DISUSUN OLEH :
KARTIKA INDAH CAHYANI
NIM. P11033
DISUSUN OLEH :
KARTIKA INDAH CAHYANI
NIM. P11033
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
SUKOHARJO.”
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
v
DAFTAR ISI
Halaman
B. Kecemasan ........................................................................ 17
B. Pengkajian ......................................................................... 32
vii
F. Evaluasi Keperawatan ...................................................... 40
A. Pengkajian ......................................................................... 43
C. Intervensi .......................................................................... 53
D. Implementasi ..................................................................... 55
E. Evaluasi ............................................................................. 57
A. Simpulan ........................................................................... 60
B. Saran ................................................................................. 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 3. ASKEP
Lampiran 6. Jurnal
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
usus halus yang disebabkan oleh Salmonella typhi (Nursalam, 2005 : 153).
yang disebabkan oleh sejumlah besar spesies yang tergolong dalam genus
tifoid pada anak yang demam dan memiliki salah satu tanda seperti diare
(konstipasi), muntah, nyeri perut, dan sakit kepala (batuk). Hal ini terutama
bila demam telah berlangsung selama 7 hari atau lebih dan penyakit lain
gejala yang dialami anak lebih ringan dari dewasa (Hadinegoro, 2011). Pada
bayi dan anak umur < 5 tahun biasanya penyakit berlangsung ringan dengan
220).
angka pasti kasus demam tifoid di dunia sangat sulit ditentukan karena
penyakit ini dikenal mempunyai gejala dengan spektrum klinis yang sangat
1
2
tifoid di seluruh dunia mencapai 16 – 33 juta dengan 500 – 600 ribu kematian
rawat inap di rumah sakit tahun 2009 yaitu sebanyak 80.850 kasus, yang
meninggal 1.747 orang dengan Case Fatality Rate sebesar 1,25%. Sedangkan
rawat inap di rumah sakit tahun 2010 yaitu sebanyak 41.081 kasus, yang
yang akan muncul masalah yaitu hipertermi yang disebabkan oleh proses
dapat dilakukan kompres air hangat, memakai pakaian yang dapat menyerap
permasalah yang berkaitan dengan perawatan anak di rumah sakit. Saat anak
di rawat di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah dari lingkungan yang
rumah sakit. Media yang paling efektif adalah melalui kegiatan permainan.
Untuk alat permainan yang dirancang dengan baik akan lebih menarik anak
dari alat permainan yang tidak didesain dengan baik. Salah satu contoh
puzzle anak akan dapat mempelajari sesuatu yang rumit serta anak akan
berpikir bagaimana puzzle ini dapat tersusun dengan rapi (Alfiyanti, 2010 : 7).
maka penulis tertarik untuk melakukan studi kasus tentang tentang terapi
bermain puzzle pada pasien penyakit demam tifoid. Karena pada kasus ini
pasien mengalami kecemasan dan kurang kooperatif. Oleh karena itu hal ini
dengan mengucapkan kata – kata marah, tidak mau berkerja sama dengan
perawat, apabila kondisi itu terus terjadi maka akan mempengaruhi proses
perawatan saat di rumah sakit. Setelah anak dilakukan terapi bermain puzzle
di rumah sakit tidak hanya memberikan rasa senang pada anak, tetapi juga
4
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Sukoharjo.
2. Tujuan khusus
tifoid.
tifoid.
C. Manfaat Penulisan
Rumah Sakit.
3. Bagi perawat
4. Penulis
5. Bagi pembaca
LANDASAN TEORI
A. Demam tifoid
1. Pengertian
saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu,
disebut dengan tifus abdominalis adalah penyakit infeksi akut pada saluran
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada
saluran cerna dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan terdapat
2. Etiologi
a. Basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar dan tidak berspora.
(flagella), dan antigen Vi. Dalam serum pasien terdapat zat anti
tubuh meningkat pada malam hari dan menurun pada pagi hari. Pada
minggu kedua suhu tubuh terus meningkat, pada minggu ketigga suhu
cerna, bibir kering dan pecah-pecah, lidah ditutupi selaput putih kotor
emboli basil dalam kapiler kulit. Nyeri kepala, nyeri perut, lemah, lesu
4. Patofisiologi
akan ditelan oleh sel-sel fagosit ketika masuk melewati mukosa dan
jaringan limfoid usus halus (plak peyer) dan jaringan limfoid mesenterika.
tubuh antara lain sistem saraf pusat, ginjal, dan jaringan limpa.
