasar dan isu teknis yang
tersinergi, yang justru menyebabkan kebijakan menjadi tidak mendukung terlaksananya manajemen parkir secara terpadu. Hal
populer di masyarakat. Hal tersebut membuat pengendalian parkir tersebut menjadi isu yang dibahas secara teknis pada buku ini.
di perkotaan belum mampu mengatasi ketidaktertiban perparkiran Selain itu, buku ini juga diharapkan dapat bermanfaat sebagai
termasuk pelanggaran dan persoalan keselamatan lalu-lintas. panduan dan petunjuk bagi tim teknis atau tim pelaksana dalam
Manajemen parkir yang lemah identik dengan penghilangan badan pemerintahan yang melakukan implementasi di lapangan.
berbagai peluang, selain juga dapat menimbulkan kekacauan. Pendekatan substansi toolkit ini bersifat fleksibel untuk diterapkan,
Parkir hendaknya menjadi alat untuk menekan kemacetan, artinya dapat disesuaikan dengan kondisi masing-masing kota,
meningkatkan kelancaran lalu-intas dan mengurangi tingkat dengan tetap mendapatkan masukan dan pertimbangan serta
kecelakaan di jalan, sehingga perlu diatur dengan regulasi yang arahan tim profesional.
jelas, terarah, konsisten dan mengikat. Sejumlah upaya sebenarnya Dalam upaya mencapai hal tersebut, institusi manajemen
telah dilakukan pemerintah untuk mulai menerapkan konsep parkir, keterampilan dan penerapannya harus terus ditingkatkan.
12 13
B AB 1 K E B I J A KA N , P ER E NCANAAN DAN IMP L E ME NTAS I

P
1.3 eraturan terkait mengenai parkir tertulis dalam peraturan C. Parkir di luar badan jalan dapat dikategorikan sesuai dengan
KONSEP PARKIR Undang – Undang No. 22/2009 pasal 43 dan Keputusan karakteristik fisik.
Menteri No. 66/1993 pasal 5 dan 6. Terdapat beberapa jenis • Taman parkir (bangunan luar di permukaan tanah)
penggolongan parkir yang ditentukan berdasarkan kategori • Menempati ruang terbuka, atau
ruang parkir, pengelolaan dan karakteristik fisik, sebagaimana • Berada dalam kompleks bangunan
dijelaskan di bawah ini. • Multi-level
• Sebagai fasilitas yang berdiri sendiri parkir (gedung parkir,
A. Parkir dalam kategori ruang parkir; terdiri atas parkir badan garasi parkir)
jalan dan parkir di luar badan jalan. • Melekat atau berada dalam bangunan
KRAP
EDIR DNA

• Parkir Bawah Tanah (basement)

D
KRAP
EDIR DNA KRAP

P
EDIR DNA

i kota-kota Indonesia, kebijakan parkir yang ada masih 1.4 SASARAN


KRAP
Pk EDIR DNA
.18.0
0-
Pk
21.0
0

Pk.1
P
8.00
- Pk
jauh dari ideal terbukti dengan parkir yang tidak benar, MANAJEMEN
serampangan dan terjadi banyak kebocoran. Akan tetapi, PARKIR
21.0
0

P
Kec
uali
har
i libu
r

secara peraturan terdapat regulasi yang bertujuan


membenahi parkir dan menjadikannya sebagai salah satu bagian
Parkir pada badan jalan menggunakan badan Parkir di luar badan adalah lahan parkir yang untuk mencapai target keseimbangan yang lebih baik dalam
jalan yang menjadi hak publik (jalan lingkungan disediakan khusus di luar badan jalan yang memiliki sistem mobilitas perkotaan.
maupun jalan raya). pintu masuk khusus (sistem parkir berbayar dengan Berdasarkan pada regulasi yang ada yang masih mengutamakan
lahan parkir yang memiliki batas khusus).
kendaraan pribadi, maka parkir diasumsikan dapat mengganggu
lalu lintas sehingga parkir pada badan jalan harus dihilangkan.
B. Penyelenggaraan Fasilitas Parkir Akan tetapi, sebenarnya parkir pada badan jalan tidak semestinya
Penyelenggaraan parkir yang terbagi dalam tiga tahap; dihilangkan karena akan dapat mendatangkan manfaat pada
pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan. kepentingan di sekitar jalan tersebut. Hal yang harus dilakukan
• Pihak penyelenggara dapat dilakukan oleh Pemerintah, Badan adalah mengelola parkir di badan jalan dengan sistem manajemen
Hukum dan Perseorangan. parkir yang baik.
• Penyelenggaraan parkir badan jalan harus bekerjasama dengan Peniadaan parkir pada badan jalan, justru akan mendorong
pemerintah. pengadaan gedung parkir guna memasok kebutuhan ruang parkir
di luar badan jalan. Hal ini sebenarnya tidak memberikan manfaat
Tabel Pembangunan Pengoperasian Pemeliharaan secara ekonomis mengingat Return of Investment yang rendah
Berikut adalah tabel terkait dengan siapa saja yang dapat melakukan pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan dari pengelolaan gedung parkir, sebaliknya malah menimbulkan
kecenderungan orang untuk menggunakan kendaraan pribadi
Pemerintah Badan Hukum Perseorangan yang akan menimbulkan masalah pada lalu lintas perkotaan.
Kota yang memiliki sistem pengelolaan parkir yang efektif
Parkir badan jalan
Pembangunan Parkir luar badan jalan biasanya menekankan tujuan-tujuan manajemen parkir pada
Parkir luar badan jalan
hal berikut:
• Penggunaan ruang parkir yang telah ada secara efisien
Parkir badan jalan Parkir badan jalan dan aman dengan prioritas pada kota dan komitmen
Pengoperasian
Parkir luar badan jalan Parkir luar badan jalan pemangku kepentingan.
• Memanfaatkan parkir sebagai sarana mengatur penggunaan
Parkir badan jalan Parkir badan jalan Parkir badan jalan kendaraan pribadi dan mendorong sejumlah alternatif; dan
Pemeliharaan
Parkir luar badan jalan Parkir luar badan jalan Parkir luar badan jalan • Pasokan parkir yang ekonomis; tepat dan efisien.
14 15
B AB 1 K E B I J A KA N , P ER E NCANAAN DAN IMP L E ME NTAS I

MENINJAU PENGELOLAAN PARKIR Tujuan lain manajemen parkir adalah untuk mengurangi
DI PUSAT PERBELANJAAN kemungkinan orang membawa kendaraan pribadi melintasi jalan
di kawasan perbelanjaan tersebut. Manajemen parkir yang baik
akan mempertimbangkan secara ketat pengadaan ruang parkir

1 Jika lahan parkir pada pusat


perbelanjaan dan sekitarnya tidak
dikelola dengan baik, ada kecenderungan
baru. Ketergesaan memasok ruang parkir di luar badan jalan
biasanya hanya akan menimbulkan pemborosan.

ruang parkir yang paling nyaman pada


badan jalan akan ditempati terlebih dahulu
oleh pemilik toko dan karyawan yang
bekerja di sekitar kawasan tersebut.

2 Pada saat pengunjung tiba, ruang parkir


di badan jalan seringkali sudah penuh.
Selain itu, tanpa manajemen yang baik,
parkir badan jalan akan menghalangi
pejalan kaki, sepeda, bus dan lalu lintas
umum. Sementara itu, parkir di luar badan 5 Bagi pengunjung singkat ditawarkan
ruang utama yang paling nyaman
dengan biaya berbasis durasi atau batas
jalan di sekitar sudah penuh.
waktu (atau keduanya). Ini mendorong
penggunaan ruang parkir secara tepat,
dengan memberikan pilihan kepada
pengunjung yang menghabiskan waktu
lebih lama untuk menggunakan ruang
parkir di luar badan jalan atau terletak
agak jauh dari lokasi utama.

3 Kondisi ini mengancam


bisnis ritel di jalan, yang 4 Manajemen parkir di pusat
perbelanjaan, sebaiknya
6 Upaya tersebut di atas
juga dapat mengurangi
kepadatan parkir di badan jalan
merupakan pelaku utama memberikan prioritas parkir
selain juga menekan peluang
bisnis ritel lokal. bagi pengunjung, selain juga
parkir ilegal.
terus meningkatkan kenyamanan
kawasan tersebut.
16 17
B AB 1 K E B I J A KA N , P ER E NCANAAN DAN IMP L E ME NTAS I

KRAP

PARKIR ON-STREET ATAU PARKIR


EDIR DNA

PARKIR DI LUAR BADAN JALAN:


BADAN JALAN:
KRAP
EDIR DNA KRAP

P • Gedung parkir
EDIR DNA

1.5 • Parkir tepi jalan • Parkir di luar badan jalan


KRAP
Pk EDIR DNA
.18.0

JENIS PARKIR
0-

• Parkir pada badan jalan


Pk
21.0

• Taman parkir
0

• Parkir di dalam ruang milik jalan Pk.1


P
8.00
- Pk
21.0
0
• Tempat khusus parkir (UU No 28 Tahun 2009)
(UU No. 22 Tahun 2009) Kec
P
uali
har
i libu
r

P • Parkir di luar ruang milik jalan (UU No. 22 Tahun 2009)


• Pelayanan parkir di tepi jalan umum • Tempat parkir di luar badan jalan (PP No. 65 Tahun 2001)
(UU No.28 Tahun 2009) • Penyelenggaraan parkir di luar badan jalan (UU No 28. Tahun 2009)

Penyandingan Regulasi Manajemen Parkir

UU 22/2009-LLAJ Perda 5/99 DKI Jakarta-Perparkiran DKI Jakarta


Parking Management-GIZ Module 2C

Parkir Badan Jalan dan di Luar Badan Jalan (Pasal 4): (Pasal 5): Terdapat empat tipe parkir:
dimungkinkan asal ada izin, terpasang Bentuk penyediaan parkir terdiri dari Jenis gedung parkir dan pelataran parkir terdiri dari
dengan rambu, sesuai dengan tata ruang, 1. Parkir pada badan jalan Pk
.18
P

memenuhi analisis dampak lalu lintas dan


.00
- Pk
21
.00

kemudahan pengguna jasa. a. Gedung parkir murni


Pasal 43 ayat (1), Ayat (3) Pasal 44

KRAP
EDIR DNA
2. Parkir di luar badan jalan

b. Gedung parkir pendukung


3.Parkir di luar badan jalan
KRAP
EDIR DNA
di luar wilayah perumahan
(private non residential)

P KRAP
EDIR DNA

4. Parkir pada wilayah perumahan


Parkir di luar badan (private residential)
jalan yang terdiri dari:
c. Pelataran parkir yang terintegrasi
dengan angkutan umum
Parkir tepi jalan dan
lingkungan parkir;

IUN
AS
ST RT
M Parkir dikelola secara efisien untuk:
• Mengurangi kebutuhan bepergian jarak
jauh dengan kendaraan pribadi.
• Mengurangi jumlah perjalanan pendek
Parkir di Parkir di
dengan kendaraan pribadi.
gedung parkir pelataran parkir. P
• Mendukung moda transportasi yang
bersahabat dengan lingkungan.
18 19
B AB 1 K E B I J A KA N , P ER E NCANAAN DAN IMP L E ME NTAS I

UU 22/2009-LLAJ Parking Management-GIZ Module 2C Koalisi TDM-Draft Naskah Akademik

Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas Strategi manajemen parkir: Penataan sistem perparkiran sebagai
Pembatasan Ruang Parkir (TDM) dapat dilakukan dengan 1. Membatasi lamanya waktu parkir wujud pengendalian pertumbuhan
sistem parkir maksimal. Pasal 133 2. Penetapan tarif berdasarkan waktu. kendaraan pribadi. Langkah penataan itu
ayat (2): Manajemen kebutuhan 3. Pelarangan parkir pada jam padat di jalan-jalan utama. dapat dilakukan dengan:
Lalu Lintas dilaksanakan dengan 4. Pelarangan parkir yang dapat membahayakan keselamatan. 1. Pembatasan ruang parkir pada
cara pembatasan ruang Parkir pada 5. Park and Ride. kawasan tertentu dengan batasan
P kawasan tertentu dengan batasan 6. Memperkuat pembatasan penggunaan kendaraan pribadi. ruang parkir maksimal yang bisa
10
.00
-1
6.0
ruang parkir maksimal. 7. Melaksanakan upaya pedestrianisasi dan manajemen parkir dilakukan dalam kaitannya dengan
0

untuk meningkatkan kualitas lingkungan pusat kota. pengendalian tata ruang.


2. Tarif parkir berdasarkan zona
Seluruh instrumen tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam empat sebagai dasar pengenaan restribusi
strategi: dan pajak parkir di Jakarta
P
a) Regulasi
b) Instrumen ekonomi/fiskal
c) Perencanaan fisik/desain
d) Kegiatan pendukung TDM

UU 22/2009-LLAJ Perda 5/99 DKI Jakarta-


UU Perlindungan Konsumen Parking Management-GIZ Module 2C
Perparkiran DKI Jakarta

Pengelolaan Ruang Parkir

Penyelenggaraan parkir di luar ruang milik jalan dapat Perlu pengawasan perparkiran • Pengelolaan perparkiran di Daerah • Bentuk organisasi yang
dilakukan oleh (Pasal 43 ayat 2): yang baik. “Pengawasan terhadap Khusus Ibukota Jakarta adalah disarankan dalam manajemen
1. Perseorangan warga negara Indonesia atau penyelenggaraan perlindungan wewenang Gubernur Kepala parkir adalah lembaga swasta
2. Badan hukum Indonesia berupa: a. Usaha khusus konsumen serta penerapan Daerah (Pasal 2 ayat 1). formal atas izin pemerintah.
perparkiran; atau b. Penunjang usaha pokok. ketentuan peraturan perundang- • Penyelenggara Perparkiran adalah
undangannya diselenggarakan suatu badan dan atau bersama • Pihak swasta menyediakan
P
oleh pemerintah, masyarakat, dan dengan badan usaha swasta atau suplai parkir badan jalan,
lembaga perlindungan konsumen badan lainnya (Pasal 1). pengoperasian fasilitas parkir di
swadaya masyarakat” (Pasal 30). • Setiap badan usaha swasta luar badan jalan.
atau badan lainnya yang
menyelenggarakan perparkiran • Organisasi ini bertugas
diluar badan jalan di daerah, wajib mengendalikan parkir
memiliki ijin penyelenggaraan kendaraan, isu tiket,
parkir dari Gubernur Kepala menentukan tarif dan mengelola
Daerah (Pasal 3 ayat 1). pembayaran parkir.
20 21
B AB 1 K E B I J A KA N , P ER E NCANAAN DAN IMP L E ME NTAS I

Perda 5/99 DKI Jakarta- UU Perlindungan Konsumen Perda 5/99 DKI Jakarta- Koalisi TDM-Draft Naskah Akademik
Perparkiran DKI Jakarta Perparkiran DKI Jakarta

Izin Perparkiran • Khusus badan usaha swasta Perlindungan • Hak konsumen: hak atas Setiap kerugian atau kehilangan Asuransi tarif parkir di luar
atau badan lainya yang konsumen kenyamanan, keamanan, menjadi tanggung jawab badan jalan yang diterapkan
mengajukan permohonan izin dan keselamatan dalam konsumen. Pasal 36 ayat 2 Perda saat ini perlu memasukkan
penyelenggaraan perparkiran, mengkonsumsi barang dan atau Parkir: “setiap kehilangan menjadi jaminan risiko kehilangan/
dalam melaksanakan usaha jasa (pasal 4.a). risiko pengguna”. kerusakan kendaraan.

P
penyelenggaraan perparkiran
wajib bekerja sama dengan
P • Hak untuk mendapatkan
kompensasi, ganti rugi dan/atau
10
.00
-1
6.0
0
badan pengelolaan dan I
penggantian, apabila barang
T V N IN
CC JALA
penyelenggaraan perparkiran SEP
AN
JAN
G
dan atau jasa yang diterima
(Pasal 3 ayat 4). tidak sesuai dengan perjanjian
P atau tidak sebagaimana
P • Masa berlakunya izin mestinya (pasal 4.h).
Ke
cu
ali
sebagaimana dimaksud pada
ha
ri li
ayat (2) pasal ini, masing-masing
P
bu
r

selama 2 (dua) tahun dan dapat


diperpanjang (Pasal 3 ayat 5)

Perda 5/99 DKI Jakarta-Perparkiran DKI Jakarta Parking Management-GIZ Module 2C Koalisi TDM-Draft Naskah Akademik
Tarif Parkir

• Tarif biaya parkir ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah Tarif parkir badan jalan harus lebih tinggi daripada Cara penetapan tarif parkir badan jalan dapat
P dengan persetujuan Dewan, dan memperhatikan faktor kelayakan tarif parkir di gedung atau ruang parkir di luar dilakukan dengan:
pengembalian investasi gedung parkir murni, serta tingkat kualitas, badan jalan. Hal ini dilakukan untuk mendorong • Flat atau sama sepanjang hari.
pelayanan (Pasal 25 ayat 1). orang menggunakan parkir dalam gedung atau • Berdasarkan waktu.
• Tarif biaya parkir ditinjau selambat-lambatnya satu kali dalam dua dalam ruang. • Berdasarkan zona.
tahun. (Pasal 25 ayat 2). • Tarif postal, tarif yang besarannya
• Tarif biaya parkir setiap golongan tempat parkir pada kawasan tergantung waktu dengan tarif minimal
pengendalian parkir ditetapkan setingginya-tingginya 150% dari tertentu.
tarif yang ditetapkan atas setiap golongan tempat parkir pada Pelayanan parkir badan jalan bukan merupakan
bukan kawasan pengendalian parkir (Pasal 28). Public Service Obligation (Non-PSO) sehingga tarif
parkir badan jalan tidak perlu dijamin rendah.

UU Perlindungan Konsumen Parking Management-GIZ Module 2C


Penegakan Hukum
P

Pemerintah bertanggung jawab atas pembinaan Otoritas lokal harus mendapat mandat hukum dengan
penyelenggaraan perlindungan konsumen yang kewenangan untuk melaksanakan regulasi parkir,
menjamin diperolehnya hak konsumen dan pelaku menghasilkan pemasukan, dan menjatuhkan tindakan
usaha serta dilaksanakannya kewajiban konsumen hukum kepada pelanggar, dan mengikat kontrak
dan pelaku usaha (Pasal 29). dengan operator penyelenggara parkir.
22 23
B AB 1 K E B I J A KA N , P ER E NCANAAN DAN IMP L E ME NTAS I

P
Memahami Definisi Manajemen Parkir emerintah provinsi dan kota sampai saat ini masih 1.6
Victoria Transport Policy Institute (VTPI), manajemen parkir adalah berbagai strategi untuk mendorong dihadapkan pada kesulitan penertiban parkir termasuk KOORDINASI DAN
penggunaan fasilitas parkir yang lebih efisien, memperbaiki kualitas pelayanan kepada para pengguna ruang
parkir dan meningkatkan desain fasilitas parkir (VTPI, 2013). PP 32/2011 tentang MRLL, TIC dan TDM, manajemen
juga parkir liar. Kehadiran parkir liar menyebabkan SOSIALISASI
parkir atau disebut “pembatasan ruang parkir” adalah bagian strategi Manajemen Kebutuhan Lalu-Lintas kebocoran parkir badan jalan dan biaya operasional
(pasal 60), untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan ruang lalu lintas dan mengendalikan menjadi lebih tinggi daripada pendapatan dari retribusi parkir.
pergerakan lalu lintas, yang dilakukan pada ruang milik jalan pada jalan kabupaten atau jalan kota atau luar Provinsi DKI Jakarta termasuk salah satu provinsi yang sampai
ruang milik jalan (pasal 72), dengan cara pembatasan waktu, durasi, tarif, kuota dan lokasi parkir (pasal 73).
saat ini masih kesulitan menertibkan parkir liar dan tengah terus
mencari strategi baru guna mengatasi hal ini. Penguapan dari
1.5.1 MENGENAL SEJUMLAH PERATURAN pemasukan retribusi parkir di DKI Jakarta diduga mencapai 70%.
TERKAIT MANAJEMEN PARKIR Unit Pelayanan (UP) Perparkiran Jakarta saat ini mengelola
sekitar 16.000 SRP badan jalan yang jika ditarik retribusi sebesar
Rp. 10.000/hari maka pendapatan mencapai Rp 57,6 miliar per
tahun, belum termasuk pendapatan dari parkir sepeda motor.
Faktanya pendapatan parkir yang diserahkan ke daerah hanya
mencapai Rp 22 miliar/tahun, tanpa kenaikan pendapatan dari
retribusi parkir dalam rentang 10 tahun terakhir.
UU 14/2008 tentang Keterbukaan Di balik fenomena tersebut terungkap fakta bahwa parkir
Informasi Publik Pasal 3: badan jalan dikendalikan oleh pihak yang tidak kompeten atau
• Mendorong partisipasi masyarakat dalam
proses pengambilan kebijakan publik.
para preman.
• Meningkatkan peran aktif masyarakat Menghadapi persoalan tersebut, langkah koordinasi dan
dalam pengambilan kebijakan publik sosialisasi menjadi hal penting yang harus dilakukan secara
dan pengelolaan badan publik. terintegrasi dalam pelaksanaan kebijakan dan program
• Mewujudkan penyelenggaraan
yang baik, transparan, efektif, manajemen parkir.
UU 25/2009 tentang Pelayanan Publik: UU No 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik Pasal 13:
efisien, akuntabel serta dapat
Pasal 5:
dipertanggungjawabkan. Bentuk informasi yang dapat disampaikan untuk menampung
Untuk pelayanan barang publik yang
termasuk pengadaan dan penyaluran keluhan masyarakat yang mudah diakses, antara lain telepon,
barang publik yang dilakukan oleh pesan layanan singkat (short message service/sms), laman (website),
instansi pemerintah yang sebagian
pos-el (e-mail), dan kotak pengaduan (masuk ke bagian sosialisasi) .
atau seluruh dananya bersumber dari
anggaran pendapatan dan belanja negara
dan/atau anggaran pendapatan dan 1.6.1 IMPLEMENTASI KOORDINASI DAN SOSIALISASI
belanja daerah. Merupakan langkah yang harus dilakukan dalam manajemen
parkir, agar pembagian organisasi dan fungsi petugasnya dapat
dilakukan secara sinkron tanpa ada kesimpangsiuran satu sama lain.
Langkah sosialisasi adalah upaya untuk memberikan edukasi
dan pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya penerapan
manajemen parkir. Manfaat pemberlakuannya akan dirasakan oleh
UU 22/2009 tentang Lalu Lintas dan masyarakat secara umum. Kota akan terhindar dari kemacetan,
Angkutan Jalan Pasal 208:
• Upaya membangun dan
polusi menurun, dan potensi ekonomi meningkat.
mewujudkan keselamatan dan
keamanan lalu-lintas dan angkutan
jalan dilakukan dengan sosialisasi
dan internalisasi.
24 25
B AB 1 K E B I J A KA N , P ER E NCANAAN DAN IMP L E ME NTAS I

