Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH TEORI KEUANGAN DAN INVESTASI SYARIAH

“TEORI NILAI PERUSAHAAN”

Disusun oleh

Kelas D Kelompok 10:

1. Savilla Azzahra (041711433111)


2. Siti Salma Fauziah (041711433113)
3. Herlin Rahmayanti (041711433114)
4. Salsabiilatul Ayniah K.S. (041711433115)
5. Sal Shabia Azura T. (041711433120)

Program Studi Ekonomi Islam

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Airlangga

2019

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Informasi mengenai nilai perusahaan merupakan hal penting bagi
pengguna laporan keuangan untuk menjaga kepentingan dan kesejahteraan
mereka. Oleh karena itu, setiap perusahaan berlomba-lomba untuk meningkatkan
nilai perusahaan melalui pencapaian kinerja yang lebih baik. Oeh karena itu, ada
sebagian perusahaan dapat beroperasi lebih efisien dan mencapai laba yang lebih
baik dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis. Nickell et.al., (1997)
dalam Rina (2012) mengungkapkan bahw banyak faktor yang mempengaruhi
kinerja dan nilai perusahaan, misalnya faktor modal dapat memudahkan
perusahaan untuk meningkatkan kinerja seperti mencapai laba yang tinggi. Untuk
mencapai tujuan tersebut, manajer keuangan perusahaan harus berhati-hati dalam
menetapkan struktur modal perusahaan. Dengan adanya perencanaan yang
matang dalam menentukan struktur modal, diharapkan perusahaan dapat
meningkatkan nilai perusahaan dan lebih unggul dalam menghadapi persaingan
bisnis. Hal ini merupakan hal yang sangat penting karena baik buruknya struktur
modal akan mempunyai efek yang langsung terhadap posisi keuangan
perusahaan. Suatu perusahaan yang mempunyai struktur modal yang tidak baik
dan mempunyai hutang yang sangat besar akan memberikan beban berat kepada
perusahaan yang bersangkutan.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud dengan nilai perusahaan dan penganggaran modal?
2. Bagaimana cara untuk melakukan estimasi arus kas?
3. Apa yang dimaksud dengan biaya modal rata-rata tertimbang (WACC)?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui tetang nilai perusahaan dan penganggaran modal.
2. Mengetahui cara untuk mengestimasi arus kas.
3. Mengetahui tentang biaya modal rata-rata tertimbang.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nilai Peusahaan

Menurut Puspita (2011) bahwa nilai perusahaan merupakan persepsi


investor terhadap perusahaan, yang sering dikaitkan harga saham. Harga saham
yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi
menjadi keinginan para pemegang saham, sebab dengan nilai yang tinggi,
menunjukan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Harga saham merupakan
harga yang terjadi pada saat saham diperdagangkan di pasar. Kekayaan
pemegang saham dan perusahaan yang dipresentasikan oleh harga pasar dari
saham yang merupakan cerminan dari keputusan investasi, pendanaan
(financing) dan manajemen aset.

Beberapa perhitungan nilai perusahaan diantaranya :

a) Price to Book Value (PBV)

Menurut Anthanasius (2012) Price to Book Value (PBV) adalah rasio


yang menunjukkan seberapa tinggi suatu saham dibeli oleh penanam modal
dibandingkan dengan nilai buku saham tersebut. Semakin kecil nilai price to
book value maka harga dari suatu saham dianggap semakin murah. Nilai Price
to Book Value (PBV) yang tinggi akan membuat pasar percaya pada kinerja dan
prospek perusahaan. Menurut teori ini, jika harga saham lebih tinggi dari nilai
buku perusahaan, nilai Price to Book Value (PBV) akan meningkat sehingga
perusahaan semakin bernilai tinggi di pasar keuangan.
b) Tobin’s Q

Menurut Smithers dan Wright dalam Prasetyorini (2013) menyatakan bahwa


Tobin’s Q dihitung dengan rasio nilai pasar saham perusahaan ditambah dengan
hutang lalu membandingkan dengan total aset perusahaan. Menurut
Cahyaningtiyas dan Hadiprajitno (2015) semakin besar nilai rasio Tobin's Q
menunjukan bahwa perusahaan memiliki prospek pertumbuhan yang baik. Hal
ini dapat terjadi karna semakin besar nilai pasar aset perusahaan, semakin besar
kerelaan investor untuk mengeluarkan pengorbanan yang lebih untuk memiliki
perusahaan tersebut.

c) Price Earning Ratio (PER)

Menurut Hanafi dan Halim (2009:82) Price Earning Ratio (PER) merupakan
suatu rasio yang dipakai untuk mengukur harga pasar (Market Price) setiap
lembar saham biasa dengan laba per lembar saham. PER melihat harga saham
relatif terhadap pendapatannya.