8
bagian lain usus halus dan kolon proksimal juga dihinggapi. Pada
Tukak ini lebih besar di ileum dari pada di kolon sesuai dengan ukuran
plak peyer yang ada di sana. Kebanyakan tukak dangkal, tetapi kadang
dengan tanda dan gejala suhu tubuh naik turun khususnya suhu akan naik
pada malam hari dan akan menurun menjelang pagi hari. Demam yang
terjadi pada masa ini di sebut demam intermiten (suhu yang tinggi, naik-
suhu tubuh, juga akan terjadi sebaliknya. Setelah kuman melewati fase
peningkatan suhu tubuh yang sangat tinggi dan tanda-tanda infeksi pada
dengan tanda-tanda suhu tubuh masih tetap tinggi, tetapi nilainya lebih
rendah dari fase bakterimia dan berlangsung terus menerus, lidah kotor,
sehingga akan terjadi distensi, diare dan pasien merasa tidak nyaman. Pada
9
U, 2011 : 489).
5. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi adalah pada usus halus, namun hal
tersebut jarang terjadi. Apabila komplikasi ini dialami oleh seorang anak,
maka dapat berakibat fatal. Gangguan pada usus halus ini dapat berupa :
perdarahan banyak maka dapat terjadi melena, yang bisa disertai nyeri
minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi pada bagian distal ileum.
terdapat udara di antara hati dan diafragma pada rontgen abdomen yang
perforasi usus. Ditemukan gejala abdomen akut, yaitu nyeri perut yang
153).
10
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah
b. Pemeriksaan urine
c. Pemeriksaan feses
d. Pemeriksaan bakteriologis
e. Pemeriksaan serologis
f. Pemeriksaan radiologi
7. Penatalaksanaan
(Mankes, 2006).
b. Tirah baring
maka posisi tidur pasien harus di ubah-ubah pada waktu tertentu untuk
c. Diet
d. Terapi simptomatik
(Mankes, 2006).
12
8. Pengkajian keperawatan
keperawatan klien, baik fisik, mental, social dan lingkungan (Deden, 2012
tifoid adalah :
a. Identitas. Penyakit ini sering ditemukan pada anak berumur di atas satu
tahun.
b. Keluhan utama berupa perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala,
c. Suhu tubuh, pada kasus yang khas, dengan demam berlangsung selama
mendapat pengobatan).
e. Pemeriksaan fisik
1) Mulut : terdapat napas yang berbau tidak sedap, bibir kering, dan
f. Pemeriksaan laboratorium
3) Pemeriksaan widal
9. Diagnosa keperawatan
jawab perawat (Deden, 2012 : 58). Menurut Muttaqin A dan Sari U, 2011 :
Intervensi :
1) Evaluasi Tanda – tanda vital pada setiap pergantian sift atau setiap
tubuh.
selanjutnya.
suhu tubuh.
15
Rasional : kondisi ruangan kamar yang tidak panas, tidak bising dan
penyembuhan.
Intervensi :
ekonomi pasien.
daging.
Intervensi :
nyeri sekunder.
internal.
Intervensi :
sakit
B. Kecemasan
1. Pengertian
respons autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui
19
19
Tabel 2. 1.
Skala HRS-A
20
19
7. Gejala somatik
a. Sakit dan nyeri di otot – otot
b. Kaku
c. Kedutaan otot
d. Gigi gemerutuk
e. Suara tidak stabil
8. Gejala somatik/ fisik (sensorik)
a. Telinga berdering
b. Penglihatan kabur
c. Muka merah atau pucat
d. Merasa lemas
e. Perasaan ditusuk – tusuk
9. Gejala kardiovarkuler
a. Takikardi
b. Berdebar – debar
c. Nyeri di dada
d. Denyut nadi mengeras
e. Rasa / lemas seperti mau pingsan
f. Detak jantung menghilang
10. Gejala respiratori
a. Rasa tekanan atau sempit di dada
b. Rasa tercekik
c. Sering menarik nafas
d. Nafas pendek / sesak
11. Gejala gastrointestinal
a. Sulit menelan
b. Perut melilit
c. Gangguan pencernaan
d. Nyeri sebelum dan sesudah makanan
e. Perasaan terbakar diperut
f. Rasa penuh atau kembung
g. Mual, muntah
h. Buang air besar lembek
i. Sukar buang air besar
j. Kehilangan berat badan
12. Gejala urogenital (perkemihan dan
kelamin)
a. Sering buang air kecil
b. Tidak dapat menahan air seni
c. Tidak datang bulan
d. Darah haid berlebihan
e. Darah haid amad sedikit
f. Masa haid berkepanjagan
g. Masa haid amat pendek
h. Haid berapa kali dalam sebulan
i. Menjadi dingin
20
j. Ejakulasi dini
k. Ereksi melemah
l. Ereksi hilang
m. Impotensi
13. Gejala autonom
a. Mulut kering
b. Muka merah
c. Mudah berkeringat
d. Kepala pusing
e. Kepala terasa berat
f. Kepala terasa sakti
g. Bulu – bulu berdiri
14. Tingkah laku
a. Gelisah
b. Tidak tenang
c. Jari gemetar
d. Kerut kening
e. Muka tegang
f. Otot tegang
g. Nafas pendek dan cepat
h. Muka merah
Keterangan :
ringan, sedang, berat atau berat sekali dengan menggunakan alat ukur
(intrumen) yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale for Anxienty
(HRS – A). Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing –
masing kelompok diri lagi dengan gejala – gejala yang lebih spesifik.
