Anda di halaman 1dari 32

JURNAL PENDAHULUAN

PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


PERCOBAAN 3
“PEMBAWA DAN KEMASAN”

SOAL :
1. Jelaskan sumber air yang digunakan dalam industri farmasi !
2. Jelaskan grade air yang digunakan dalam industri farmasi !
3. Jelaskan cara memperoleh air yang digunakan dalam industri farmasi !
4. Jelaskan pembagian pembawa yang digunakan dalam produk steril !
5. Jelaskan persyaratan air dari murni ke menuju USP !
6. Jelaskan pembagian wadah yang digunakan dalam produk steril !
7. Jelaskan komposisi glass !
8. Jelaskan pembagian glass menurut USP !
9. Jelaskan komposisi plastik dan pembagiannya !
10. Jelaskan masalah-masalah dalam penggunaan plastik !
11. Cara membersihkan glass dan plastic !
12. Cara membebas alkalikan glass !
13. Sebutkan faktor-faktor yang di pertimbangkan dalam pemilihan wadah !
14. Jelaskan syarat dan komposisi rubber closures yang digunakan pada plastic
steril !
15. Jelaskan cara membersihkan dan membebas surfaktankan rubber closures !
JAWAB :

1. SUMBER AIR YANG DIGUNAKAN DALAM INDUSTRI FARMASI


a. Menurut Sterile Drug Product (Akers,2010:221)
Sumber air yang digunakan dalam pembuatan produksi steril berasal
dari salah satu sumber alam seperti danau, sumur, system air kota dan
sebagainya.
b. Menurut Encyclopedia Of Pharmaceutical Technology (Swarbrick,
2007: 4039)
Sumber utama air ada dua yaitu air tanah (air sumur) dan permukaan
air (sungai dan danau). Permukaan car ditemukan di danau ke sungai yang
mengumpulkan bahan organic dan partikel dari vegetasi.
c. Menurut Cono ( Who Export Commite Ori Spansication For
Pharmaceutical Preformulation, 2012: 70)
Sumber air dan bahan harus spontan secara teratur secara kimia,
mikrobiologi dan sesuai dengan kontaminan endotoksia. Contoh sumber
daya alam yang termasuk yaitu air sumur, sungai, danau dan laut. Kondisi
dan sumber air akan menentukan untuk pengolahan yang dipermukaan
untuk membuat aman untuk dikonsumsi manusia (minum) pengolahan
pengurangan partikel dan pengolahan antimikroba.
d. Menurut Manajemen Farmasi Industri (Priyambodo, 2009:62)
Air (Row Water) pengolahan air dapat diperoleh dari air PDAM (City
Water). Shallow well (Sumur dangkal) dengan kedalaman 10-20 M, atau
berasal dari Deep Well sumur dan dengan kedalaman 80-150 M. Variasi
mutu dari pasokan air mentah (Raw Water) yang memenuhi syarat
ditemukan dari target mutu air yang akan dihasilkan.
e. Menurut Microbial Contamination, Control In Parenteral
Manufacturing (Williams, 2004: 160)
Air permukaan seperti danau, waduk, aliran dan sebagainya.
Umumnya ditandai dnegan TOC tinggi, padatan tersuspensi total tinggi
(TSS). Kejernihan yang rendah, jumlah organism yang lebih tinggi, dan
kandungan oksigen yang lebih tinggi dari pada air tanah.
Kesimpulan :
Sumber air dalam industry farmasi yaitu:
1) Air permukaan, seperti waduk, sungai, danau dll.
2) Air tanah, contoh air sumur.
- Shallow well (10-20 m)
- Deep well (80-150 m)
2. GRADE AIR YANG DIGUNAKAN DALAM INDUSTRI FARMASI
a. Menurut Encyclopedia Of Pharmaceutical Technology (Swarbrick,
2007: 4039)
Uap bersifikasi spesifikasi untuk beberapa air yang digunakan dalam
produk obat. Dua kelas yang digunakan dalam produk farmasi adalah air
yang dimurnikan dan untuk injeksi (WFI). Air untuk injeksi digunakan
untuk sediaan obat injeksi menurut USP air yang dimurnikan bisa
digunakan untuk pembuatan tablet, kapsul, krim, lotion, dan lain-lain.
b. Menurut Benjamin L. Auston ( Pharmacaeutical Water System:
Atheriat Fluid Analysis Of Pipe Dead, 2006: 3)
Air yang terdapat dalam industry farmasi termasuk air dengan
kemurniaan tinggi. Utilitas kelas air untuk pemurnian dan pendinginan
serta air lembab.
1). Air Murni
Adalah air yang digunakan dalam proses produk obat untuk dosis secara
umum, baik destilasi maupun reverse osinase/osmosis terbaik (RO)
dapat digunakan dalam memproduksi air murni.
2). Air Untuk Injeksi
Adalah air murni yang digunakan atau pembuatan injeksi produk
farmasi. Air untuk injeksi adalah air yang dimurnikan dengan
destilasi/reverse osmosis.
c. Menurut Luciac Dont (Microbial Unit and Bioburden Test 2nd edition,
2009: 93-95).
Pada umumnya, air sediaan farmasi dapat dibagi ke dalam dua
kelompok. Produksi air besar dan air kemasan (Produksi, pengemasan dan
Steril).
1). Air murni, menggambarkan penyumbangan air yang sesuai untuk
tujuan farmasi dan proses seperti destilasi, pertukaran ion. Filtrasi dan
osmosis terbaik (RO), jenis ini adalah air yang digunakan misalnya
sebagai eksipien pada produksi preparasi non parenteral, pembersihan
alat (misalnya digunakan pada upstream dan produksi non steril) dan
preparasi dari sebagian besar bahan kimia.
2). Air steril murni : jenis air steril murni cocok untuk pengemasan. Air ini
mengandung mikroba dan tidak digunakan pada preparasi bekal untuk
pemberian parenteral.
3). Air untuk injeksi (WFI) adalah air yang dipreparasi menggunakan
destilasi atau permunian tinggi yang digunakan sebagai eksipien pada
produk formulasi parenteral
4). Air steril untuk injeksi merupakan air yang dipreparasi dari WFI yang
disterilkan dan dikemas dalam adah dosis tunggal tidak lebih dari 1 L.
5). Air bakteriostatik adalah air steril untuk injeksi yang mengandung satu
atau lebih zat antimikroba yang sesuai
6). Air steril untuk irigasi : dipreparasi dari WFI yang disterilkan dan
dikemas, tidak mengandung bahan antimikroba
7). Air steril inhalasi adalah air untuk injeksi yang dikemas dan disterilkan
untuk penggunaan inhalator dan preparasi larutan inhalasi. Tidak
mengandung bahan antimikroba
8). Air untuk hemodicuisis adalah air yang digunakan untuk pengisis dan
konsentrasi larutan hemodialisis. Air ini tidak harus ditambahkan dan
tidak dimaksudkan untuk injeksi
9). Uap murni (purestain), dihasilkan oleh panas air kira-kira 1000c. Uap
murni dimaksudkan untuk penggunaan pada sterilisasi peralatan.
d. Menurut Shukshith dan Gupto, 2016, Water for Pharmaceutical
Use,int.J.Pharm,Sci,Rev, Vol 36 (1).
Berbagai jenis air untuk keperluan farmasi:
1). Air murni
Air murni dapat diguunakan pada tahan]p awal pembersihan perlatan
pabrik farmasi dan komponen kontak produk. Air minum harus
diberikan dengan tekanan positif terus meneru dalam system saluran air
bebas dari kerusakan yang dapat menyebbakan kontaminasi produk
apapun. Air minum dianggap aman digunakan untuk zat resmi dan zat
obat lainnya.
2). Air yang dimurnikan
Digunakan sebagai eksipien dalam produk preparat non parenteral dan
dalam apliasi farmsi lainnya seperti membersihkan komponene kontak
produk peralatan
3). Air yang sangat murni (High Purifed Water)
HPW harus disiapkan dari air minum sebaga air umpan berkualitas
minimum. Air yang sangan murni adalah spesifikasi untuk air yang
hanya ditemukan di farmakope Eropa.
4). Air untuk injeksi
Digunakan sebagai eksipien dalam produksi sediaan parenteral dan
lainnya dimana kandungan endotoksin produk harus dikontrol.
e. Menurut Priyambodo, 2009, Manajemen Farmasi Industri : 55-60
Kualifikasi air :
1). Grade I : Row Water
Fungsi :Untuk pemadam kebakaran, menyiram tanaman,dll.
Pembuatan : Air sumur,PDAM,dll
2). Grade II : Potable Water (PW)
Fungsi : Cuci pakaian, cuci alat non steril, pembersihan
ruangan , cuci tangan, dll
Pembuatan : Row water - Iron removal – sandfilter –
Chlorinasi - Carbpon filler - Potable water
3). Grade III : Purifed Water / Aqua Demineralisata
Fungsi : Cuci akhir container, produksi syrop/tablet/watry
Pembuatan : Potable Water – Resonisasi

