SOAL :
1. Jelaskan sumber air yang digunakan dalam industri farmasi !
2. Jelaskan grade air yang digunakan dalam industri farmasi !
3. Jelaskan cara memperoleh air yang digunakan dalam industri farmasi !
4. Jelaskan pembagian pembawa yang digunakan dalam produk steril !
5. Jelaskan persyaratan air dari murni ke menuju USP !
6. Jelaskan pembagian wadah yang digunakan dalam produk steril !
7. Jelaskan komposisi glass !
8. Jelaskan pembagian glass menurut USP !
9. Jelaskan komposisi plastik dan pembagiannya !
10. Jelaskan masalah-masalah dalam penggunaan plastik !
11. Cara membersihkan glass dan plastic !
12. Cara membebas alkalikan glass !
13. Sebutkan faktor-faktor yang di pertimbangkan dalam pemilihan wadah !
14. Jelaskan syarat dan komposisi rubber closures yang digunakan pada plastic
steril !
15. Jelaskan cara membersihkan dan membebas surfaktankan rubber closures !
JAWAB :
Saringan mikro 3 µm
Saringan mikro 1 µm
Saringan mikro 0,2 µm UV
Lap
Purifed Water
4). Grade IV : Water For Injection (WFI)
Fungsi : Cuci akhir container steril, cuci vial/ampul
Pembuatan :Purifed water – Unit Destilasi – Water for
Injection
Kesimpulan :
Grade 1 : Row water
Fungsi : pemadam kebakaran, menyiram tanaman
Pembuatan : Air sumur, PDAM.
Grade 2 : portable water (PW)
Fungsi : cuci pakaian, alat non steril, cuci tangan.
Pembuatan : Row water > Iron Temoral > serat filter > ionisasi
Grade 3 : Purified Water/ Aqua Eliminasi
Fungsi : cuci akhir: container, produksi sirup/tablet
Pembuatan : portable water > reivnisasi > saringan mikro 3µm,
Saringan mikro 1 µm, saringan mikro 0,5 µm > purified
water > UV
Grade 4 : water for injection (WFI)
Fungsi : cuci akhir, sterile, cuci vial/ampul, produksi steril dan
labolatorium.
Pembuatan : purified water > unit-unit destilasi > water for injection
3. CARA MENDAPATKAN AIR UNTUK SEDIAAN STERIL
a. Menurut Ansel, H.C, 2010, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi
Air dimurnikan dengan cara penyulingan atau osmosis terbalik
(reverse osmose) dan memenuhi standar yang sama dengan purified water
b. Menurut Allen dan Howard, 2014, Ansel’s Pharmaceutical Dosage
Form and Drug Delivery Systems Ed 10 : 514-515
Pelarut yang paling banyak dimurnikan dengan destilasi atau osmosis
terbalik (reverse osmose) dan punya standar yang sama dengan purified
water USP yaitu tidak mengandung lebih dari 1 mg/100 ml API zat
tambahan.
c. Menurut Gennaro, 2000, RPS 20th edition : 723
Air harus dipreparasi dengan destilasi, dengan pertukaran ion atau
reverse osmosis
d. Menurut Aulton, 2002, Pharmaceutics The Science Of Dosage Form
Design : 311
Air dimurnikan umumnya disiapkan air melalui destilasi atau
deionisasi air munri atau dengan reverse osmosis terbalik
e. Menurut Allen, dkk., 2011, Ansel’s Pharmaceutical Dosage and Drug
Delivery Systems 9th edition : 337-338
Metode utama untuk mempersiapkan air dimurnikan adalah destilasi,
pertukaran ion dan osmosis terbalik
- Dilakukan penyaringan dengan berbagai ukuran dan jenis, mulai dari
0,5 sampai 100 galon perjam untuk menyediakan air yang termurnikan.
Alat penyulingan harus dibuang dan tidak mengalami destilasi lebih
lanjut karenakan terjadi penumpukan kotoran padat yang terasa dan
mencemari bagian destilasi yang sebelumnya telah dikumpulkan
- Pertukaran Ion
Dalam skala besar dan kecil, metode ini memiliki sejumlah keuntungan
untuk satu hal, kebutuhan panas dihilangkan. Peralatan pertukaran ion
saat ini umumnya melewatkan air melalui kolom pertukaran ion dan
anion yag terdiri dari resin fenolik, karboksilat, amino.