1 = gejala ringan
21
2 = gejala sedang
3 = gejala berat
14 – 20 = kecemasan ringan
21 – 27 = kecemasan sedang
28 – 41 = kecemasan berat
C. Terapi bermain
1. Pengertian
anak seperti halnya makanan, perawatan, cinta kasih dan lain-lain. Anak-
2. Keuntungan Bermain
hidupnya.
di sekitar anak.
kedukaan.
23
motorik kasar dan halus. Contoh alat bermain motorik kasar : sepeda,
bola, mainan yang ditarik dan didorong, tali, dll. Motorik halus :
interaksi ibu dan anak, keluarga dan masyarakat. Contoh alat permainan
24
: alat permainan yang dapat dipakai bersama, misal kotak pasir, bola,
tali, dll.
APEK tidak harus yang bagus, mahal dan dibeli di toko. Alat
a. Aman
Alat permainan anak di bawah usia 2 tahun, tidak boleh terlalu kecil,
bagian yang tajam, dan tidak ada bagian-bagian yang mudah pecah,
kalu terlalu kecil, alat tersebut akan berbahaya karena dapat dengan
mudah tertelan oleh anak. Sementara itu, kalau APEK terlalu berat,
sulit hingga membuat anak frustrasi atau mudah hingga membuat anak
cepat bosan.
sangat umum.
e. APEK harus tidak mudah rusak. Kalau ada bagian-bagian yang rusak,
luas.
kaki
a. Usia 0 – 12 bulan
Tujuan :
mengisap, menggenggam.
b. Usia 13 – 24 bulan
Tujuan :
4) Melatih imajinasinya.
27
3) Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga (misal : cangkir
yang tidak mudah pecah, sendok botol plastik, ember, waskom, air),
c. Usia 25 – 36 bulan
Tujuan :
berbeda.
6) Bola.
d. Usia 32 – 72 bulan
Tujuan :
mengurangi.
pura (sandiwara).
6) Menumbuhkan sportivitas.
8) Mengembangkan kreativitas.
dll).
kasar.
diluar rumahnya.
29
anak, alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air,
dll.
rumah.
e. Usia Prasekolah
2) Alat masak.
3) Alat menghitung
6) Boneka tangan.
7) Mobil.
8) Kapal terbang.
9) Kapal laut.
BAB III
LAPORAN KASUS
Dalam bab ini tentang Asuhan keperawatan yang di lakukan pada An. F
dengan demam tifoid, di laksanakan pada tanggal 10–11 April 2014. Asuhan
A. Identitas Klien
Dari hasil pengkajian pada tanggal 10 April 2014 jam 08.00 WIB.
Dengan kasus demam tifoid dengan cara auto anamnesa dan allo anamnesa.
pengkajian tersebut terdapat hasil identitas klien. Bahwa klien An. F, umur 4
tahun, tanggal lahir 5 Februari 2010. Diagnosa medis demam tifoid tanggal
masuk 9 April 2014, penanggung jawab pasien adalah Ny. I beliau adalah ibu
Tawangsari.
B. Pengkajian
Keluhan utama klien demam kurang lebih 5 hari. Klien datang dengan
keluhan demam kurang lebih 5 hari, mual muntah, batuk pilek, dan nyeri
30
31
anjurkan untuk rawat inap, dan mendapatkan terapi infuse RL 20 tetes per
menit, injeksi ondansentron per 12 jam, pamol syrup 5 ml per 8 jam. Nadi 90
rawat di Rumah Sakit dan ibu klien mengatakan An. F merupakan anak
dasar yang lengkap yaitu BCG, DPT, Polio, Campak, dan Hepatitis sesuai
Antropometri Berat Badan : 18 kilo gram, Tinggi Badan : 100 cm, Lingkar
Score WAZ : 1,17 (gizi normal), HAZ : - 0,4 (normal), WHZ : 2,6 (gemuk).