Saringan mikro 3 µm
Saringan mikro 1 µm
Saringan mikro 0,2 µm UV
Lap

Purifed Water
4). Grade IV : Water For Injection (WFI)
Fungsi : Cuci akhir container steril, cuci vial/ampul
Pembuatan :Purifed water – Unit Destilasi – Water for
Injection
Kesimpulan :
 Grade 1 : Row water
Fungsi : pemadam kebakaran, menyiram tanaman
Pembuatan : Air sumur, PDAM.
 Grade 2 : portable water (PW)
Fungsi : cuci pakaian, alat non steril, cuci tangan.
Pembuatan : Row water > Iron Temoral > serat filter > ionisasi
 Grade 3 : Purified Water/ Aqua Eliminasi
Fungsi : cuci akhir: container, produksi sirup/tablet
Pembuatan : portable water > reivnisasi > saringan mikro 3µm,
Saringan mikro 1 µm, saringan mikro 0,5 µm > purified
water > UV
 Grade 4 : water for injection (WFI)
Fungsi : cuci akhir, sterile, cuci vial/ampul, produksi steril dan
labolatorium.
Pembuatan : purified water > unit-unit destilasi > water for injection
3. CARA MENDAPATKAN AIR UNTUK SEDIAAN STERIL
a. Menurut Ansel, H.C, 2010, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi
Air dimurnikan dengan cara penyulingan atau osmosis terbalik
(reverse osmose) dan memenuhi standar yang sama dengan purified water
b. Menurut Allen dan Howard, 2014, Ansel’s Pharmaceutical Dosage
Form and Drug Delivery Systems Ed 10 : 514-515
Pelarut yang paling banyak dimurnikan dengan destilasi atau osmosis
terbalik (reverse osmose) dan punya standar yang sama dengan purified
water USP yaitu tidak mengandung lebih dari 1 mg/100 ml API zat
tambahan.
c. Menurut Gennaro, 2000, RPS 20th edition : 723
Air harus dipreparasi dengan destilasi, dengan pertukaran ion atau
reverse osmosis
d. Menurut Aulton, 2002, Pharmaceutics The Science Of Dosage Form
Design : 311
Air dimurnikan umumnya disiapkan air melalui destilasi atau
deionisasi air munri atau dengan reverse osmosis terbalik
e. Menurut Allen, dkk., 2011, Ansel’s Pharmaceutical Dosage and Drug
Delivery Systems 9th edition : 337-338
Metode utama untuk mempersiapkan air dimurnikan adalah destilasi,
pertukaran ion dan osmosis terbalik
- Dilakukan penyaringan dengan berbagai ukuran dan jenis, mulai dari
0,5 sampai 100 galon perjam untuk menyediakan air yang termurnikan.
Alat penyulingan harus dibuang dan tidak mengalami destilasi lebih
lanjut karenakan terjadi penumpukan kotoran padat yang terasa dan
mencemari bagian destilasi yang sebelumnya telah dikumpulkan
- Pertukaran Ion
Dalam skala besar dan kecil, metode ini memiliki sejumlah keuntungan
untuk satu hal, kebutuhan panas dihilangkan. Peralatan pertukaran ion
saat ini umumnya melewatkan air melalui kolom pertukaran ion dan
anion yag terdiri dari resin fenolik, karboksilat, amino.
- Osmosis terbalik
Merupakan satu proses yang disebut sebagai cross flour membrane
filtration. Dalam proses ini aliran air bertekanan ditempatkan dengan
sisi dalam inti membrane filter.
Kesimpulan :
1.) Multimetid filter
Berfungsi untuk menghilangkan lumpur, endapan dan partikel yang
terdapat pada suatu media terdiri dari beberapa filter dengan furositas
6-12 mm, 2,4-4,8 mm, 1,2-24 mm dan 0,6-1,2 nm. Filter ini tersusun
dalam satu vesikel (tabung) dengan bagian bawah tabung diberikan
granel (pasir) sebagai alas vessel sehingga disebut sord filter.
2). Active carbon filter, karbon yang telah diaktifkan dengan (CO2) yang
berasal dari bahan yang memiliki daya absorbs yang sangat tinggi.
3.) Reverse osmosis, teknik pembuatan air murni yang dapat menurunkan
hingga 9% total dissolve solder (TDS) didalam air. Terdiri dari lapisan
filter yang sangat halus (hingga 0,0001 µ).
4.) EDI (Elektron De Ionization), perkembangan dari ion system dimana
sebagai pengikat ion (+) dan (-) dipakar juga elektroda disamping
iosin.
5.) Looping system, air yang digunakan untuk press produksi halus
disirkulasi 24 jam. Untuk itu dalam partikel water system harus
dilengkapi dengan looping system hingga dapat mengionkan air
tersebut disirkulasi selama 24 jam.
6.) Metode destilasi, metode yang baik untuk pemurnian. Destilasi
mengubah campuran air dengan berbagai ketidakmurnian menjadi
molekul uap air dengan energy panas.
7.) Destilasi, berfungsi dengan mengefektifkan perubahan logam kation
dan anion pada air menjadi ion karboksilat.
- Multimedia filter -EDI (Electron DeIonization)

