Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM CT-SCAN LANJUT

CT – SCAN NASOPHARYNX

Oleh :

Indah Dwy Wahyuning Tyas

151610383022

PROGRAM STUDI D4 TEKNOLOGI RADIOLOGI


PENCITRAAN
FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan
1. Mampu menyiapkan data gambar yang akan dilakukan post-processing
2. Mampu melaksanakan post-processing Nasopharinx
3. Mampu membuat print gambar CT – Scan Nasopharynx dengan
menggunakan berbagai media
4. Mampu menyajikan gambaran CT – Scan setlah melakukan post-
processing

1.2 Waktu dan Tempat


Waktu : Rabu, 6 Maret 2019
Pukul : 15.30 – 19.00
Tempat : Lab. Komputer 203 Fakultas Vokasi Universitas Airlangga

1.3 Landasan Teori


1.3.1 Anatomi Nasopharinx

Gambar 1.1 Struktur Nasopharing (Dikutip dari: Mills SE, Histologyfor Pathology.
Lippincolt William and Wilkins; 2007 (3) :439)

Nasofaring merupakan suatu rongga yang berbentuk mirip kubus,


terletak dibelakang rongga hidung, diatas tepi bebas palatum molle
dengan diameter anteriorposterior 2-4 cm, lebar 4 cm yang
berhubungan dengan rongga hidung dan telinga tengah melalui koana
dan tuba eustachius. Atap nasofaring dibentuk oleh dasar tengkorak,
tempat keluar dan masuknya saraf otak dan pembuluh darah (Witte
dan Neel, 1998).
Nasofaring adalah ruang trapezoid di belakang koana yang
berhubungan dengan orofaring dan terletak di superior palatum molle.
Ukuran nasofaring pada orang dewasa yaitu 4 cm tinggi, 4 cm lebar
dan 3 cm pada dimensi anteroposterior. Dinding posteriornya sekitar 8
cm dari aparatus piriformis sepanjang dasar hidung (Chew, 1997).
Bagian atap dan dinding posterior dibentuk oleh permukaan yang
melandai dibatasi oleh basis sfenoid, basis oksiput dan vertebra
cervical I dan II. Dinding anterior nasofaring adalah daerah sempit
jaringan lunak yang merupakan batas koana posterior. Batas inferior
nasofaring adalah palatum molle. Batas dinding lateral merupakan
fasia faringobasilar dan m. konstriktor faring superior (Witte and Neel,
1998; Lin, 2006)

1.3.2 Indikasi pemeriksaan


a. Trauma
b. Tumpr
c. Abses
1.3.3 Persiapan Pasien
1. Pemeriksaan CT-Nasopharinx dilakukan dengan penyuntikan obat
kontras
2. Nilai GFR pasien 60-120
3. Puasa 4 jam sebelum pemeriksaan
4. Melepas barang berbahan metal di area scanning
5. Mengisi inform concern
1.3.4 Prosedur Pemeriksaan
a. Posisi pasien : pasien terlentang atau supine dan head first
b. Parameter pemeriksaan (protokol Radiologi,2016) dan
Romans,Lois. E.2011)

Scan Type Helical Full 1 S


Scan Range Inferior Superior
Start Location MAE
End Location Vert.Thoracal 111
SFOV Head
KV 120
mA 400-600 (smart mA)
Detector Coverage 20-40
Helical Thickness 1,25
Pitch dan Speed (mm/rot) 0.984 :1
BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.1 Alat dan Bahan
1. Laptop
2. File berisi hasil pemeriksaan pasien
3. Modul
4. Aplikasi Radiant Dicom Viewer
2.2 Tata Laksana Praktikum
1. Buka aplikasi Radiant Dicom Viewer
2. Pilih menu scan folder
3. Pilih data CT-Scan Nasopharinx
4. Tunggu data masuk ke aplikasi
5. Pilih menu MPR
a. Buat irisan axial
b. Buat irisan coronal
c. Buat irisan sagital
6. MIP : pilih 3D = MIP
a. Buat tampilan dari AP
b. Buat tampilan dari Lateral
2.3 Analisa
1. Buat tampilan MPR,MIP
2. Lakukan analisa pada tiap tampilan
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Hasil Percobaan


Filming MPR
a. Prekontras Nasopharynx
b. Post kontrast Nasopharynx
c. Post kontras brain
d. MIP

3.2 Analisa Hasil


Pada praktikum kali ini membahasan tentang post processing dari
pemeriksaan CT-Scan Nasopharynx yang dilakukan dengan menggunakan
obat kontras. Post processing dilakukan setelah scanning pada pasien selesai.
Sedangkan pada praktikum ini post processing dilakukan pada aplikasi radiant
dicom yang dapat di instal ditiap-tiap laptop. Bahan yang digunakan untuk
praktikum adalah laptop serta data hasil scanning CT-Scan kepala pre kontras
dan CT scan kepala post kontras sehingga dapat dilakukan rekonstruksi. Dari
data yang didapat, pada praktikum kali ini dilakukan post processing pada
hasil pemeriksaan pasien Mrs. M yang. Data tersebut merupakan data CT-Scan
kepala pre kontras dan Post kontras yang kemudia dilakukan post processing
dengan menggunakan Window Width dan Window Level yang normal yaitu
40 dan 60. Slice thinknes yang digunakan adalah 5mip untuk processing pada
CT scan Brain post kontras, 3mip untuk CT Nasopharinx, dan untuk MIP slice
thincknes lebih dari 10mip. Dari hasil post processing tersebut dapat
dievaluasi bagian-bagian dari kepala, mulai soft tissue hingga tulang yang
menyusun kepala, dengan begitu hasil ini dapat membantu dokter dalam
menegakkan diagnostic untuk pasien.
a. Pre Kontras CT Nasopharynx

1. Karsinoma
2. Spinal cord
1

1 1. Digastric muscle
2. Body of C3
3. Nasofaring
4. Spinal cord

3
2
4
1. Nasopharinx
4 2. Cavitas oral
3. Atlas posterior
4. Digastric muscle
2

1
3
1 7 1. Perpendicular plate
3 2. Nasopharynx
3. Sinus maxilaris
5 6 4. External auditory canal
2 5. Lateral pterygoid
muscle
6. Karsinoma
8 7. Zygomatic bone
4
8. mandibula

7 5 1
1. Sinus maxilaris
2. Foramen magnum
3. External auditory canal
6 4. Condylus mandibula
4\4 3 5. Nasal septum
6. Processus platina
palatine
7. Zygomatic bone
2
2 5 1 7 1. Perpendicular plate of
6 ethmoidalis
4=4 2. Tulang zygomatika
3. External auditory canal
3 4. Greather wing of
sphenoidalis
5. Bola mata
6. Kelenjar lacrimal
7. Nervus opticus

1
1. Sinus frontalis
2.

b. Post Kontras CT Nasopharynx

1 1. Digastric musclle
2. Laring
3. Foramen magnum

2
3

4 1 2 1. Karsinoma
2. Sinus maxilaris
3. Nasofaring
4. Nasal septum
3

6
2 3 1. External auditory canal
2. Tulang zygomatic
3. Sinus maxilaris
4. Nasofaring
5. Atlas anterior
4 6. Nasal septum

1
5

1 1. Sinus frontalis
2. Arteri basilaris
3
4 3. Arteri carotid interna
4. Arteri carotid interna
6 5. Dorsum sella
6. Sinus sphenoparietal

5 2

6 1. Arteri cerebral medialis


1 2. Arteri carotid interna
2 3. Arteri cerebral posterior
4. Arteri cerebral posterior
4 5. Suprasellar Cistern
3 6. Sinus frontalis

3 1. Arteri cerebral medialis


2 4 2. Arteri periocalosal
3. Superior sagital sinus
4. Ventrikel sinistra
1
1. Sinus maxilaris
2. Sinus spenoidalis
3. karsinoma

1 3

c. Post Kontras CT Brain

1 2 3\4 1. Karsinoma
2. Nasal septum
6\4
4\4 3. Sinus maxilaris
4. Lateral pterygoid muscle
5. Foramen magnum
6. Zigomatic bone

5\4

1 1. Nasal septum
6 5 2. Nasofaring
3. Foramen magnum
4. External auditory canal
2 5. Sinus maxilaris
6. Vomer

4
3

2 1. Kelenjar lacrimal
2. Sinus frontalis
3. External auditory canal
1

3
1. Arteri cerebral posterior
5 2. Arteri cerebral posterior
3 3. Arteri carotid interna
4. Arteri cerebral medialis
5. Sinus frontalis
4 2
1

1. Ventrikel
4 2. Pineal Gland
1 3. Straight Sinus
4. Corpus Callosum
6 5. Choroid Plexus
2 6. Thalamus
3
5

1. Ventrikel
2. Straight Sinus
5 1 3. Posterior cerebral arteri
4. Choroid Plexus
5. Corpus calosum
3
4 2

1. Ventrikel
4 2. Corpus calosum
3. Ocippital lope
2 4. Frpntal lope
1

d. MIP

4
1. Anterior cerebral arteri
2. Midle cerebral arteri
3. Dorsum sellae
1 4. Os occipital

23

1. Lateral ventricle
2. Posterior cerebral arteri
3. Occipital sinus
1

1. Sinus spenoidalis
2. Orofaring
4 3. vena cerebral interna
4. arteri peicalollosal
5. anterior cerebral arteri

3
5
2
1
1. nasofaring
3 4 2. sinus sphenoidalis
3. arteri pericalossal
4. os occipital

2
1
1. inferior sagittal sinus
1 2. lateral ventricle
2 3.

1. Nasofaring
3 4 2. Carotit arteri interna
3. Lateral ventricle
4. Sagital sinus inferior

2
1

BAB IV

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
 Dalam pemeriksaan CT-Nasopharinx dilakukan pemeriksaan
dengan menggunakan obat kontras
 Jadi pemeriksaan yang dilakukan terhadap pasien adalah scanning
2 kali, yaitu scanning prekontras dan scanning post kontras
 Selanjutnya hasil scanning yang didapat dilakukan post processing
menjadi beberapa data diantaranya sebagai berikut :
- Post processing nasopharinx prekontras
- Post processing nasopharinx post kontras
- Post processing ct- brain
- Post processing MIP

1.2 Saran
 Diperlukan ketelitian khusus saat melakukan post processing CT-
Nasopharinx agar dapat mengevaluasi kelainan yang ada
 Dalam melakukan pengolahan post processing diperlukan
kesabaran extra dikarenakan saat post processing di aplikasi tidak
tersedia menu undo, dengan begitu saat kesalahan terjadi kita harus
mengulang
 Mahasiswa harus mengerti teknik rekontruksi gambar di dalam
aplikasi radiant dicom.
DAFTAR PUSTAKA

Feigin, V., 2006 ; stroke ; PT Buana Ilmu Populer, Jakarta.


Ganong, William F, 2003. Fisiologi Saraf & Sel Otot. Dalam H. M.
Djauhari Widjajakusumah: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta:
EGC.Hal.49
Moir D, Rickert WS, Levasseur G, LaroseY, Maertens R, White P, et al.
Comparison of Mainstream and Sidestream Marijuana and Tobacco Cigarette
Smoke Produced under Two Machine Smoking Conditions.Chem. Res.
Toxicol.2008
Noback,R.Charles. The Human Nervous System - Structure and Function
6th ed. . Humana Press; 2005

Anda mungkin juga menyukai