Status gizi dan nutrisi dan carian sebelum sakit ibu klien mengatakan
klien makan 3 kali sehari dengan menu nasi, sayur, lauk tahu kadang ikan dan
minum kurang lebih 6 gelas perhari air putih dan susu. Sedangkan selama
sakit ibu klien mengatakan mual setelah makan, klien makan 3 kali sehari
dengan menu bubur, lauk, sayur diit yang telah di berikan oleh rumah sakit
yaitu bubur tinggi kalori tinggi protein habis setengah porsi dan minum air
33
Pola eliminasi sebelum sakit ibu klien mengatakan buang air besar
normal 1 kali perhari dengan konsistensi lembek warna kuning dan bau khas,
buang air kecil sehari kurang lebih 5 kali berwarna kuning jernih, bau khas
kurang lebih @ 150 cc. Dan selama sakit ibu klien mengatakan buang air
kecil kurang lebih 4 kali warna kuning jernih, bau khas kurang lebih @ 120
cc, buang air besar 3 kali perhari dengan konsistensi lembek warna kuning
Tabel 3.1
Skala HRS-A
34
33
4. Gangguan tidur
a. Sukar masuk tidur
b. Terbangun malam hari
c. Tidur tidak nyeyak
d. Bangun dengan lesu 9
9
e. Banyak mimpi – mimpi
f. Mimpi buruk
g. Mimpi menakutkan
5. Gangguan kecerdasan
9
a. Sukar konsentrasi
b. Daya ingat menurun 9
c. Daya ingat buruk
6. Perasaan depresi
a. Hilangnya minat
b. Berkurangnya kesenangan pada
hobi
c. Sedih
d. Bangun dini hari
e. Perasaan berubah–ubah
sepanjang hari
7. Gejala somatik
a. Sakit dan nyeri di otot – otot
b. Kaku
c. Kedutaan otot
d. Gigi gemerutuk
e. Suara tidak stabil
8. Gejala somatik/ fisik (sensorik)
a. Telinga berdering
b. Penglihatan kabur
c. Muka merah atau pucat
d. Merasa lemas
e. Perasaan ditusuk – tusuk
9. Gejala kardiovarkuler
a. Takikardi
b. Berdebar – debar
c. Nyeri di dada
d. Denyut nadi mengeras 9
e. Rasa lesu/lemas seperti mau
pingsan
f. Detak jantung menghilang
10. Gejala respiratori
a. Rasa tekanan atau sempit di dada
b. Rasa tercekik
c. Sering menarik nafas
d. Nafas pendek / sesak
34
Keterangan
14 – 20 = kecemasan ringan
21 – 27 = kecemasan sedang
28 – 41 = kecemasan berat
pernafasan 20 kali per menit teratur, denyut nadi 94 kali per menit teratur dan
kuat. Bentuk kepala mesochepal, kulit kepala bersih tidak ada lesi, kebersihan
cukup, rambut hitam, tidak ada ketombe, kebersihan rambut cukup baik. Pada
normal tanpa alat bantu penglihatan, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik, ada reflek terhadap cahaya. Pada pemeriksaan telinga simetris antara
kanan dan kiri, bersih tidak ada serumen, reflek pendengaran baik, tidak
hasil bersih, tidak terdapat sekret, reflek membau normal, simetris antara
kanan dan kiri. Pada pemeriksaan mulut simetris, lidah sedikit kotor, mukosa
kebersihan cukup baik, dan tidak ada karies gigi. Pemeriksaan leher
didapatkan kulit sawo matang, tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada kaku
kuduk.
36
bentuk dada simetris kanan-kiri, saat dilakukan perkusi didapatkan sonor, saat
dilakukan palpasi didapatkan vokal fremitus kanan dan kiri sama. Saat di
bersih, saat dilakukan auskultasi didapatkan bising usus 7 kali per menit, saat
di perkusi tympani, saat dilakukan palpasi ada nyeri tekan di kuadran II.
laki-laki. Dan pemeriksaan anus didapatkan hasil tidak ada kelainan pada
kanan kekuatan otot penuh (didapatkan nilai 5), sebelah kiri otot penuh
bawah didapatkan sebelah kiri kekuatan otot penuh (didapatkan nilai 5),
sebelah kanan bawah kekuatan otot penuh (didapatkan nilai 5). Intregumen
bersih tidak ada jejas, kulit teraba panas, kulit tampak kemerahan
April 2014 yaitu, WBC 13,31 uL (nilai normal 4,1-10,9 x 103), RBC 4,60 uL
(nilai normal 3,8-5,5 x 106), HGB 12,3 g/dL (nilai normal 12,00-14,00), HCT
34,8 % (nilai normal 40-50%), MCV 75,7 fL (nilai normal 8,2-10 fL), MCH
26,7 pg (nilai normal 27,0-31,0), MCHC 35, 3 g/dL (nilai normal 31-35
37
normal 6,5-12,00), PDW 9,16 fL (nilai normal 6,5-12,00), MPV 9,4 Fl (nilai
normal 82,0-92,0) uji widal S. Typhi O 1/280 (nilai normal 1/200), S. Typhi
pencegahan mual dan muntah paska bedah melalui intravena. Cefotaxime 500
mg/8 jam kandungan sefotaksime 500 mg fungsi infeksi saluran nafas bawah
infeksi muncul pada pasien An. F berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal
10 April 2014 didapatkan data subjektif ibu pasien mengatakan pasien panas