- Active carbon filter

- Water softener filter

- Reserve osmosis

-
4. MACAM-MACAM PEMBAWA
a. Menurut Allen,dkk, 2011, Ansel’s Pharmaceutical Dosage Form and
Drug Delivery Systems : 457-439
- Air untuk injeksi : merupakan pelarut yang paling sering digunakan
dalam produk sediaan injeksi skala besar. Air ini dimurnikan dengan
destilasi atau dengan osmotic balik dan memenuhi standar yang sama
karena adanya jumlah total bahan seperti halnya air suling
- Air steril untuk injeksi : seperti halnya dengan air ijeksi, air steril untuk
injeksi harus bebas pirogen, tetapi dapat mengandung endotoksin pada
kondisi yang diperbolehkan yaitu tidak lebih dari 0,25 satuah endoktin
permililter.
- Air bakteriostatik untuk injeksi, adalah air steril untuk injeksi yang
mengandung satu atau lebih bahan mkroba yang sesuai. Air tersebut
digunakan, sebagai suatu pembawa dalam sediaan injeksi volume kecil.
- Injeksi natrium klorida bakteriostatik adalah larutan isotonic steril NaCl
adalah air untuk injeksi, injeksi ini tidak mengandung antmikroba
- Pembawa non air, meskipun pembawa air umumnya lebih dipilh untuk
sediaan injeksi, pembawa air dapat tidak dipilih karena keterbatasan
kelarutan obat tersebut untuk mengalami hidrolisis.
b. Menurut Ansel, 2011, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi : 406-409
- Water pro injeksi, air ini dimurnikan dengan cara penyulingan atau
osmosi terbalik dan memenuhi standar yang sama dengan purified
water. USP dalam hal jumlah at padat yang ada yaitu tidak lebih dari 1
mg per 100 ml. Tidak boleh mengandung zat tambahan. Walaupun air
untuk obat suntik tidak dipersyaratkan steril tetapi bebas pirogen.
- Sterile water for injection, USP air untuk obat suntuk yang telah
disterilkan dan dikemas dalam wadah dosis tunggal yang tidak lebih
besar dari ukuran 1 L.
- Bakteriostatik water for injection, USP steril untuk obat suntik yang
mengandung satu atau lebih zat antimikroba yang sesuai. Umumnya
tidak lebih dari 300 ml.
- Sodium chloride injection, USP laruta steril dan isotonic NaCl dalam
air untuk obat suntik, tidak mengandung zat antimikroba.
- Bakteriostatik sodium chloride injection, USP larutan steril dan isotonis
NaCl dalam air untuk injeksi, kadar NaCl sebesar 0,9% dan
mengandung zat antimikroba
- Ringers injection USP larutan steril NaCl, kalium klorida dan kalsium
klorida dan obat suntik
- Pembawa bukan air, diantara pembawa bukan air yang sering
digunakan sebagai produk parenteral yaitu minyak lemak nabati,
gliserin, PG, alcohol.
c. Menurut Lachman , 2012, Teori dan Praktek Industri Farmasi : 1284-
1297
- Air
Pembawa yang sering digunakan untuk produk steril adalah air. Karena
air merupakan pembawa untuk semua cairan tubuh. Keunggulan
kualitas yang dipersyaratkan untuk penggunaan tersebut diuraikan
dalam monogrof tentang air untuk injeksi
- Pelarut bukan air
Dalam farmasi produk steril kadang-kadang perlu mengeliminasi air
secara kseluruhan atau sebagian dari bahan pembawa, tertama karena
factor kelarutan atau reaksi hidrolisis.
d. Menurut Jones, 2008, Pharmaceutics Dosage Form and Design : 113-
114
- Pembawa air
Air untuk injeksi adalah pembawa utama pilihan untuk : agen
terapeutik, yang dapat larut secara bebas untuk persiapan larutan
parenterl, zat teraputik, yang kelarutan dalam air rendah (untuk
persiapan suspense parenteral), fase eksternal dan emulsi parenteral
- Pembawa bukan air
Pembawa bukan air digunakan untuk larutan parenteral non air dan
agen terapeutik yang tidak larut dalam air, suspensi parenteral non air
dan agen menunjukkan ketidakstabilan dalam air, fase internal emulsi
parenteral. Contoh : minyak jagung, minyak biji kapas, minyak kacang,
minyak wijen
e. Menurut Dongare, dkk, 2015, Journal Of Drug Delivery and
Therapeutics : 43
- Air : pembawa yang sangat penting untuk produk parenteral adalah air
yang sesuai kualitasnya untuk permukaan kontak produk majemuk dan
pembilasan dapat dipersiapkan baik dengan penyulingan atau RO.
Contoh : WFI.