- Osmosis terbalik
Merupakan satu proses yang disebut sebagai cross flour membrane
filtration. Dalam proses ini aliran air bertekanan ditempatkan dengan
sisi dalam inti membrane filter.
Kesimpulan :
1.) Multimetid filter
Berfungsi untuk menghilangkan lumpur, endapan dan partikel yang
terdapat pada suatu media terdiri dari beberapa filter dengan furositas
6-12 mm, 2,4-4,8 mm, 1,2-24 mm dan 0,6-1,2 nm. Filter ini tersusun
dalam satu vesikel (tabung) dengan bagian bawah tabung diberikan
granel (pasir) sebagai alas vessel sehingga disebut sord filter.
2). Active carbon filter, karbon yang telah diaktifkan dengan (CO2) yang
berasal dari bahan yang memiliki daya absorbs yang sangat tinggi.
3.) Reverse osmosis, teknik pembuatan air murni yang dapat menurunkan
hingga 9% total dissolve solder (TDS) didalam air. Terdiri dari lapisan
filter yang sangat halus (hingga 0,0001 µ).
4.) EDI (Elektron De Ionization), perkembangan dari ion system dimana
sebagai pengikat ion (+) dan (-) dipakar juga elektroda disamping
iosin.
5.) Looping system, air yang digunakan untuk press produksi halus
disirkulasi 24 jam. Untuk itu dalam partikel water system harus
dilengkapi dengan looping system hingga dapat mengionkan air
tersebut disirkulasi selama 24 jam.
6.) Metode destilasi, metode yang baik untuk pemurnian. Destilasi
mengubah campuran air dengan berbagai ketidakmurnian menjadi
molekul uap air dengan energy panas.
7.) Destilasi, berfungsi dengan mengefektifkan perubahan logam kation
dan anion pada air menjadi ion karboksilat.
- Multimedia filter -EDI (Electron DeIonization)
- Reserve osmosis
-
4. MACAM-MACAM PEMBAWA
a. Menurut Allen,dkk, 2011, Ansel’s Pharmaceutical Dosage Form and
Drug Delivery Systems : 457-439
- Air untuk injeksi : merupakan pelarut yang paling sering digunakan
dalam produk sediaan injeksi skala besar. Air ini dimurnikan dengan
destilasi atau dengan osmotic balik dan memenuhi standar yang sama
karena adanya jumlah total bahan seperti halnya air suling
- Air steril untuk injeksi : seperti halnya dengan air ijeksi, air steril untuk
injeksi harus bebas pirogen, tetapi dapat mengandung endotoksin pada
kondisi yang diperbolehkan yaitu tidak lebih dari 0,25 satuah endoktin
permililter.
- Air bakteriostatik untuk injeksi, adalah air steril untuk injeksi yang
mengandung satu atau lebih bahan mkroba yang sesuai. Air tersebut
digunakan, sebagai suatu pembawa dalam sediaan injeksi volume kecil.
- Injeksi natrium klorida bakteriostatik adalah larutan isotonic steril NaCl
adalah air untuk injeksi, injeksi ini tidak mengandung antmikroba
- Pembawa non air, meskipun pembawa air umumnya lebih dipilh untuk
sediaan injeksi, pembawa air dapat tidak dipilih karena keterbatasan
kelarutan obat tersebut untuk mengalami hidrolisis.
b. Menurut Ansel, 2011, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi : 406-409
- Water pro injeksi, air ini dimurnikan dengan cara penyulingan atau
osmosi terbalik dan memenuhi standar yang sama dengan purified
water. USP dalam hal jumlah at padat yang ada yaitu tidak lebih dari 1
mg per 100 ml. Tidak boleh mengandung zat tambahan. Walaupun air
untuk obat suntik tidak dipersyaratkan steril tetapi bebas pirogen.