Koordinasi Pengembangan Parkir Badan Jalan Pelaksanaan Kebijakan Parkir Badan Jalan
Langkah koordinasi pengembangan parkir badan jalan tertuang di dalam Bab 3. Tahap pertama selaku di Jalan Sudirman, Palembang
pembuat kebijakan yakni Walikota, Bapedda atau Dinas Tata Kota. Kemudian ditindaklanjuti dengan
proses strategi, dengan melakukan survey dan perhitungan dampaknya, implementasi, serta sosialisasi Implementasi Koordinasi
kepada masyarakat. Terakhir adalah tahap teknis di lapangan yang ditangani oleh UPT Parkir dan
operator parkir.
PELAKSANAAN PERTEMUAN DENGAN FORUM LALU LINTAS
WALIKOTA
Sebelum implementasi, pihak
Kebijakan Strategi Teknis Implementasi pada hari libur
Diihadiri pihak Dinas Dinas Perhubungan Kota
(15 November 2012) yang
Perhubungan, Bappeda, PT Palembang berkoordinasi
bersinambung dengan cuti
Menteri*, Gubernur** Dinas Perhubungan, UPT Parkir, Operator SP2J, GIZ SUTIP Palembang dengan para pihak terkait
bersama dan akhir pekan.
Walikota, Bappeda, Dinas PU On-Street, Off-Street dan Paul Barter (GIZ expert). dalam forum lalu lintas.
Dimaksudkan untuk meredam
Dinas Tata Kota Pada pertemuan tersebut Pemangku kepentingan
potensi gejolak di lapangan.
*Jalan Nasional, **Jalan Provinsi Walikota menyambut baik yang terlibat antara lain
Pelaksana Dinas PU.
kebijakan parkir paralel di Dinas Pekerjaan Umum Bina
Jalan Sudirman dan meminta Marga, Cipta Karya, Tata
Alur (perubahan) Kebijakan Manajemen Parkir agar segera dilaksanakan Kota, dan Satlantas. Dalam
Setelah terealisasi, pembangunan parkir badan jalan akan melibatkan berbagai pihak. Mulai dari juru
parkir, walikota, media, hingga masyarakat harus turut aktif dalam berpartisipasi agar parkir badan jalan dan setidaknya dilakukan pertemuan tersebut, GIZ
menguntungkan semua pihak. uji coba selama satu bulan SUTIP Palembang dan Dinas
dengan masih menerapkan Perhubungan menjelaskan
tarif flat (rata). Selama uji tentang implementasi parkir
coba perlu dilakukan survey paralel dan disepakati bahwa
untuk mengetahui tingkat apabila implementasi parkir
keberhasilannya. paralel dilaksanakan maka
BER
ITA perlu dilakukan kebijakan tarif
BER
ITA progresif dengan service lane.
BER
ITA
JURU PARKIR
• Pengaturan sistem shift juru parkir. WALIKOTA
Implementasi Sosialisasi
• Pengenalan sistem penghasilan • Dukungan terhadap
juru parkir. sistem paralel. FORUM LALU LINTAS
• Diskusi terkait sistem parkir paralel. • Dukungan terhadap Rencana kegiatan sistem
rencana jangka panjang KONFERENSI PERS PERTEMUAN PERTEMUAN PEMBENAHAN
parkir paralel didukung oleh DENGAN JURU DENGAN PEMILIK MARKA JALAN
sistem parkir. Cipta Karya, Pemkot, Polsekta, Pihak Dishub PARKIR BISNIS
Bappeda, Pers, dan SKPD lainnya. Kota Palembang Pengecatan Marka
mengundang para Para juru parkir Pada tahap sosialisasi dan Pemasangan
wartawan surat mendapatkan ini, pihak Dishub Rambu untuk
kabar/media cetak penjelasan sistem Kota Palembang memperlancar
BER dan elektronik untuk manajemen parkir mengirimkan surat penerapan parkir
ITA
BER
ITA menyebarkan informasi dan tarif parkir edaran (terlampir) paralel, maka pihak
resmi kepada masyarakat apabila diterapkan kepada para pemilik Dishub melakukan
umum mengenai parkir paralel. Dide- bisnis yang terdapat pengecatan marka
PUBLIC HEARING rencana implementasi ngar pula masukan di sepanjang Jalan yang disesuaikan
KONFERENSI PERS Kegiatan ini sebagai bentuk parkir paralel. dan pendapat Sudirman. Informasi dengan desain yang
Sosialisasi sistem parkir komunikasi dua arah dengan para juru parkir tertera dalam surat telah direncanakan
paralel kepada masyarakat, juru parkir dan pemilik toko mengenai pene- adalah mengenai waktu sebelumnya bersama
tidak akan merusak pohon setempat untuk mengevaluasi rapan parkir paralel. pelaksanaan penerapan dengan pihak GIZ
dan tidak akan konflik kegiatan sistem parkir paralel. parkir paralel di Jalan SUTIP Palembang
dengan kegiatan pedagang Sudirman. dan juga melakukan
kaki lima. pemasangan rambu
parkir paralel.
26 27
B AB 1 K E B I J A KA N , P ER E NCANAAN DAN IMP L E ME NTAS I

Pelaksanaan Kebijakan Tarif Parkir di Kota Bogor Pelaksanaan Kebijakan Penggunaan Parkir Meter di Bandung

Implementasi Koordinasi Implementasi Sosialisasi

MUSYAWARAH KONSENSUS PELAKSANAAN PERDA NO. 4 PELATIHAN JURU PARKIR


TAHUN 2012
Para juru parkir mendapatkan pelatihan khusus:
Menggalang konsensus dari Ditandatanganinya Perda tentang kenaikan tarif • Cara mengoperasikan parkir meter dengan
semua pihak agar peraturan konsensus atau kesepakatan parkir di lokasi rawan macet sistem koin Rp 500 dan Rp 1.000.
yang telah dikeluarkan antara seluruh warga Jalan Kota Bogor sudah diberlakukan • Antisipasi pengguna parkir yang tidak
Pemerintah Kota Bogor dapat Suryakancana dan DLLAJ. sejak terhitung tanggal 4 Juli membawa koin dengan kesiapan juru parkir
terlaksana dengan baik. 2012. Penataan tarif parkir di menyediakan koin dimaksud.
Jalan Suryakancana.

Implementasi Sosialisasi 1.6.2 PARTISIPASI PELAKU USAHA


Untuk mencapai keberhasilan koordinasi dan sosialisasi
PELAKSANAAN PERDA SURVEY PUBLIC HEARING LOBBYING kebijakan manajemen parkir, peran serta pelaku usaha
NO. 4 TAHUN 2012 menjadi elemen penting untuk diperhatikan. Berikut bentuk
partisipasi tersebut:
Penetapan zona merah Melakukan pengumpulan Forum diskusi terbuka Pendekatan informal
dan tarif normal pada informasi dan sosialisasi yang difasilitasi terhadap masyarakat
zona biru sepanjang Jalan melalui survey langsung oleh pemerintah untuk mendapatkan
Suryakancana dan Jalan ke masyarakat. kota, mengundang partisipasi mereka
Siliwangi. seluruh pemangku atas segala bentuk
kepentingan terkait perubahan kebijakan
program tertentu. perencanaan dan
implementasinya.

Pelaksanaan Kebijakan Peningkatan Tarif Parkir di Sidoarjo


KERJASAMA PEMILIK TOKO. KERJASAMA PEMILIK PARKIR PENATAAN PEDAGANG
Hal ini penting untuk parkir DI LUAR BADAN JALAN. KAKI LIMA. Alih-alih sebagai
Implementasi Koordinasi badan jalan yang berhadapan Potensi kerjasama dengan sumber masalah kemacetan,
langsung dengan lahan milik pemilik gedung parkir setempat sebenarnya PKL bisa dikelola
MENAMPUNG ASPIRASI DAN MENCARI SOLUSI toko atau ruko. Pemilik toko dan sangat dimungkinkan. Bila dan ditata. Walaupun tidak
karyawan juga menggunakan jumlah SRP parkir badan jalan terkait langsung dengan isu
parkir badan jalan untuk berkurang, disertai dengan parkir, kalangan PKL sangat
1. Merespon keluhan dan aspirasi melalui 4. Bagi sebagian SKPD seperti RSUD, juru parkir
kendaraan pribadi mereka kenaikan tarif parkir, maka responsif jika dampak yang
aktivitas pertemuan dengan warga, yang tetap memungut tarif parkir meskipun
dalam waktu yang lama. konsumen akan mencari diakibatkan dari penataan
menghasilkan masukan: pemarkir sudah membayar karcis berlangganan
Perubahan kebijakan parkir alternatif parkir. parkir dirasakan oleh mereka.
2. Meski sudah ditetapkan sistem parkir sehingga mempersulit pasien yang datang dan
badan jalan akan berdampak
berlangganan tetapi dalam dalam praktiknya memengaruhi pelayanan rumah sakit.
terhadap perputaran ekonomi
retribusi parkir masih ditarik pada setiap 5. Kebijakan ini mendatangkan kebingungan bagi
toko setempat, oleh karena
kesempatan parkir. pendatang dalam memarkir kendaraannya dan
itu partisipasi mereka dalam
3. Tidak cukup informasi akan lokasi parkir yang berdampak tidak menguntungkan bagi Sidoarjo.
perencanaan dan implementasi
ditetapkan sebagai area parkir berlangganan.
parkir badan jalan sangat
dianjurkan. Hal ini dilakukan di
Kota Bogor (Lihat BAB 2).
28 29

2
B AB 2 I M P L E M E N TA S I M ANAJE ME N PAR KI R SAAT INI

Implementasi Manajemen Parkir Saat Ini

P
2.1 ermintaan akan parkir yang semakin meningkat di kota-kota Manajemen Perparkiran
IMPLEMENTASI besar mendorong pemerintah kota untuk mulai menata Penataan sistem parkir dengan konsep manajemen parkir dalam konteks TDM
atau Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas, berlandaskan pada PP No. 32 Tahun
MANAJEMEN dan mengelola parkir dengan sistem yang tepat dan sesuai 2011. Konsep tersebut mengacu pada beberapa hal sebagai berikut;
PARKIR dengan kebutuhan kota. Manajemen parkir menjadi
bagian dari konsep sistem transportasi, sehingga pengaturannya
dimaksudkan sebagai bagian dari upaya mengatasi masalah
kemacetan lalu lintas, menekan polusi udara, dan meningkatkan Waktu Parkir Durasi Parkir Tarif
MAKS. MAKS. Larangan parkir pada Pembatasan
MAKS. ruang Alat untuk mengatur
dampak ekonomi secara signifikan. 5 MOBIL 5 MOBIL segmen waktu ter- 5 MOBIL
parkir berdasarkan tingkat kepadatan
Pada implementasinya, manajemen tentu, biasanya pada lama waktu penggu- parkir pada area
parkir akan menjadi faktor push sekaligus kepadatan lalu lintas naan ruang parkir. tertentu berupa
pagi dan sore hari. tingkatan tarif parkir.
pull dalam menekan jumlah kendaraan
pribadi yang masuk ke pusat kota. Hal ini
juga akan mengurangi emisi gas buang
kendaraan yang potensial menumpuk Kuota Lokasi
di pusat kota. Sedangkan dari sisi MAKS. MAKS. Jumlah ruang parkir Menentukan lokasi yang
5 MOBIL 5 MOBIL
ekonomi, implementasi manajemen yang ditetapkan diperbolehkan maupun
pada area tertentu. dilarang untuk parkir.
parkir dapat menjadi sumber PAD.
Apabila implementasi manajemen
parkir dilakukan secara inovatif dengan
memungkinkan pihak swasta mengelola
Penerapan manajemen parkir bertujuan antara lain untuk:
parkir secara profesional berdasarkan
regulasi dari pemerintah, maka akan
dapat mendatangkan keuntungan bagi
TOURIST

pemerintah berupa pemasukan PAD,


SPOT

Gedung parkir di kota Berlin.— Foto oleh: Qi Yahya TOURIST


SPOT
TOURIST
SPOT

dan menghidupan pihak swasta yang


berorientasi profit taking.
Beberapa kota besar di Indonesia sudah mulai melakukan
implementasi manajemen parkir dan dapat diangkat sebagai Meningkatkan daya Mendukung penggunaan Meningkatkan PAD dari Penataan dan
contoh, meskipun langkah ini masih bersifat parsial. Dari tarik pusat kota angkutan umum dan sektor parkir. transparansi
sejumlah langkah di beberapa kota tersebut terungkap bahwa sebagai jantung kota. transportasi tidak pengelolaan parkir.
bermotor (pejalan kaki
dalam penerapannya, manajemen parkir dilakukan dengan dan pesepeda).
memperhitungkan kondisi lokal sehingga dapat berlaku efektif.
30 31
B AB 2 I M P L E M E N TA S I M ANAJE ME N PAR KI R SAAT INI

B
Peta Penerapan Manajemen Parkir di erdasarkan data pada ilustrasi di atas, dapat dirujuk 2.2
Indonesia langkah-langkah manajemen parkir yang dilakukan IMPLEMENTASI
Beberapa kota besar di Indonesia sudah mulai
beberapa kota di Indonesia. MANAJEMEN
melakukan implementasi manajemen parker
dan dapat diangkat sebagai contoh, meskipun PARKIR DI
langkah ini masih bersifat parsial. Dari sejumlah 2.2.1 Palembang: Reposisi Parkir Badan Jalan BEBERAPA KOTA
langkah di beberapa kota tersebut terungkap Pusat kota Palembang dengan sistem parkir yang berlaku selama DI INDONESIA
bahwa dalam penerapannya, manajemen parkir
Area diperbesar
ini dan volume kendaraan yang terus meningkat memiliki sejumlah
dilakukan dengan memperhitungkan kondisi lokal
sehingga dapat berlaku efektif. kawasan rawan macet. Salah satu di antaranya adalah kawasan
Jalan Sudirman yang merupakan kawasan Central Business
District (CBD). Kemacetan di ruas jalan ini terjadi selain karena
meningkatnya volume kendaraan juga karena sebagian badan
jalan dijadikan ruang parkir. Sesuai dengan UU No. 22 Tahun 2009
Palembang Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang melarang bahu jalan
dan trotoar dijadikan tempat parkir, maka Dinas Perhubungan
Kota merencanakan untuk melakukan penataan parkir di ruas
jalan tersebut. Langkah awal adalah dengan penerapan pola
parkir paralel, yang akan mengurangi ruang parkir, mengganti
pola parkir serong yang diterapkan sebelumnya. Pengurangan
Jakarta
SRP ini mengarah pada upaya peniadaan parkir di badan jalan
sesuai amanat UU tersebut.
Sidoarjo Pelaksanaan penerapan manajemen parkir dilakukan dengan
memanfaatkan penyelenggaraan SEA Games 2011. Momen
Bogor internasional yang berlangsung di kota ini menjadi kesempatan
berharga untuk mengeluarkan kebijakan larangan parkir di ruas
Jalan Sudirman tersebut. Sepanjang kegiatan tersebut berlangsung,
diberlakukan larangan parkir selama 30 hari mencakup area sekitar
1,5km, dari segmen Bundaran Air Mancur sampai Simpang Charitas.
Bandung Pada pelaksanaannya timbul hal menarik yang harus
Surakarta
diperhatikan, karena sekalipun membuat arus lalu lintas menjadi
lebih lancar (travel speed meningkat), namun para pemilik ruko
setempat menderita kerugian akibat omset turun hampir 50%.
Fakta ini memberikan masukan bahwa diperlukan strategi khusus
yang mempertimbangkan beragam faktor dalam penataan parkir
badan jalan di Jalan Sudirman tersebut.
Menaikan tarif parkir badan jalan Tarif berdasarkan Zona

2.2.2 Bogor: Penerapan Sistem Tarif Berdasarkan Lokasi


Penerapan tarif parkir berlangganan di Penataan Parkir Badan Jalan Titik perhatian pelaksanaan penerapan manajemen parkir di kota
badan jalan ini adalah ruas Jalan Suryakancana dan Jalan Pengadilan. Jalan
Suryakancana masuk ke dalam kategori jalan provinsi, sedangkan
Penggunaan Alat “Parking Meter”* Penanganan mafia/ premanisme parkir Jalan Pengadilan masuk kategori jalan kota. Peraturan Pemerintah
No. 32 tahun 2011 menetapkan bahwa parkir di badan jalan hanya
32 33
B AB 2 I M P L E M E N TA S I M ANAJE ME N PAR KI R SAAT INI

untuk kategori jalan kabupaten atau jalan kota, tidak berlaku Karakteristik Kepadatan dan Kemacetan Lalu Lintas di Jalan Suryakancana dan Jalan Pengadilan
untuk kategori jalan nasional dan jalan provinsi.
Pada kenyataannya, konteks lokal jalan nasional dan jalan Status Jalan Suryakancana (Jalan nasional) Jalan Pengadilan (Jalan kota)
provinsi bervariasi sehingga aturan kerap menjadi tidak tepat Berdasarkan
Regulasi
dan menimbulkan dilema, terutama ketika jalan nasional tersebut
melewati pusat-pusat kota, seperti pada kasus Jalan Suryakancana. Karakter • Parkir badan jalan berada dalam pola • Umumnya kondisi parkir dapat ditolerir
Dilema muncul antara lain pada saat Pemerintah Kota Bogor parkir paralel di sepanjang sisi kiri jalan setiap harinya, namun terdapat waktu
menerbitkan Perda No. 4 tahun 2012 yang menetapkan kenaikan satu arah. tertentu saat permintaan parkir tinggi
• Tersedia sebanyak 162 SRP mobil yang yakni pagi hari saat waktu antar (drop off)
tarif parkir untuk lokasi rawan macet, yang berlaku juga pada diparkir paralel sepanjang ruas Jalan siswa ke sekolah dan siang hari saat jam
Jalan Suryakancana. Pengadilan sampai Jalan Siliwangi. pulang sekolah (meski tidak semua siswa
Sementara itu, tingkat kepadatan lalu lintas dan kemacetan • Bila dihitung berdasarkan marka keluar bersamaan). Hal ini menjadi fokus
terjadi juga di Jalan Pengadilan. Meskipun memiliki potensi parkir, jumlah SRP tersedia lebih utama dari Dishub.
sedikit daripada ruang parkir yang
kemacetan dan tingkat volume lalu lintas yang tinggi, ruas jalan digunakan. Penyebabnya adalah • Dampak kemacetan parah terjadi pada
ini mempunyai karakteristik berbeda dibandingkan dengan ukuran marka parkir kendaraan roda siang hari pada waktu menjemput, karena
Jalan Suryakancana. Keberadaan komplek sekolah di ruas jalan empat atau lebih yang terlalu besar waktu tunggu lama dan permintaan parkir
(6mx3m) dibandingkan dengan standar juga tinggi dari gedung-gedung lain di
ini memberikan kontribusi kemacetan lalu lintas pada pagi hari
internasional untuk parkir paralel Jalan Pengadilan.
saat jam sekolah dimulai hingga siang hari saat jam sekolah (2mx5m atau 2,5mx6m). Akibatnya,
usai, atau sekitar pukul 14.00. Kemacetan terjadi karena angkot terdapat ruang seluas 1m antara
dan kendaraan pribadi yang mengantar dan menjemput anak kendaraan dan trotoar yang sering
dimanfaatkan oleh sepeda motor, PKL,
sekolah memenuhi ruas jalan secara bersamaan. Kontribusi bahkan menjadi tempat pembuangan
kemacetan lainnya adalah parkir kendaraan siswa senior yang puing-puing.
membawa mobil ke sekolah dan pengunjung sebuah rumah
sakit di kawasan tersebut. Durasi • Pengguna parkir berdurasi lama lebih Pada kasus Jalan Pengadilan, durasi bukan
mudah untuk berpindah parkir ke lokasi menjadi faktor penyebab masalah parkir.
Lebar: + 8m alternatif yang lebih jauh, dan berjalan
U kaki sedikit lebih lama relatif tidak begitu
Kepadatan 1
menjadi masalah bagi mereka asal bisa
menggunakan ruang parkir dengan
Parkir di Jalan DPBD 2 2 Gereja
durasi lama di sekitar titik tujuan.
Pengadilan 2 BTN
• Pengguna parkir berdurasi singkat
Kondisi dan Tingkat Dharma 6 2 Rumah
Yukti Kartini cenderung lebih sulit untuk berpindah
Kepadatan Parkir
2 Rumah ke lokasi parkir yang lebih jauh dari titik
Fokus utama Dishub
1 Rumah
tujuan, karena mereka hanya singgah
adalah pada kemacetan
Jalan Pengadilan

Pengadilan 3 sebentar sehingga menolak untuk parkir


yang terjadi di komplek 2 Rumah
jauh dari titik tujuan.
sekolah selama satu 3 Toko
jam atau lebih pada
• Oleh karena itu, keputusan untuk
jam sekolah. Kepadatan 3 Toko
menentukan tarif berdasarkan lokasi
parkir setelah jam
dipengaruhi oleh karakteristik durasi
sekolah sangatlah Food court parkir tersebut.
rendah. Begitu juga pada 20
Rumah
Regina Pacis
hari libur sekolah.
Panjang: + 100 m

Food court
Panjang: + 270 m

Jalan Sudirman Satuan Ruang Parkir


34 35
B AB 2 I M P L E M E N TA S I M ANAJE ME N PAR KI R SAAT INI

Okupansi Okupansi parkir umumnya tidak merata. • Kepadatan parkir dan kemacetan tinggi Strategi • Melakukan survey pemberlakuan Melakukan survey dan observasi okupansi untuk
Okupansi sangat rendah terdapat pada terjadi pada jam sekolah dan jam kerja. kebijakan Kota Bogor dalam menaikkan melihat peluang penetapan kebijakan tarif
segmen jalan dengan ruko yang sepi. • Kepadatan parkir setelah jam sekolah dan tarif di semua jalan yang mengalami sekaligus mencari penyebab masalah kemacetan
Okupansi tinggi, cenderung disertai jam kerja sangat rendah, begitu juga pada kemacetan, yang dipandang akan di bagian timur Jalan Pengadilan, apakah karena
parkir ganda, terjadi pada segmen jalan hari libur sekolah. berguna, jika diduga masalah utamanya parkir yang padat atau hal lain.
yang mempunyai ruko cukup ramai. Pada adalah parkir yang padat. Dishub menganggap masalah kemacetan di Jalan
segmen ini berlangsung juga aktivitas naik Pengadilan dapat dikurangi selama waktu antar
turun penumpang angkutan umum. • Terhadap hal tersebut, kenaikan tarif jemput sekolah di hari kerja yakni sekitar pukul
parkir yang tepat diprediksi dapat 13.30 sampai 14.30 atau 15.00.
Faktor Kemacetan terjadi karena beberapa Kemacetan mulai muncul akibat parkir penuh dan mengurangi kemacetan yang terjadi. Keputusan akhir adalah tetap menerapkan tarif
Penyebab sebab, di antaranya: dampak dari perilaku pengemudi sebagai berikut: parkir tinggi namun hanya pada segmen parkir
• Aktivitas naik turun penumpang • Keputusan untuk menetapkan tarif badan jalan dekat sekolah.
angkutan umum. • Pengendara mobil bergerak lambat berdasarkan lokasi dipengaruhi oleh
• Parkir yang padat, menyebabkan mencari lahan parkir kosong untuk karakteristik durasi parkir di wilayah tersebut.
parkir ganda. menunggu siswa pulang.
• Aktivitas pejalan kaki yang
menyeberang jalan. • Beberapa pengendara mengemudi perlahan
seraya mencari informasi ruang parkir kepada
juru parkir.