- Pembawa larut air : untuk melarutkan obat tertentu dalam pembawa
berair dan untuk mengurangi hidrolisis. Contoh : ethyl alcohol liquid
- Pembawa bukan air : minyak adalah kelompok penting daru pembawa
bukan air. USP menyediakan spesifikasi untuk pembawa semacam itu
sehingga minyak harus berasal dari sayuran sehingga mudah
dimetabolisme. Minyak yang paling umu digunakan adalah minyak
kacang polong,wijen, minyak biji kapas, minyak zaitun, gliserin,dll.
Kesimpulan :
No. Jenis pembawa Contoh Rute
pemberian
1. Pembawa air Aqua Pro Injection IV (Intra
(API) dan purified Vena)
water
2. Pembawa bukan air Coin oil, seed oil, IM (Intra
peanut oil, non aquos, Muscular)
cothon seed oil,
sesame oil.
3. Pembawa lainnya Propilenglikol dan Sebagai
gliserin kosolven
5. PERSYARATAN AIR MENURUT USP
a. Menurut Swarbrick, 2007, Encyclopedia of Pharmaceutical
Technology : 4039
- Air dimurnikan dibuat dari perairan sesuai pederal untuk air minum
- Air murni tidak mengandung zat tambahan
- Dimurnikan dan diperoleh dengan proses yang sesuai
- Konduktibilitas tidak melebihi tingkat yang ditetapkan
- Jumlah larutan organic (COC) tidak melebihi tingkat yang disiapkan
b. Menurut Jones, 2008, Fastrack : Pharmaceutical Dosage Form and
Design : 6
- Dibuat dengan metode destilasi, metode pertukaran ion atau osmosis
baik
- Residu padat (diperoleh setelah penguapan) kurang dari 1 mg per 100
ml sampel menguap
c. Menurut Allen, 2011, Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms and Drug
Delivery System : 337
- Air murni diperoleh dari destilat, pertukaran ion, reverse osmotic atau
proses lain yang cocok
- Air murni dibuat sesuai dnegan peraturan federal untuk air minum
- Tidak memiliki kotoran padat lebih sedikit daripada air minum biasa
d. Menurut Deenspat, 1997, Pure Water Handbook 2nd edition : 111-112
Air yang dimurnikan adalah air yang diperoleh dengan destilasi
pertukaan ion, reverse osmosis atau proses lain yang sesuai. Ini tidak
mengandung zat tambahan, pH antara 5,0 dan 7,0 ditentukan secara
potensiometer dalam larutan yang disiapkan dengan penambahan 0,30 ml
larutan kalium klorida jenuh sampai specimen uji. Tidak digunakan dalam
persiapan yang ditujukan untuk pemberian parenteral
e. Menurut Felton, 2012, Remington Essentials Pharmaceutics : 436
Air murni diperoleh dengan ionisasi, destilasi, pertukaran ion, reverse
osmosis, filtrasi atau prosedur yang sesuai. Air murni harus digunakan
untuk semua preparasi farmasi lainnya, bentuk sediaan dan jika diperlukan
dalam semua uji. Sedangkan untuk pemberian parenteral, air untuk injeksi
atau air steril untuk injeksi harus digunakan
Kesimpulan :
- Pemurnian dengan cara destilasi, pertukaran ion, RO (Reserve
Osmosis) atau proses yang cocok.
- Dibuat sesuai peraturan untuk air murni
- Tidak boleh digunakan untuk preparasi sediaan parenteral
- Tidak mengandung zat tambahan
- Jumlah carbon tidak boleh ≥ 320 ppb
- Tidak memiliki kotoran padat lebih dari pada air minum biasa yaitu <
0,01% (1 mg/100 ml)
6. PEMBAGIAN WADAH YANG DIGUNAKAN DALAM PRODUK
a. Menurut genarro,2000, RPS 20th Edition, 787-788.
1. Plastik
Polimer termoplastik telah ditetapkan sebagai bahan kemasan untuk
sediaan steril seperti parennteral volume besar larutan untuk mata,
parenteral volume kecil.
2. Gelas
Gelas dignakan sebagai wadah pilihan untuk sebagian besar wadah
komersial yang ukuran bervariasi 0,5-1000 ml.
b. Menurut lachman. 2012. teori dan praktek farmasi industri: 1419,
1420, 1422.
1. Wadah gelas
Gelas umumnya digunakan dalam kemasan farmasi karena memiliki
mutu perlindungan yang unggul, ekonomis, dan wadah terdiri berbagai
ukuran dan bentuk.
2. Wadah plastik
Plastik dalam kemasan telah membuktikan kegunaannya disebabkan
oleh beberapa alasan termasuk kemudahan untuk dibentuk, mutunyan
yang tinggi dan menunjang designnya.
c. Menurut Voight. 1997. Buku pelajaran teknologi farmasi: 967-968.
1. Didalam wadah yang tertutup sangat baik obat harus sedimkian rupa
terlindungi dari penguapan air, CO2, dan dengan uadara serta dengan