+ 5 hari, mual, muntah, mengalami batuk pilek, dan data objektif pasien di
dapatkan pasien tampak bingung, kulit teraba panas, kulit tampak kemerahan,
suhu tubuh 38,50 C, nadi 90 x/menit, respirasi 24 x/menit dan kulit tampak
38
Salmonella typhi (Muttain dan Sari, 2011 : 493). Maka penulis merumuskan
subjektif pasien mengatakan kapan dia sembuh, kapan pulang. Data objektif
D. Rencana Keperawatan
x 24 jam diharapkan suhu dalam batas normal dengan kriteria hasil tanda–
tanda vital dalam batas normal, tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada
dapat dilakukan penanganan dan perawatan secara tepat dan cepat. Kaji
menurunkan laju metabolisme yang tinggi pada fase akut, dengan demikian
rasional kondisi ruangan kamar yang tidak panas, tidak bising dan sedikit
teratasi dengan pasien merasa tidak cemas, ekspresi tubuh dan tingkat
diberikan pada pasien untuk mengekpresikan rasa takutnya. Catat reaksi dari
masa depan dengan rasional anggota keluarga dengan respons apa yang
E. Implementasi
April 2014 dengan diagnosa keperawatan hipertermi b.d proses infeksi jam
Suhu 38,50 C, Nadi 90 kali per menit, Respirasi 24 kali per menit. Jam 08.30
WIB kaji pengetahuan pasien dan keluarga tentang cara menurukan suhu
panas dengan memberi obat warung, respon objektif pasien tampak lemah,
keluarga tampak tidak tahu cara menurunkan panas. Jam 09.00 WIB anjurkan
keluarga pasien kompres air hangat apabila suhu tubuh anaknya meningkat
dengan respon data subjektif ibu pasien mengatakan bersedia dan respon
objektif ibu pasien tampak kooperatif. Pada jam 09.30 WIB anjurkan
respon subjektif ibu pasein mengatakan bersedia dan respon objektfif ibu
pasien tampak koopertif. Jam 10.00 WIB memberikan terapi obat pamol 5 ml
dengan respon subjektif ibu pasien bersedia An. F untuk diberikan obat
cepat sembuh dan ingin pulang, respon objektif didapatkan pasien tampak
Kemudian pada jam 13.00 WIB memberikan terapi bermain (puzzle) dengan
respon subjektif ibu pasien bersedia An. F diberikan terapi bermain (puzzle)
April 2014 dengan diagnosa keperawatan hipertermi b.d proses infeksi jam
Suhu 36,80 C, Nadi 92 kali per menit, Respirasi 24 kali per menit. Jam 07.30
ibu pasien bersedia An. F diberikan obat respon objektif obat sudah diberikan.
F. Evaluasi
dilakukan evaluasi pada tanggal 10 April 2014 dengan metode SOAP yaitu
infeksi Ibu pasien mengatakan panas naik turun apabila sore dan malam hari.
Suhu 38,50C, nadi 90 kali per menit, respirasi 24 kali per menit, S. Typhi O
1/280 (nilai normal 1/200), S. Typhi H 1/280 (nilai normal 1/200), warna
kulit tampak merah, kulit teraba panas. Hal ini menyebabkan masalah
air hangat pada saat suhu tubuh meningkat, kolaborasi pemberian antipiretik.
kooperatif, Suhu 38,50C, nadi 90 kali per menit, respirasi 24 kali per menit,
43
proses infeksi yaitu ibu pasien mengatakan panas turun. Suhu 36,80C,
frekuensi nadi 92 kali per menit, frekuensi respirasi 24 kali per menit, badan
sudah tidak teraba panas, warna kulit tidak tampak kemerahan. Hal ini
mengatakan An. F sudah tidak rewel. Pasien tampak sudah tenang, sudah
tidak menangis dan kooperatif, suhu 36,80C, frekuensi nadi 92 kali per menit,
frekuensi respirasi 24 kali per menit, score kecemasan 13 (tidak cemas). Hal
ini menyatakan pada hari kedua masalah sudah teratasi. Maka intervensi
dihentikan.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan An. F
dengan demam tifoid di Ruang Anggrek RSUD Sukoharjo. Pembahasan pada bab
A. Pengkajian
fisik, mental, sosial dan lingkungan (Deden, 2012 : 36). Dalam pengkajian
perawat terhadap An. F didapatkan data bahwa klien datang dengan keluhan
demam kurang lebih 5 hari, mual muntah, batuk pilek dan nyeri perut. Tanda
dan gejala yang muncul pada pasien dengan demam tifoid yaitu demam yang
malam hari dan menurun pada pagi hari. Pada minggu kedua suhu tubuh terus
normal. Gangguan pada saluran cerna, bibir kering dan pecah-pecah, lidah
ditutupi selaput putih kotor tidak nafsu makan. Gangguan kesadaran seperti
44
45
emboli basil dalam kapiler kulit. Nyeri kepala, nyeri perut, lemah dan lesu
(Suradi dan Yuliana, 2011 : 281). Nadi 90 kali per menit, suhu 38,40 C dan