• Beberapa pengendara menunggu di lajur


2.2.3 Sidoarjo: Parkir Berlangganan
lalu lintas saat menunggu peluang mendapat Kabupaten Sidoarjo (Jawa Timur) memiliki 236 titik parkir
ruang parkir. dan diperkirakan akan terus bertambah. Jumlah kendaraan
di Kabupaten Sidoarjo mencapai 1.011.855 (2013) terdiri dari
• Selain itu juga timbul friksi akibat manuver
kendaraan yang parkir dengan durasi singkat. semua jenis, dengan dominasi jumlah sepeda motor 75% atau
sekitar 765.300 unit. Sejak tahun 2008 Pemerintah
Pegemudi angkot dan pejalan kaki memberikan Kabupaten Sidoarjo menerapkan manajemen parkir
kontribusi pada kemacetan sebagai berikut:
dengan menggunakan pendekatan pricing, sebagai
• Angkot berhenti di persimpangan yang
memperburuk antrean lalu lintas salah satu dari lima instrumen pengendalian parkir
• Angkot berhenti di muka dan seberang yang dikenal dalam PP 32/2011 tentang Manajemen
komplek sekolah untuk menunggu murid Rekayasa Lalu Lintas, Analisis Dampak Lalu Lintas dan
yang akan naik angkot.
• Terjadi peningkatan aktivitas becak penumpang.
Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas. Implementasi
• Terdapat sedikit dampak dari pejalan kaki manajemen parkir di kota ini adalah dengan model
yang menyeberang dari sekolah menuju ke karcis berlangganan. Bagi Pemkab Sidoarjo, model
warung, naik angkot, mobil, atau berjalan di
karcis berlangganan ini efektif dan menguntungkan
sekitar area sekolah. Contoh Karcis Parkir
Selain Sidoarjo, pendekatan model ini juga dilakukan oleh 33
Berlangganan di Sidoarjo
kota dan kabupaten di Jawa Timur. Terdapat empat daerah yang
Kondisi Waktu puncak parkir terjadi antara pukul 11 • Waktu puncak parkir di kedua sisi jalan terjadi tidak ikut menerapkan, yakni Surabaya, Kota Malang, Kabupaten
puncak sampai 2 siang pada hari kerja. Sedangkan antara pukul 10 pagi sampai 2 siang. Malang, dan Kota Batu. Kota Surabaya sempat hendak menerapkan
pada akhir pekan lebih panjang, mulai jam 9 • Pengguna parkir badan jalan adalah
sampai jam 3 sore. pengunjung gedung pengadilan dan model ini, tapi gagal karena protes para juru parkir. Kota Malang
gedung lainnya, beberapa siswa senior dan Batu sengaja menghindari parkir berlangganan dengan alasan
yang mengendarai mobil ke sekolah, dan tidak menguntungkan masyarakat. Sistem parkir berlangganan
pengunjung rumah sakit.
tidak menjamin masyarakat untuk selalu mendapatkan ruang
parkir setiap kali mereka membutuhkan, mengingat jumlah
kendaraan jauh lebih banyak daripada SRP yang tersedia.
36 37
B AB 2 I M P L E M E N TA S I M ANAJE ME N PAR KI R SAAT INI

Evaluasi daerah, hanya mencapai Rp 22 miliar/tahun dari perkiraan


Sekalipun dinilai sukses dalam implementasi dan menguntungkan yang seharusnya Rp 57,6 miliar per tahun.
secara ekonomi bagi Pemerintah Kota Sidoarjo, namun Perda ini • Kebocoran terjadi juga karena para preman menerapkan
harus dievaluasi kembali. Hal ini sesuai dengan peraturan yang tarif parkir yang cukup tinggi kepada pengendara bahkan
menetapkan dalam kurun waktu tiga tahun diberlakukannya mencapai lima kali lipat dan menyetorkan sebagian uang
ketetapan, dilakukan evaluasi menyeluruh untuk meninjau fakta hasil parkir ke aparat.
pelayanannya (sumber: Bagian Hukum Pemkab Sidoarjo). • Menurut Presidium Indonesia Police Watch (IPW) di kawasan
Roxi (Jakarta Barat), ada 20 titik parkir liar. Setoran ke oknum
aparat dari titik parkir tersebut adalah sebanyak dua shift
Beberapa aspek yang dievaluasi dengan nilai satu shift adalah Rp 150.000 (sumber: Okezone).
di antaranya adalah kualitas pengelolaan, meliputi:

Terhadap kondisi umum sistem perparkiran, dijumpai kelemahan


sebagai berikut:
• Sistem pungutan restribusi parkir tidak optimal .
• Sistem pungutan langsung dengan karcis berdasarkan target
membuka peluang terjadinya kebocoran.
SDM pengawas juru parkir berlangganan. Meningkatkan perilaku yang lebih tegas kepada • Sistem pengawasan sangat lemah, SDM yang ada belum
Jumlah SDM yang ada masih kurang dan tidak juru parkir yang tidak taat aturan yang masih saja tertata dan terbina secara optimal serta konsep pelaksanaan
seimbang antara pengawas dan juru parkir. memungut uang parkir dari pengguna layanan
Sebagai dampaknya, pengawasan parkir parkir berlangganan. tugas yang masih berorentasi terhadap setoran uang semata.
berlangganan menjadi tidak efektif.

Inventarisasi Parkir di Jakarta


2.2.4 Jakarta: Masalah Penataan Ruang Parkir Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 111/2010 penetapan tempat parkir
Penyelenggaraan parkir di Jakarta disinyalir banyak pihak masih umum, terdapat total 13.095 SRP yang terdiri dari parkir badan jalan dan
belum berhasil menjadi bagian dari sistem transportasi. Terdapat parkir di luar badan jalan.

banyak parkir di badan jalan yang seringkali mengurangi kapasitas


ruang jalan sehingga menyebabkan kemacetan lalu lintas. Di sisi
lain, penyelenggaraan parkir di luar badan jalan belum tersedia
secara baik dan tidak bersifat responsif terhadap permintaan
yang ada. Kondisi ini menjadi penyebab munculnya antrean TOTAL
panjang kendaraan dan kemacetan di sejumlah titik termasuk
pada pintu-pintu masuk pusat pertokoan. PARKIR BADAN JALAN 13.095 SRP PARKIR DI LUAR BADAN JALAN
410 ruas jalan, 11.023 SRP 2.072 SRP
Kelemahan Sistem Perparkiran Jakarta
Praktik premanisme di sistem perparkiran sampai saat ini masih Tepi Jalan Umum 383 ruas jalan 10.172 SRP Pelataran Parkir 1.422 SRP
menjadi kendala dalam menertibkan parkir liar di Provinsi DKI - Jakarta Pusat 110 ruas Jalan (2.679 SRP) - Monas 850 SRP
Jakarta. Praktik ini menyebabkan timbulnya kebocoran pendapatan - Jakarta Utara 27 ruas jalan (2.268 SRP) - Boulevard Barat 390 SRP
- Jakarta Barat 64 ruas jalan (2.650 SRP) - Kota Tua/Jalan Cengkeh 182 SRP
dari retribusi parkir badan jalan yang terus terjadi hingga saat - Jakarta Selatan 73 ruas jalan (1.332 SRP)
ini, bahkan mencapai hingga 70% (Koalisi TDM, 2010). - Jakarta Timur 59 ruas jalan (1.243 SRP) Gedung Parkir 650 SRP
Dampak yang ditimbulkan dari praktik premanisme ini: - Istana Pasar Baru 500 SRP
Lingkungan Parkir 27 Ruas Jalan 851 SRP - Taman Persija Menteng 150 SRP
• Minimnya pendapatan parkir yang diserahkan ke pemerintah
- Ancol Barat 7 ruas jalan (105 SRP)
- Blok M 8 ruas jalan (273 SRP)
- Mayestik 6 ruas jalan (286 SRP)
- Kawasan Kota Tua 6 ruas jalan (187 SRP)
38 39
B AB 2 I M P L E M E N TA S I M ANAJE ME N PAR KI R SAAT INI

1970
1977-1979 1972-1977
Kondisi umum sistem perparkiran
dijumpai kelemahan sebagai berikut:
Aksi dan Regulasi: Tahun 1977, Aksi dan Regulasi: Pemda DKI Jakarta
parkir dikelola oleh Badan Pelaksana mendirikan PT Parkir Jaya sebagai satu-satunya
Otoritas Pengelola Perparkiran (BPOPP). Badan Pengelola Perparkiran Kota Jakarta
Berdasarkan Keputusan Gubernur Nomor berdasarkan Keputusan Gubernur Nomor

1 5
256 Tahun 1977. Db/5/1/1972. Pengawasan dan kontrol dari pengguna jasa Tarif parkir off street (Menurut Asosiasi
Kebijakan: Badan ini mengemban misi Kebijakan: Orientasi pengelolaan pada PAD. parkir kurang mendukung sistem yang ada. Pengelola Pusat Belanja Indonesia/APPBI)
untuk merumuskan sistem pengelolaan Hasil/Dampak: Target tidak tercapai dan Pengguna jasa parkir kurang proaktif dalam tidak mampu menutupi biaya operasional, dan
parkir yang tepat. pelayanan terabaikan. mendukung sistem pungutan langsung dengan belum disesuaikan sejak tahun 2004. Sedangkan
karcis. Hal tersebut mengakibatkan pengelolaan menurut Perda No. 5 tahun 1999 selambat-
1979 - 1986
parkir badan jalan bukan saja tidak memberi lambatnya setelah berlaku dua tahun tarif parkir
1986 1980 Aksi dan Regulasi: Tahun 1979
revenue bahkan membebani APBD DKI Jakarta dapat ditinjau kembali.
Dikeluarkan SK Gubernur Provinsi DKI Jakarta
Aksi dan Regulasi:Surat Keputusan tiap tahunnya.
No. 531 Tahun 1979 tentang Penetapan Badan
Gubernur DKI Jakarta Nomor 938 Tahun
Pengelola Perparkiran Pemerintah DKI Jakarta
1986.
serta Susunan dan Tatakerjanya.
Kebijakan: Pada tahun 1986
tugas penyelenggaraan kegiatan
Kebijakan: Dibentuk Badan Pengelolaan
Perparkiran (BP Perparkiran) Pemerintah Provinsi 2 Pusat kegiatan yang tidak dilengkapi
sarana parkir memadai.

6
pengelolaan parkir didesentralisasikan Pelayanan parkir off street juga bukan
DKI Jakarta. Lembaga ini berfungsi sebagai Banyak gedung perkantoran, pusat perbelanjaan
dengan dibentuknya Satuan Tugas merupakan Public Service Obligation (Non-
regulator sekaligus operator perparkiran sejak dan fasilitas umum lainnya seperti mini market,
Perparkiran Wilayah di setiap wilayah PSO) sehingga tarif parkir off street tidak perlu
tahun 1979 sampai tahun 2006 (27 tahun). pasar, sekolah serta rumah sakit, bahkan kantor-
kota. Satuan tugas ini memiliki dijamin rendah.
kantor pemerintah tidak dilengkapi dengan
wewenang menyelenggarakan serta
sarana areal parkir yang memadai sehingga parkir
mengendalikan pelayanan parkir
luber ke jalan umum.
kendaraan di tepi jalan, lingkungan/
pelataran parkir dan gedung parkir.
2000 2003 Aksi dan Regulasi: Mencoba menerapkan
pengelolaan parkir dengan sistem voucher oleh
PT Adiwira Sembada. Dampak: gagal dalam
pelaksanaannya.
2013 Aksi dan Regulasi:
• Perda No. 5 Tahun 2012 tentang 2004 Aksi dan Regulasi: Sejak 2004 telah terjadi
penyusutan SRP sebagai dampak dari pengoperasian
3 Amdal lalu lintas tidak dijalankan selain juga
terdapat kebiasaan ngetem dan kehadiran
terminal bayangan angkutan umum yang justru
7 Penerapan parkir meter yang belum efektif
• Pemerintah DKI Jakarta sudah memasang
alat parking meter sejak April 2014 yang
Perparkiran.
• Surat Gubernur DKI Jakarta Nomor busway. mendapat dukungan oknum aparat. diujicobakan di Jalan Sabang dan Kelapa
850/-1.811.4 tertanggal 4 Juli 2013 yang Gading.
ditujukan kepada Ketua DPRD DKI Jakarta 2007-2010 Aksi dan Regulasi: Peraturan • Parking meter dioperasikan bekerja sama
berisi usul untuk menaikkan tarif parkir di
badan jalan hingga empat kali lipat.
Gubernur DKI Jakarta Nomor 180 Tahun 2008.
Kebijakan: Pengelolaan parkir di Jakarta
ditangani oleh Unit Pengelola Perparkiran di
4

. Penegakan hukum terhadap parkir
liar belum maksimal.
Banyaknya peralihan fungsi lahan dan
dengan operator swasta, khususnya
yang memiliki lahan parkir badan jalan di
depan lokasi usaha mereka.
Kebijakan: Rencana penerapan kawasan
pengendalian parkir pada badan jalan terdiri
2010 bawah Dinas Perhubungan DKI Jakarta dan peruntukan bangunan yang memicu • Mengelola premanisme dengan menggaji
dari dua golongan yang mengisyaratkan menerapkan Pola Keuangan Badan Layanan praktik parkir badan jalan. preman Rp 4 juta per bulan untuk
adanya perbedaan tarif pada derajat Umum Daerah (PKK-BLUD). • Tidak ada pembatasan jumlah penerapan manajemen parkir.
kemacetan lalu lintas tinggi dan derajat kendaraan yang parkir (kuota parkir per • Pada praktiknya sampai Juli 2014
kemacetan lalu lintas rendah: kawasan). kebijakan ini belum efektif.
• Golongan A, frekuensi parkir relatif tinggi 1. Tarif di Kawasan Pengendalian Parkir (KPP) • Syarat kepada pemilik mobil untuk
di wilayah dengan derajat kemacetan menyediakan garasi/pool/depo bagi
lalu lintas tinggi: kawasan komersial,
1. Tarif di Kawasan 2. Tarif Parkir di jalan 3. Tarif parkir di jalan kendaraannya tidak ditegakkan.
Pengendalian Parkir (KPP) Golongan A: Golongan B:
pertokoan, pusat perdagangan atau
perkantoran.
• Mobil: Rp 6.000 hingga Rp • Mobil: Rp 4.000 hingga • Mobil: Rp 2.000 hingga
• Golongan B, frekuensi parkir relatif 8.000 per jam. Rp 6.000 per jam. Rp 4.000 per jam.
rendah di wilayah dengan derajat • Bus, truk, dan sejenisnya: • Bus dan truk: Rp 6.000 • Bus dan truk: Rp 4.000
Rp 9.000 hingga Rp 12.000 hingga Rp 9.000 per jam. hingga Rp 6.000 per jam.
kemacetan lalu lintas rendah: kawasan per jam Sepeda motor: • Sepeda motor: Rp 2.000 • Sepeda motor: Rp 2.000
komersial, pertokoan, pusat perdagangan Rp 2.000 hingga Rp 4.000 hingga Rp 3.000 per jam. per jam.
atau perkantoran. per jam.
• Sepeda: Rp 1.000 satu kali
parkir.
40 41
B AB 2 I M P L E M E N TA S I M ANAJE ME N PAR KI R SAAT INI

2.2.5 Bandung: Penerapan Parking Meter 2.2.6 Surakarta: Penataan Kawasan


Kota Bandung secara resmi telah memperkenalkan sistem parking Pasar Gede di Surakarta merupakan kawasan komersial dengan
meter pada tanggal 24 Desember 2013 di Jalan Braga. Penerapan aktivitas perdagangan yang tinggi. Implikasi kesibukan kawasan
sistem parking meter ini bertolak dari isu kebocoran pendapatan yang juga merupakan pasar tradisional dan bangunan cagar
dari sektor parkir. Selain itu sistem ini juga akan mendukung budaya ini adalah pada kepadatan arus dan volume lalu lintas
kebijakan tarif per jam yang kurang efektif yang berlaku saat ini. yang tinggi.
Kondisi lalu lintas Pasar Gede sangat
kompleks. Arus kendaraan tergolong tinggi
dari pagi sampai sore hari. Penumpukan
beban lalu lintas kendaraan khususnya
terjadi di Jalan Urip Sumoharjo. Konflik
sirkulasi pada bundaran menambah antrean
dan waktu tundaan arus lintas. Aktivitas
bongkar muat barang yang tinggi pada
siang hari memperparah kondisi lalu lintas
dan kenyamanan di Pasar Gede. Selain itu,
parkir ganda seringkali terjadi. Pasar Gede di Surakarta

Solusi berupa Penataan Kawasan


Alat parking meter di Jalan Braga, Bandung— Foto oleh: Dhany Ningtyas Saat ini, parkir di Pasar Gede adalah parkir badan jalan pada lima
ruas jalan dengan sudut 450, 600, dan 900.

Aspek Operasional dan Non Teknis Penerapan Parking Meter


Inventarisasi Ruang Parkir di Kawasan Pasar Gedhe
Aspek Operasional Aspek Teknis Jumlah SRP badan yang tesedia ditunjukkan pada gambar di bawah ini:
Motor Mobil Bongkar
muat

72 14 2 Motor Mobil Bongkar


muat

190 16 14
• Setelah membayar pada mesin parkir, • Sampai saat ini telah terpasang empat
karcis akan keluar dan pada karcis tertera unit, dengan range layanan per unit 5-10 Motor Mobil Bongkar
waktu masuk parkir dan keluar parkir. meter. muat

278 53 10 Motor Mobil Bongkar


muat
• Karcis tersebut diletakkan di atas • Rencananya, Kota Bandung akan
dashboard, dan tugas juru parkir untuk menerapkan 120 unit parking meter di 40 269 9 7 Motor Mobil Bongkar
muat
melihat apakah durasi parkir mobil masih lokasi jalan kota.
dalam batas waktu yang tertera dalam 99 20 12
karcis tersebut atau tidak. • Sosialisasi dan pelatihan kepada juru
parkir yang bertugas di Jalan Braga.
• Bila durasi parkir melewati batas waktu
yang sudah ditentukan dalam karcis,
maka pengguna parkir harus membayar Motor Mobil Bongkar
muat
sisa tagihan parkirnya ke juru parkir.
242 56 7
42 43
B AB 2 I M P L E M E N TA S I M ANAJE ME N PAR KI R SAAT INI

M
Tabel Perencanaan Penataan Kawasan Pasar Gede
anajemen parkir memiliki dua sisi pendekatan ekonomi, 2.3
Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang
yaitu dari sisi pelayanan dan penerimaan. Sisi pelayanan INVESTASI DAN
• Mengalihkan parkir mobil • Pembangunan kantong parkir • Pelaksanaan kebijakan tarif dalam konteks pemerintah adalah investasi. Model PENERIMAAN
dan motor di Jalan Urip pada Pasar Sepatu. parkir khusus di Pasar Gede. keseimbangan antara pelayanan dan penerimaan
Sumoharjo. harus menjadi pendekatan utama dalam manajemen parkir.
• Studi kelayakan mengenai • Parkir paralel pada Jalan
• Pembongkaran pagar. pengelolaan parkir, kebijakan Suryo Pranoto dan
tarif parkir, dan keterlibatan Ketandan. Skenario Investasi pada Konsep Manajemen Parkir
• Street beautification: Pelebaran
masyarakat. Pada pelaksanaannya, skenario investasi dan model penerimaan (sistem
jalur pedestrian dan NMT. • Revitalisasi dan jalur NMT di
pemasukan/revenue) yang umum terjadi saat ini terdapat pada tabel di bawah.
• Pembangunan kantong parkir seluruh kawasan Pasar Gede.
• Penambahan halte depan
pada lahan bekas SPBU.
pintu Pasar Gede dan depan • Penetapan daerah khusus
Skenario
Pasar Ikan. • Penetapan zona parkir khusus logistik pada segmen 5. Jangka Pendek Jangka menengah Jangka panjang
Investasi
di Pasar Gede menjadi zona A.
• Pengecatan marka di median • Pengadaan manajemen
Jalan Urip Sumoharjo. • Pengelolaan parkir oleh logistik profesional khusus Palembang • Pemerintah kota menyusun Investasi diarahkan untuk Pembangunan gedung
masyarakat. pengelolaan di Pasar Gede. Parking Master Plan (dana APBD). mengurangi parkir badan jalan. parkir: bisa bekerja sama
• Penambahan Zebra Cross • Penekanan pada upaya perbaikan Kebijakan pembatasan parkir dengan pihak ketiga (BUMN,
untuk mengintegrasikan • Street beautification pada manajemen parkir untuk dengan lima model: time, duration, Swasta dengan konsep KPS).
pasar timur dan pasar barat. Jalan Ketandan dan Jalan menghilangkan kebocoran. quota, pricing, location.
Suryo Pranoto.
• Menyediakan parkir • Pemerintah kota menyusun Pemerintah kota mengkaji Pembangunan gedung parkir
Bogor
becak paralel di Jalan RE Parking City Wide kelayakan gedung parkir di di titik simpul transportasi
Martadinata. • Untuk lokasi Jalan Suryakancana, Jalan Suryakancana berdasarkan seperti stasiun, terminal dan
• Studi kelayakan dan Detailed pemerintah kota memasukkan preferensi pengguna parkir. titik trasfer lainnya.
Engineering Design (DED) komponen parkir dalam RTBL
pembangunan kantong parkir (Rencana Tata Bangunan dan
di bekas SPBU. Lingkungan) Jalan Suryakancana.

