Anda di halaman 1dari 18

2/9/2019

PERTEMUAN II
KONSEP MATERIALITAS
PADA KEILMUAN DESAIN INTERIOR
Team Teaching Pengetahuan Bahan dan Proses 2019

KONSEP
MATERIALITAS
Konsep yang menerangkan tentang penggunaan dan terapan
berbagai bahan atau zat dalam medium bangunan.

1
2/9/2019

Sebuah karya desain interior dibuat


dengan memadukan berbagai aspek
diantaranya material.

Secara harfiah, material merupakan


sebuah kata sifat yang memiliki arti
sesuatu yang fisik, daripada
intelektual ataupun spiritual.

Sedangkan materialitas merupakan


sebuah konsep yang menerangkan
tentang penggunaan, terapan,
berbagai bahan atau zat dalam
medium bangunan.

MATERIALITAS SEBAGAI SEBUAH KONSEP

Kenneth Frampton dalam uraiannya menawarkan rangkuman


tentang kecenderungan arsitektur dan desain yang dia sebut
sebagai Arsitektur di Era Globalisasi (kurun waktu 1975-
2007) dimana dia menata kecenderungan arsitektur tersebut
ke dalam 6 diskusi tematis yaitu :

1. topologi
2. morfologi
3. sustainability
4. materialitas
5. habitat, dan
6. civic form

2
2/9/2019

 Fungsi sebuah material dimana jika dahulu berfungsi sebagai


sarana untuk mewujudkan kejujuran struktur, saat ini
fungsinya berubah menjadi sarana untuk menciptakan
kesan-kesan tertentu.

 Sebuah karya desain bangunan (arsitektur dan interior)


selalu memiliki makna dan pemaknaan tersebut dapat
dijabarkan secara langsung melalui material bangunan.

 Secara definisi, Georg Simmel (1978:448) mendefinisikan


materialitas sebagai “increase in material culture” . Material
bukan hanya properti struktur dan teknologi, namun juga
sebuah properti budaya.

 Materialitas bergantung pada persepsi dan hubungannya


dengan kehidupan (pengalaman).

 Peter Zumthor dalam bukunya Thinking Architecture


menjelaskan bahwa materialitas adalah sebuah fenomena
dimana jika seorang arsitek dan desainer mampu
menempatkan material dengan tepat dan mengekspos
esensi dari material tersebut secara maksimal, ia akan
mampu membuat material bercerita lebih dari sebuah
budaya.

 Sebuah material tidak memiliki sifat puitis, melainkan harus


ditempatkan secara cermat agar menghasilkan sebuah
situasi yang bermakna.

3
2/9/2019

Maka dari itu, kemampuan untuk menangkap


dan mengerti sifat-sifat dari material sangat
penting untuk dimiliki oleh seorang desainer.

SKEMA DASAR PEMILIHAN BAHAN/ MATERIAL

BAHAN/ MATERIAL

DIBAGI BERDASARKAN

CARA
PENGGUNAANNYA SIFATNYA
TERJADINYA

DENGAN
MEMPERTIMBANGKAN

FAKTOR TEKNIS FAKTOR NON-


TEKNIS

AGAR MENGHASILKAN
DESAIN
KUAT

TEPAT GUNA

BERESTETIKA
TINGGI

4
2/9/2019

PEMBAGIAN BAHAN/ MATERIAL

MENURUT TERJADINYA

1. Bahan Alami

Merupakan bahan yang didapat langsung dari alam. Biasanya digunakan sebagai bahan
baku dalam proyek interior tanpa merubah fisiknya, namun tetap memerlukan
penyesuaian dalam pengolahan di pabrik/ pengrajin agar menghasilkan ukuran, bentuk,
warna dan persyaratan lainnya yang sesuai dengan kebutuhan desain.

Contoh: kayu, bambu, rotan, dan batuan.

PEMBAGIAN BAHAN/ MATERIAL

2. Bahan Buatan

Merupakan produk yang dibuat dengan cara diolah terlebih dahulu di mana setelah
menjadi bentuk olahan, bahan bakunya tidak dapat dikenali lagi. Seiring berkembangnya
teknologi dengan sangat pesat, saat ini bahkan hasil pengolahan secara industri di pabrik
dapat menghasilkan sebuah bahan yang bentuk, corak dan warnanya sangat beragam.

Contoh: keramik, kayu olahan, dan plastik.