pernafasaan 20 kali per menit. Dari data pengkajian dapat disimpulkan bahwa
terdapat kesenjangan antara teori dan kenyataan yang terjadi pada gejala
demam tifoid yang dialami An. F, yaitu pada kasus ini pasien tidak mengalami
bibir kering dan pecah-pecah. Komplikasi yang sering muncul pada pasien
demam tifoid pada minggu pertama sampai minggu ketiga antara lain
Rumah Sakit dan ibu klien mengatakan An. F merupakan anak pertama. Ibu
lengkap yaitu BCG, DPT, Polio, Campak, dan Hepatitis sesuai umur dan
jadwal imunisasi. Pada keluarga pasien tidak ada yang mengalami penyakit
paru. Penyebab penyakit demam tifoid ini adalah Salmonella typhi yang
dengan bulu getar dan tidak berspora (Nursalam, Susilaningrum M., Utami
M., 2005 : 153). Dengan tingkat pengetahuan dan pendidikan orang tua yang
tifoid disebabkan oleh Salmonella typhi, karena tidak semua penderita demam
Anak lahir cukup bulan dengan berat badan lahir 3000 gram (3 kg),
kelahiran secara spontan di rumah sakit. Saat ini anak berusia 4 tahun dengan
berat badan 18 kg dan tinggi badan 100 cm, lingkar kepala 48 cm, lingkar
dada 55 cm, lingkar lengan 20 cm. Penilaian Zscore diperoleh Waz (berat
badan menurut umur) adalah 1,17 dan Haz (tinggi badan menurut umur)
adalah -0,4 dan Whz adalah 2,6 hasil tersebut menunjukkan bahwa
Sebelum masuk rumah sakit nutrisi klien cukup teratur, anak makan 3
kali sehari dengan menu nasi, sayur, lauk tahu kadang ikan dan minum kurang
lebih 6 gelas perhari air putih dan susu. Terdapat keluhan mual setelah anak
makan. Demam tifoid pada anak memiliki salah satu tanda seperti diare
(kontipasi), muntah, dan sakit kepala, nyeri perut (Sodikin, 2011 : 240).
Selama sakit anak makan 3 kali sehari dengan menu bubur, lauk, sayur diet
yang telah diberikan oleh rumah sakit yaitu bubur tinggi kalori tinggi protein
habis setengah porsi dan minum air putih kurang lebih 4 gelas perharinya.
Diet, makan harus mengundung cukup cairan, kalori, dan tinggi protein.
Bahan makanan tidak boleh mengandung serat, tidak merangsang, dan tidak
menimbulkan banyak gas (Muttaqin A dan Sari U., 2011 : 493). Dari data
pengkajian nutrisi dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori
dan kenyataan yang terjadi pada gejala demam tifoid yang dialami An. F.
konsistensi lembek warna kuning dan bau khas, buang air kecil sehari kurang
47
lebih 5 kali berwarna kuning jernih, bau khas kurang lebih @ 150 cc. Selama
sakit An. F BAB buang air besar 3 kali perhari dengan konsistensi lembek
warna kuning dan bau khas serta buang air kecil kurang lebih 4 kali warna
kuning jernih, bau khas kurang lebih @ 120 cc. pada bayi dan anak umur
kurang dari 5 tahun berlangsung ringan dengan demam ringan dan lesu,
kesenjangan antara teori dan kenyataan yang terjadi pada gejala demam tifoid
didapatkan hasil suhu tubuh 38,20C, pernafasan 20 kali permenit, denyut nadi
berbentuk mesochepal, kulit kepala bersih tidak ada lesi, kebersihan cukup,
rambut hitam, tidak ada ketombe, kebersihan rambut cukup baik. Pada
normal tanpa alat bantu penglihatan, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik, ada reflek terhadap cahaya. Pada pemeriksaan telinga simetris antara
kanan dan kiri, bersih tidak ada serumen, reflek pendengaran baik, tidak
hasil bersih, tidak terdapat sekret, reflek membau normal, simetris antara
kanan dan kiri. Pada pemeriksaan mulut simetris, lidah sedikit kotor, mukosa
48
bibir lembab, pada pengkajian pemeriksaan fisik anak dengan demam tifoid
lidah tertutup selaput putih kotor, sementara dan tepinya berwarna kemerahan
mulut dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan
kenyataan yang terjadi pada gejala demam tifoid yang dialami An. F.
cukup baik, dan tidak ada karies gigi. Pemeriksaan leher didapatkan kulit sawo
matang, tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada kaku kuduk. Pada pemeriksaan
fisik paru didapatkan hasil saat dilakukan inspeksi bentuk dada simetris
didapatkan vokal fremitus kanan dan kiri sama. Saat dilakukan pemeriksaan
didapatkan bising usus 7 kali per menit, saat dilakukan pemeriksan perkusi
tympani, saat dilakukan pemeriksaan palpasi ada nyeri tekan di kuadran II.
Demam tifoid pada anak memiliki salah satu tanda seperti diare, muntah, dan
sakit kepala, nyeri perut (Sodikin, 2011 : 240). Dari semua pengkajian head to
too pada anak maka didapatkan kesimpulan bahwa tidak terdapat kelainan
Dan pemeriksaan anus didapatkan hasil tidak ada kelainan pada anus, anus
otot penuh (didapatkan nilai 5), sebelah kiri otot penuh (didapatkan nilai 5),
kiri kekuatan otot penuh (didapatkan nilai 5), sebelah kanan bawah kekuatan
otot penuh (didapatkan nilai 5). Intregumen bersih tidak ada jejas, kulit teraba
B. Diagnosa Keperawatan
diagnosa keperawatan yang sering muncul pada penyakit demam tifoid antara
kejang, takikardia, takipnea dan kulit terasa hangat (Herdman, 2009-2011) ada
data subjektif ibu pasien mengatakan pasien panas + 5 hari, mual, muntah,
mengalami batuk pilek, dan data objektif pasien di dapatkan pasien tampak
bingung, kulit teraba panas, kulit tampak kemerahan, suhu tubuh 38,50 C, nadi
perilaku yang gelisah dan kontak mata yang buruk, afektif yang gelisah dan
distres aerta ketakutan, fisiologis pada wajah yang tegang, simpatik dengan
subjektif hasil bahwa pasien mengatakan kapan dia sembuh dan kapan dia
pulang, dan data objektif pasien tampak bingung dan pasien tampak menangis,
2011 : 493).
dirumah sakit yang dialami oleh seorang anak dapat menimbulkan berbagai
pengalaman yang sangat traumatik dan penuh dengan kecemasan. Cemas yang
muncul dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti lingkungan fisik rumah
sakit antara lain bangunan/ruang rawat, alat-alat, bau yang khas, pakaian putih
ataupun interaksi dan sikap petugas kesehatan itu sendiri. Perasaan, seperti
takut, cemas, tegang, nyeri dan perasaan yang tidak menyenangkan lainnya,
sering kali dialami anak. Efek hospitalisasi pada anak sering dialami oleh anak
yang sedang dijalani pada anak. Reaksi yang dimunculkan pada anak akan
C. Intervensi
perawat. Penulis dalam menentukan tujuan dan kriteria hasil didasarkan pada
52
metode SMART. S: Spesifik, tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti
tentang perilaku klien, dapat dilihat, didengar, diraba, dirasakan dan dibau. A:
berhubungan dengan proses infeksi. Tujuan yang ingin dicapai adalah selama
batas normal dengan kriteria hasil suhu 360 – 370 C, nadi dan respirasi dalam
batas normal dan tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing serta
pasien merasa nyaman. Intervensi yang didapatkan pasien An. F antara lain
evaluasi tanda-tanda vital pada setiap pergantian shift atau setiap ada keluhan
untuk menurunkan laju metabolisme yang tinggi pada fase akut dan membantu
panas sehingga suhu tubuh pasien dapat lebih cepat menurun (Muttain dan
dan kooperatif dengan kriteria hasil pasien merasa tidak cemas, ekspresi tubuh
dalam batas normal. Intervensi yang dilakukan pada An. F antara lain monitor
respon fisik dan perubahan tanda vital untuk mengevaluasi derajat/ tingkat
untuk mengekspresikan rasa takutnya. Catat reaksi dari pasien/ keluarga. Beri
dan bermain untuk meningkatkan distraksi dari pikiran pasien dengan kondisi
D. Implementasi
tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan
Perry, 2005).
April 2014 dengan diagnosa keperawatan hipertermi b.d proses infeksi jam
Suhu 38,50 C, Nadi 90 kali per menit, Respirasi 24 kali per menit. Jam 08.30
WIB kaji pengetahuan pasien dan keluarga tentang cara menurukan suhu
panas dengan memberi obat warung, respon objektif pasien tampak lemah,
keluarga tampak tidak tahu cara menurunkan panas. Jam 09.00 WIB anjurkan
keluarga pasien kompres air hangat apabila suhu tubuh anaknya meningkat
dengan respon data subjektif ibu pasien mengatakan bersedia dan respon
objektif ibu pasien tampak kooperatif. Pada jam 09.30 WIB anjurkan
respon subjektif ibu pasein mengatakan bersedia dan respon objektfif ibu
pasien tampak koopertif. Jam 10.00 WIB memberikan terapi obat pamol 5 ml
dengan respon subjektif ibu pasien bersedia An. F untuk diberikan obat
cepat sembuh dan ingin pulang, respon objektif didapatkan pasien tampak
Kemudian pada jam 13.00 WIB memberikan terapi bermain (puzzle) dengan
respon subjektif ibu pasien bersedia An. F diberikan terapi bermain (puzzle)
11 April 2014 dengan diagnosa keperawatan hipertermi b.d proses infeksi jam
Suhu 36,80 C, Nadi 92 kali per menit, Respirasi 24 kali per menit. Jam 07.30
ibu pasien bersedia An. F diberikan obat respon objektif obat sudah diberikan.
diberikan terapi bermain (puzzle). Dan respon objektif pasien kooperatif dan
mengikuti permainan.
dan merupakan suatu metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bagi anak
meningkatkan daya pikir anak dan konsentrasi anak. Melalui puzzle anak
akan dapat mempelajari sesuatu yang rumit serta anak akan berpikir
bagaimana puzzle ini dapat tersusun dengan rapi (Alfiyanti, 2010 : 7). Setelah
anak dilakukan terapi bermain puzzle di rumah sakit tidak hanya memberikan
rasa senang pada anak, tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan
perasaan, pikiran cemas, takut, sedih, tegang, dan nyeri (Barokah A, dkk,
2012).