- Sterile water for injection, USP air untuk obat suntuk yang telah
disterilkan dan dikemas dalam wadah dosis tunggal yang tidak lebih
besar dari ukuran 1 L.
- Bakteriostatik water for injection, USP steril untuk obat suntik yang
mengandung satu atau lebih zat antimikroba yang sesuai. Umumnya
tidak lebih dari 300 ml.
- Sodium chloride injection, USP laruta steril dan isotonic NaCl dalam
air untuk obat suntik, tidak mengandung zat antimikroba.
- Bakteriostatik sodium chloride injection, USP larutan steril dan isotonis
NaCl dalam air untuk injeksi, kadar NaCl sebesar 0,9% dan
mengandung zat antimikroba
- Ringers injection USP larutan steril NaCl, kalium klorida dan kalsium
klorida dan obat suntik
- Pembawa bukan air, diantara pembawa bukan air yang sering
digunakan sebagai produk parenteral yaitu minyak lemak nabati,
gliserin, PG, alcohol.
c. Menurut Lachman , 2012, Teori dan Praktek Industri Farmasi : 1284-
1297
- Air
Pembawa yang sering digunakan untuk produk steril adalah air. Karena
air merupakan pembawa untuk semua cairan tubuh. Keunggulan
kualitas yang dipersyaratkan untuk penggunaan tersebut diuraikan
dalam monogrof tentang air untuk injeksi
- Pelarut bukan air
Dalam farmasi produk steril kadang-kadang perlu mengeliminasi air
secara kseluruhan atau sebagian dari bahan pembawa, tertama karena
factor kelarutan atau reaksi hidrolisis.
d. Menurut Jones, 2008, Pharmaceutics Dosage Form and Design : 113-
114
- Pembawa air
Air untuk injeksi adalah pembawa utama pilihan untuk : agen
terapeutik, yang dapat larut secara bebas untuk persiapan larutan
parenterl, zat teraputik, yang kelarutan dalam air rendah (untuk
persiapan suspense parenteral), fase eksternal dan emulsi parenteral
- Pembawa bukan air
Pembawa bukan air digunakan untuk larutan parenteral non air dan
agen terapeutik yang tidak larut dalam air, suspensi parenteral non air
dan agen menunjukkan ketidakstabilan dalam air, fase internal emulsi
parenteral. Contoh : minyak jagung, minyak biji kapas, minyak kacang,
minyak wijen
e. Menurut Dongare, dkk, 2015, Journal Of Drug Delivery and
Therapeutics : 43
- Air : pembawa yang sangat penting untuk produk parenteral adalah air
yang sesuai kualitasnya untuk permukaan kontak produk majemuk dan
pembilasan dapat dipersiapkan baik dengan penyulingan atau RO.
Contoh : WFI.
- Pembawa larut air : untuk melarutkan obat tertentu dalam pembawa
berair dan untuk mengurangi hidrolisis. Contoh : ethyl alcohol liquid
- Pembawa bukan air : minyak adalah kelompok penting daru pembawa
bukan air. USP menyediakan spesifikasi untuk pembawa semacam itu
sehingga minyak harus berasal dari sayuran sehingga mudah
dimetabolisme. Minyak yang paling umu digunakan adalah minyak
kacang polong,wijen, minyak biji kapas, minyak zaitun, gliserin,dll.
Kesimpulan :
No. Jenis pembawa Contoh Rute
pemberian
1. Pembawa air Aqua Pro Injection IV (Intra
(API) dan purified Vena)
water
2. Pembawa bukan air Coin oil, seed oil, IM (Intra
peanut oil, non aquos, Muscular)
cothon seed oil,
sesame oil.