5
2/9/2019

PEMBAGIAN BAHAN/ MATERIAL

MENURUT PENGGUNAANNYA

Penggolongan bahan dapat dilihat dari berbagai segi. Namun, dalam ilmu desain
interior yang lazim dilakukan adalah dengan cara menggolongan jenis material dari
segi fungsinya. Fungsi tersebut dapat dibagi sesuai dengan elemen/ cakupan yang
menjadi wilayah kerja desain interior. Biasanya, sebuah bahan dapat digolongkan
menjadi beberapa kategori, yaitu:

1. Bahan untuk lantai


2. Bahan untuk dinding
3. Bahan untuk langit-langit
4. Bahan untuk furnitur
5. Bahan untuk aksesoris
6. Bahan elektrikal

PEMBAGIAN BAHAN/ MATERIAL

MENURUT SIFATNYA

Menurut sifatnya, material biasanya digolongkan menjadi dua bagian yaitu:

1. Bersifat Fisik

Sifat ini biasanya berkaitan dengan keadaan dalam sebuah bahan yang menyangkut
kekuatannya. Misalnya kuat terhadap gaya tekan, kuat terhadap gaya tarik dll. Setiap
material memiliki sifat fisik yang berbeda-beda di mana seringkali sifat ini menjadi
sebuah ciri khas.

Contoh: Kayu alami dikenal kuat dan indah, plastik dikenal lentur.

6
2/9/2019

PEMBAGIAN BAHAN/ MATERIAL

2. Sifat Kimia

Sifat ini biasanya berkaitan dengan reaksi dari material terhadap kejadian yang bersifat
kimiawi. Misal, sebuah material tahan terhadap cairan sedangkan yang lainnya tidak.

Contoh: Aluminium dinilai kuat terhadap zat cair dan perubahan suhu jika
dibandingkan dengan besi yang bisa dengan cepat terkena korosi.

Artinya, Aluminium adalah material kuat jika dilihat dari sifat kimianya, sedangkan besi
sebaliknya.

PERSYARATAN DESAIN

Setiap karya desain selalu memiliki acuan keberhasilan. Dalam ilmu desain interior,
sebuah karya dapat dikatakan berhasil jika bisa memenuhi 3 aspek yaitu:

1. kuat,
2. tepat guna
3. memiliki nilai estetika yang baik.

Sebuah bahan dapat menjadi hal yang sangat vital bagi keberhasilan sebuah proyek.
Pasalnya, keberhasilan desain dapat terjadi ketika seorang desainer dapat memilih
bahan/material yang paling tepat untuk dipakai dalam desain yang dia buat.

Maka dari itu, pengetahuan akan faktor teknis dan non-teknis dalam pemilihan sebuah
bahan pun perlu menjadi pertimbangan.

7
2/9/2019

Berikut merupakan beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam


memilih dan memproses bahan/ material

1. Faktor Teknis

Pemilihan material bangunan secara teknis dapat dirasakan secara langsung.


Misalnya, kecocokan antara material dengan kedudukannya pada bangunan;
seperti material atap, dinding dan langit-langit; yang paling penting disini adalah
teknis (cara) pengerjaanya.

Material yang bagus, mahal dan kuat tidak akan menghasilkan bangunan
sebaik yang diinginkan, apabila teknis pengerjaanya tidak benar atau tidak tepat.
Pengerjaan yang benar dan tepat harus didukung oleh tenaga dan alat kerja
yang sesuai.

Faktor teknis seperti pengalaman tukang dan ketersediaan alat menjadi


penentu penting dalam sebuah proyek desain.

2. Faktor Non-teknis

Faktor non teknis yang dihadapi dalam hal memilih material bangunan; misalnya
adalah sosial-budaya, sosial politik., ekonomi, dll.

Faktor sosial budaya contohnya berhubungan dengan keyakinan masyarakat


terhadap boleh tidaknya mempergunakan suatu material untuk bangunan
tertentu. Ini terkait dengan tradisi, kepercayaan atau aturan tidak tertulis yang
masih ditaati oleh masyarakat. Contoh: penggunaan sebuah material yang
diharuskan pada sebuah rumah adat, tidak bisa diganti menjadi material yang
tidak lazim.

Faktor lainnya adalah faktor sosial ekonomi. Dalam hal ini, memilih material
ditentukan oleh keadaan ekonomi atau pertimbangan-pertimbangan
ekonomis. Misalnya kemampuan orang untuk membeli material, rencana
penggunaan bangunan (untuk dipakai sendiri, disewakan, dijual dan sebagainya)
rencana umur bangunan (sementara, permanen dan sebagainya).

8
2/9/2019

Hal-hal itu memerlukan pertimbangan yang matang sehingga biaya yang


dikeluarkan untuk membangun (membeli material bangunan) tidak sia-sia, dan
sesuai dengan kemampuan. Dalam keadaan anggaran yang terbatas, prioritas yang
lebih penting adalah kekuatan dan keawetan, terutama material-material untuk
struktur bangunan,

Faktor lain yang berpengaruh juga faktor sosial politik. Dalam hal ini, istilah yang
tepat barangkali adalah “policy” pemerintah mungkin
saja menentukan kebijakan-kebijakan (langsung atau tidak) berhubungan dengan
material bangunan. Misalnya larangan membuat kapur dari karang laut.