2.2 Penganggaran Modal

2.2.1 Kerangka strategik keputusan penganggaran modal

Keputusan penganggaran modal harus dihubungkan dengan


perencanaan strategi perusahaan secara keseluruhan, strategi yang dibuat
mencakup perencanaan masa depan perusahaan. Hal ini penting karena jika
investasi terlalu besar atau kecil akan berdampak jangka panjang bagi
perusahaan, jika terlalu besar akan menimbulkan beban yang berat dan tidak
semestinya bagi perusahaan, jika terlalu kecil perusahaan tidak memiliki
kapasitas yang cukup sehingga mengakibatkan perusahaan kehilangan
kesempatan untuk menguasai pangsa pasar yang ada.

Penganggaran modal yang memerlukan biaya yang besar, sehingga


perusahaan harus mempersiapkan rencana pembelanjaan investasi beberapa
tahun sebelumnya untuk memastikan tersedianya dana yang diperlukan.
Dikarenakan keputusan penganggaran modal sangat mempengaruhi semua
bagian di perusahaan, oleh karena itu semua pimpinan dari bagian-bagian di
perusahaan harus mengetahui bagaimana keputusan penganggaran modal
dibuat dan berpartisipasi secara efektif dalam proses pengambilan keetusan.

2.2.2 Macam-macam keputusan penganggaran modal

Ditinjau dari aspek penghematan biaya dan peningkatan pendapatan,


usulan investasi dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Penggantian (Replacement) : usulan investasi untuk mengganti asset


yang sudah aus agar efisiensi produk tetap dipertahankan. Contoh :
mesin lama diganti dengan mesin baru yang lebih efisien
2. Perluasan (Expansion) : usulan investasi untuk menambah kapasitas
produksi dari lini produk yang telah ada. Contoh : menambah jumlah
mesin baru yang tipenya sama dengan mesin yang telah dipakai.
3. Pertumbuhan (Growth) : usulan investasi untuk mengembangkan lini
produk yang baru berbeda dengan lini produk yang sudah ada. Contoh :
mula-mula perusahaan bergerak pada bidang sepatu kemudian
melakukan investasi baru di bidang restoran.
Ditinjau dari tingkat ketergantungan, usulan proyek investasi dibagi
menjadi:
1. Independent project : dua atau lebih proyek tidak ada keterkaitan antara
proyek satu dengan lainnya. Contoh : investasi dalam pabrik mobil dan
minuman kemasan
2. Mutually exclusive project : dua atau lebih usulan investasi yang
mempunyai manfaat yang sma dan jika semua layak, maka tidak smeua
dapat dilaksanakan tetapi harus dipilih salah satu yang terbaik. Contoh :
memindahkan bahan baku di pabrik dengan menggunakan forklip atau
ban berjalan.
3. Complement project : dua atau lebih usulan investasi yang bersifat
saling melengkapi. Contoh : investasi pada Gedung pertokoan dan pada
tempat parkir.
4. Subtitutes project : dua usulan investasiyang bersifat saling
meggantikan. Contoh : produksi sabun cair akan mengurangi permintaan
sabun batangan.

2.3 Estimasi Arus Kas

2.3.1 Definisi Estimasi Arus Kas ( Cash flow Estimation)

Arus kas adalah pengeluaran untuk investasi dan arus kas masuk
bersih setiap tahun setelah proyek beroperasi atau dijalankan.

2.3.2 Mengindentifikasi Arus Kas Yang Relevan ( Relevant cashflow )

Arus kas yang relevan adalah sebagai arus kas tertentu atau spesifik
yang dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan pengaggaran modal.

a. Arus Kas Proyek versus Laba Akuntansi

Arus kas bebas adalah arus kas yang tersedia untuk didistribusikan
kepada para investor. Sebagaiman nilai sebuah perusahaan akan
tergantung pada arus kas bebasnya, demikian pula nilai suatu proyek.
Kita akan mengilustrasikan estimasi arus proyek nanti dalam bab ini
dengan contoh yang lebih kompherensif.