57
E. Evaluasi
pencapaian hasil yang diharapkan. Aktivitas ini berfungsi sebagai umpan balik
dengan proses infeksi dilakukan evaluasi pada tanggal 10 April 2014 dengan
berhubungan dengan proses infeksi Ibu pasien mengatakan panas naik turun
apabila sore dan malam hari. Suhu 38,50C, nadi 90 kali per menit, respirasi 24
kali per menit, S. Typhi O 1/280 (nilai normal 1/200), S. Typhi H 1/280 (nilai
normal 1/200), warna kulit tampak merah, kulit teraba panas. Hal ini
dilanjtukan yaitu beri kompres air hangat pada saat suhu tubuh meningkat,
kooperatif, Suhu 38,50C, nadi 90 kali per menit, respirasi 24 kali per menit.
proses infeksi yaitu ibu pasien mengatakan panas turun. Suhu 36,80C,
frekuensi nadi 92 kali per menit, frekuensi respirasi 24 kali per menit, badan
sudah tidak teraba panas, warna kulit tidak tampak kemerahan. Hal ini
mengatakan An. F sudah tidak rewel. Pasien tampak sudah tenang, sudah
tidak menangis dan kooperatif, suhu 36,80C, frekuensi nadi 92 kali per menit,
frekuensi respirasi 24 kali per menit. Hal ini menyatakan pada hari kedua
(2012), bahwa hasil yang didapat adalah ada pengaruh terapi bermain puzzle
pada tingkat kooperatif anak prasekolah di RSUD Tugurejo Semarang, hal ini
meneliti pada pasien yang dirawat 2 hari saja, yaitu lamanya seorang anak
anak. Pada anak yang dirawat dalam waktu singkat, pemulihan diarahkan
59
pada hal-hal yang traumatik dan anak yang dirawat dalam waktu singkat
yaitu 1 – 2 hari tentunya akan dihadapkan pada lingkungan yang baru, yaitu
lingkungan rumah sakit, sebagai patokan umum tetap berlaku tidak ada
PENUTUP
A. Simpulan
tifoid mengalami tanda dan gejala yang mudah diketahui oleh banyak
orang.
perubahan lingkungan.
cara menurunkan suhu tubuh. Lakukan tirah baring total dengan. Atur
kondisi ruangan kamar yang tidak panas dan tidak bising. Pada diagnosa
60
61
keperawatan klien sudah teratasi, ibu pasien ibu pasien mengatakan An. F
sudah tidak rewel. Pasien tampak sudah tenang, sudah tidak menangis dan
respirasi 24 kali per menit, badan tidak teraba panas, warna kulit tidak
6. Pemberian terapi bermain (puzzle) pada anak dengan demam tifoid sangat
B. Saran
demam tifoid, penulis memberikan usulan dan masukan positif pada bidang
kecemasan anak.
Barokah A., dkk, (2012). Pengaruh Terapi Bermain Puzzle Terhadap Perilaku
Kooperatif Anak Usia Prasekolah Selama Hospitalisasi di RSUD
Tugurejo.
Dadang H., (2011). Stress cemas dan depresi, Edisi 2, Badan penerbit FKUI,
Jakarta, hal 77-83
Doenges dkk, 2006. Nursing Care Plans: Guidelines for Individualizing Client
Care Across the Life Span. Publisher: Davis Company, F. A. USA.
Hermiati, Dilfera dan Marita, Zadam. (2013). Pengaruh terapi bermain terhadap
kecemasan pada anak usia 3-5 tahun yang dirawat diruang edelwis
RSUD Dr. M Yunus Bengkulu. http://stikesdehasen.ac.id/
downlot.php?file=16%20dilfera.docx.diperoleh tanggal 16-04-2014.
Nursalam, Susilaningrum M., Utami M., (2005). Asuhan keperawatan bayi dan
anak (untuk perawat dan bidan), Penerbit Salemba Medika, Jakarta, hal
153-159.
Trismiati. 2004. Perbedaan tingkat kecemasan antara pria dan wanita akseptor
kontrasepsi mantap di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. http ://
jurnal_trismiati.pd. diperoleh tanggal 06-04-2014.
Supartini Y., (2004). Buku ajar konsep dasar keperawatan anak, Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Suradi dan Yuliana R., (2011) Asuhan keperawatan pada anak, Penerbit Sagung
Seto, Jakarta, hal 254-258.
Suyono, Soetjiningsih, IG. N. Gde Ranuh, (2012). Tumbuh kembang anak, Edisi
2, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.