3. Pembawa lainnya Propilenglikol dan Sebagai
gliserin kosolven
5. PERSYARATAN AIR MENURUT USP
a. Menurut Swarbrick, 2007, Encyclopedia of Pharmaceutical
Technology : 4039
- Air dimurnikan dibuat dari perairan sesuai pederal untuk air minum
- Air murni tidak mengandung zat tambahan
- Dimurnikan dan diperoleh dengan proses yang sesuai
- Konduktibilitas tidak melebihi tingkat yang ditetapkan
- Jumlah larutan organic (COC) tidak melebihi tingkat yang disiapkan
b. Menurut Jones, 2008, Fastrack : Pharmaceutical Dosage Form and
Design : 6
- Dibuat dengan metode destilasi, metode pertukaran ion atau osmosis
baik
- Residu padat (diperoleh setelah penguapan) kurang dari 1 mg per 100
ml sampel menguap
c. Menurut Allen, 2011, Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms and Drug
Delivery System : 337
- Air murni diperoleh dari destilat, pertukaran ion, reverse osmotic atau
proses lain yang cocok
- Air murni dibuat sesuai dnegan peraturan federal untuk air minum
- Tidak memiliki kotoran padat lebih sedikit daripada air minum biasa
d. Menurut Deenspat, 1997, Pure Water Handbook 2nd edition : 111-112
Air yang dimurnikan adalah air yang diperoleh dengan destilasi
pertukaan ion, reverse osmosis atau proses lain yang sesuai. Ini tidak
mengandung zat tambahan, pH antara 5,0 dan 7,0 ditentukan secara
potensiometer dalam larutan yang disiapkan dengan penambahan 0,30 ml
larutan kalium klorida jenuh sampai specimen uji. Tidak digunakan dalam
persiapan yang ditujukan untuk pemberian parenteral
e. Menurut Felton, 2012, Remington Essentials Pharmaceutics : 436
Air murni diperoleh dengan ionisasi, destilasi, pertukaran ion, reverse
osmosis, filtrasi atau prosedur yang sesuai. Air murni harus digunakan
untuk semua preparasi farmasi lainnya, bentuk sediaan dan jika diperlukan
dalam semua uji. Sedangkan untuk pemberian parenteral, air untuk injeksi
atau air steril untuk injeksi harus digunakan
Kesimpulan :
- Pemurnian dengan cara destilasi, pertukaran ion, RO (Reserve
Osmosis) atau proses yang cocok.
- Dibuat sesuai peraturan untuk air murni
- Tidak boleh digunakan untuk preparasi sediaan parenteral
- Tidak mengandung zat tambahan
- Jumlah carbon tidak boleh ≥ 320 ppb
- Tidak memiliki kotoran padat lebih dari pada air minum biasa yaitu <
0,01% (1 mg/100 ml)
6. PEMBAGIAN WADAH YANG DIGUNAKAN DALAM PRODUK
a. Menurut genarro,2000, RPS 20th Edition, 787-788.
1. Plastik
Polimer termoplastik telah ditetapkan sebagai bahan kemasan untuk
sediaan steril seperti parennteral volume besar larutan untuk mata,
parenteral volume kecil.
2. Gelas
Gelas dignakan sebagai wadah pilihan untuk sebagian besar wadah
komersial yang ukuran bervariasi 0,5-1000 ml.
b. Menurut lachman. 2012. teori dan praktek farmasi industri: 1419,
1420, 1422.
1. Wadah gelas
Gelas umumnya digunakan dalam kemasan farmasi karena memiliki
mutu perlindungan yang unggul, ekonomis, dan wadah terdiri berbagai
ukuran dan bentuk.
2. Wadah plastik
Plastik dalam kemasan telah membuktikan kegunaannya disebabkan
oleh beberapa alasan termasuk kemudahan untuk dibentuk, mutunyan
yang tinggi dan menunjang designnya.
c. Menurut Voight. 1997. Buku pelajaran teknologi farmasi: 967-968.
1. Didalam wadah yang tertutup sangat baik obat harus sedimkian rupa
terlindungi dari penguapan air, CO2, dan dengan uadara serta dengan
pengaruh lain yang mengurangi mutunya. Obat dengan tanda
terlindungi dari cahaya harus disimpan dalam wadah coklattua atau
wadah logam, plastik atau wadah lain yang tidak tembus cahaya.
2. Obat disimpan dalam wadah yang tertutup yang diisi oleh bahan
pengering tertentu lalu ditutup dengan kapas.
d. Menurut Gad, 2008, pharmaceutical manufacturing handbook: 102-
103.