• Studi kelayakan pengubahan


Sidoarjo Penerapan tarif parkir langganan Jaminan kesediaan parkir bagi karcis • Pusat kota ditata dengan
JPO menjadi connecting bridge
tahunan yang disatukan dengan berlangganan, disesuaikan dengan parkir maksimum, parkir
pajak kendaraan bermotor. kapasitas parkir yang tersedia. berlangganan tidak
Secara dinamis jumlah parkir berlaku.
berlangganan akan dibatasi yang • Hasil pendapatan parkir
Beberapa solusi jangka pendek telah disiapkan oleh Pemerintah
diarahkan keluar pusat kota, dan berlangganan digunakan
Kota Surakarta untuk menata kawasan Pasar Gede, di antaranya: akan dimulai dengan percontohan untuk pembelian dan
pembatasan jumlah parkir (SRP). pemeliharaan angkutan
P
umum di pusat kota

Surakarta Pemindahan parkir badan jalan ke Penyediaan gedung parkir pada


parkir di luar badan jalan pada segmen segmen koridor 1 Batik Solo Trans
jalan koridor 1 Batik Solo Trans.

Jakarta Mengadakan operasi penertiban Penetapan tarif parkir tinggi


parkir, pelarangan parkir di tepi berdasarkan zona, kerjasama
jalan, penataan parkir kawasan, pengelolaan parkir, dan pengalihan
penyediaan parkir di luar badan parkir badan jalan ke parkir di luar
Pengaturan Sirkulasi Penghapusan Parkir Badan Jalan Penyediaan Lahan Parkir jalan, penyedian park and ride, badan jalan.
Langkah ini merupakan salah satu Langkah ini diambil untuk mengurangi Penyediaan lahan parkir pada penyusunan peraturan gubernur
bentuk rekayasa lalu lintas yang kemacetan akibat friksi yang terjadi segmen 5 sebagai lokasi parkir tentang perparkiran, penambahan
dilakukan dengan menempatkan antara kegiatan parkir badan jalan alternatif saat parkir badan jalan alat parking meter.
barrier/median. Dilakukan juga dengan aktivitas lalu lintas. pada segmen 4 dihilangkan.
pemindahan lokasi U-turn dan Bandung Melakukan tender 40 mesin alat Menerbitkan peraturan Di Bandung akan
sistem satu arah. parkir meter yang akan diperluas pengurangan parkir badan dikembangkan parkir di luar
penggunaannya, tidak hanya di Jalan jalan bagi pengunjung dan badan jalan secara vertikal
Braga. komunitas yang berada di fasilitas dengan model parkir susun
parkir. Kemudian menetapkan otomatis (robotic parking).
pembatasan waktu parkir.
44 45
B AB 2 I M P L E M E N TA S I M ANAJE ME N PAR KI R SAAT INI

Model Penerimaan (Sistem Pemasukan/Revenue) (flat rate). Seiring dengan kewenangan yang diberikan kepada
PT SP2J maka akan segera diberlakukan tarif parkir berbasis
No. Model Penjelasan Palembang Bogor Surakarta Sidoarjo Jakarta Bandung
waktu (time based), dengan metode cashless. Penerapan sistem
1 Sistem setoran Sharing penerimaan ini dimaksudkan untuk mengurangi kebocoran pendapatan di
dengan profit setoran antara Juru
sharing. Parkir dan Dishub.
sektor parkir, sesuai dengan arahan Wali Kota Palembang.

2 Sistem setoran 1. Juru Parkir


dengan non mendapat gaji
2.3.2 Bogor: Perbaruan Skenario Investasi
profit sharing. bulanan dari Dishub. Penetapan tarif parkir didasarkan pada Perda No. 6/2008,
dengan ketetapan tarif parkir mobil sebesar Rp 2.000 dan sepeda
2. Total setoran motor Rp 1.000 yang berlaku sampai dengan Juli 2012. Untuk
(100%) diserahkan
ke Dishub. mengantisipasi kemacetan yang semakin parah, Pemerintah
Kota Bogor menetapkan kawasan rawan macet untuk segmen
3 Pembayaran Menggunakan
jalan tertentu, dan Jalan Suryakancana masuk ke dalam kategori
parkir tanpa alat bantu seperti tersebut. Atas dasar aturan tersebut,
melewati juru meteran parkir. DLLAJ menetapkan struktur tarif
parkir. baru berdasarkan Perda No. 4/2012
4 Sistem tiket Alat pembayaran adalah Rp 6.000 untuk parkir mobil
terintegrasi parkir dapat dan Rp 3.000 untuk parkir sepeda
dengan digunakan untuk
angkutan umum. membayar jasa
motor.
angkutan umum. Sayangnya, tidak ada data
mengenai tingk at okupansi
parkir dan jangka waktu untuk
Penerapan skenario investasi dan model penerimaan (sistem menggambarkan kondisi sebelum
pemasukan/revenue) pada manajemen parkir di beberapa kota dan sesudah perubahan tarif.
di Indonesia pada umumnya dilakukan dengan pendekatan Survey kemudian dilakukan untuk
khas kota tersebut. Uraian berikut memberikan gambaran di mengevaluasi keputusan Perda
sejumlah kota. apakah tepat sasaran dan tidak
menimbulkan efek sosial yang
2.3.1 Palembang: Perbaruan Skenario Investasi dan Model negatif. Efek sosial ini antara lain
Penerimaan (Sistem Pemasukan/Revenue) sempat muncul berupa spanduk dan leaflet berisikan penolakan Foto parkir di Jalan
Penerapan manajemen parkir yang berlangsung saat ini di Kota atas kenaikan tarif parkir yang ditempel di setiap toko di Jalan Suryakencana.
—Foto oleh: Rossaria Indah
Palembang masih berupa sistem lama yang menempatkan Suryakancana.
para juru parkir di bawah koordinasi Dishub Kota Palembang. Kasus manajemen parkir terjadi juga pada ruas Jalan Pengadilan.
Sesuai dengan perbaikan sistem manajemen parkir yang terus Panjang ruas jalan ini adalah 470 meter dengan fungsi dua arah.
berkembang, direncanakan sistem manajemen parkir ini akan Parkir badan jalan tersedia di kedua sisi jalan
dikelola oleh pihak ketiga (PT SP2J). Pada saat ini, PT SP2J telah Pada 1 Oktober 2012, ruang jalan di sisi utara dilegalkan untuk
mempunyai Surat Keputusan Walikota sebagai pengelola parkir parkir, dengan tarif baru sebesar Rp 6.000 atau tiga kali lipat
di CBD Sudirman. tarif sebelumnya. Sementara di sisi selatan masih diberlakukan
Tarif yang dikenakan pada pengguna parkir masih meng- tarif Rp 2.000 per sekali parkir. Langkah ini dipandang sebagai
gunakan ketentuan tarif lama yaitu Rp 2.000 sekali parkir untuk usaha untuk mengurangi kemacetan terkait parkir pada saat jam
kendaraan jenis mobil dan Rp 1.000 sekali parkir untuk motor pulang sekolah.
46 47
B AB 2 I M P L E M E N TA S I M ANAJE ME N PAR KI R SAAT INI

2.3.3 Sidoarjo: Model Penerimaan (Sistem Pemasukan/Revenue) DAMPAK TERHADAP PAD


Pemerintah Kabupaten Sidoarjo telah menetapkan peraturan
Dampak positif penerapan parkir berlangganan
bahwa setiap kendaraan yang parkir di wilayah Kabupaten Sidoarjo
terhadap PAD Pemkab Sidoarjo terasa dengan
dikenakan tarif berlangganan. Peraturan ini memiliki dasar hukum terjadinya kenaikan pendapatan secara signifikan.
Perda No. 1 tahun 2006 tentang Retribusi Parkir dan Perda No. 2 Kenaikan ini terjadi mulai tahun 2010, dengan
Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Parkir di Kabupaten Sidoarjo. pendapatan bersih mencapai hingga 75%, dan
sisanya terpakai untuk operasional pengelolaannya.
Lokasi parkir yang dikenakan tarif parkir berlangganan ini antara

19.897.918.000
lain parkir badan jalan umum, parkir di tempat khusus parkir Target dan Realisasi Pendapatan Retibusi Parkir

18.779.000.000

18.000.000.000
atau lahan parkir yang dikelola pemerintah, dan parkir insidental. (dalam rupiah).

17.000.000.000
Kebijakan parkir berlangganan mengharuskan semua pemilik
kendaraan membayar retribusi parkir tahunan.
Kendali penanggung jawab kegiatan parkir

8.907.566.500
berlangganan berada di tangan Dinas Perhubungan
Kabupaten Sidoarjo. Dalam pengelolaannya,

11.125.327.250
7.859.319.300
Dishub bekerja sama dengan Samsat Sidoarjo
Target
yang memfasilitasi pemungutan retribusi parkir

9.000.000
berlangganan, dan Polres Sidoarjo dalam hal Realisasi
pengawasan pelaksanaan parkir berlangganan.
Dalam proses pembayarannya, retribusi parkir Target (100%)

wajib dibayar bersamaan dengan pembayaran

3.600.511.750
Realisasi dalam persen

4.000.000
361.787.000
pajak kendaraan.

612.064.750
20
06
Tarif Retribusi Parkir Berlangganan 20
4,06 % 07
di Kabupaten Sidoarjo sesuai Perda 2/2012 20
7,79 %
08
20
09
20
10
20
11
90,01%

%
123,60

%
110,46

%
110,54
Roda 2 (R2) Roda 4 (R4) dengan Mobil bus/muatan 100 %
JBB<3500kg dengan JBB > 3500 kg
Rp 25.000/tahun Rp 50.000/tahun Rp 60.000/tahun Sumber : Kantor Dishub UPT Parkir

51
BAB 1
48 49
B AB 2 I M P L E M E N TA S I M ANAJE ME N PAR KI R SAAT INI

2.3.4 Bandung: Perbaruan Skenario Investasi dan Model 2.3.6 Surakarta: Model Penerimaan Sistem Zona
16.000 Penerimaan (Sistem Pemasukan/Revenue) (Sistem Pemasukan/Revenue)
Alat parking meter yang digunakan di Kota Bandung diadakan Kota Surakarta menerapkan tarif parkir badan jalan sesuai dengan
dengan sistem sewa, dengan biaya Rp 16 Juta/unit/tahun. Sampai zona pada tanggal 1 Januari 2012, sesuai dengan Peraturan Walikota
Juni 2014 proses lelang masih berlangsung untuk pengadaan 40 No. 16 tahun 2011. Dari lima zona penerapan tarif parkir; Zona
unit alat parkir meter sebagaimana direncanakan. C, D, dan E merupakan zona implementasi pertama. Sedangkan
Alat parking meter yang dipasang di Jalan Braga mengandalkan zona A dan B akan mengkuti tarif zona C.
pecahan uang dalam bentuk koin untuk pembayarannya. Pengguna
parkir akan diarahkan oleh juru parkir untuk melakukan transaksi
Tarif berdasarkan Zona di Surakarta
pada alat parking meter. Pengguna parkir lalu memasukan data nomor
polisi kendaraannya kedalam sistem. Selanjutnya, memasukan uang Jenis Kendaraan Tarif Parkir di Tepi Jalan Umum (Rp) Keterangan
pecahan koin Rp 500 atau Rp 1.000 ke dalam alat parking meter,
Zona A Zona B Zona C Zona D Zona E
dengan rincian Rp 2.000 untuk dua jam pertama, dan dikenakan
tarif Rp 2.000 untuk setiap jam berikutnya. Sepeda 500 500 500 500 500

2.3.5 Jakarta: Model Investasi


Ditinjau dari aspek finansial, penyelenggaraan parkir menjadi beban
bagi APBD DKI. Dalam perjalanannya, pengelolaan perparkiran di
Andong 500 500 500 500 500
Jakarta terus merugi dan menuntut suntikan dana atau subsidi Satu kali parkir
dari APBD DKI sekitar Rp 7-15 miliar per tahunnya. Padahal potensi maksimum
satu jam,
pendapatan parkir di Jakarta amat menjanjikan dengan jumlah tiap satu jam
kendaraan lebih dari delapan juta unit. kelebihan
Sepeda Motor 3.000 2.500 2.000 1.500 1.000
Unit Pelayanan (UP) Perparkiran Jakarta saat ini mengelola dikenakan
tarif tambahan
sekitar 16.000 SRP badan jalan yang jika ditarik retribusi sebesar Rp
sebesar 100%
10.000/hari maka pendapatan mencapai Rp 57,6 miliar per tahun, dari besarnya
belum termasuk pendapatan dari parkir sepeda motor. Faktanya retribusi yang
MobilPenumpang/ 5.000 4000 3.000 2.000 1.500 ditetapkan.
pendapatan parkir yang diserahkan ke daerah hanya mencapai Rp Pick up Kelebihan jam
22 miliar/tahun, tanpa kenaikan pendapatan dari retribusi parkir
parkir kurang
dalam rentang 10 tahun terakhir. satu jam
Perbandingan kebocoran pendapatan parkir di Jakarta dapat dihitung satu
Bus sedang/ truk 8.000 6.500 5.000 3.500 3.000 jam.
ditinjau dengan membandingkan SRP dengan salah satu kota. sedang
Berikut tabel perbandingan SRP dan pendapatan parkir Jakarta
dengan Palembang:

Bus besar/ Truk besar 10.000 8.500 7.000 5.500 4.000


536

JUMLAH SRP
BADAN JALAN
Palembang Jakarta
PENDAPATAN (PER TAHUN)
Dalam miliar rupiah
Tabel perbandingan
Jakarta 22,0 miliar
SRP dan pendapatan
parkir Jakarta
dengan Palembang 5,2
Palembang
50 51
B AB 2 I M P L E M E N TA S I M ANAJE ME N PAR KI R SAAT INI

A
2.4 PENERAPAN spek teknis dalam konsep manajemen parkir mencakup Dishub Kota Palembang bekerjasama Gambar Simulasi Parkir Paralel
ASPEK TEKNIS aspek observasi dan survey serta perangkat keras dengan GIZ SUTIP membuat simulasi peta di Jalan Sudirman
(hardware). Kedua hal ini memiliki keterkaitan yang detail dimensi SRP Jalan Sudirman bila pola
kuat satu sama lain. parkir diubah menjadi paralel. Gambar ini
juga memasukan nama toko setempat, sebagai
Observasi dan Survey benchmark atau indikator segmen parkir
Sebelum melangkah pada rekayasa lalu lintas dan pengadaan tertentu. Lebar geometrik yang bervariasi
perangkat keras pendukung aspek teknis manajemen lalu lintas, memengaruhi perilaku parkir itu sendiri.
dilakukan observasi dan survey terlebih dahulu. Melalui kegiatan Segmen jalan yang lebih sempit, cenderung
ini akan didapat gambaran detail mengenai kebutuhan aspek memberikan efek bottle neck.
teknis. Dengan demikian, kebijakan pengadaan perangkat keras
akan sesuai dengan perhitungan dan tepat sasaran. b. Durasi Parkir
Pada Februari 2012 dilakukan survey yang
No Kota Kegiatan observasi dan survey bertujuan untuk menganalisis karakteristik
1 Karakteristik pengguna parkir, durasi parkir, volume parkir, inventaris SRP pengguna parkir di Jalan Sudirman (GIZ SUTIP). Hasil survey
Palembang
menunjukan mayoritas pengguna parkir badan jalan berdurasi
2 Bogor Durasi parkir, volume parkir, inventaris SRP kurang dari satu jam. Akan tetapi secara prinsip, walaupun
minoritas, pengguna parkir berdurasi lebih dari satu jam (bahkan
3 Surakarta Inventaris SRP
sampai empat jam), dikenakan tarif yang sama dengan pengguna
parkir berdurasi kurang dari satu jam.
2.4.1 Palembang: Reposisi Satuan Ruang Parkir
a. Pola parkir Peta Durasi Parkir
per Segmen di Jalan Sudirman, Palembang
Pola parkir mobil di Jalan Sudirman telah mengganggu arus lalu
lintas di sekitarnya. Manuver kendaraan yang parkir mengakibatkan
5%
friksi, sehingga antrean atau kemacetan tidak dapat dihindari. 6%
Sebagai solusi jangka pendek, perlu dilakukan perubahan posisi
8%
parkir, dari parkir sudut (600–900) menjadi lurus (1800). Secara 7%
otomatis ruang parkir yang tersedia menjadi berkurang. Dari II
38% KO
hasil survey didapat data bahwa saat penerapan parkir sudut 22% 89% G SO
Holland
I AN
terdapat sekitar 350 SRP, yang berkurang menjadi sekitar 200 Bakery ND

JA
25% CA

LA
SRP dengan sistem parkir paralel. Sedangkan untuk parkir motor AN

NS
JAL
menyesuaikan dengan ruang kosong tanpa mengganggu ruang

UD
IRM
parkir mobil. 3% 2%

AN
8%

PARALEL
PARALEL 87%

Kurang dari satu jam 2 jam 3 jam 4 jam Lebih dari 4 jam
Jl. Menum
eng
end
52

Lr.
Lr. G
er 53

H.S
B AB 2 I M P L E M E N TA S I M ANAJE ME N PAR KI R SAAT INI

Jl.

Jl. Ta
o

b
l eh

Sin

ing
ab

man
gis
ang

un
nM

g
bo

Sis
l. Ke

Jl. G
ko J

wa
n gso gis c. Tata Guna Lahan

alia
g
an di A Man
bon

n
Jl. C e Sebagai CBD, tata guna lahan yang didominasi

gko
Jl. K

so
ko oleh usaha ekonomi menengah ke bawah

Gg.
gso

Jl. S
i
n erap
di A

Seh
n.M
G memengaruhi karakteristik parkir badan jalan.

em
. Ca
n Gg.

a
Jl

inu

t
Berikut visualisasi peta fungsi lahan berdasarkan

ng
jenis usaha yang disebut dengan Building Code
(GIZ SUTIP).
bun
S.Tu
Jl. K
II rinc
i Peta Karakteristik Tata Guna Lahan
ko n .Ke
JL n gs
o
G g. G di Jalan Sudirman, Palembang
.S iA
and
l. C
UD

Jl. S
J
Supermarket//Minimarket
Supermarket

em
IR
Toko Besi Tua

eru
MA
un Tempat Ibadah
ub
N
.T
Jl . KS Department Store/Plaza/
Store/Plaza/
/Plaza/Mall
Mall
Agen Travel
Lr.
H.S

as
Lr.

Sekolah/Puskesmas
Jl.

aim
uu
Pe

J
Ta

an Bank
na

tn
nd

Le
wa
en

Jl. Pasar Cinde am Restoran/Tempat Makan


kit As
r
g

Jl. Bu Toko Pakaian


s Toko Elektronik
ma
Jai
tna
n JL Toko Furnitur/Perabot Rumah Tangga
Le .K

Jl. Sem
n

Lr.
Jl. la Pusat Otomotif
JL

We OL

H.
lap
di
Gg

.S

Hotel/Penginapan
.A

Na
in

Su

eru
L
. Pe

Jl. Krakatau
Jl. is

go
TM
UD

it
ak ar

Lr.
uk
o Lu

nin
P
lan

UA Lr. emp

.B
O

Kid
Ruko

g
Jl. D
gi

Lr
IRM

ing

un
Jl.
Gg

ng
l tu

g
un

De
.H

a B
RN Lr.
AN

mp
A.

Jl. o
emp

PT
PT
Ruko
Nu

o
Jl. D
UA JL
ri

po
gH .K

m
lin ad au

De
an
g am
m
OL kat
Kra
JL

Jl.
N h
R Mu Lr.
Gg

Jl. .A
.S

AR
R
.H

Jl.
TM
A

D
UD
JL.
Nu

AN

Lr. Kambin
alaya O
ri

SK
CIN

Jl. Him
IR

.I
OL
MA
DE

u
ata
LE TK

g
ak
WE

r
Jl. K
JL.
LA

uti
t Say
N

Jl. Le

Jl. L
R

aki
DA

tan
on N
KA
b
Ke
Lr. S
L. I
Jl. Karet

ati

Jl.
O Gg. J
ETK

Se
m

Jl. Se
L Lr. Dagi

un
JL.

Jl.

gk
ngis
Jl. Sela

gara
Be

us
lit
JL

au
R

i
KANDA at

n
ak
ETKOL. IS
.S

Kr
JL. L Lr.

JL

Jl. Ka
UD

Jl.
.K

Lr. S
La

lingi
IR

kit
n

OL
ea

egar
an
n nd
MA

e u
nZ
a nt

.A
e ep Bu Lr. Kuning

an
It K
R. Jl. Lr.

TM
N

0 50 100 150 200 Kol


Jl.

O
Meter
54 55
B AB 2 I M P L E M E N TA S I M ANAJE ME N PAR KI R SAAT INI

Titik Lokasi Survey di Jalan Suryakencana


c. Parkir di Luar Badan Jalan di International Plaza (IP) A
International Plaza terletak pada segmen tengah Jalan Sudirman. B
C
Survey menunjukan bahwa okupansi parkir gedung di International D
Plaza sangat rendah. Survey yang dilakukan Paul Barter (tenaga ahli E
F
manajemen parkir) menunjukan okupansi kurang dari 30% pada G
hari kerja. Potensi ini dapat dimanfaatkan dalam membuat sistem H
I
parkir bersama. J
K
L
M
N
O
P
Q
R

100% B C D
A
E
90% 94% 96% 96% 96% Nilai rata-rata okupansi parkir pada enam survey yang
91% diadakan pada tanggal 4, 5, dan 6 Agustus 2012.
80% R
F
Q 78%
70% 76% P
72%
67%
60% G H
K N O
56% 56% M 52% 52%
Ruang parkir di International Plaza.—Foto oleh: Ines Aulia Ummi Salamah 50% 51%
46%
40% J
I 33% L
30% 30%
2.4.2 Bogor: Karakteristik Parkir Badan Jalan di Jalan 28%

Suryakancana dan Jalan Pengadilan 20%

Parkir badan jalan berada dalam pola parkir paralel di sepanjang 10%
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R
sisi kiri jalan satu arah. Terdapat 162 SRP paralel sepanjang jalan
dari ujung utara sampai Jalan Siliwangi. Akan tetapi, bila dihitung
berdasarkan marka parkir, jumlah SRP lebih sedikit dari ruang parkir
yang digunakan akibat ukuran yang terlalu besar dibandingkan dengan
standar internasional. Akibatnya, dalam praktik parkir mobil memiliki
jarak sekitar satu meter dari tepi jalan. Ruang antara kendaraan dan Dari hasil tersebut secara jelas nampak bahwa okupansi parkir di sepanjang jalan ini
trotoar ini kemudian sering dimanfaatkan oleh sepeda motor, PKL memiliki karakteristik sebagai berikut:
dan puing-puing (sampah bangunan). • Tingkat kejenuhan tinggi yang konstan di bagian paling utara, tidak terjadi secara
merata di sepanjang segmen Jalan Suryakancana.
a. Estimasi Okupansi Parkir Badan Jalan Suryakancana • Umumnya okupansi sangat rendah antara bagian G (sekitar 20 ruang ke selatan
Pada awal 2012 dilakukan survey untuk mengukur kepadatan setiap dari wilayah parkir lahan kosong) dan bagian O (seberang ruko yang sedang
wilayah target survey pada hari kerja (Kamis) dan akhir pekan (Sabtu). dibangun, sedikit ke utara dari persimpangan Jl. Roda).
Tingkat okupansi rata-rata secara keseluruhan di sepanjang jalan • Tingkat okupansi tinggi yang relatif, dengan kondisi jenuh pada beberapa waktu,
adalah 65%, yang bisa dilihat pada infografis pada halaman sebelah. dari bagian P ke selatan (di utara Jl. Roda) sampai ujung selatan tanda parkir.
56 57
B AB 2 I M P L E M E N TA S I M ANAJE ME N PAR KI R SAAT INI

• Durasi Parkir: Singkat atau Lama tarif Rp 6.000). Diperkirakan murid-murid telah keluar lebih awal
Distribusi durasi parkir merupakan hal penting yang harus dibandingkan dengan survey pada tanggal 23 Oktober dengan
dipertimbangkan. Sebagai contoh, pengguna parkir berdurasi jam pulang sekolah pada pukul 1.30 siang.
lama cenderung lebih mudah untuk berpindah ke lokasi parkir Selama survey di bulan Oktober sudah dilakukan dua observasi
alternatif yang lebih jauh. Pada umumnya, mereka tidak keberatan okupansi secara cepat di sebagian timur jalan Pengadilan.
untuk menempuh perjalanan sedikit lebih jauh untuk mendapatkan Dari observasi yang dilakukan pada waktu mendekati jam
durasi parkir lebih lama di lokasi yang mereka tuju. Bertolak pulang dan setelahnya (sekitar pukul 13.30), terlhat data kepadatan
belakang dengan itu, pengguna parkir berdurasi singkat cenderung parkir meningkat lebih dari 100% di sekitar area sekolah (di
lebih sulit untuk berpindah, karena mereka pada umumnya hanya kedua sisi jalan) dan masih sangat tinggi selama sekitar satu jam.
singgah sebentar dan cenderung segan bila harus menempuh Sebagian besar arus lalu lintas penjemput nampaknya menuju
perjalanan relatif jauh dari lokasi yang dituju, untuk mendapatkan ke arah barat dari Jalan Sudirman.
parkir. Oleh karena itu, keputusan untuk membuat batas zona

P
tarif dipengaruhi oleh karakteristik durasi parkir tersebut.
erangkat keras, seperti marka dan rambu, menjadi alat 2.5
Tingginya persentase parkir berdurasi lama di lokasi/area
utama dalam mendukung implementasi kebijakan HARDWARE
yang cukup sepi di zona tengah adalah hal tepat dan diharapkan
manajemen parkir. Kota-kota di bawah ini telah melengkapi (MARKA, RAMBU)
dapat mendorong perubahan kebijakan yang akan dibahas
kegiatan manajemen parkir mereka dengan perangkat
di bab selanjutnya. Sebagai contoh, jika tarif di daerah bagian
kerja berdasarkan rekomendasi dari aktivitas survey dan observasi.
tengah dikembalikan ke tarif semula, diharapkan pengguna parkir
berdurasi lama terdorong untuk berpindah ke daerah tersebut
Tabel Perangkat Keras di Tiga Kota
sehingga ruang parkir di daerah sibuk dan ramai di bagian utara
dan selatan dapat dipergunakan untuk parkir berdurasi singkat. Kota Perangkat keras (Hardware)

Palembang Rambu larangan parkir di beberapa titik.


b. Estimasi Okupansi Parkir Badan di Jalan Pengadilan Bogor Marka parkir, rambu larangan parkir ganda, rambu
Fokus utama dari perhatian Dishub di sini adalah kemacetan kawasan parkir tarif tinggi. Area diperbesar
yang terjadi di dekat komplek sekolah selama satu jam atau lebih Surakarta Marka parkir, pelebaran jalur pedestrian
pada jam sekolah.

Palembang
• Kondisi dan Okupansi Parkir
Marka dan Rambu Parkir Badan Jalan
Waktu puncak parkir di kedua sisi jalan ini terjadi antara pukul Parkir badan jalan di Jalan Sudirman belum dilengkapi dengan marka. Hal ini
10 pagi sampai 2 siang. Hal tersebut sesuai dengan survey dan mengakibatkan tidak konsistennya SRP mobil maupun motor. Manuver parkir akan
pengamatan SUTIP yang dilakukan sebelum dan selama misi ini sangat memengaruhi lalu lintas karena belum tersedia marka service lane.

(lihat data dan pembahasan di bawah ini). Permintaan parkir pada Surakarta
jam puncak antara pukul 10 pagi sampai 1 siang nampaknya Bogor
Rekayasa Lalu Lintas
Penyesuaian Tarif Parkir
didominasi oleh pengunjung gedung pengadilan, pengunjung Kota Bogor menerapkan kebijakan
Beberapa langkah jangka pendek
telah disiapkan oleh Pemerintah
gedung lain, beberapa siswa senior yang mengendarai mobil tarif tinggi di Jalan Suryakancana
Kota Surakarta untuk menata
ke sekolah, dan beberapa pengunjung rumah sakit di sisi Jalan berdasarkan titik atau segmen
kawasan Pasar Gede, di antaranya:
dengan tingkat kepadatan parkir
Sudirman. • Pengaturan sirkulasi
tertentu. Penerapan kebijakan ini
Kepadatan parkir setelah jam sekolah sangatlah rendah. • Penghapusan parkir badan jalan
ditunjang oleh sarana pendukung
• Penyediaan lahan parkir
Begitu juga pada hari libur sekolah. Pada obervasi yang dilakukan, seperti rambu parkir. Rambu ini
didapat data bahwa okupansi rendah terjadi di sisi utara (30 menjadi sarana informasi titik batas
penerapan tarif parkir mahal, dan
September 2012 pukul 13.55, sebelum parkir dilegalkan dengan titik batas penerapan parkir normal.
Selain rambu informasi terdapat juga
rambu larangan parkir ganda.
58 59
B AB 2 I M P L E M E N TA S I M ANAJE ME N PAR KI R SAAT INI

S
Zona Optimum Perbandingan V/C Ratio dengan Pendapatan Sektor Parkir
2.6 ektor parkir menjadi salah satu tulang punggung PAD
EVALUASI perkotaan di Indonesia. Akan tetapi, setiap kebijakan
manajemen parkir, harus memiliki dampak yang positif 1.00  
terhadap dua hal, yaitu pendapatan dan pelayanan. Tabel
0.95  
dan gambar di bawah ini menunjukan performance indicator Bandung Sidoarjo
Yogyakarta
kebijakan parkir yang telah dilakukan oleh kota-kota yang telah 0.90  
dibahas di atas. Bogor
0.85  
jakarta
0.80  
Palembang Zona Optimum
0.75  

0.70  
Contoh parkir paralel  -­‐      1      2      3      4      5      6      7    
di Jalan Sudirman Dalam juta
Millions  
Palembang. (Retribusi Parkir/SRP)
— Foto oleh: Achmad Izzul Waro

Tabel Perbandingan PAD Retribusi Parkir dengan Kinerja Jalan V/C Ratio

Berdasarkan grafik di bawah ini, kota Palembang perlu


PAD Retribusi Pendapatan/
No Kota SRP V/C Ratio Tahun Sumber Data memperluas kebijakan manajemen parkir untuk ruang lingkup
Parkir SRP
perkotaan. Sistem tarif berdasarkan zona seperti yang diterapkan
1 Jakarta 22.000.000.000 16.000 1.375.000 0,85 2014 Litbang MoT Kota Bogor dan Solo dapat diterapkan di Kota Palembang.
Pagi Jalan
3.500.000.000 5.561 629.383 0,79 2009
2 Palembang Sudirman Perbandingan PAD Sektor Parkir Tahun 2012
Rata-rata Jalan
3 Sidoarjo 3.600.511.750 595 6.051.280 0,95 2012 Nasional Porong- 8
Sidoarjo
7
4 Bandung 4.500.000.000 1.637 2.748.931 0,92 2007 WTN 2007
6
5 Yogyakarta 2.360.692.500 2.003 1.178.578 0,93 2007 WTN 2007
5
6 Bogor 2.131.468.800 1.185 1.798.708 0,86 2012 DLLAJ*
4

Zona optimum pada gambar di halaman berikut merupakan zona 3


yang menjadi tujuan akhir setiap penerapan kebijakan manajemen
2
parkir. Kasus Sidoarjo dari aspek PAD sudah menunjukan kenaikan,
Dalam miliar

namun tidak berimbas pada pelayanan, dalam hal ini diperlihatkan 1


dalam v/c ratio. Tantangan terbesar masih diperlihatkan oleh Kota
Jakarta, yang dengan jumlah SRP yang fantastis, tidak menunjukan
Jakarta Palembang Sidoarjo Bandung Yogyakarta Bogor
kontribusi pada PAD yang signifikan.
60 61
B AB 2 I M P L E M E N TA S I M ANAJE ME N PAR KI R SAAT INI

S
2.7 FAKTA PARKIR epeda motor telah berkembang menjadi moda transportasi jalan utama di kawasan metropolis karena hampir seperempat
SEPEDA MOTOR dengan komposisi yang besar di kota-kota di Indonesia, jalan digunakan untuk parkir kendaraan. Misalnya di Jl. Jenderal
sehingga kebutuhan penyediaan parkir bagi sepeda motor Sudirman, meskipun pemerintah sudah menetapkan kebijakan
tidak bisa dianggap sepele. Perilaku dan karakteristik parkir paralel sejak beberapa tahun lalu, tapi ini belum efektif
parkir sepeda motor yang berbeda dengan kendaraan lainnya mengingat parkir motor kini justru melonjak hingga memakan
menimbulkan munculnya permasalahan dalam pemenuhan seperempat badan jalan. Begitu juga di Jl. POM IX, tanda larangan
kebutuhan parkir sepeda motor di kota-kota Indonesia. parkir tidak dihiraukan sebagaian masyarakat dengan memarkirkan
Di sisi lain aturan teknis untuk parkir sepeda motor yang kendaraan baik motor maupun mobil. Kejadian serupa juga di Jl.
belum dibentuk dengan tepat oleh pemerintah pusat maupun Kol Atmo, Jl. Letkol Iskandar dan jalan utama lainnya. Banyaknya
daerah menyebabkan terjadi banyak pelanggaran di kota-kota permasalahan parkir ini membuat Dinas Perhubungan Kota
di Indonesia. Selain itu infrastruktur parkir seperti marka dan Palembang menindak tegas para pelanggar parkir ini dengan,
rambu untuk sepeda motor yang belum dibangun dengan tepat antara lain, langsung mengangkut sepeda motor tersebut.
yang terkadang membuat para pengendara bingung dan pada
akhirnya menyebabkan pelanggaran aturan. Pada sub-bab ini
akan dijelaskan mengenai beberapa fakta parkir sepeda motor
yang terjadi di Palembang, Bogor, dan Surakarta.

Gambar Parkir Sepeda


Motor dan Mobil
Pada Badan Jalan di
Kawasan Borromeus
Bandung. —Foto oleh: :
Muhamad Rizki, GIZ

2.7.1 Parkir Sepeda Motor di Kota Palembang


Aktivitas parkir di badan jalan Kota Palembang yang belum
dilengkapi dengan marka dan rambu mengakibatkan tidak
konsistennya SRP mobil maupun motor sehingga terjadi
ketidakaturan parkir, termasuk untuk pengguna sepeda motor.
Gambar Pengangkutan Sepeda Motor di Kota Palembang
Tanda lokasi parkir sepeda motor yang belum jelas menyebabkan
Selain parkir motor liar, kondisi parkir di jalan utama ini akhirnya dimanfaatkan
banyak sepeda motor parkir sembarangan di jalan-jalan protokol. sebagian besar oknum juru parkir yang tidak memiliki izin dari Dishub untuk meraih
Penataan parkir sepeda motor di Kota Palembang yang belum keuntungan dengan menarik tarif parkir tanpa kordinasi dengan pemerintah
rapi, sangat berdampak pada aktivitas transportasi. Tidak jarang setempat. Terlebih, tarif parkir yang mereka tetapkan lebih besar daripada ketentuan
tarif parkir berdasarkan Peraturan Daerah.
parkir juga menjadi penyebab utama kemacetan di sejumlah
—Sumber: RMOL Sumatera Selatan
62 63
B AB 2 I M P L E M E N TA S I M ANAJE ME N PAR KI R SAAT INI

2.7.2 Parkir Sepeda Motor di Kota Bogor


Kota Bogor saat ini terkenal macet saat jam kerja dan hari libur.
Kondisi jalan yang sempit dan juga parkir kendaraan yang memakan
badan jalan, khususnya parkir sepeda motor yang semakin
tidak terkendali, menjadi penyebabnya. Pemerintah Kota Bogor
melalui Dishub melakukan upaya penataan parkir sepeda motor
pada titik-titik dengan kepadatan parkir yang tinggi seperti Jl.
Suryakencana, Jl. Mayor Oking, Jl. Djuanda, Jl. Pajajaran, Jl. Otista
dan Jl. Sudirman. Penataaan ini disertai dengan penindakan tegas
oleh Dishub kepada para pelanggar dengan cara menggembok
atau menggembosi ban.

Gambar Penggembokan Sepeda Motor di Kota Surakarta


Menyikapi permasalahan tersebut, UPTD Perparkiran Dishubkominfo Kota Surakarta
menindak kendaraan bermotor roda dua dan roda empat yang melanggar aturan parkir
dengan melakukan penggembokan. Selain itu dilakukan juga penertiban dengan cara
menempatkan tanda larangan parkir berupa rambu dan marka, tanda larangan parkir di
Gambar Parkir sekitar penyeberangan pejalan kaki atau trotoar, pada tikungan atau tanjakan, dan daerah
Sepeda Motor perlintasan kereta api. —Sumber: Merdeka.com
Bercampur Dengan
PKL di Jalan Surya
Kencana Bogor
—Foto oleh: Raden Mirza
Aldi, GIZ

2.7.3 Parkir Sepeda Motor di Kota Surakarta


Gambar Parkir
Pertumbuhan sepeda motor di Kota Surakarta pada tahun 2011-
Sepeda Motor di
2012 mencapai 50%. Menurut data rekapitulasi kendaran sepeda
Jl Selamet Riyadi
motor dari kepolisian, pada tahun 2013 angka kepemilikan
Surakarta. —Foto
sepeda motor di Kota Solo mencapai 426.000. Peningkatan
olehr: Titis Efrindu, GIZ
ini tidak disertai dengan penyediaan lahan parkir yang cukup
sehingga menyebabkan ketidakaturan, khususnya parkir sepeda Beberapa langkah juga telah disiapkan oleh Pemerintah Kota
motor di badan jalan. Perubahan tata guna lahan banyak yang Surakarta untuk menata kawasan perekonomian di Kota Surakarta,
tidak disertai dengan pengadaan lahan parkir. Pada Jl. Slamet seperti:
Riyadi sebagai contoh sekitar 70% guna lahan tidak memiliki • Penerapan zona parkir
lahan parkir. Ditambah lagi kerapnya perubahan tata guna lahan • Penggembokan parkir di daerah larangan parkir
melupakan kebutuhan standar parkir. Hal ini menyebabkan • Pelarangan parkir di Jalur lambat
masyarakat memanfaatkan fasilitas jalan yang tidak semestinya • Tarif parkir progressif di Jl. Gatot Subroto
semisal citywalk. • Penghapusan parkir badan jalan.
64 65

3
B AB 3 S K E N A R I O P E NATAAN R UANG

Skenario Peningkatan Indonesia, selain parkir kendaraan beroda


Pelayanan Parkir di Indonesia empat atau lebih, parkir sepeda motor juga
menjadi persoalan tersendiri yang harus
dibahas. Pertanyaan seputar manajemen
KRAP
EDIR DNA bongkar muat barang saat parkir di badan jalan

juga perlu dimasukkan dalam pembahasan.

M
KRAP
EDIR DNA KRAP
empertimbangkan kondisi pelayanan parkir kota-
kota di Indonesia yang masih jauh dari target yang
3 EDIR DNA Penyediaan parkir di luar badan jalan.
Tingginya kebutuhan parkir memunculkan
diharapkan, peningkatan pelayanan parkir harus KRAP kebutuhan akan pengadaan parkir di luar
EDIR DNA
diperbaiki secara bertahap namun menyeluruh. badan jalan, baik berupa taman parkir maupun
Manajemen parkir adalah bagian dari sistem transportasi perkotaan gedung parkir. Dalam konteks gedung parkir
berkelanjutan yang mengemban misi agar pelayanan parkir dapat ini perlu dibahas tentang aspek teknis,
berfungsi optimal. Pelayanan optimal dimaksud adalah mengatur aspek pembiayaan juga bentuk kerja sama
pemberian tempat bagi kendaraan yang akan berhenti di ruang dengan pihak swasta dan masyarakat dalam
milik jalan pada wilayah yang memungkinkan dan/atau membatasi penyediaan dan pengelolaan gedung parkir.
penggunaan ruang parkir pada wilayah tertentu yang terkena
pembatasan penggunaan kendaraan pribadi. Dalam konteks ini,
4 Aspek pendukung bagi manajemen parkir.
terangkum formula penerapan manajemen parkir sebagai berikut: Tidak kalah penting dalam kaitan manajemen
parkir adalah persoalan terkait manajemen
1 Menentukan formulasi masalah parkir di P pengelolaan, aspek penegakan hukum
P
perkotaan. Persoalan penting yang harus serta terkait pula dengan keamanan dan
dilakukan otoritas kota adalah menentukan keselamatan parkir.
T ARIF
data parkir, melakukan monitoring dan PAR
K
MOB
IL 1
IR
P

JAM
PARKIR
untuk
2 jam

P
3
PERT
AM
P

4
P
PARKIR
10.00-
16.00

2
kemudian menyusun perumusan identifikasi SETIA 1J
P JA AM KED A RP.XX
M BE U
RIKU A RP.X XX
X

1
P

masalah, dan dilanjutkan dengan tahapan


TNYA
emerintah atau otoritas kota harus mencermati masalah
XX
RP.X XX
XXX
X
3.1 Data Parkir,
proses evaluasi. parkir dengan seksama agar tidak salah mengambil Monitoring,
kesimpulan. Untuk mendapatkan masukan masalah Identifikasi
Masalah dan
2 Merencanakan desain parkir pada
badan jalan. Aspek teknis dan penarifan
perparkiran tidak cukup hanya satu dua kali meninjau ke
lapangan, melainkan perlu dilakukan survei dan pengumpulan Evaluasi
P
Pk
.18.0
0-
Pk
2
parkir pada badan jalan merupakan dua data. Survei yang diperlukan terdiri dari (a) inventarisasi parkir:
1.0

untuk menjelaskan mengenai ketersediaan ruang parkir, (b) survei


0

komponen penting yang memerlukan


penjelasan. Hal yang menjadi pertanyaan okupansi: untuk menjelaskan mengenai pemanfaatan ruang parkir,
adalah di mana seharusnya parkir pada badan termasuk jika di dalamnya tersedia parkir ilegal, dan (c) survei
jalan ditperbolehkan, dan di mana tidak pelat nomor kendaraan: untuk menjelaskan perilaku kendaraan
diperbolehkan. Jika parkir pada badan jalan dalam ruang parkir, khususnya untuk mendapatkan gambaran
harus dihapus, bagaimana cara menghapusnya lamanya waktu parkir. Survei dapat dilakukan pemerintah kota
supaya manfaatnya dapat dirasakan pengguna sendiri atau dilakukan oleh tim profesional di bidang pendataan.
jalan dan berdampak pada peruntukan Jika ketersediaan anggaran terbatas, dapat dilakukan survei yang
tata guna lahan sekitarnya. Di kota-kota di lebih sederhana.
66 67
B AB 3 S K E N A R I O P E NATAAN R UANG

KASUS: D. Survei Okupansi


Sering dijumpai kondisi parkir di badan jalan yang terisi penuh sehingga
Survei okupansi dilakukan untuk mendapatkan informasi persentase
mengundang orang memanfaatkan parkir ilegal: tanpa karcis dan
penanggung jawabnya. Banyak orang menduga bahwa hal ini terjadi karena luasan ruang parkir yang digunakan oleh kendaraan untuk
jumlah ruang parkir yang kurang. Pendapat tersebut tidak sepenuhnya parkir. Nilai maksimum okupansi 100%, namun titik kritis tingkat
tepat karena pada banyak kasus, masalah ini timbul justru karena lemahnya kenyamanan terjadi bila okupansi telah mencapai 85%. Nilai
manajemen parkir yang mengakibatkan munculnya lokasi parkir favorit yang
okupansi dilakukan berdasarkan variasi: (a) tempat, (b) waktu-
selalu terisi penuh dan sebaliknya terdapat pula lokasi parkir yang kosong
karena kurang strategis, bahkan pada jam puncak sekalipun. jam [dalam satu hari], dan (c) waktu-hari [hari kerja atau libur].
—Foto oleh: Fredy Susanto
E. Tahap Persiapan:
• Melakukan pengecekan dengan survei inventarisasi pada
3.1.1 Inventarisasi Data Parkir
wilayah sasaran survei okupansi
Inventarisasi data parkir mencakup data-data statis seperti: lokasi
• Menentukan pilihan atas metoda perhitungan yang akan
parkir dan jumlah SRP yang tersedia, baik untuk parkir di badan
dilakukan: metoda akumulasi (accumulation), metoda ruang
jalan maupun parkir di luar badan jalan. Beberapa hal yang harus
(space-by-space) atau metoda berdasarkan segmen (segment-
diperhatikan adalah:
by-segment).
• Metoda space-by-space dilakukan dengan cara:
A. Persiapan
• Membagi segmen jalan menjadi 10-20 bagian.

Tiap segmen memiliki karakter sendiri, baik dalam pelayanan


maupun besaran tarifnya.
Pada seksi khusus diberikan pemilahan untuk membedakan
fungsinya; seperti untuk bongkar/muat barang atau untuk
Acuan berupa peta Formulir yang Kamera Izin survei penyandang cacat.
kadaster atau peta dipersiapkan • Penetapan waktu yang tepat
teknis, biasanya khusus yang akan • Tipikal hari kerja.
dengan skala 1:100 memudahkan • Hari dengan kondisi parkir paling bermasalah.
sampai 1:5.000. pemasukan data. • Jika diperlukan dapat diberlakukan juga pada hari libur
• Memberikan informasi parkir pada kondisi cuaca rawan
atau kondisi yang tidak biasanya.
B. Pengisian Data ke dalam Formulir
Jika memungkinkan digunakan data Geographic Information F. Tahap Pelaksanaan Survei:
System (GIS) milik Pemkot yang akan menjadi acuan, standarisasi Melakukan survei dengan berjalan kaki, mencatat ke dalam
dan keterpaduan dalam bentuk peta jalan dan peta land use. formulir. Akan lebih baik jika dilengkapi dengan data video agar
Jika tidak tersedia data GIS dapat digunakan perangkat lunak dapat dilihat setelah kembali.
sederhana untuk mendapatkan inventarisasi parkir standar. • Konsisten pada rute yang telah ditetapkan.
• Menetapkan waktu survei, biasanya antara pukul 06.00
C. Mendata Parkir Tidak Resmi sampai dengan 22.00.
Pendataan dilakukan pada lokasi dengan manajemen parkir • Pada umumnya, rentang waktu antara pukul 05.00 sampai
yang lemah, seperti parkir di trotoar, parkir ganda, dan pada dengan 06.00 menggambarkan kondisi parkir pada waktu
badan jalan yang memiliki rambu larangan parkir, dll. malam sebelumnya.
68 69
B AB 3 S K E N A R I O P E NATAAN R UANG

G. Memilih frekuensi pengamatan: H. Survei Pelat Nomor Kendaraan


• Secara umum standar interval pengukuran adalah satu jam. Survei pelat nomor kendaraan kendaraan yang terparkir bertujuan
• Pada wilayah padat parkir, dapat digunakan interval pengukuran untuk mengetahui rata-rata jumlah kendaraan yang parkir di
per 15 menit. badan jalan di koridor tertentu per hari, dan jumlah SRP pada
• Apabila anggaran sangat terbatas bisa dibuat pengamatan badan jalan pada koridor tertentu.
sebanyak 3-4 kali sehari, mencakup jam-jam puncak harian.

Tabel Form Survei Okupansi Space-by-Space Alat observasi yang perlu dipersiapkan antara lain adalah:
Tanggal: Kode Segmen: Jenis Kendaraan: Pengamatan terhadap Parkir Ilegal: Petugas:
Waktu Pengamatan (Mulai)
Kode 18:00 18:15 18:30 18:45 19:00 19:15 19:30 19:45 20:00 20:15 20:30 20:45 21:00 21:15 21:30
Spasial
21
22
1. Alat tulis 2. Papan jalan 3. Counter, sebagai 4. Formulir survei 5. Roll meter (bila
23
alat untuk diperlukan)
24 menghitung satuan
ruang parkir
Tabel Form Survei Okupansi Segment-by-Segment
Tanggal: Kode Segmen: Panjang Segmen: Panjang Kendaraan (m) dalam Segmen: Petugas:
Parkir Resmi Parkir Tidak Resmi (Ilegal) Aktivitas Lainnya
Waktu Mobil Sepeda Truk Lainnya Mobil Sepeda Truk Lainnya (loading, double
(<5.5m Motor Sedang Motor Sedang parking, etc).
Catatlah jenis dan Beberapa tahapan yang harus dilaksanakan dan diperhatikan
(>5.5m) (>5.5m)
intensitasnya selama survei parkir pada badan jalan adalah:
12:00 • Pelaksana survei berjalan menyusuri parkir badan jalan pada
12:15 ruas yang ditinjau.
12:30 • Pelaksana survei mencatat nomor pelat kendaraan, beserta
12:45 jenis kendaraan misalnya sepeda motor, mobil pribadi atau
13:00 mobil barang (SM/MP/MB) yang berada di ruang parkir yang
13:15 tersedia, lalu mengisi kolom segmen waktu, slot jam dan
lokasi kendaraan diparkir.
• Pencatatan dimulai ketika kegiatan parkir badan jalan diaktifkan
sampai dengan ditutup, sesuai dengan peraturan yang berlaku,
misalnya saja mulai pukul 08.30 sampai dengan 18.00.
• Selain untuk menghasilkan data volume parkir per hari, metode
survei parkir pada badan jalan dapat juga menghasilkan data
durasi parkir. Sedangkan perhitungan jumlah SRP dibagi
menjadi dua, yaitu:
• Ruang parkir yang dilengkapi dengan marka parkir; dihitung
dengan menggunakan counter.
• Ruang parkir yang tidak dilengkapi dengan marka parkir, SRP
Contoh Hasil Peta Okupansi diasumsikan seluas 6x2,5 meter.
70 71
B AB 3 S K E N A R I O P E NATAAN R UANG

Format Lembar Observasi Parkir di Badan Jalan

Jenis Kendaraan PAGI SIANG SORE


No No. Kendaraan
SM MP MB 08.30 09.00 09.30 10.00 10.30 11.00 11.30 12.00 12.30 13.00 13.30 14.00 14.30 15.00 15.30 16.00 16.30 17.00 17.30 18.00

1                                                
2                                                
3                                                
dst.  Total ...........  ...........  ...........                                         

Format Lembar Observasi Parkir di Luar Badan Jalan 3.1.2 Identifikasi Masalah
Jenis Kendaraan Identifikasi masalah penting agar langkah berikut yang akan
No No. Kendaraan Waktu Kedatangan Waktu Keluar
SM MP MB diambil tepat sasaran. Hal ini sering terjadi khususnya untuk
1 parkir badan jalan yang cenderung menjadi penyebab utama
2
kemacetan. Namun perlu diidentifikasi apakah hal-hal berikut
ini terjadi di lapangan:
3
dst..
• Aktivitas naik turun penumpang angkutan umum.
• Aktivitas parkir ganda pada parkir badan jalan.
• Aktivitas pedagang kaki lima.
Perhitungan di dalam survei parkir tidak memiliki rumus khusus karena dapat • Tingginya frekuensi akses kendaraan pada ramp in/out
diperoleh dengan menjumlahkan data yang terdapat pada kolom jenis kendaran (SM/ bangunan tertentu.
MP/MB). Dua hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
Jika penyebab kemacetan adalah aktivitas naik turun penumpang
ataupun aktivitas pedagang kaki lima, maka perubahan atas
kebijakan parkir badan jalan menjadi tidak tepat.
SM MP MB

     

     
     
...........  ...........  ........... 

1. Untuk mendapatkan volume parkir per hari, 2. Jumlah kendaraan didata sesuai dengan
data survei harus diinput terlebih dahulu ke jenis kendaraan yang parkir, dengan cara
dalam format excel sesuai dengan Format menjumlahkan total kendaraan pada masing-
Lembar Observasi. masing kolom “SM”, “MP,” dan “MB, seperti
yang ditunjukan pada lingkaran merah pada
Format Lembar Observasi.
72 73
B AB 3 S K E N A R I O P E NATAAN R UANG

K
3.1.3 Evaluasi dan Perlunya Perubahan Manajemen Parkir arakteristik parkir badan jalan yang berinteraksi langsung 3.2 DESAIN TEKNIS
DAN PENARIFAN
Evaluasi diperlukan untuk mengukur kinerja pelayanan fasiltas terhadap lalu lintas membuat desain dan manajemen
PARKIR BADAN JALAN
parkir. Konteks pelayanan bukan kepada isu untuk memanjakan parkir pada badan jalan sangat penting. Sub bab ini akan
pengguna kendaraan pribadi, namun lebih kearah isu keseimbangan memberikan pejelasan desain parkir badan jalan dari sisi
supply and demand, serta konteks kebijakan kawasan. Pada kasus teknis dan manajemen. Selain itu dilakukan tinjauan retribusi dan
parkir di luar badan jalan, minimnya sistem informasi ketersediaan pengumpulan biaya parkir pada badan jalan.
parkir, sirkulasi dalam kawasan yang tidak efektif, menimbulkan
antrean yang berdampak kepada kemacetan hingga mencapai 3.2.1 Desain Teknis Satuan Ruang Parkir
luar wilayah lahan parkir tersebut. Pada kasus parkir badan jalan, Satuan ruang parkir adalah ukuran luas efektif untuk meletakkan
parkir ganda dan aktivitas mencari ruang parkir sering menjadi kendaraan (mobil penumpang, bus/truk, atau sepeda motor),
penyebab dari kemacetan. termasuk ruang bebas dan lebar buka pintu. Penentuan SRP ini
berhubungan dengan desain teknis penyediaan ruang parkir
baik pada badan jalan maupun di luar badan jalan. Adapun dasar
penentuan SRP adalah sebagai berikut ini:

Berikut adalah indikator mendesak untuk Dimensi kendaraan standar Ruang bebas kendaraan parkir. Lebar bukaan pintu kendaraan
dilakukannya perubahan manajemen parkir: mobil penumpang.

• Tingkat keterisian ruang parkir • Terhambatnya aktivitas


(okupansi) mencapai >85%. pejalan kaki.

• Terjadi kasus parkir ganda • Manuver dan posisi


untuk parkir badan jalan. parkir yang tidak teratur,
berdampak kepada
kecelakaan ringan.

Dimensi dan karateristik setiap kendaraan yang berbeda-beda


• Antrean parkir hingga • Terdapat kebocoran membuat desain SRP beragam sesuai dengan definisi klasifikasi
berdampak kepada pendapatan parkir. parkir menurut jenis kendaraan, yaitu:
kemacetan lebih luas.

• Terhambatnya pelayanan
angkutan massal, sering
terjadi pada kasus parkir
badan jalan.
Parkir kendaraan beroda Parkir kendaraan beroda Parkir kendaraan beroda tiga,
dua tidak bermesin dua bermesin empat, atau lebih bermesin
74 75
B AB 3 S K E N A R I O P E NATAAN R UANG

Dimensi satuan ruang parkir dibuat untuk jenis kendaraan mobil penumpang, bus/ Satuan Ruang Parkir untuk Truk/Bus (dalam cm)
truk, sepeda motor, dan sepeda. Dimensi SRP untuk jenis kendaraan mobil penumpang 250 80 30
dibedakan menjadi dua berdasarkan lebar bukaan pintu depan/belakang, yaitu; Golongan 20 340
I – dimensi SRP untuk mobil penumpang biasa (bukan orang cacat); dan Golongan II –
dimensi SRP untuk mobil penumpang bagi orang cacat. Untuk jenis kendaraan roda dua,
satuan ruang parkir terdiri dari sepeda (45 cm x 150 cm), sepeda motor (90 cm x 200
cm ), motor besar (105 cm x 250 cm ). Aturan lengkap mengenai dimensi parkir untuk
setiap jenis kendaraan dapat dilihat pada Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian
1200 SRP TRUK/BUS 1250
Fasilitas Parkir yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Angkutan Darat Kementrian
Perhubungan dan Empfehlungen für Anlagen des ruhenden Verkehrs - EAR 05 (Petunjuk
untuk Fasilitas Lalu Lintas yang Stationer - EAR 05).
30

Deskripsi SRP pada Setiap Kendaraan Golongan I :


Berdasarkan SKD 272 tahun 1996 hal. 12-13 untuk golongan. B = 170 a2 = 20
O = 55 a1 = 10
Satuan Ruang
Jenis kendaraan R =5 L = 470 Satuan Ruang Parkir untuk Sepeda Motor (dalam cm)
Parkir (m2)
Bp = 230 = B + O + R 70 70
1. a. Mobil penumpang untuk golongan I 2,30 x 5,00 Lp = 500 = L + a1 + a2 5
b. Mobil penumpang untuk golongan II 2,50 x 5,00
c. Mobil penumpang untuk golongan III 3,00 x 5,00 Golongan II :
2. Bus/truk 3,40 x 12,50 B = 170 a2 = 20 SRP MOTOR 200
175,5
3. Sepeda motor 0,75 x 2,00 O = 55 a1 = 10
R =5 L = 470 Struktur bangunan yang ideal
yang memungkinkan jumlah parkir
Satuan Ruang Parkir (SRP) Mobil Penumpang Bp = 230 = B + O + R kendaraan maksimum disertai dengan
(dalam cm) Lp = 500 = L + a1 + a2 20 pengaturan arus kendaraan pada lahan
yang tersedia.—Foto oleh: Rosaria Indah
B = 170 a1 = 10 Bp = 250
O = 65 L = 65 Lp = 500 Golongan III :
B = 170 a2 = 20 Prosedur parkir sepeda motor:
R = 50 R = 50
O = 55 a1 = 10
B O R B Bp R =5 L = 470
a1
Bp = 230 = B + O + R
Lp = 500 = L + a1 + a2 Lengkapi motor Parkirlah di tempat Hati-hati juga dengan Periksalah kunci kontak
dengan kunci ganda yang resmi. Jangan barang bawaan semisal anda dan simpan
dan kunci rahasia. parkir di tempat helm jaket jas hujan. kuncinya sebelum
L
SRP MOBIL
Lp Keterangan : Bila kunci ganda saja, sembarangan. Keluar Titipkanlah di tempat meninggalkan tempat
B = lebar total kendaraan pencuri dengan mudah biaya sedikit lebih penitipan barang parkiran. Karena
membongkar kunci. mahal tentu tak jika dilokasi tersebut kebanyakan pencurian
L = panjang total kendaraan
Dalam prakteknya mengapa asalkan tersedia tempat motor terjadi ketika
O = lebar bukaan pintu mereka hanya butuh motor lebih aman. penitipan barang. kontak pada posisi off
a1, a2 = jarak bebas arah waktu 2-3 menit untuk tetapi motor dalam
longitudinal mengambil motor. kondisi tidak terkunci.
a2
76 77
B AB 3 S K E N A R I O P E NATAAN R UANG

3.2.2 Penetapan Lokasi Boleh Parkir dan Larangan Parkir Adapun berdasarkan UU 22/2009 pasal 43 ayat 3: “Fasilitas
Parkir pada badan jalan dalam konteks perkotaan sangat erat Parkir di dalam Ruang Milik Jalan hanya dapat diselenggarakan
kaitannya dengan area Central Business District (CBD). Parkir pada di tempat tertentu pada jalan kabupaten, jalan desa, atau jalan
badan jalan diperlukan karena akan memudahkan masyarakat kota yang harus dinyatakan dengan Rambu Lalu Lintas, dan/
pengguna kendaraan pribadi untuk mengakses area pertokoan atau Marka Jalan”.
yang berbatasan langsung dengan jalan. Sementara itu di sisi Dalam kasus tertentu, aturan tersebut menjadi kontradiktif
lain, perlu diperhatikan UU No. 22 tahun 2009 yang melarang dengan kondisi di lapangan. Fungsi jalan nasional kadang kala
aktivitas parkir badan jalan pada jalan nasional dan jalan provinsi. menembus pusat kota atau CBD, yang perputaran ekonominya
Fasilitas parkir di dalam ruang milik jalan diperbolehkan pada masih tergantung pada parkir badan jalan. Hal ini menjadi sangat
jalan nasional jika terpenuhi syarat-syarat berikut: dilematis karena larangan parkir akan mempelancar arus lalulintas
namun di sisi lain dapat menurunkan keuntungan usaha.

3.2.3 Bagaimana Menghapus Parkir pada Badan Jalan Tertentu


Penghilangan parkir di badan jalan memerlukan strategi yang
tepat karena sangat berhubungan dengan perputaran ekonomi
suatu daerah. Adapun kunci pertanyaan dalam melakukan
Perhentian singkat Pengiriman Pada waktu yang Mobil ambulans penghapusan parkir di badan jalan adalah:
barang-barang bukan jam puncak dan mobil pemadam
yang penting kebakaran Tahap kebijakan
Apakah penghilangan parkir badan
jalan lebih banyak manfaatnya daripada
Dampak merugikan dari parkir pada badan jalan adalah kerugiannya? Apakah dalam jangka pendek
menurunnya kapasitas ruas jalan. Selain itu, kendaraan yang akan bisa memulihkan kegiatan ekonomi? Apakah
parkir dan yang akan keluar dari tempat parkir akan menambah alternatif pelayanan sebagai tatanan
nilai hambatan samping ruas jalan tersebut. Seperti ilustrasi di pendukungnya sudah dipersiapkan?
bawah ini:
Tahap strategi
Dampak Parkir Badan Jalan pada Ruas Jalan Bagaimana menerjemahkan kebijakan
pembatasan parkir dalam konteks wilayah
tata kota? Bagaimana menentukan wilayah
yang sesuai untuk parkir minimum dan
parkir maksimum?

Tahap teknis
Bagaimana tahapan yang harus
dilaksanakan? Apakah dimulai dari
tahap identifikasi (survei), analisis SWOT,
rekayasa lalu-lintas dan perbaikan
pelayanan angkutan umum massal,
manajemen pembatasan parkir, atau tahap
pembangunan parkir di luar badan jalan?
78 79
B AB 3 S K E N A R I O P E NATAAN R UANG

Penghapusan parkir pada badan jalan membutuhkan tiga 3.2.4 Rambu dan Marka Parkir
tahapan; yakni tahap kebijakan, strategi dan teknis implementasi. Marka dan rambu parkir merupakan aspek yang penting dalam
Pada tahap kebijakan, Bappeda dan Tata Kota harus menyusun menciptakan pengelolaan parkir yang baik. Setiap pemerintah
RDTRK dan Masterplan Transportasi sebagai payung kebijakan daerah harus menyampaikan pesan bahwa regulasi parkir penting
dalam bidang perparkiran. Kedua lembaga ini memberikan untuk pelaku perjalanan di jalan-jalan dan untuk menunjukkan
platform bagi pengambilan keputusan di tingkat kepala daerah perilaku parkir yang baik dan tepat, serta zona diperbolehkan
(walikota). Sedangkan di tingkat strategi, dilakukan penyusunan atau dilarang parkir. Dengan demikian, tanda rambu dan marka
Grand Design Perparkiran melalui penetapan wilayah kebijakan jalan merupakan kunci penerapan zona parkir. Adapun jenis
bagi implementasi parkir maksimum dan parkir minimum. Untuk informasi pada rambu dan marka antara lain:
tingkat teknis, dilakukan detail rancangan dan tindakan teknis
bagi diterapkannya kebijakan, yaitu:
• Tahap identifikasi parkir badan jalan. Deskripsi Informasi pada Marka dan Rambu
• Tahap analisis SWOT bagi lokasi terpilih.
• Tahap manajemen rekayasa lalu lintas dan perbaikan Informasi Pada Marka Informasi Pada Rambu
sistem angkutan umum massal.
• Tahap manajemen pembatasan parkir.
• Tahap pembangunan parkir badan jalan. Ruang parkir yang tepat Dilarang parkir

Selain itu, diperlukan tata cara untuk membatasi


penggunaan kendaraan pribadi pada kawasan tertentu Batas ruang ditandai untuk kendaraan pribadi Dilarang parkir pada waktu tertentu
berasarkan analisis dampak lalu lintas dan manajemen parkir.
Pemerintah Daerah dapat melakukan pembatasan kapasitas
ruang parkir untuk umum di ruang milik jalan yang dapat dilakukan Dilarang parkir Dilarang parkir atau berhenti
dengan cara:
• Pembatasan SRP
• Pembatasan parkir pada jam-jam tertentu untuk parkir
Dilarang parkir pada waktu tertentu Dilarang parkir pada jarak tertentu
di dalam ruang milik jalan.
• Penetapan waktu parkir maksimal pada parkir di dalam
ruang milik jalan. Dilarang parkir atau berhenti Waktu saat parkir diperbolehkan atau tidak diperbolehkan
• Pengaturan tarif parkir progresif pada parkir di dalam
ruang milik jalan.
• Pemberlakuan tarif parkir yang lebih tinggi pada parkir Dilarang parkir pada jarak tertentu Zona prioritas larangan parkir (tow-away zone)
di dalam ruang milik jalan.

Pembatasan penggunaan (seperti penghuni,


Jenis kendaraan yang diperbolehkan parkir
karyawan, dll)

Informasi tarif dan waktu

  Pembatasan penggunaan (seperti penghuni, karyawan, dll)


80 81
B AB 3 S K E N A R I O P E NATAAN R UANG

Situasi diatas sangat rentan terhadap


rambu kompleks seperti pembatasan
penggunaan parkir, pembatasan
penggunaan berbasis waktu, skema
tarif parkir yang kompleks.
Efektivitas penggunaan rambu
dan marka dapat tercapai dengan
penggunaan standar dan pedoman
pada tingkat nasional. Seperti Peraturan
Menteri Perhubungan No.34/2014 yang
memberikan informasi tentang tanda
parkir standar Indonesia untuk badan
jalan. Keterkaitannnya adalah:
• Pada tingkat nasional atau pemerintah provinsi; negara Penerapan rambu yang
jelas terutama tidak
memiliki kapasitas dan kewenangan hukum untuk terhalang benda lain
menetapkan standar. seperti pohon dapat
• Akan tidak efisien dan membingungkan jika setiap kota menjaga ketertiban
mempunyai standar mengenai rambu dan marka. dan menghindari
kecelakaan.
• Standarisasi rambu dan marka juga menghasilkan efisiensi —Foto oleh: Fredy Susanto
biaya, karena memungkinkan produksi rambu dan marka
dalam skala besar.

3.2.5 Penetapan Tarif Parkir pada Badan Jalan


Aspek tarif merupakan hal yang sangat berpengaruh pada
keputusan pelaku perjalanan sehingga perlu mendapat perhatian
Gambar Parkir pada Badan Komunikasi yang efektif melalui rambu dan marka tidak khusus. Dalam konteks tarif parkir, terdapat beberapa regulasi
Jalan di Frankfurt
mudah dan seringkali dianggap sepele. Upaya pemerintah lokal yang mengatur tentang penerapan tarif. Sebagai contoh,
—Foto oleh: GIZ SUTP Flickr
untuk merancang rambu sering tidak efektif. Berikut beberapa retribusi parkir di tepi jalan umum di Kota Samarinda. Menurut
isu-isu kunci dalam menjaga rambu dan marka tetap informatif Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 13 Tahun 2011 tentang
bagi pelaku perjalanan: Retribusi Jasa Umum, retribusi parkir adalah pembayaran atas
• Posisi rambu harus strategis agar memiliki dampak di mana jasa penyediaan pelayanan parkir di tepi jalan umum yang
dan kapan keputusan yang relevan akan segera dibuat. ditentukan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan
• Hindari tanda yang menyebabkan ambiguitas. peraturan perundang-undangan yang secara khusus diatur pada
• Gunakan tanda sederhana dan standar, terutama tanda- Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No. 272/HK.105/DRJD/96
tanda yang harus diperhatikan saat mengemudi. tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir.
• Apabila tanda-tanda berupa kata-kata, gunakan bahasa Adapun objek retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum
yang sangat sederhana. adalah penyediaan pelayanan parkir di tepi jalan umum yang
• Fokus pada informasi tindakan. Dengan kata lain, tanda- ditentukan oleh pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan
tanda harus fokus pada tindakan yang diperlukan, peraturan perundang-undangan. Besaran tarif dasar parkir
dianjurkan atau dilarang. digunakan untuk mementukan besaran tarif parkir setiap jenis
• Hindari pemunculan rambu kompleks yang beruntun. kendaraan di masing-masing zona.
82 83
B AB 3 S K E N A R I O P E NATAAN R UANG

Gambar Tahapan Aplikasi Tarif Melaksanakan survei


Besaran tarif dasar harus ditetapkan d idalam peraturan-
pada lokasi atau area yang
peraturan yang ada, baik berupa Peraturan Daerah, Keputusan Parkir di Badan Jalan Berbasis Zona
bersangkutan.
Wali Kota maupun lainnya. Besaran tarif dasar bervariasi dan dan Waktu
sangat tergantung pada komponen-komponen di bawah ini: Penerapan tarif berbasis durasi
• Sewa lahan atau ruang di lokasi parkir.. dan zona pada parkir badan jalan
• Fasilitas yang tersedia. merupakan hal yang sangat kompleks
• Biaya pemeliharaan dan perbaikan. (walaupun tidak mustahil) yang
• Gaji pekerja parkir. memerlukan reformasi pada peraturan
• Subsidi. di bidang perparkiran. Langkah- Membuat deskripsi si zona awal
• Asuransi. langkah untuk menerapkan fasilitas dari suatu daerah.
parkir berbasis zona dan tarif adalah: • Membuat batas zona berdasarkan
• Komponen tarif parkir meliputi tarif dasar parkir dan karakteristik lokal seperti grade, sungai,
komponen tambahan yang dipengaruhi oleh faktor- hambatan kereta dan lainnya.
faktor berikut: • Membuat batas zona dengan
Menetepakan tarif mempertimbangkan karakteristik
• Jenis kendaraan; kendaraan ringan/kecil dikenakan beban berbasis jam : hunian atau tata guna lahan.
tarif yang lebih murah bila dibandingkan dengan kendaraan • Jika daerah memiliki tarif
yang lebih besar. awal tertentu, maka tarif awal jam
• Durasi parkir; kendaraan yang parkir lebih lama harus akan sama seperti harga tersebut.
• Jika daerah tidak memiliki harga
membayar parkir yang lebih mahal. sebelumnya, maka parkir harus awalnya
• Lokasi parkir; karena dapat mengurangi kapasitas jalan tetap free of charge pada saat-saat tingkat
serta menurunkan tingkat pelayanan, maka tarif parkir di hunian yang di survei di zona yang lebih
rendah dari kisaran target.
ruang milik jalan lebih mahal dibandingkan lokasi lainnya.
• Penyesuaian harga selanjutnya
• Periode parkir; pada periode jam sibuk, setiap ruas jalan akan memperpanjang harga
akan mengalami pembebanan lalu lintas paling besar bila sebelumnya.
Pengembangan zona
dibandingkan dengan periode lainnya, sehingga dapat
parkir:
dipertimbangkan besaran tarif parkir pada periode jam • Modifikasi batas zona yang
sibuk lebih mahal dari tarif parkir pada periode lainnya. diperlukan jika pola hunian
Tentukan hari kerja dan akhir pada zona yang ada perlu
• Lahan peruntukkan; lalu lintas di lahan potensial umumnya
pekan untuk menentukan penerapan zona terpisah.
memerlukan pengendalian yang lebih serius sehingga tarif set harga yang berbeda karena • Lakukan penyesuaian tarif
parkir pun harus lebih mahal dari pada tarif parkir pada situasi permintaan parkir pada unruk zona yang baru.
lahan yang rendah bangkitan lalu lintasnya. kedua hari tersebut yang
berbeda.
• Kemampuan masyarakat; penetapan parameter tarif parkir
dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi masyarakat. Monitoring dan evaluasi:
• Untuk mendorong menggunakan parkir di luar kawasan • Evaluasi berdasarkan selisih
milik jalan, maka tarif parkir di ruang milik jalan lebih mahal sederhana dimana harga dapat
menyesuaikan dengan permintaan.
daripada parkir di luar kawasan milik jalan. • Evaluasi untuk setiap zona dengan
menyesuaikan ke bawah harga (atau ke atas)
jika tingkat okupansi selama jam operasional
jatuh di bawah (atau di atas) jarak target.
• Lakukan evaluasi pada durasi waktu
pelayanan tertentu.

Sumber: Paul Barter, 2015


84 85
B AB 3 S K E N A R I O P E NATAAN R UANG

• Solusi tersebut mengatur agar kegiatan bongkar muat


3.2.6 Tata Cara Pengumpulan Retribusi Parkir pada Badan Jalan dilakukan pada jam tidak sibuk atau pada malam hari.
Proses pengumpulan retribusi parkir dapat terbagi berdasarkan Larangan dan pembatasan tersebut harus terencana dengan
cara konvensional dan sistem teknologi. Proses pengumpulan baik dan diketahui oleh para pengusaha angkutan sehingga
secara konvensional dilakukan dengan membayar langsung mereka paham dan disertai pula dengan penegakan
kepada juru parkir yang selanjutnya disetorkan langsung kepada hukum yang baik dan tegas.
institusi/operator terkait. Sedangkan untuk penggunaan teknologi
dilakukan dengan cara menggunakan smart card, parking meter, dll. 3.2.8 Teknologi bagi Penetapan dan Pengumpulan Retribusi
• Kota-kota di Indonesia yang memiliki dana investasi terbatas Parkir
untuk biaya infrastruktur parkir perlu mempertimbangkan Sistem teknologi parkir sangat bermanfaat dalam membangun
penggunaan teknologi digital mobile dan menghindari sistem pembayaran yang lebih mudah dan ramah pelanggan.
investasi meteran parkir di jalan, dengan pertimbangan: Sistem ini juga lebih sistematis sehingga mengurangi peluang
• Fokus pada pilihan dengan biaya modal yang rendah dan kebocoran sehingga proses pengelolaan perparkiran lebih
biaya transaksi yang rendah. diterima publik. Akan tetapi harus diingat bahwa kemampuan
• Pay-by-telephone juga cocok untuk pengguna sepeda kota untuk mengadopsi teknologi tingkat tinggi ini tidak menjadi
motor pada kota-kota di Indonesia. satu-satunya faktor kesuksesan pengelolaan perparkiran.
• Di banyak kota di dunia, pembayaran parkir digunakan
dengan ponsel dalam proporsi yang berarti, meskipun
tetap mempertahankan parking meter di jalan.

Pengumpulan retribusi parkir secara konvensional sebenarnya Atas: Parkir tingkat


sangat mudah dan lebih murah untuk diimplementasikan. Selain memuat mobil lebih
banyak pada lahan
itu, sistem konvensional juga lebih fleksibel dan padat karya, terbatas seperti di
sehingga dapat menjadi pertimbangan di kota-kota dengan Hawaii.— Foto oleh Karl
tingkat pengangguran cukup tinggi. Fjellstorm,itdp-china.org.

3.2.7 Bongkar Muat Angkutan Barang


Aktivitas bongkar muat angkutan barang sangat penting dalam
menunjang perekonomian lokal terutama bagi pertokoan
dan bisnis lainnya, sehingga akses langsung untuk kendaraan
angkutan barang perlu diperhatikan. Sebaliknya, juga penting
untuk menjaga kelancaran lalu lintas, keselamatan dan kualitas
lingkungan sehingga kendaraan-kendaraan angkutan barang
tersebut tidak selalu berhenti semena-mena. Untuk mengatasi
kedua kepentingan tersebut perlu dicarikan solusi kompromistis,
umumnya adalah dengan:
• Pembatasan waktu bongkar muat (misal: maksimal 15
menit).
• Larangan bongkar muat pada jam sibuk, pada jalan arteri
utama (demi kelancaran lalu lintas), atau pada jam sibuk
belanja (pada jalan dengan banyak toko).
86 87
B AB 3 S K E N A R I O P E NATAAN R UANG

G
Beberapa instrument teknologi yang tersedia untuk manajemen parkir adalah: edung parkir sebagai infrastruktur parkir dengan biaya 3.3
tinggi membutuhkan perencanaan yang kompleks PERENCANAAN
karena berpotensi menjadi pusat perpindahan moda DAN
yang ideal. Sub bab ini akan memberikan pejelasan PENYEDIAAN
Palang pembatas
desain gedung parkir dari sisi teknis dan manajemen. Selain itu GEDUNG PARKIR
untuk parkir pada dilakukan tinjauan penerapan teknologi dan sistem kerjasama
Mesin tiket.
P badan jalan atau parkir untuk pendanaan.
dalam gedung.
P
3.3.1 Syarat Pembangunan Gedung Parkir
0 Kebutuhan jumlah ruang parkir untuk setiap pusat kegiatan
75 merupakan kebutuhan jumlah minimum dan maksimum dari ruang
parkir yang diperlukan untuk setiap pusat kegiatan. Kebutuhan
jumlah ruang parkir untuk gabungan beberapa pusat kegiatan
50 merupakan akumulasi berdasarkan variasi waktu setiap pusat
kegiatan. Penetapan lokasi fasilitas parkir untuk umum di luar badan
jalan diambil berdasarkan hasil analisa permintaan perjalanan
dan dampak lalu lintas.
Sistem pemandu Penegakan aturan
parkir real time untuk parkir—mesin untuk Penetapan lokasi fasilitas parkir untuk umum di luar ruang milik
menyingkat waktu merekam dan mencatat jalan dilakukan oleh:
pencarian ruang data rinci sehubungan
parkir. Sistem tersebut dengan pelanggaran,
• Gubernur; pada wilayah otoritas penetapan lokasi parkir
biasanya digunakan di pemotretan kendaraan untuk umum di luar badan jalan.
dalam gedung parkir. yang melanggar, • Walikota; untuk penetapan lokasi parkir untuk umum di luar
menerbitkan bukti ruang milik jalan yang berada di wilayah administrasi kota.
pelanggaran dan
mengirim data tersebut • Bupati; untuk penetapan lokasi parkir untuk umum di
Pembayaran parkir
dalam basis data ke luar ruang milik jalan yang berada di wilayah administrasi
berbasis telepon
komputer pusat. kabupaten.
genggam.

L1
4

Penegakan aturan dengan


kamera (terutama pada bus
dan jalan arteri utama).
Teknologi informasi untuk
pengarsipan, manajemen
keuangan, pemantauan Salah satu gedung
pelayanan pelanggan, parkir di DKI Jakarta.
menerbitkan denda dan —Foto oleh: Deddy Wedha
Setyanto
pengelolaannya, penagihan
denda dan penunggakan
pembayaran dan seterusnya.
88 89
B AB 3 S K E N A R I O P E NATAAN R UANG

Adapun syarat teknis dari desain gedung parkir antar lain, 3.3.2 Kebutuhan Fungsional
melayani bangunan utama, sesuai standar ketentuan kebutuhan Terdapat beberapa jenis bangunan fasilitas gedung parkir, yaitu: KRAP
EDIR DNA

atas ruang parkir, dan memenuhi kriteria struktur bangunan KRAP


EDIR DNA KRAP
EDIR DNA

termasuk aspek kekuatan bangunan, dampak lalu lintas dan KRAP


EDIR DNA
KRAP
EDIR DNA

lingkungan. Selain hal tersebut, standar fasilitas parkir yang perlu


disediakan dalam pembangunan gedung parkir adalah:
P
Pk.1
8.00
KRAP
EDIR DNA
- Pk
21.0
0

• Ruang parkir untuk keperluan khusus, seperti: ladies


Kec
uali
har
i libu
r

parking, valet parking dan/atau parkir berlangganan,


dapat disediakan sebagai ruang parkir tambahan yang
Bangunan tunggal (stand-alone) Bangunan campuran (mixed-use) Bangunan parkir otomatis
jumlahnya tidak melebihi kebutuhan jumlah ruang parkir (self-park atau valet)
maksimum.
• Jumlah kebutuhan ruang parkir maksimum untuk sepeda
motor ditetapkan sebesar 50 persen dari kebutuhan ruang
Penyediaan gedung parkir pada jenis manapun harus disertai dengan syarat minimum
parkir untuk mobil penumpang.
sebagai kriteria dasar sehingga fasilitas tersebut dapat memenuhi fungsinya dengan
• Jumlah kebutuhan ruang parkir untuk sepeda maksimum
baik bagi pengemudi maupun kendaraannya, yaitu:
ditetapkan sebesar 50 persen dari kebutuhan ruang parkir KRAP
EDIR DNA

untuk sepeda motor. KRAP


KRAP

Gedung parkir pada


EDIR DNA
EDIR DNA

• Jumlah kebutuhan ruang parkir untuk orang cacat


bandara Ngurah Rai Bali
AN

KRAP
HIDR

EDIR DNA

ditetapkan sebesar satu persen dari kebutuhan ruang L1


B L1

yang memperhatikan
B

parkir untuk mobil penumpang


P
R

CY
DOO
URA
T L1
RGEN
EME U
DAR
B L1
PINT
B

faktor estetika dan


Pk.1
8.00
- Pk
21.0
0

L1
L1 P

• Lokasi parkir bagi orang cacat dan sepeda menempati


A
A
Kec
uali

humanisme. — Foto oleh:


hari

P
libu
r

L1
A L1

jarak terdekat dengan pintu masuk/keluar pusat kegiatan.


A

Deddy Wedha Setyanto

Aspek Internal: Aspek External:


• Desain teknis dan sirkulasi gedung parkir. • Manajemen jaringan jalan di sekitar gedung
• Optimasi lokasi dan tataguna lahan parkir termasuk arus lalu lintas harus
berbasis zona. diperhitungkan ketika merencanakan pintu-pintu
• Operasional dan pemeliharaan sarana dan masuk/keluar dan desain ramp.
prasarana parkir. • Manajemen dampak lalu lintas pembangunan
gedung parkir.
• Manajemen akses keluar dan masuk untuk setiap
moda kendaraan.

3.3.3 Desain dan Sirkulasi Parkir


Deskripsi desain dan teknis gedung parkir dibagi menjadi
tiga bagian. Bagian pertama menjelaskan teknis dari
desain dan sirkulasi gedung parkir berdasarkan Pedoman
Perencanaan Fasilitas Parkir, Bina Sistem dan Lalulintas
Angkutan Kota. Bagian kedua mendeskripsikan penerapan
teknologi dalam fasilitas gedung parkir yang berkembang
dari tahun ke tahun. Pada bagian terakhir dijelaskan sistem
park and ride yang erat teraplikasi dalam fasilitas gedung
parkir. Syarat teknis dari desain gedung parkir yang lebih
rinci akan dijelaskan pada sub bab 3.3.3.
90 91
B AB 3 S K E N A R I O P E NATAAN R UANG

A. Desain Teknis dan Sirkulasi Gedung Parkir Integrasi Struktur Bangunan Gedung Parkir • Desain struktur menggunakan beton pracetak
Desain dan sirkulasi parkir perlu diatur dalam membangun gedung Integrasi struktur bangunan gedung parkir atau struktur baja yang dipilih dengan
merupakan hal yang sangat penting agar mempertimbangkan waktu dan biaya
parkir yang tepat. Adapun fasilitas parkir diatur menggunakan fungsi bangunan menjadi maksimal. Faktor pembuatannya.
pergerakan sirkulasi sistem satu arah di dalam gedung parkir, integrasi bangunan mecakup beberapa hal • Kondisi permukaan lantai gedung parkir harus
dilengkapi rambu lalu lintas parkir yang terlihat secara jelas berikut: memperhitungkan faktor kelicinan (slippage)
• Tipikal fasilitas parkir dengan struktur ekspos baik bagi kendaraan maupun pejalan kaki.
untuk mencegah kebingungan. Diupayakan untuk menghindari
(terbuka) yang direncanakan memenuhi • Memperhatikan faktor drainase dan
dan meniadakan peluang contra flow karena akan menimbulkan aspek lingkungan. kemiringan lantai karena air yang masuk ke
konflik dan bahkan kecelakaan. Selain itu pembatas kecepatan • Struktur bangunan yang ideal yang celah struktur bangunan dalam waktu lama
(speed hump) perlu ditempatkan pada lokasi yang diduga memiliki memungkinkan jumlah parkir kendaraan dapat menimbulkan masalah pada perawatan
maksimum disertai dengan pengaturan arus gedung.
potensi risiko kecelakaan. Hal yang tidak kalah penting adalah
kendaraan pada lahan yang tersedia.
memberi tanda secara jelas pada rute pejalan kaki, bahkan bila
memungkinkan harus dipisahkan dengan lajur kendaraan bermotor.

Kriteria Tata Letak Gedung Parkir Tata letak areal parkir


kendaraan dapat dibuat bervariasi, bergantung pada
ketersediaan bentuk dan ukuran tempat serta jumlah
P
AN ARK
DR
dan letak pintu masuk dan keluar. Kriteria gedung parkir
IDE
berdasarkan pedoman perencanaan dan pengoperasian
fasilitas parkir adalah sebagai berikut:
• Tersedia tata guna lahan.
• Memenuhi persyaratan konstruksi dan perundang-
undangan yang berlaku.
• Tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.
• Memberikan kemudahan bagi pengguna jasa.

Aspek estetika gedung parkir perlu


diperhatikan dengan mempertimbangkan
MA
SU
pendekatan sebagai berikut:
IN K
• Desain gedung parkir berorientasi KRAP
arsitektural. EDIR DNA
• Menggunakan pendekatan historic
preservation untuk mendukung isu
revitalisasi tata kota yang padat tanpa
Akses Keluar dan Masuk merusak konteks arsitekturnya.
Jalur Sirkulasi, Gang dan Modul Perbedaan
Ukuran lebar pintu keluar-masuk dapat • Gedung parkir sebaiknya memiliki kesan
antara jalur sirkulasi dan jalur gang terutama
ditentukan, yaitu lebar tiga meter dan sebagai bangunan yang unik dan khas.
terletak pada penggunaannya. Patokan umum
panjangnya harus dapat menampung tiga mobil • Mendukung keamanan dan kenyamanan
yang dipakai adalah :
berurutan dengan jarak antar mobil sekitar 1,5 pejalan kaki dengan memberikan ruang
• Panjang sebuah jalur gang tidak lebih dari
meter, Oleh karena itu, panjang-lebar pintu keluar depan gedung yang bersisian dengan jalan
100 meter; jalur gang ini dimaksudkan untuk
masuk minimum 15 meter yang memisahkan kota sebagai area berjalan kaki
melayani lebih dari 50 kendaraan dianggap
pintu masuk dan keluar • Menyiapkan tangga dan elevator untuk
sebagai jalur sirkulasi.
meningkatkan kenyamanan pejalan kaki.
• Lebar minimum jalur sirkulasi untuk jalan satu P
• Membentuk lansekap untuk melindungi
arah adalah 3,5 meter; dan untuk jalan dua arah
gedung parkir.
adalah 6,5 meter.
92 93
B AB 3 S K E N A R I O P E NATAAN R UANG

Penerapan teknologi juga dilakukan dengan memanfaatkan


koneksi telepon genggam yang memungkinkan ruang parkir
Model sirkulasi gedung parkir dipesan dan dibayar di muka secara online sehingga kedatangan
Gambar Contoh Layout Desain Gedung Parkir kendaraan yang akan parkir tersebut dapat diantisipasi (mobile
booking). Perkembangan teknologi juga memungkinkan dicapainya
akses ke lokasi tujuan secara mudah. Selain itu, teknologi berbasis
telecommuting yang dipergunakan banyak karyawan dapat
memberikan kemudahan sehingga fasilitas parkir menjadi lokasi
kantor mini yang terhubung dengan kantor pusatnya di daerah CBD.