TUJUAN DESAIN YANG HARUS DIPENUHI

1. Kesesuaian Fungsi

Fungsi dapat diartikan sebagai “guna” (peruntukan), yaitu maksud dari menjawab
pertanyaan “untuk apa sebuah desain dibuat?”

Dalam ilmu desain, dikenal istilah “Form follow Function” atau bentuk mengikuti fungsi,
pertama kali diperkenalkan oleh Louis Sullivan (1896).
Ia mengatakan bahwa bentuk adalah akibat dari perwadahan fungsi, suatu konsekuensi
terstruktur dari hadirnya fungsi yang merupakan gambar dari kegiatan dimana kegiatan
tersebut membutuhkan ruang untuk keberlangsungannya.

Bentuk mengikuti fungsi adalah salah satu persepsi / teori arsitektur yang paling modern
di era arsitektur modern.

9
2/9/2019

Karakter ruang

Terbuka-tertutup, formal-informal, muda – tua/established dll

Skala dan Proporsi ruang (dimensi)

TUJUAN DESAIN YANG HARUS DIPENUHI


2. Kuat

Tujuan ini biasanya berhubungan erat dengan pemilihan material dan kemudahan dalam
perawatan (durability and maintenance)

3. Estetika
Secara umum, estetika berarti keindahan atau sesuatu yang menimbulkan kesan
kenikmatan visual dalam desain. Dalam hal estetika ini, dikenal dengan adanya
kaidah-kaidah estetika, yang dapat dilihat secara terpisah atau bersamaan dengan lainnya;
Sehingga menghasilkan tampilan yang estetik, yang dalam skala besar menghasilkan sebuah
kesan misalnya: rasa kagum, takjub dan respek.

Dalam ukuran yang sederhana, estetika sudah dapat dikatakan berhasil,


apabila kesan yang ditampilkan tidak mengundang “komentar kontroversial”, melainkan
mampu menyenangkan bagi masyarakat luas. Diantara sejumlah kriteria untuk mengukur
estetika, yang paling erat dengan penggunaan material adalah harmoni, kontras,
keseimbangan, dan irama.

10
2/9/2019

Prinsip komposisi estetik ruang dan gubahan ruang

Axis/ garis tengah

Simetri/ kesejajaran

Hierarki/ kontras

Repetisi/ irama

SIMETRI SIMETRI
AXIS

KONTRAS

KONTRAS

11
2/9/2019

REPETISI

Can you see the repetition?

12
2/9/2019

Derajat pembentukan ruang / hirarki (dilihat dari kebutuhan)

Hubungan antar ruang memerlukan suatu prinsip penataan yang disebut hirarki ruang.
Hirarki ruang adalah suatu prinsip yang berdasarkan pendapat bahwa setiap ruang di
dalam rumah tinggal mempunyai tingkatan hirarki. Hirarki disini adalah tingkatan
dalam hal ke privasi-an. Semakin tinggi ruang dalam tingkatan ke privasian, semakin
terbatas akses bagi orang lain untuk memasukinya. Hirarki ruang bersifat universal ,
berlaku dimana-mana. Di perkotaan maupun di desa, dimanapun manusia membentuk
kelompok masyarakat.

RUANG/ AREA PRIVAT

13
2/9/2019

RUANG/ AREA SEMI PUBLIK

RUANG/ AREA PUBLIK

14
2/9/2019

RUANG/ AREA SERVIS

KESIMPULAN
Pertimbangan Pemilihan Material Berdasarkan Konsep Materialitas
Dapat Mempengaruhi:

15
2/9/2019

Pertimbangan Konsep Warna dan Material

- Sifat warna - visual effect


- Makna warna - simbolisasi/ konvensi
- Material alam atau buatan - formal/ informal atau modern vs. konvensional
- Kualitas permukaan material (matt atau glossy) -
- Bentuk/ pola penerapan material - formal vs. informal look
- Durability, maintenance

Skema warna & material untuk


membentuk komposisi ruang yang
bersifat……………..

Hangat, ceria, dinamis…dll Formal, soft, tenang…..dll

16
2/9/2019

Konsep Pencahayaan (Electrical)

- Natural/ daylight atau artificial - cost effectiveness/ efficiency


- Cool atau warm light (jenis lampu) - psychological effect
- General atau customized lighting (penerangan umum/ khusus) - lighting emphasis
- Direct atau indirect light - visual effect

Konsep Mebel

- Built in atau loose furniture - flexibility


- Furniture sebagai bagian dari interior atau terpisah - visual effect
- Standard vs. custom-made - system approach
- Style dalam furniture - image/ thematic approach

17
2/9/2019

Konsep pengendalian lingkungan

- Natural atau cross air sirculation vs. artificial air conditioning


- Energy saving system
- Keamanan

TERIMA KASIH

18

Anda mungkin juga menyukai