1. Wadah gelas (kaca)
Wadah yang paling sering digunakan adalah kaca seperti vial dan ampul
2. Wadah plastik
Komponen plastik dapat berupa wadah maupun tutup. Kemasan ini
berguna untuk formulasi parenteral dalam memberikan perlindungan
agar bahan tetap steril sepannjang masa penyimpanan.
e. Menurut allen, dkk, 2011, Ansel pharmaceutical dosage form and
drug delivery system 9th edition: 80.
Wadah tertutup kedap steril umumnya berupa:
1. Wadah dosis tunggal
Merupakan wadah yang sekali dibuka tidak dapat disegel kembali
contoh: ampul yang ditutup pelelehan.
2. Wadah dosis ganda
Merupakan wadah kedap yang membolehkan penarikan bahan. Contoh:
Vial.
Kesimpulan :
Plastik
Wadah plastik digunakan untuk formulasi parenteral dalam
memberikan perlindungan agar baan tetap steril sepanjang
penyimpanan, umumnya terbuat dari plastic. Contoh: Infus.
Gelas/kaca
Wadah gelas/kaca umumnya terbuat dari gelas/kaca. Wada gelas
memiliki mutu perlindungan yang unggul, ekonomis, terdiri dari
berbagai bentuk dan ukuran. Contoh: Vial dan ampul.
7. KOMPOSISI GELAS
a. Menurut lachman. 1994. teori dan praktek farmasi industri: 1430.
Gelas terutama tersusun dari pasir, soda atau abu atau batu kapur dan
callet. Pasir adalah silika yang hampir murni. Soda abu adalah na.
Karbonat.
b. Menurut, Swarbrick, 2007. Encyclopedia Of Pharmaceutical
Technology:1267.
Gelas tipe I: Bordisiat( silika dioksida)
Gelas tipe II: terbuat dari abu soda, diperlukan dengan Na. Sulfat untuk
menetralkan oksida kaca dipermukaan.
Gelas tipe III: tersusun daria abu soda.
c. Menurut faizah A., dkk., 2016. Jurnal majalah kedokteran untuk
larutan berminyak dan serbuk kering. Vol 2 (1).
Komposisi utama gelas fiber adalah silikon oksida aluminium dan
magnesium, tersusun dari interglass filamen.
d. Menurut Gad, 2008, Pharmaceutical Manufacturing Handbook: 17
Kaca farmasi tersusun terutama dari tetrahedron silikon dioksida yang
dimodifikasi dengan sodium, potasium, kalsium, magnesium, aluminium,
boron dan besi.
e. Menurut kaihatu, T. S., 2014. Managemen pengemasan: 41
Gelas soda kapur yang paling banyak diproduksi komposisi gelas ini
memiliki titik lebur yang tidak terlalu tinggi. Bahan utama gelas soda
kapur silikat adalah SiO2, CaO, NaO2, AiO3, MgO, dan K2O.
8. PEMBAGIAN GELAS BERDASARKAN USP
a. Menurut, Swarbrick, 2007. Encyclopedia Of Pharmaceutical
Technology:1276.
Tipe gelas menurut USP
Tipe Deskripsi Umum Tipe tes Batas
Ukuran 0,051 atom
I Borasilikat gelas Bubuk gelas semua 1,0
sangat resisten
II Diperlukan Serangan 100 atau < 0,7
Sodaline gelas air 100
III Soda_time Bubuk gelas Semua 85
AP Soda_Time glasss Bubuk gelas semua 15,0
untuk tujuan umum
b. Menurut scoville, 1957. The Art Of Compounding.
Wadah harus terbuat dari bahan yang keras, kaca, netral jika
memungkinkan menurut USP glass tipe I digunakan untuk parenteral USP
juga mengukur tipe I, II, III, dan IV.
c. Menurut Ansel, 2011, pengantar bentuk sediaan farmasi: 181.
Gelas yang diinginkan dalam mengesing farmasi digolongkan menjadi
4 kategori tergantung pada bahan kimia gelas tersebut dan kemampuannya
untuk mencegah pemuaian.