Ramp spiral Ramp parkir (parkir berjenjang Ramp penuh Ramp setengah C. Fasilitas Park and Ride pada Sarana Gedung Parkir
(tanjakan memutar) dengan kemiringan) Di beberapa negara, sepeda merupakan moda favorit untuk
perjalanan bekerja, bersekolah, berbelanja maupun berolah raga.
Penyediaan fasilitas bagi parkir sepeda di dalam gedung parkir
B. Pemanfaatan Sarana dan Teknologi Informasi Dalam harus memperhitungkan faktor keamanannya dengan posisi
Desain Gedung Parkir lokasi parkir yang jelas dan mudah dikenali. Salah satu model
Perkembangan teknologi telah memberikan kemudahan dan penerapan dalam mendukung sepeda menjadi moda berkendara
kecepatan pelayanan bagi kebutuhan parkir di perkotaan. adalah park and ride
Pemanfaatan teknologi pada sistem pembayaran dan sistem Fasilitas park and ride (atau parkir insentif ) adalah parkir di
akses bagi pergerakan mobil dan pejalan kaki pada saat ini luar badan jalan dengan koneksi ke transportasi umum, yang
antara lain melalui: memungkinkan pengendara yang ingin melakukan perjalanan ke
• Automatic Vehicle Identification (AVI). pusat kota, meninggalkan kendaraan pribadi mereka di tempat
parkir dan berpindah ke bus, kereta api, atau car pool untuk Gambar Fasilitas Park
• License Plate Recognition Systems.
and Ride di Inggris
perjalanan akhir mereka. Kendaraan ini disimpan di tempat parkir —Sumber: http://www.
Sistem otomatisasi parkir yang terus berkembang kini siang hari dan diambil ketika kembali dari beraktivitas. Fasilitas newdeal4drivers.org/images/

memungkinkan kendaraan diarahkan ke ruang parkir yang tersedia ini umumnya terletak di pinggiran wilayah metropolitan atau di park_and_ride

dengan sistem pembayaran langsung tanpa membutuhkan booth


atau gardu pembayaran parkir manual lagi. Beberapa keunggulan
penerapan teknologi tersebut antara lain:
• Memudahkan untuk mendapatkan lokasi tempat parkir
yang tercepat dan terdekat,
• Kemudahan untuk mendapatkan tempat dengan
menggunakan rambu dan teknologi lainnya baik di jalan
ataupun dengan alat yang terpasang di dalam kendaraan,
• Sistem pembayaran tiket parkir dengan transparan
dan cepat, penataan dalam gedung parkir sehingga
memudahkan pengguna untuk mengakses dan mobil
tertata dengan rapi (terutama dalam gedung parkir
otomatis)
Sumber: (National Institute of Building Sciences, Whole Building
Design Guide, http://www.wbdg.org/design/parking.php)
94 95
B AB 3 S K E N A R I O P E NATAAN R UANG

tepi luar kota-kota besar. Di Amerika Serikat park and ride menjadi
populer dengan modal share hingga mencapai 43,5 persen (2009). 3.3.4 Pembiayaan dan Kerja Sama Pembangunan
Efektivitas pemanfaatan park and ride ini dicapai karena dukungan Sumber daya untuk pembangunan infrastruktur transportasi
fasilitas yang baik, fleksibilitas pelayanan dan promosi melalui membebani keuangan. Terhadap upaya mewujudkan infrastruktur
internet website yang menampilkan pengaduan pengguna secara parkir, pembiayaan telah menjadi isu mendesak dalam konteks
aktif. (Sumber: U.S. Department of Transportation, Federal Highway pembangunan perkotaan. Sehingga perlu ada kerjasama dalam
Administration, 2009 National Household Travel Survei) sisi operasional maupun pembangunan untuk mengatasi kendala
Fasilitas Park and Ride hendaknya dirancang dengan standar aspek pembiayaan ini yang melibatkan banyak pihak; di antaranya:
yang tinggi dari segi estetika, aspek lingkungan, keamanan • Pemerintah kota
dan keselamatan. Pelayanan fasilitas park and ride akan dinilai • Pemerintah nasional dan daerah provinsi
berdasarkan kinerja keseluruhan baik dari segi dampak positif • Warga negara
dan negatif, termasuk penilaian manfaat pengguna, dampak • Lembaga/organisasi donor Internasional
lingkungan, sosial dan ekonomi serta implikasi keuangan. • Sektor swasta
Cakupan dan sifat peran masing-masing ini berbeda dari kota
satu ke kota lainnya. Di beberapa negara, pemerintah nasional
sejak dahulu memiliki peran paling besar dalam mendapatkan dan
mengalokasikan pendanaan transportasi, sebaliknya terdapat pula
Setidaknya terdapat empat standar fasilitas park and ride berdasarkan sifatnya, yaitu: negara yang memberikan kebijakan otonomi yang lebih luas bagi
kota-kota.

S
U
B
Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam
pembiayaan pembangunan infrastruktur transportasi antara lain:
• Pelibatan sektor swasta untuk membangun, mengoperasikan, dan
membiayai infrastruktur transportasi perkotaan dan jasa.
PEMBE
ANGKO

Trayek
M11
M09A
RHENT
T

TANAH
TANAH
ABANG
ABANG
-
-
MERUYA
IAN

ILIR LAMA

KEBAYORAN

TANAH
JEMBATAN
M11 KS.
TUBUN
ABANG
TINGGI

JERUK
BUNDERAN
PALMERAH
KEBUN
MERUYAABANG
TANAH
PETAMBURAN
M09 SLIPI

RAWA
SLIPI

ILIR

LAMA
BELONG
PALMERAH

KEBAYORAN

Anda
• Tersedia kebijakan yang mengarah pada penerimaan langsung dari
pengguna transportasi, khususnya pengguna kendaraan pribadi,
Posisi

untuk menutup biaya pembangunan infrastruktur dan layanan


yang sebelumnya dibiayai oleh pendapatan umum.
Park and Ride Berbasis Car Pooling Park and Ride Berbasis Bus
Tabel Jenis Kerjasama Dalam Pengadaan Manajemen Parkir
Jenis Kerjasama Kelebihan Kekurangan

Kontrak Memiliki resiko yang kecil Tidak cocok untuk menarik investasi swasta
A Pelayanan
DA
R Persyaratan lelang mudah Tidak berdampak besar terhadap peningkatan kinerja
IUN N
AS
ST RT
BA
Hasil operasional langsung dinikmati publik Pihak swasta tidak memiliki kewenangan penuh
M

Kontrak
Manajemen Keterlibatan swasta dapat semakin meningkat  Modal awal tetap menjadi tanggung jawab pemerintah
Pengaturan cukup kompleks terkait tarif
Kontrak Sewa Potensi keuntungan yang besar
P
Modal awal tetap menjadi tanggung jawab pemerintah
Meningkatkan investasi swasta
Konsesi Ketidak jelasan tanggung jawab pemerintah dan swasta
Swasta memiliki kewenangan penuh

Meningkatkan investasi swasta Tarif diatur oleh swasta sehingga berpotensi tidak
Park and Ride Berbasis Rel Park and Ride Berbasis Pelayanan Bandara. BOT
menguntungkan masyarakat
Swasta memiliki kewenangan penuh
96 97
B AB 3 S K E N A R I O P E NATAAN R UANG

3.4 Jenis-jenis kerjasama dalam pendanaan infrastruktur transportasi


PEMBIAYAAN DAN berdasarkan pihak yang terlibat yang telah diterapkan di kota-kota
PENERIMAAN Indonesia antara lain:

P E M B I A Y A A N Y A N G D I H A R A P K A N

PEMERINTAH PUSAT PEMERINTAH DAERAH PEMERINTAH KOTA (UMUM) SWASTA/ BUMN TAHAPAN PELAKSANAAN PENERIMAAN KOTA

• Pembangunan fasilitas parkir untuk mengubah parkir tegak lurus


menjadi parkir paralel.
• Pembangunan jalan dan • Pembangunan, • Master Plan Parkir (City Wide) • Pembentukan kerjasama
• Persiapan penerapan parkir progresif.
peningkatan jalan nasional peningkatan, pemeliharaan dengan Pemkot. Palembang
• Pembangunan peralatan pengendalian parkir.
di perkotaan. jalan provinsi. • Manajemen dan pengendalian parkir
• Pengendalian parkir kawasan.
perkotaan. • Pengelolaan lahan parkir
• Persiapan kerjasama pembangunan gedung parkir.
• Pembangunan lajur khusus • Koordinasi program dan yang bekerja sama dengan
BRT di jalan nasional. pendanaan tingkat provinsi • Perizinan dan larangan bagi pembangunan Pemkot.
sebelum diajukan ke lahan parkir badan jalan, taman parkir, dan • Penetapan lokasi dengan tarif berdasarkan lokasi (zona).
• Pembangunan dan Kementerian/Lembaga. gedung parkir. • Pembangunan gedung • Parkir berdasarkan waktu (jam) dan parking meter. Bogor
pemeliharaan rambu dan parkir yang bekerja sama • Persiapan kerja sama pembangunan gedung parkir di Bogor.
marka di jalan nasional. • Pembentukan badan hukum pengelolaan dengan Pemkot.
parkir.
• Penetapan lokasi parkir badan jalan untuk mendukung perjalanan
• Pengawasan kualitas pelayanan parkir. dengan BRT.
• Penetapan tarif parkir berdasarkan waktu (jam) pada lokasi tertentu di
• Investasi prasarana parkir di Kota Palembang: Surakarta
pusat kota.
rambu, marka, alat pengedalian parkir (hand • Ear marking revenue parking untuk pemeliharaan pelayanan angkutan
held, kupon parkir, parking meter). umum Batik Solo Trans.

• Investasi sarana parkir di Kota Palembang:


teknologi parkir, SDM berkualitas, koordinasi • Penetapan parkir berlangganan.
antar penyelenggara perparkiran. • Pemilihan lokasi bagi parkir berlangganan.
• Pembangunan fasilitas parkir berlangganan untuk meningkatkan
Sidoarjo
kepastian lokasi parkir.
• Pembangunan prasarana gedung parkir.
• Pembatasan parkir berlangganan.

• Penetapan tarif parkir berdasarkan zona CBD dan non CBD.


• Pembangunan fasilitas prasarana dan sarana parkir pada wilayah
percontohan.
• Upaya peningkatan penghapusan leakage (kebocoran) pada parkir
badan jalan.
• Ear marking parking revenue bagi pengelolaan angkutan umum massal
Jakarta
berbasis bus (BRT) dan feeder.
• Intensifikasi pembangunan gedung parkir.
• Pembangunan teknologi parkir dengan basis Intelligent Transport
System (ITS).
• Parking restraint sebagai sarana pembatasan lalu lintas kendaraan
pribadi dan peningkatan modal shift penggunaan angkutan umum.

• Penetapan lokasi bagi pilot project pengendalian parkir.


• Investasi peralatan dan SDM bagi pemberlakuan parkir berdasarkan
waktu (jam).
Bandung
• Perluasan lokasi pengendalian parkir pada kawasan rawan kemacetan
dan area bisnis.
• Pembangunan gedung parkir bekerja sama dengan swasta/BUMN.
98 99
B AB 3 S K E N A R I O P E NATAAN R UANG

P
3.5 PENEGAKAN enegakan hukum dan manajemen di bidang parkir dilakukan sistem audit keuangan secara rutin dan ketat terhadap laporan keuangan
HUKUM BAGI untuk membuat berfungsinya norma-norma hukum dan penyelenggaraan parkir.
PENATAAN sebagai pedoman perilaku dalam penyelenggaraan parkir.
MANAJEMEN Sub bab ini akan menjelasakan pedoman penegakan hukum Contoh Model Pembayaran Parkir untuk Mengurangi Kebocoran
PARKIR bagi penataan manajemen parkir dari operator dan penggun parkir. Mekanisme Contoh kota yang
Deskripsi Kekuatan Kelemahan
Pembayaran telah menerapkan
Bayar Cash Flat atau Jam-jaman Sederhana, murah, mudah Tingkat kebocoran sangat Sebagaian besar
3.5.1 Mencegah Kebocoran Pengelolaan Parkir dan Bukti saat kedatangan atau bagi pengendara, tidak tinggi dan memerlukan kota di Indonesia,
Untuk mencegah kebocoran dalam pengumpulan pendanaan Tiket Kertas pulangnya. perlu mengetahui lamanya SDM yang besar. Bangladesh, China
manajemen parkir, dilakukan dengan berbagai cara: parkir. dan India.
Karcis Parkir Pengendara membeli Murah Rawan kebocoran, kecuali Biasa dipergunakan
Berlangganan stiker parkir yang untuk wilayah yang kecil, untuk wilayah
• Membuat kontrak dengan juru parkir berdasarkan kontrak
ditempel di kaca untuk terbatas. perumahan yang
perusahaan dan bukan kontrak yang bersifat individu. masuk ke wilayah parkir padat.
• Memperbaiki aspek penegakan hukum untuk memperbaiki tertentu. Idealnya
pengawasan. Menempatkan petugas khusus yang tahan suap, lokasinya harus terbatas.
pada lokasi rawan kebocoran serta perlu dilakukan upaya
Valet Membayar petugas Memudahkan parkir saat Bukan untuk umum Untuk lokasi tertentu
memenjarakan orang-orang yang korup sebagai bentuk efek jera. parkir ke tempat yang waktu puncak kepadatan saja, terbatas.
• Melakukan pelatihan (capacity building) secara kontinyu terhadap disediakan, biasanya dan lokasi yang sulit
para jukir dan model pengawasannya. swasta, mencari tenpat parkir.
• Melakukan model pembayaran dengan tiket atau bukti bayar Investasi murah.

lain, yang memiliki seri khusus dan dipantau oleh pemerintah Kupon Parkir Pembelian kupon di Biaya investasi murah, Kesalahan pengendara Singapore, Brazil,
Pra Bayar tempat retail. Dinyatakan teknologi sederhana. cukup tinggi, harus Malaysia, dan Irlandia.
dan masyarakat. waktu mulainya parkir, menentukan durasi
• Melarang masyarakat menyerahkan uang parkir tanpa menerima ditunjukkan sebagai bukti parkir, namun kebocoran
bukti pembayaran. bayar untuk lama parkir rendah. Perlu pengawasan
tertentu, ketat- biaya tinggi- risiko
• Melakukan pengendalian pemungutan retribusi parkir, sehingga
pemalsuan tinggi.
para juru parkir tidak bersinggungan dengan uang tetapi dengan
Digital Permit Pengendara membayar Biaya ringan, penegakan Terbatas pada wilayah Singapore ‘season
bantuan mesin elektronik. Penggunaan peralatan digital termasuk (bulanan atau surat izin parkir di wilayah hukum lebih efisien tertentu passes’ menggunakan
didalamnya License Plate Recognition (LPR) dimaksudkan untuk tahunan) tertentu (small zone). RFID; menjadi permit
mematahkan jalur persekongkolan para penikmat retribusi parkir. Proses pembuktian atau yang paling banyak
izin dilakukan dengan dipakai
Jika belum memungkinkan, dapat dilakukan dengan sistem
RFID atau license plate
pembayaran low-tech paper ticket sebagaimana telah dilakukan
Digital Membayar attendant fee Mudah dipakai Perlu jukir cukup banyak, Makati (Manila);
di Malaysia dan Singapura. Handhelds selama waktu tertentu pengendara, menekan dan harus memperkirakan Medellin (Colombia);
• Memastikan petugas juru parkir sesuai dengan penugasannya. (pay on arrival) dan menunjukkan tiket, kebocoran dibandingkan lamanya parkir sebagian Delhi, India;
Nama petugas parkir tidak sesuai dengan nama dalam penugasan dan dapat dipakai untuk non digital. Seoul.
pembayaran yang sifatnya
dalam Surat Izin, biasanya karena diatur oleh oknum. Jika oknum multiple payment.
memegang surat izin, maka ia akan menentukan siapa yang
Berbasis Alat GPS diletakan pada Sangat nyaman untuk Desain berorientasi Kemungkinan besar
bertugas setelah dicapai kesepakatan jumlah dana yang akan Global kendaraan yang berfungsi pengendara dengan biaya untuk melindungi privasi, akan diaplikasikan di
diterima oknum tersebut dari juru parkir. Juru parkir yang bertugas Positioning untuk mendeteksi operasional dan modal meskipun masih terdapat Singapura.
harus merelakan hasil pendapatannya bagi oknum sehingga System (GPS) aktivitas parkir dan yang cukup rendah. Biaya kekhawatiran. Biasanya
(‘pay-by-sky’) menghitung biaya parkir. sangat presisi dan sangat perlu dicari alternatif lain
seringkali ditemukan upah mereka masih di bawah UMR. baik untuk dihubungkan untuk tetap menjaga
• Secara periodik melakukan pembukuan terhadap laporan keuangan dengan keamanan. kenyamanan pendatang
parkir dan dibuka untuk publik. Dapat dilakukan dengan model dan lainnya.
Sumber: Barter, 2014
100 101
B AB 3 S K E N A R I O P E NATAAN R UANG

3.5.2 Keamanan dan Keselamatan Parkir • Parking Sensors; untuk menekan waktu parkir, penggunaan
Masalah keamanan merupakan hal yang sangat penting dalam waktu parkir melebihi batas pada wilayah parkir berbayar,
pelayanan parkir di Indonesia. Penegakan hukum menyangkut dan juga mencegah parkir ilegal pada sejumlah kawasan
perparkiran dijawab dengan empat hal utama: yang sensitif.
• Smart Parking Meters; dapat mendeteksi penggunaan
Landasan hukum; regulasi dan kelembagaan yang jelas. parkir melebihi batas waktu atau parkir gelap.
• Pelanggaran atas parkir dapat diatasi dengan menetapkan • Kamera CCTV; ditempatkan pada sejumlah lokasi dengan
hukum yang bersifat administratif maupun fiskal, sebelum kemungkinan curang tingggi, baik dengan atau tanpa
masuk ke wilayah yang dikategorikan berat, dan masuk dalam LPR, seperti diterapkan di Seoul dan Singapura.
konsekuensi hukum.
• Penegak hukum dilakukan oleh pemerintah kota setempat Menentukan jenis penindakan sesuai lokasi, jenis, dan intensitas
bukan skala nasional. masalah keamanan parkir. Langkah penegakan hukum ini
• Perlu dibentuk petugas parkir khusus (parking warden), namun memerlukan biaya cukup tinggi sehingga harus tepat waktu dan
polisi tidak melakukan penegakan parkir karena akan rancu tepat sasaran. Penindakan terhadap pelanggaran harus terukur
dengan tugas utamanya. dan harus direspon dengan cepat, sebab sekali saja terlambat
maka pelanggaran akan makin besar dan tidak dapat dikendalikan.
Penegakan hukum; terhadap keamanan parkir.
• Masalah penting yang harus segera diatasi adalah basis data 3.5.3 Meraih Dukungan Publik atas Kebijakan Parkir
kendaraan, sehingga apabila terjadi masalah keamanan parkir, Perubahan kebijakan manajemen parkir secara umum merupakan
bisa langsung dilacak secara tepat sesuai pelat nomor kendaraan. hal yang cukup sulit dilakukan karena menyangkut persepsi
• Ketiadaan sistem basis data kendaraan yang baik perlu diatasi banyak orang. Akan tetapi hal ini bukan mustahil dilaksanakan
dengan penegakan hukum berupa clamp, atau diderek dan sebagaimana terbukti di kota-kota Afrika dan Asia. Hal yang dapat
harus membayar denda untuk pengambilannya. diambil sebagai kesimpulan adalah: perubahan harus dilakukan
• Jika denda tidak dibayar, konsekuensinya adalah tidak akan secara (a) bertahap, (b) terarah dan (c) dimulai dari hal yang betul-
diberikan registrasi kendaraan pada saat perpanjangan tahunan. betul dapat diimplementasikan.
Perubahan harus melibatkan masyarakat dengan cara: (a)
Antisipasi awal; terhadap keamanan parkir. Untuk melakukan diajak untuk merumuskan kebijakan (b) memberikan masukan dan
antisipasi awal perlu dideteksi adanya kemungkinan pencurian dukungan, (c) komunikasi publik yang baik, (d) melibatkan tokoh
kendaraan selama kendaraan parkir. Teknik yang dilakukan dapat masyakarat khususnya para kyai sebagai panutan masyarakat,
secara manual atau otomatis: (e) mampu mengelola keluhan masyarakat dan (f ) melibatkan
• Cara manual adalah dengan menempatkan petugas keamanan masyarakat dalam proses pemantauannya.
sepanjang waktu. Modul Manajemen Parkir GIZ menjelaskan faktor yang
• Cara otomatis dilakukan dengan dukungan peralatan yang berpengaruh terhadap penerimaan masyarakat atas perubahan
memadai antara lain: kebijakan parkir yaitu: (1) masyarakat paham akan upaya kebijakan
• Hand-Held Citation Devices; yang mempercepat proses yang akan dilakukan, (2) masyarakat mengetahui manfaat dari
aksi curang dan merekam bukti. Kebanyakan terintegrasi pemecahan masalah yang dihadapi, (3) tersedia alternatif jika
secara digital dengan basis data yang relevan termasuk tidak boleh parkir di suatu tempat tertentu, baik dengan angkutan
sebagai upaya deteksi. umum yang andal atau park and ride, (4) masyarakat mengetahui
• License Plate Recognition (LPR); yang seringkali terpadu arah arus uang yang dipungut, (5) masyarakat percaya bahwa
dengan pay-by-plate dengan mekanisme pembayaran digital, penegakan hukum akan berjalan dengan konsisten.
baik melalui telepon selular maupun smart parking meters.
102

Daftar Pustaka

Barter, P; Prayudyanto, MN; Jinca, A; (2012). Rye, T, (2010). Parking Management: A Contribution
Palembang City Center Parking Management Study, Towards Liveable Cities, Deutsche Gesellschaft für
GIZ-SUTIP, Palembang, 16 April 2012. Technische Zusammenarbeit (GTZ) GmbH, Jerman.

Barter, P, (2012). Preliminary Suggestions on Parking Undang Undang No. 8 Tahun 1999 tentang
Management in Jl. Otista and Jl. Pengadilan, GIZ Perlindungan Konsumen.
SUTIP, Bogor, 23 October 2012.
Undang Undang No. 14 Tahun2008 tentang
Broaddus, A; Litman, T; and Menon, G; (2009), Keterbukaan Publik.
Transportation Demand Management, Deutsche
Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit Undang Undang No. 22 tahun 2009 tentang Lalu
(GTZ) GmbH, Jerman. Lintas dan Angkutan Jalan.

Jester, FS (2010), What Is Parking Management Undang Undang No. 25 Tahun 2009 tentang
About?, GIZ SUTIP- Koalisi TDM Jakarta, 30 Pelayanan Publik.
November 2010.
Undang Undang No.28 Tahun 2009 tentang Pajak
Jester, FS, (2011), Report on Jl. Surya Kencana Bogor, Derah dan Retribusi.
GIZ-SUTIP, Bogor, 6 June 2011.
United State Department of Transportation, Federal
Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No. Highway Administration, 2009 National Household
272 Tahun 1996 tentang Pedoman Teknis Travel Survey
Penyelenggaraan Fasilitas Parkir.
Victoria Transport Policy Institute (VTPI), (2013),
Peraturan Daerah No, 2 Tahun 2012 tentang http://www.vtpi.org/tdm/tdm28.htm
Penyelenggaraan Parkir di Kabupaten Sidoarjo.
www.wbdg.org. (2009). National Institute of
Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2012 tentang Building Sciences, Whole Building Design Guide,
Retribusi Jasa Umum. Online, http://www.wbdg.org/design/parking.php.

Peraturan Daerah No. 5 Tahun 1999 DKI Jakarta


tentang Perparkiran di DKI Jakarta.

Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2011 tentang


tentang Manajemen dan Rekayasa, Analisis
Dampak serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas.

Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001 tentang


Pajak Daerah.

Rancangan Peraturan Daerah dan Naskah


Akademik tentang Manajemen Kebutuhan Lalu
Lintas Melalui Pengenaan Retribusi Pengendalian
Lalu Lintas.

Anda mungkin juga menyukai