 Biaya Aktiva Tetap


yaitu , biaya aktiva tetap meliputi biaya peroleh ditambah dengan biaya
pengiriman dan pemasangan. Sebagian besar proyek membutuhkan
aktiva, dan pembelian aktiva menggambarkan arus kas negatif.
Walaupun aktiva mengakibatkan arus kas keluar, para akuntan tidak
menyajikan pembelian aktiva tetap sebagai pengurang dari laba
akuntansi. Sebagai gantinya, mereka mengurangkan beban depresiasi
tiap tahun sepanjang umur aktiva tersebut

 Beban Nonkas

Yaitu dalam menghitung laba bersih, para akuntan biasanya


mengurangkan depresiasi dari pendapatan setiap tahunnya. Jadi,
meskipun akuntan tidak mengurangkan harga pembelian aktiva tetap
dalam perhitungan laba akuntansi , tetapi mereka mengurangi beban
depresiasi setiap tahun. Depresiasi melindungi laba terhadap pajak, dan
hal ini memiliki dampak arus kas, tetapi depresiasi itu sendiri bukanlah
suatu arus kas. Karenanya, depresiasi harus ditambahkan kepada laba
bersih ketika kita menghitung esyimasi arus kas suatu proyek.

 Perubahan dalam Modal Kerja Operasi Bersih

yaitu , peningkatan / kenaikan aktiva lancar yang dihasilkan dari proyek


baru dikurangi dengan peningkatan uang dagang dan akrual secara
spontan. Jika, perubahan ini positif, sebagaimana biasanya terjadi dalam
proyek ekspansi, maka pendanaan tambahan, diluar biaya perolehan
aktiva tetap, masih akan dibutuhkan. Mendekati akhir umur proyek ,
persediaan akan habis terpakai tetapi tidak diganti, dan piutang akan
ditgih tanpa adanya piutang pengaanti . Seiring dengan perubahan ini,
perusahaan akan menerima arus kas masuk. Akibatnya, investasi dalam
modal kerja operasi akan dikembalikan pada akhir umu proyek.

b. Arus Kas Tambahan (Incremental cashflow)


Arus kas tambahan yaitu, perubahan jumlah total arus kas perusahaan
yang terjadi sebagai akibat langsung diterimanya suatu proyek. Ada tiga
masalah khusus dalam menentukan arus kas tambahan, yaitu ;

1. Biaya Tertanam (Sunk Costs)

adalah suatu pengeluaran yang telah ditetapkan sebelumnya atau telah


terjadi, sehingga tidak terpengaruh oleh keputusan yang telah
dipertimbangkan. Karena biaya tertanam bukanlah biaya tambahan, maka
biaya ini tidak boleh dimasukkan kedalam analisis.

2. Biaya Kesempatan (Opportunity Costs)

adalah arus kas yang seharusnya dapat diperoleh / dihasilkan dari aktiva
yang telah dimiliki perusahaan apabila / seandainya aktiva tersebut tidak
untuk proyek yang sedang dianalisis.

3. Pengaruh terhadap Barang lain (Effect on Other Projets)

v Eksternalitas (externalities) : Pengaruh yang dimiliki proyek terhadap


bagian – bagian lain dari perusahaan. v Kanibalisasi (canibalitzation) :
Pengenalan sebuah produk baru mengakibatkan penjualan produk yang
sudah ada mengalami penurunan.

c. Mengevaluasi Proyek Penganggaran Barang Modal

Sampai titik ini, kita telah membahas beberapa aspek penting dalam
analisis arus kas, tetapi kita belum melihat bagaiman aspek – aspek
tersebut akan mempengaruhi pengambilan keputusan penganggaran
modal. Secara konseptual, keputusan – keputusan ini cukup jelas
dasarnya : proyek yang potensial akan menciptakan nilai bagi pemegang
saham perusahaan jika dan hanya jika nilai sekarang bersih dari arus kas
tambahan proyek tersebut positif. Namun dalam praktiknya mengestimasi
arus kas ini sangat sulit dilakukan.
v Proyek ekspansi baru (new expantion project) : proyek yang
dimaksudkan untuk meningkatkan penjualan . Arus kas tambahan hanya
berupa kas masuk dan arus kas keluar dari proyek tersebut. Jadi, disini
arus kas tambahan hanya dapat berupa arus kas masuk dan arus kas
keluar dari proyek tersebut. Oleh karena itu, perusahaan hanya
membandingkan bagaimana nilai yang ada dengan atau proyek yang
diusulkan.

v Proyek pengganti (replacement project) : suatu proyek yang


menggantikan aktiva yang ada dengan aktiva yang baru. Dalam analisis
penggantian ini, perusahaan membandingkan antara nilai yang terjadi jika
membeli aktiva yang baru dengan nilai jika tetap menggunakan aktiva
yang sudah ada.

Meskipun terdapat perbedaan – perbedaan diatas, prinsip dasar untuk


mengevaluasi proyek ekspansi dan proyek pengganti adalah sama. Dalam
setiap kasus, Arus Kas Proyek Pada Umumnya meliputi hal – hal sebagai
berikut :

1) Pengeluaran investasi awal

Yaitu investasi awal termasuk ada biaya aktiva tetap dimuka


sehubungan dengan proyek yang ditambah dengan penambahan yang
terjadi dalam modal kerja operasi bersih.

2) Arus kas operasi selama umur proyek

yaitu , Ini merupakan arus kas masuk tambahan selama umur


ekonomis proyek. Arus kas operasi tahunan sama dengan laba operasi
setelah pajak ditambah depresiasi.

3) Arus kas tahun berakhir


yaitu pada akhir umur suatu proyek, umumnya sejumlah arus kas
tambahan sering kali diterima. Ini termasuk nilai sisa ( salvage value )
aktiva tetap, yang disesuiakan pajak jiak aktiva tersebut tidak dijual
berdasarkan nilai bukunya, ditambah pengembalian dari modal kerja
operasi bersih.

d. Analisis Resiko Proyek

Analisis resiko proyek adalah, teknik analisis resiko diman sekumpulan


keadaan keuangan yang baik dan buruk dibandingkan dengan situasi
yang paling mirip, atau kasus dasar. Kasus Dasar adalah, analisis dimana
seluruh variabel input dinyatakan dalam nilai yang paling mungkin
terjadi. Ada Tiga jenis analisis resiko proyek yang terpisah dan berbeda,
yaitu:

1. Stand Alone Risk (Resiko Berdiri Sendiri)

yaitu, resiko yang didasari asumsi bahwa proyek tersebut merupakan satu
–satunya aktiva perusahaan dan bahwa perusahaan tersebut merupakan
satu- satunya perusahaan yang dimiliki para investor bersangkutan.
Resiko ini diukur dari variabilitas pengembalian yang diharapkan dari
proyek tersebut. Terdiri dari 3 teknik untuk memperkirakan resiki
berdikari :

a) Sensitivity Analysis (Analisis Sensitivitas)

yaitu sebuah teknik yang mengindikasikan seberapa banyak NPV


atau IRR dapat berubah sebagai akibat dari adanya perubahan
tertentu pada sebuah variabel input, jika variabel lain dianggap
tetap.

b) Scenario Analysis (Analisis Skenario)


Yaitu teknik analisis resiko yang mempertimbangkan baik
sensitivitas NPV terhadap perubahan variable- variabel kunci
maupun rentangan (range) dari nilai- nilai variabel yang sangat
memungkinkan. Analisis skenario memberikan informasi yang
berguna tentang resiko berdiri sendiri proyek. Akan tetapi, analisis
ini masih memiliki keterbatasan karena hanya memperhitungkan
sedikit hasil akhir yang berlainan (NPV), meskipun masih banyak
kemungkinan lain yang tidak terbatas jumlahnya.

c) Monte Carlo Simulation ( Simulasi Monte Carlo )

yaitu, Teknik analisis resiko diman kemungkinan kejadian yang


terjadi dimasa yang akan datang disimulasikan dalam sebuah
komputer, sehingga menghasilkan estimasi tingkat pengembalian
dan indeks – indeks resiko. Langkah dalam simulasi adalah
menetapkan distribusi probabilitas dari setiap variabel arus kas
yang tidak pasti. Setelah itu dilakukan, maka selanjutnya adalah :

 Memilih secara acak nilai untuk setiap variabel yang tidak


pasti berdasarkan NPV yang telah ditetapkan diatas untuk
mendpatkan model pertama.

 Nilai yang dipilih untuk variabel yang tidak pasti,

 Langkah 1 dan 2 diulang berkali- kali misalnya 1000 kali


sehingga menghasilkan 1000 NPV yang membentuk distribusi
probabilitas.

Seperti pada analisis skenario, kita menyerderhanakan ilistrasi


tersebut dengan menghitung distribusi probabilitas untuk satu
variabel kunci saja yaitu jumlah unit yang terjual. Keunggulan
utama dari simulasi Monte Carlo ini adalah dapat ditunjukkanya
berbagai hasil yang mungkin sekaligus denhgan probabilitasnya.
Jadi hasilnya bukan satu titik estimasi dari NPV.
2. Within Firm Risk (Resiko didalam Perusahaan)

yaitu pengaruh dari suatu proyek terhadap resiko perusahaan tanpa


mempertimbangkan diversivikasi pemilihan saham dari masing –
masing pemegang saham . Resiko ini diukur berdasarkan pengaruh
proyek bersangkutan terhadap variabilitas laba perushaan.

3. Market Risk (Resiko Pasar)

yaitu proyek ditinjau dari sudut pandang seorang investor yang


memiliki portolio saham yang sangat terdiversifikasi. Resiko ini ukur
berdasarkan pengaruh proyek terhadap koefisien BETA perusahaan.
Koefisien BETA itu sendiri adalah, ukuran resiko pasar yang sejauh
mana pengembalian dari sebuah saham tertentu mengalami
pergerakan dibursa saham.

2.4 Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang (Weighted average cost of capital)

Menyambung tentang CAPM bahwa WACC juga merupakan rata-rata imbal


hasil namun memperhitungkan modal utang juga, sehingga WACC tidak hanya
memperhitungkan cost of equity saja namun memperhitungkan cost of debt juga.

Rumus untuk menghitung biaya modal:

WACC = [Wd x Kd (1-tax)] + [Wp x Kp] + [Wr x Kr] + [We x Ke]

PT. ABC memiliki sasaran struktur permodalan yang terdiri atas 45% utang, 2%
saham preferen, dan 53% ekuitas biasa (saldo laba ditahan plus saham biasa).
Biaya utang sebelum pajak Kd adalah 10%, biaya utang setelah pajak = Kd(1-T) =
10%(0,6) = 6%, biaya saham preferen, Kp = 10,3%, dan biaya ekuitas biasa adalah
Ks = 13,4%. Tarif pajak marginal adalah 40%, dan seluruh ekuitas barunya akan
berasal dari saldo laba ditahan. Maka kita dapat menghitung rata – rata tertimbang
baiaya modal atau WACC sebagai berikut:

= 0,45(10%)(0,6) + 0,02(10,3%) + 0,53(13,4%)


= 10,0%

Dengan demikian, rata – rata tertimbang biaya modal pada PT. ABC adalah 10%.

Perlu diketahui bahwa perusahaan menargetkan struktur modal yang tentu nantinya
dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Keterangan:

WACC = biaya modal rata-rata tertimbang

Wd = proporsi utang dari modal

Wp = proporsi saham preferen dari modal

Wr = proporsi saham laba ditahan dari modal

We = proporsi saham biasa baru

Kd = biaya utang

Kp = biaya saham preferen

Kr = biaya laba ditahan

Ke = biaya saham biasa baru

BAB III

REVIEW JURNAL
BIAYA RATA-RATA TERTIMBANG (WACC) DAN ARUS KAS BEBAS :
PENYESUAIAN SEDERHANA UNTUK BIAYA BUNGA YANG
DIKAPITALISASI
Axel Pierru and Denis Babusiaux
Department of Economics, IFP School, France
Dalam jurnal ini, menunjukkan bagaimana menilai proyek investasi dengan
melibatkan kapitalisasi biaya bunga dengan metode WACC standar. Mendiskontokan
arus kas bebas dengan Biaya Rata-Rata Tertimbang setelah pajak (WACC)
bergantung pada asumsi bahwa setiap tahun biaya bunga akan menghasilkan
perlindungan pajak proporsional.
Asumsi tersebut umumnya tidak berlaku ketika beberapa biaya bunga tidak
dibayar tetapi dikapitalisasi. Misalnya, di banyak negara, biaya bunga yang
disusutkan sesuai dengan peraturan yang sama dengan yang diterapkan pada
pengeluaran modal proyek, dan mereka karenanya menghasilkan pajak tangguhan.
Anehnya, masalah tersebut sejauh ini diabaikan oleh praktisi keuangan
perusahaan, yang menyebabkan tidak adanya metodologi yang beralasan untuk bunga
yang dikapitalisasi dalam konteks penilaian proyek. Sebagai konsekuensinya, mereka
tidak menyesuaikan arus kas bebas untuk bunga yang dikapitalisasi.
Dalam penelitian ini, mempertimbangkan sebuah perusahaan yang
menetapkan target rasio utang terhadap nilai pada skala perusahaan, untuk semua
proyek dalam kelas risiko yang sama. Perusahaan menggunakan WACC dengan rasio
utang target ini. Proyek investasi dinilai dengan mendiskontokan arus kas bebas
mereka pada nilai WACC ini.
Dalam praktiknya, “pinjaman nyata” - dan pembayarannya yang sesuai jadwal
dapat dikaitkan dengan proyek yang melibatkan modal tinggi pengeluaran. Meskipun
dikontrak untuk membiayai proyek, pinjaman ini dijamin oleh perusahaan,
digabungkan dengan pinjaman keuangan perusahaan yang lain dan termasuk
dalam perhitungan hutang rasio yang ditargetkan oleh perusahaan.
Ketika pengeluaran modal dijalankan selama beberapa tahun, seperti yang
sering terjadi pada proyek-proyek besar, pembayaran pinjaman ini melibatkan
kapitalisasi biaya bunga, misalnya sampai awal produksi. Ini biasa terjadi ketika
perjanjian utang memungkinkan pembayaran bunga di awal. Namun kemudian,
biaya bunga yang dihasilkan setiap tahun ditambahkan ke tagihan jumlah pinjaman
(yaitu, dikapitalisasi) dan, secara umum, tunduk untuk perlakuan fiskal khusus.
Seperti yang direkomendasikan oleh teori keuangan perusahaan, kapan pun
utang pembiayaan rentan memiliki dampak khusus, pertama-tama diperoleh formula
penilaian dalam standar Adjusted Present Value (APV) kerangka kerja, dengan
mempertimbangkan Miles – Ezzell (1985)dimana biaya bunga pasti selama satu
periode. Penyesuaian yang dihasilkan arus kas bebas yang kemudian diinterpretasi.

Berikut rumus yang diturunkan dalam suatu standar Kerangka kerja APV.

Asumsi penting yang dibuat adalah bahwa pajak yang dihasilkan oleh depresiasi
keuangan yang dikapitalisasi biaya tidak berisiko dan karenanya harus dipotong di
suku bunga r. Akibatnya, dalam rumus nilai sekarang bersih, semua arus kas terkait
dengan biaya bunga yang dikapitalisasi dipotong pada tingkat yang lebih kecil dari
WACC perusahaan. Secara ekuivalen, dalam mula arus kas didiskontokan di WACC
perusahaan, tetapi, di setiap tahun n, penyesuaian arus kas terkait dengan kapitalisasi
biaya bunga termasuk faktor penyesuaian ((1 +) / (1 + r)) n.
Selain itu, dari perspektif marjinal, depresiasi modal biaya bunga yang
berubah akan menghasilkan pajak aktual hanya jika perusahaan penghasilan kena
pajak bernilai positif. Ini menunjukkan bahwa pajak ini sampai batas tertentu, tunduk
pada risiko operasi. Di sisi lain, pajak tersebut dihasilkan oleh depresiasi biaya bunga
yang dikapitalisasi ditambahkan ke arus kas bebas perusahaan.
Perhatikan bahwa penyesuaian arus kas bebas hanya bertanggung jawab untuk
perlakuan fiskal atas bunga yang dikapitalisasi. Di negara tertentu untuk tujuan
tersebut, biaya bunga yang dikapitalisasi diperlakukan seperti bunga pembayaran
(yaitu, mereka langsung dikurangkan dari perusahaan kena pajak penghasilan), tidak
diperlukan penyesuaian. Kapitalisasi biaya bunga maka tidak berdampak pada nilai
perusahaan. Dengan mengikuti interpretasi sederhana ini, bisa dengan mudah meluas
ke kasus kehidupan nyata yang biasa tidak ada pembayaran bunga terjadi sebelum
dimulainya produksi.
Arus kas bebas di sini disesuaikan untuk dikapitalisasi bunga dengan cara
yang sangat sederhana : setiap tahun selama konstruksi, pajak bunga dikurangkan dari
arus kas bebas, dan setiap tahun selama produksi, pajak yang dihasilkan oleh
penyusutan dari bunga yang dikapitalisasi ditambahkan ke arus kas bebas.
Di kedua kasus, penyesuaian yang dilakukan mengkompensasi dari asumsi
bahwa setiap tahun total biaya bunga perusahaan menghasilkan pajak proporsional,
karena asumsi ini secara implisit dibuat ketika WACC digunakan. Maka formula yang
dibuat di atas memperluas bidang penerapan metode WACC standar. Dalam arti,
menggunakan WACC dalam menilai proyek investasi dengan melibatkan kapitalisasi
biaya bunga sangat sesuai.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan yang


sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang tinggi berarti nilai
perusahaan tersebut tinggi. Terkait dengan pengambilan keputusan dalam
perusahaan, diperlukan adanya penganggaran modal yaitu mengenai keputusan
investasi yang melibatkan aset tetap. Penganggaran modal ini yang menjadi
pertimbangan keputusan terhadap proyek investasi yang akan dijalankan.

Untuk mengevaluasi suatu usulan proyek penganggaran modal diperlukan


adanya estimasi arus kas, yaitu terkait pengeluaran untuk investasi dan arus kas
masuk bersih setiap tahun setelah proyek beroperasi atau dijalankan. Yang mana
di dalamnya diperhitungkan beberapa biaya yang terkait proyek seperti biaya
tertanam, biaya kesempatan, dan lain-lain. Selain itu diperlukan pertimbangan
analisis resiko terhadap proyek perusahaan.

Perusahaan juga memerlukan WACC untuk memandu keputusan terkait


struktur modal perusahaan karena struktur modal akan memaksimalkan harga
saham. Struktur modal yang memaksimalkan harga saham juga akan
meminimalkan WACC.

4.2 Saran

Perlu diketahui bahwa terdapat hubungan langsung antara penganggaran


modal, arus kas perusahaan, dan nilai saham perusahaan. Penganggaran modal
merupakan sumber utama arus kas, maka itu merupakan penentu utama harga
saham. Oleh karena itu, diperlukan adanya perencanaan dan perhitungan yang
baik penganggaran modal, estimasi arus kas, WACC sehingga nilai perusahaan
tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Bukit, Rina Br. 2012. Pengaruh Struktur Modal Terhadap Nilai Perusahaan Melalui
Profitabilitas: Analisis Data Panel Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Keuangan dan Bisnis. Universitas Sumatera Utara, Vol. 4, No. 3.

Cahyaningtyas, Arfianty Reka, dan P. Basuki Hadiprajitno. (2015). Pengaruh


Corporate Governance Perception Index Dan Profitabilitas Perusahaan Terhadap
Nilai Perusahaan. Diss. Fakultas Ekonomika dan Bisnis.

Hanafi, Mamduh M., dan Halim, Abdul. 2009. Analisis Laporan Keuangan.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Pierru, Axel dan Denis Babusiaux. 2010. “WACC and Free Cash Flows: A Simple
Adjustment for Capitalized Interest Costs”. The Quarterly Review of Economics and
Finance. 240-243.

Puspita, Novita Santi. (2011). Analisi Pengaruh Struktur Modal, Pertumbuhan


Perusahaan, ukuran Perusahaan, dan profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal.
Universitas Diponegoro Semarang.

Prasetyorini, Bhekti. (2013). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Price Earning


Ratio dan Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Ilmiah Manajemen.
Volume 1 Nomor 1 Januari 2013.

Sudana, I Made. (2012). Manajemen Keuangan Perusahaan: Teori dan Praktik.


Jakarta: Erlangga.

Thomas, Athanasius. (2012). Berinvestasi Saham. Jakarta: PT. Elex Media


Komputindo

Anda mungkin juga menyukai