Tipe Uraian Umumnya
I Gelas borosilikat
II Teaced, soda
III Soda, lime glass
IV Soda- lime glass untuk tujuan umum
d. Menurut Gad, 2008, Pharmaceutical Manufacturing Handbook: 17
USP mengklasifikasikan formulasi gelas sebagai berikut:
Tipe I, gelas Borosilikat
Tipe II, gelas kapur soda
Tipe III, Gelas soda kapur
e. Menurut lachman, 2008, teori 2 praktik farmasi industri 5307. Tipe
gelas batas uji, dan pengarah pemilihan.
Tipe Uraian Tipe Tes Ukura M Penggunaan
Umum n H2SO Umum
4
BAHAN CONTOH
Aisyah, A., 2014, Pemanfaatan Abu Layang Sebagai Bahan Pembentuk Gelas
Pada Vitrifikasi Limbah Cair Tingkat Tinggi, Jurnal Teknologi
Pengelolaan Limbah,Vol. 17 (2).
Akers, M. J dan Daniel, S. L., 2003, Parenteral Quality Control, Marcel Dekker
Inc, USA.
Allen, L.V., Nicholas G.P, Howard C.A, 2011, Ansel’s Pharmaceutical Dosage
Form And Drug Delivery System 9th Edition, Lippincot Williams And
Wilkins, Philadelphia
Allen, L.V., Nicholas G.P, Howard C.A, 2014, Ansel’s Pharmaceutical Dosage
Form And Drug Delivery System 10th Edition, Lippincot Williams And
Wilkins, Philadelphia
Ansel, C, H., 2011, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat, UI Press:
Jakarta
Aulton, M. E, 2002, Pharmaceutics The Science of Dosage Form Design 2nd
Editio, Edinburg : New York.
Austen., B.L., 2005, Pharmaceutical Water Systems A Thermal –Fluid Analysis of
Pipe Dead-Lags, School of Mechanical Manufacturing Egineering,
Dubling City University, Ireland
Banker, G.S., dan Christopher T.R., 2002, Modern Pharmaceutics Fourth Edition
Revised and Expanded, Marcel Dekker inc. New York.
Clontz, L., 2009, Microbial Limit and Bioburden Test 2nd Edition, CRC Press :
New York
Dean, S., 1997, Pure Water Handbook 2nd Edition, Osmonic : USA.
Harter T., dan Larry R., 2008, Watersheds, Groundwater and Drinking Water,
University of California, California
Lachman, L., Helbert A. L., Joseph L. K., 2008, Teori dan Praktek Farmasi
Industri 2, UI Press : Jakarta.
Lachman, L., Helbert A. L., Joseph L. K., 2012, Teori dan Praktek Farmasi
Industri Edisi IV, UI Press : Jakarta.
Lachman, L., Herbert A. L., Joseph L. K., 1994, Teori dan Praktek Industri
Farmasi, UI-Press Jakarta
Mujiarto, I., 2005, Sifat Dan Karateristik Material Plastik Dan Bahan Aditif,
Traksi, Vol.3(2)
Nasution, R.S., 2015, Berbagai Cara Penanggulangan Limbah Plastik, Journal Of
Islamic Science And Technology, Vol.1 (1)
Nurminah, M., Penelitian Sifat Berbagai Bahan Kemasan Plastik Dan Kertas Serta
Pengaruhnya Terhadap Bahan Yang Dikemas, USU Digital Library
Sacha G.A., Wendy, Karen A., dan Michael J.A., 2010, Practical Fundamentals of
Glass, Rubber, and Plastic Sterile Packaging Systems, Pharmaceutical
Development and Technology, Vol. 15(1)
Scoville, W. L., 1957, The Art of Compounding A Text Book For Student and A
Reference Book For Pharmacist At The Prescription Counter,
Philadelphia : USA
Shukshit and Gupta., 2016, Water for Pharmaceutical USP, International Journal
Pharm Science, Vol.36 (1).
Sumarsih S., 2015, Bisnis Bibit Jamur Tiram Edisi Revisi, Penebar Swadaya,
Jakarta
Surono, U.B., 2013, Berbagai Metode Konversi Sampah Plastik Menjadi Bahan
Bakar Minyak, Jurnal Teknik Vol.3 (1)
Voight, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta