Anda di halaman 1dari 3

PRINSIP KESEIMBANGAN DALAM ISLAM

update 02-07-2014

Bila kita pelajari Al Qur’an secara seksama, dapat kita simpulkan bahwa Wahyu Islami yang diajarkan
oleh Rosulullah Muhammad SAW menampilkan adanya suatu keseimbangan antara kehidupan
duniawi dan kehidupan ukhrowi (akherat).

Kata Rosulullah : Yang paling baik dalam segala hal adalah yang dipertengahan.

Bila kita terlalu berlebihan mengejar kesenangan duniawi, maka kita akan terperosok menjadi
manusia yang serakah, sebaiknya bila kita terlalu mengejar akhirat maka kita akan bisa menjadi
manusia apatis yang tidak peduli lagi kepada keadaan di sekitar kita. Padahal menurut ajaran Islam
iman dan amal saleh harus seimbang dan tali silaturahmi harus tetap dijaga. Sebagai manusia kita
pun harus senantiasa mensyukuri karunia Allah yang tiada terbatas, tak bisa terhitung lagi.

Dan carilah dengan apa yang dianugerahkan Allah untuk kebahagiaan akhirat, dan janganlah kamu
lupakan bagianmu dari kenikmatan duniawi dan berbuatlah kebaikan sebagaimana Allah telah
berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakkan ( AL QASHASH 28 : 77 )

Berjuanglah untuk duniamu seolah-olah engkau akan hidup selamanya dan persiapkanlah untuk
akhiratmu seolah-olah engkau akan mati besok ( HADITS ).

Ditimpakan kepada mereka kehinaan dimanapun mereka berada, kecuali bila mereka menjaga
hubungan dengan Allah dan hubungan dengan sesama manusia

(ALI IMRAN 3 : 112).

Dia memberimu pendengaran, penglihatan dan hati ( fuad ) agar kamu bersyukur

( AN NAHL 16 : 78 ).

Dia-lah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati ( fuad ).
Namun sedikit saja kamu bersyukur ( AL MU’MINUN 23 : 78 )

Mereka mempunyai hati ( qolbu ) yang dengan itu mereka memahami ( merasakan ) atau
mempunyai telinga yang dengan itu mereka mendengar, karena sesungguhnya bukan matanya yang
buta, tapi hatinya ( AL HAJJ 22 : 46 )

Dari ayat-ayat diatas jelas bahwa qolbu untuk proses pembelajaran, sedangkan untuk bersyukur
kepada Allah, berkomunikasi dengan Allah, adalah fuad, hati yang bersih. Dalam dada ada qolbu,
dalam qolbu ada fuad, dalam fuad ada syagofa, dalam syagofa ada sir, di dalam sir ada Aku … (
Hadits qudsi )
Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna, karena mempunyai mata,
telinga, hati dan ruh. Tuhan memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih jalan
kehidupannya masing-masing. Jalan kebaikan atau jalan kejahatan, jalan terang ( Sifat Jamal ) atau
jalan gelap ( Sifat Jalal ). Sifat Jamal atau Sifat Jalal serta semua Sifat-Sifat Allah yang berpasangan
dan saling bertentangan itu berada dalam Ke-Esa-anNYA, semuanya berada dalam ketentuan kudrat
dan irodat-NYA. Sifat baik dan sifat jahat yang saling bertentangan itu disebutnya nafs. Tanpa nafs
manusia tidak punya daya juang untuk mencapai cita-citanya. Nafsu ini bisa baik namun lebih
cenderung kepada kejahatan. Walaupun Allah sudah memberikan peringatan, namun bagi manusia
yang tidak bersyukur, dia sering membangkang, karena nafsu jahatnya yang muncul, menghalalkan
segala cara. Setiap jalan yang ditempuh mempunyai konsekwensi sesuai dengan ketentuan hukum-
hukum Allah. Misalnya manusia berbuat kejahatan, konsekwensinya adalah masuk penjara. Mungkin
kita berpendapat bahwa penjara adalah tempat yang buruk seperti neraka, tapi walaupun demikian
ternyata penjara merupakan Kawah Candradimuka, tempat penggemblengan lahir bathin bagi
mereka yang mau berpikir untuk kembali kepada Allah… Oleh karena itu banyak orang yang
mendapat Taufik dan Hidayah Allah di dalam penjara. Itulah ketentuan hukum-hukum Allah Yang
Maha Rahman dan Maha Rahim, dibalik hukuman yang diberikan Allah, selalu ada hikmah bagi
mereka yang mau berpikir. Rahmat dan ampunan Allah jauh lebih besar dan lebih mendahului dari
pada kemurkaan-NYA.

Wahai hamba-hambaku yang telah melampaui batas terhadap diri sendiri, janganlah kamu berputus
asa atas Rahmat Allah yang akan mengampuni semua dosa, sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang

( AZ-ZUMAR 39 : 53 )

Allah Maha Lembut terhadap hamba-hambanya ( AS- SYURA 42 : 19 )

Janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkanmu dari jalan Allah ( SHAAD 38
: 26 )

Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi Rahmat oleh
Tuhan-ku, sesungguhnya Tuhan-ku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang ( YUSUF 12 : 53 )

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang mensucikan jiwaya dan sesungguhnya merugilah


orang-orang yang mengotorinya ( ASY-SYAM 91 : 9-10 )

Siksa-KU akan Aku timpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan Rahmat-Ku meliputi segala
sesuatu ( AL A’RAF 7 : 156 )

Inilah jalan yang lurus menuju kepada-KU ( AL HIJR 15 : 41 )

Jangan ikuti jalan-jalan lain ( AL AN’AM 6 : 153 )

Inilah jalanku, aku mengajak kamu kepada Allah dengan penglihatan yang nyata

( YUSUF 12 : 108 )
Barang siapa membawa amal baik maka baginya ( pahala ) sepuluh kali lipat amalnya dan barang
siapa berbuat jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan simbang dengan kejahatannya,
sedang mereka sedikitpun tidak dirugikan ( AL AN’AM 6 : 160 )

Barang siapa yang menghendaki pahala di dunia saja ( maka ia merugi ) karena di sisi Allah ada
pahala dunia dan akhirat dan Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat ( AN NISAA 4 : 134 )

Dan Kami tunjukkan kepadanya dua jalan, akan tetapi dia tidak mau menempuh jalan yang mendaki
lagi sukar. Tahukah kamu jalan yang mendaki itu ???

( AL BALAD 90 : 10-12 )

Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat ( AL INSYIQAAQ 84 :19 )

Cahaya di atas cahaya, Tuhan akan membimbing dengan Cahaya-Nya kepada Cahayanya bagi yang
Dia kehendaki ( AN-NUUR 24 : 35 )

Perjalanan hidup manusia bukan seperti garis lurus, tapi seperti pada saat kita Thawaf, mulai dari
satu titik, kembali ke titik semula. Kita berasal dari Allah akan kembali kepada Kesucian Allah
disertai Rahmat-NYA yang luar biasa besarnya.

Kita hidup di dunia sebagai tamu Allah yang hanya sekedar singgah. Kita harus bisa menempatkan
diri, mengerti tata krama, tidak semena-mena bahkan merusak kelestarian alam. Kita harus
mengikuti peraturan Allah jangan membuat kerusakan serta membuat murka Allah Sebagai Pemilik
Alam Semesta ini.

Hiduplah di dunia ini sebagai musafir yang hanya sekedar singgah ( HADITS )

Anda mungkin juga menyukai