pengaruh lain yang mengurangi mutunya. Obat dengan tanda
terlindungi dari cahaya harus disimpan dalam wadah coklattua atau
wadah logam, plastik atau wadah lain yang tidak tembus cahaya.
2. Obat disimpan dalam wadah yang tertutup yang diisi oleh bahan
pengering tertentu lalu ditutup dengan kapas.
d. Menurut Gad, 2008, pharmaceutical manufacturing handbook: 102-
103.
1. Wadah gelas (kaca)
Wadah yang paling sering digunakan adalah kaca seperti vial dan ampul
2. Wadah plastik
Komponen plastik dapat berupa wadah maupun tutup. Kemasan ini
berguna untuk formulasi parenteral dalam memberikan perlindungan
agar bahan tetap steril sepannjang masa penyimpanan.
e. Menurut allen, dkk, 2011, Ansel pharmaceutical dosage form and
drug delivery system 9th edition: 80.
Wadah tertutup kedap steril umumnya berupa:
1. Wadah dosis tunggal
Merupakan wadah yang sekali dibuka tidak dapat disegel kembali
contoh: ampul yang ditutup pelelehan.
2. Wadah dosis ganda
Merupakan wadah kedap yang membolehkan penarikan bahan. Contoh:
Vial.
Kesimpulan :
 Plastik
Wadah plastik digunakan untuk formulasi parenteral dalam
memberikan perlindungan agar baan tetap steril sepanjang
penyimpanan, umumnya terbuat dari plastic. Contoh: Infus.
 Gelas/kaca
Wadah gelas/kaca umumnya terbuat dari gelas/kaca. Wada gelas
memiliki mutu perlindungan yang unggul, ekonomis, terdiri dari
berbagai bentuk dan ukuran. Contoh: Vial dan ampul.
7. KOMPOSISI GELAS
a. Menurut lachman. 1994. teori dan praktek farmasi industri: 1430.
Gelas terutama tersusun dari pasir, soda atau abu atau batu kapur dan
callet. Pasir adalah silika yang hampir murni. Soda abu adalah na.
Karbonat.
b. Menurut, Swarbrick, 2007. Encyclopedia Of Pharmaceutical
Technology:1267.
 Gelas tipe I: Bordisiat( silika dioksida)
 Gelas tipe II: terbuat dari abu soda, diperlukan dengan Na. Sulfat untuk
menetralkan oksida kaca dipermukaan.
 Gelas tipe III: tersusun daria abu soda.
c. Menurut faizah A., dkk., 2016. Jurnal majalah kedokteran untuk
larutan berminyak dan serbuk kering. Vol 2 (1).
Komposisi utama gelas fiber adalah silikon oksida aluminium dan
magnesium, tersusun dari interglass filamen.
d. Menurut Gad, 2008, Pharmaceutical Manufacturing Handbook: 17
Kaca farmasi tersusun terutama dari tetrahedron silikon dioksida yang
dimodifikasi dengan sodium, potasium, kalsium, magnesium, aluminium,
boron dan besi.
e. Menurut kaihatu, T. S., 2014. Managemen pengemasan: 41
Gelas soda kapur yang paling banyak diproduksi komposisi gelas ini
memiliki titik lebur yang tidak terlalu tinggi. Bahan utama gelas soda
kapur silikat adalah SiO2, CaO, NaO2, AiO3, MgO, dan K2O.
8. PEMBAGIAN GELAS BERDASARKAN USP
a. Menurut, Swarbrick, 2007. Encyclopedia Of Pharmaceutical
Technology:1276.
Tipe gelas menurut USP
Tipe Deskripsi Umum Tipe tes Batas
Ukuran 0,051 atom
I Borasilikat gelas Bubuk gelas semua 1,0
sangat resisten
II Diperlukan Serangan 100 atau < 0,7
Sodaline gelas air 100
III Soda_time Bubuk gelas Semua 85
AP Soda_Time glasss Bubuk gelas semua 15,0
untuk tujuan umum
b. Menurut scoville, 1957. The Art Of Compounding.
Wadah harus terbuat dari bahan yang keras, kaca, netral jika
memungkinkan menurut USP glass tipe I digunakan untuk parenteral USP
juga mengukur tipe I, II, III, dan IV.
c. Menurut Ansel, 2011, pengantar bentuk sediaan farmasi: 181.
Gelas yang diinginkan dalam mengesing farmasi digolongkan menjadi
4 kategori tergantung pada bahan kimia gelas tersebut dan kemampuannya
untuk mencegah pemuaian.
Tipe Uraian Umumnya
I Gelas borosilikat
II Teaced, soda
III Soda, lime glass
IV Soda- lime glass untuk tujuan umum
d. Menurut Gad, 2008, Pharmaceutical Manufacturing Handbook: 17
USP mengklasifikasikan formulasi gelas sebagai berikut:
 Tipe I, gelas Borosilikat
 Tipe II, gelas kapur soda
 Tipe III, Gelas soda kapur
e. Menurut lachman, 2008, teori 2 praktik farmasi industri 5307. Tipe
gelas batas uji, dan pengarah pemilihan.
Tipe Uraian Tipe Tes Ukura M Penggunaan
Umum n H2SO Umum
4

I Gelas Gelas yang Semua 1,0 Untuk lrutan


borosilikat diserbukkan air
serbuk
II Gelas soda Serangan air 100/<1 0,7 Larutan air
kapur yang 00 yang didapar
diproses dengan ph
<7, serbuk
dan larutan
berminyak
III Gelas soda Gelas jadi Semua 8,5 Serbuk
kapur serbuk kurang larut
minyak
IV Gelas soda Gelas yang Semua 15,0 Bukan untuk
kapur diserbukkan parenteral,
untuk untuk tablet
tujuan oral dan
umum salep.

Kesimpulan No. 7 dan 8 :


Tipe Uraian Umum Tipe Uji Batas Uji Penggunaan Umum
Ukuran mL
(mL) N2SO4
0,02 N
I Gelas borosilikat Gelas Semua 1,0 Untuk larutan, air,
dengan daya tahan yang baik yang didapat
tinggi disebut maupun tidak.
II Gelas Soda-kapur Serangan 100 0,7 Larutan air yang
yang diproses air atau didapar dengan pH
kurang dibawah 7,0
dari
100
Lebih 0,2 Serbuk kering,
dari larutan minyak.
100
III Gelas soda kapur Gelas Semua 8,5 Serbuk kering,
yang larutan minyak.
diserbuk
IV Gelas soda kapur Gelas Semua 15,0 Bukan untuk sediaan
yang untuk tujuan yang parenteral untuk
diserbuk tablet, larutan oral
dan suspense oral,
salep dan cairan
untuk obat luar.``

9. KOMPOSISI PLASTIK DAN PEMBAGIANNYA


a. Allen, dkk, 2011, Ansel pharmaceutical dosage form and drug delivery
system: 83.
Diantara jenis plastik jenis baru harus tereptalar (PET) amorf dietilen
terpalat glikol, (PETE, APE memiliki transparasi yang sangat baik dan
kilau dapat disterilakn denga radiasi gamma.
b. Menurut, I., 2015. Sifat dan karakteristik material plastik dan bahan
aditif. Tralusi. Vol (3) 2.
Plastik dapat dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu plastik
termoplast dan plastik termset. Plastik termolpast adah plastik yang dapat
dicetak berulang ulang dengan adanya panas (contoh: nylon, PE dan ABS)
sedangkan plastik termset adalah plastik yang apabila telah mengalami
tanda tertentu tidak dapat dicetak kembali karena bangun polimernya
berbentuk jaring tiga dimensi. (contoh: Pu, Polyester, dan epoksi).
c. Menurut Nurminah,2002, 4
Plastik dapat dikelompokkan menjadi dua berdasarkan sifat-sifatnya
terhadap suhu, yaitu: (1) termoplasti yang mempunyai sifat dapat balik
(reversible) kepada sifat aslinya yaitu kembali mengeras jika didinginkan
(2)mtermoset tidak mengikuti perubahan suhu (ireversibel).
d. Menurut Surono, 2013; 33
Plastik dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu termoplastik
dan termoseting, termoplastik adalah bahan plastik yang jika dipanaskan
akan mencair dan akan dibentuk menjadi bentuk yang diinginkan.
Termoseting tidak dapat dicairkan kembali dengan cara di panaskan.
e. Menurut Nasution, 2015: 98-99.
Berdasarkan kegunaan dan pertimbangan ekonomis plastik dibagi
menjadi dua macam klasifikasi utama yaitu plastik komoditi dan plastik
teknik.
Kesimpulan :
Bahan Fungsi
Plasticizer Untuk membantu terbentuknya massa plastis.
Antioksidan Untuk mencegah terjadinya oksidasi.
Agen antistatik Untuk mencegah adanya penghantaran listrik
pada wadah plastik.
Sup agent Untuk meminimalkan koefisien gesekan.
Stabilizer Untuk menjaga kestabilan wadah plastik.

10. MASALAH-MASALAH DALAM PENGGUNAAN PLASTIK


a. Menurut Ansel’s Pharmaceutical Dosage Form And Drug Delivery
Systems 9th Edition (Allen, dkk., 2011: 83)
- Permeabilitas wadah tehadap oksigen dan uap air
- Pencucian penyusun wadah untuk internal
- Penyerapan obat dan isi ke wadah
- Transmisi cahaya melalui wadah
- Perubahan wadah pada penyimpanan
b. Menurut Sterile Drug Product (Akers, 2010 :87)
Tiga masalah umum ada saat menggunakan wadah plastic:
- Permeasi uap dan molekul lainnya di kedua arah melalui dinding plastic
wadah
- Melaluinya penyusun dari plastic ke dalam produk
- Penyerapan atau absorbsi molekul obat atau ion pada bahan plastic
c. Menurut Modern Pharmaceutics (Banker, 2002 : 594)
Interaksi yang memengaruhi sifat wadah plastic, sebagai konsekuensi
kontak dengan persiapan obat, juga penting untuk sebagian besar, aspek
pelindung atau fungsional dari wadah plastic berhubungan langsung
dengan sifat mekaniknya. Perubahan akibat interaksi dapat terjadi secara
bertahap dan memerlukan evaluasi sehingga bagian dari program
pengujian stabilitas. Polietilena dan poliesteren adalah contoh plastic yang
mengalami retak tegangan lingkungan.
d. Menurut Encyclopedia Of Pharmaceutical Technology 3rd Edition :
357)
Wadah plastic fleksibel yang dibuat dari bahan seperti poli ((etilena-
vinil asetat) EVA ) paling banyak digunakan. Bahan kemasan plastic
harus dipilih secara hati-hati. Hemoglobin, seperti protein lainnya, sifat
lipofilik dan dapat memudahkan ekstraksi zat lipofilik dengan berat
molekul rendah, seperti padat yang digunakan dalam wadah poli (vinil
klorida).
e. Menurut International Journal Of Mechanical And Production
Engineering (Gaurav, Dkk., 2014)
Saat profil suhu meningkatkan kerusakn ikatan karbon-karbon plastic
secara perlahan, seiring kenaikan suhu, rantai panjang mengalami
kerusakan selangkah demi selangkah.
Kesimpulan :
- Plastik memiliki permeasi sehingga ada kemungkinan kehilangan bahan
obat.
- Bahan dalam wadah plastik dapat terjadi interaksi
- Harus disterilisasi dengan uap air.
- Perubahan wadah pada penyimpanan.
- Transmisi wadah oleh
- Buruknya ketahanan.
11. CARA MEMBERSIHKAN GLASS DAN PLASTIK :
a. Menurut Journal Pharmaceutical Development And Technology
(Sacha, Dkk., 2010)
Wadah kaca dibersihkan dengan menggunakan air untuk injeksi
b. Menurut Ground Water And Drinking Water (Harter And Larry,
2008 : 126)
- Cuci botol dan tutup botol dengan air sabun panas dan bilas dengan air
keran sampai basa tidak ada
- Bilas botol dan tutup botol dengan air murni laboratorium minimal 3
kali sampai digunakan
c. Menurut RPS 20th Edition (Gennaro, 2000 : 1012)
Alat medical plastic dan bahan-bahan kemasan beberapa agen
sterilisasi digunakan termasuk : 1) uap, 2) gas, 3) radiasi, dan aagen-agen
tersebut uap hanya dapat digunakan untuk beberapa polimer karena sifat
tak tahan panasnya tanpa memutar balikkan.
d. Menurut bisnis bibit Jamur Tiram Edisi Revisi (Sumarsih, 2015 : 35 –
36)
Untuk alat gelas baru, biasanya dibersihkan dengan dicuci
menggunakan sabun pencuci dan dibilas dengan air sampai bersih
e. Menurut The Art Of Compounding (Scoville, 1957 : 2030
Wadah gelas paling baik dibersihakan dengan menggunakan salah
satu detergen sintetik baru, sabun sebenarnya tidak digunakan karena
magnesium cenderung tidak larut, pada permukaan dalam dan barang
pecah belah. Detergen seperti lauryl sulfate, lemak coklat sulfat, dan
alohol sulfonat.
Kesimpulan :
a. Gelas
- Dicuci dengan WFI dan detergen
- Dibilas dengan air panas
- Dikeringkan
b. Plastik
- Disterilkan menggunakan autoklaf dengan suhu 121o C (uap)
- Menggunakan 2 etilen oksida (gas)
- Dengan sinar gamma (radiasi)
12. CARA MENGALKALIKAN GELAS.
a. Menurut Lachman (Teori dan Praktek Farmasi, 1994:1422).
 Wadah tipe II harus di alkali dengan sulfur pada kalkulatnya mencegah
terkena afmosfer yang mengandung uap air dan gas alam, terutama
sulfur di oksida pada temperatur yang mengikat, melibatkan reaksi
antara gas-gas dan alkalidi pertemukan menyebabkan permukaan tajam.
Alkali dapat dihilangkan dari gelas jika jika wadah-wadah dicuci
sebelum diisi.
 Wadah gelas tipe I gelas bersilikat, gelas paling resisten ini sebagian
besar alkali dan tanda bahwa diganti oleh boron. Ini lebih inest secara
kimiawi dan pada gelas NaCO₂ hanya mengandung karbon-karbon ini :
 Wadah gelas tipe III, wadah ini tidak di olah dulu dan dibuat dari gelas
NaCO₂
 Wadah gelas tipe NP, untuk penggunaan umum.
b. Menurut Art of Compounding ( Scovile, 1957:203).
Untuk menghilangkan kelebihan / didalam bahan pecah belah,
pencucian dengan asam sangat diperlukan. Asam hidrokarbon panas ini
kemudian dibiarkan selama 30 menit, bilas dan biarkan mengering.
c. Menurut Deam ( Pharmeutical Packaging Technology, 2009:149).
Kaca tipe III, plat bebas alumunium sulfat diteteskan masing-masing
botol sebelum melewati terowongan panas yang dikenal dengan Lehr, ini
akan menyublim dan melapisi bagian dalam kaca. Semua kaca yang telah
diberikan perlakuan ini harus di cuci sebelum digunakan.
d. Menurut Aisyah 2015 ( Jurnal Teknologi Pengolahan Limbah)
Perubahan komposisi karakteristik limbah di sebabkan perubahan
komposisi oleh karena itu untuk alkilasi gelas dilakukan dengan melihat
kadar Si dan suhu lelehnya sehingga tidak menghilangkan karakteristik
gelas, misalnya gelas kuarsa yaitu gelas dengan SiO₂ 100% suhu lelehnya
1700°C, gelas Pyrex dengan SiO₂ 80% suhu lelehnya 1300°C.
e. Menurut Gad, 2008:18 ( Pharmaceutical Manufacturing Handbook).
Fase kaya alkali yang terdapat pada kaca telah di eliminasi, sehingga
mengurangi potensi interaksi sistem penutupan petikemasi, pendekatan
tambahan termasuk perawatan permukaan dengan silikon.
Kesimpulan :
a Pencucian dengan asam
b. Mengisi kemasan dengan larutan asam hidrokarbon panas 0,1 N
c. Biarkan selama 30 menit
d. Bilas dengan WFI
e. Biarkan mengering
13. FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN DALAM PEMILIHAN
WADAH.
a. Menurut Teori dan praktek farmasi (Lachman, 2012:1307-1308)
1.) Daya Bahan Kimia.
Uraian Tipe M₁H₂SO₄ Penggunaan
Tipe Ukuran
Umum Uji O,₂N Umum
Gelas Larutan air,
borosilikat Gelas baik
1. Semua 1,0
daya tahan diserbuk didaparkan
tinggi atau tidak.
Larutan air
Gelas soda 100k
Seranga 0,7 didaparkan
2. kapur 100 >
air 0,2 PH 0,7,
diproses 100
serbuk
kering,
minyak.
Serbuk
Gelas soda Gelas kering,
3. Semua 8,5
kapur diserbuk larutan
minyak.
Gelas soda Bukan untuk
Gelas
4. kapur tujuan Semua 15,0 parenteral,
diserbuk
khusus ultabletoral.

2.) Karakteristik Fisika.


Gelas karet mempunyai kekuatan fisik yang cukup untuk menata
perbedaan tekanan tinggi selama proses penyapalan dan penyimpanan.
b. Menurut pengantar bentuk persediaan Farmasi (Ansel, 2008:180-
181).
Dalam beberapa hari gelas tidak tembus/dibuat tidak tembus dengan
selaput wadah yang dimaksudkan untuk memberikan proteksi dari cahaya
atau wadah harus memenuhi standar compendia.
c. Menurut Gad 2008 ( Pharmeutical Manufacturing Handbook : 173-
174).
Bahan kemasan yang dipilih :
- Melindungi
- Kompatibilitas
- Keamanan
d. Menurut Sterik Drug Product (Akers, 2003:13).
Pertimbangan dalam pemilihan wadah kemasan produk steril adalah
perlakuan yang tepat saat pengujian sterilitas untuk mencegah kontaminasi
dari sampai saat dikeluarkan dari wadah untuk pengujian. Misal produk
parentoral dikemas dalam ampul harus aseptis.
e. Menurut Principle and Practice of Disinfectan (Fraise, 2004:367).
- Penggunaan : aplikasi steril membutuhkan kemasan yang bisa
digunakan tanpa kontaminasi.
- Administrasi : cairan peritoneal harus dikemas untuk memudahkan
pengiriman ke peritoneum melalui administrasi yang sesuai.
Kesimpulan :
- Harus kompatibel
Wadah yang digunakan harus kompatibel dengan sediaan yang akan
dimasukkan.
- Jenis wadah
Seperti wadah plastik untuk penggunaan kantung infus dan wadah gelas
untuk penggunaa vial, ampul.
- Fungsi
Berhubungan dengan fungsi atau tujuan penggunaan wadah
- Perlindungan produk.
- Inert
14. Syarat dari Komposisi Rabber Closures.
a. Menurut RPS (Gennaro, 2000:789).
Syarat :
Syarat yang harus di pertimbangkan yaitu elektifitas kemasan,
kecenderungan untuk fragmen, permeubilitas uap untuk transfer.
Komposisi :

BAHAN CONTOH

Elastomer Karet alamai (latex) dan neoprene


Zalvulkanisir Sulfur periksoda
Akselerator Zink dibutilsiokarbomat
Aktivator Zincoxida dan asam stearate
Antioksidan Di lauril thiodipropinoat
Plasticizer Minyak paratin
Lubrikan Minyak silicon
Pengisi Karbon hitam dan tanah liat
Pewarna Anorganik Oksida

b. Menurut Niazi, 2004:33 Handbook Pharmeutical Manufacturing


Formulation.
Syarat :
Rubber Closures dibersihkan dengan beberapa siklus pencucian dan
pembembiasan sterilisasi upa dan iradiasi final. Kelembaban harus
diminimalkan karena dapat mendukung tumbuh mikroba.
c. Menurut teori dan praktek Farmasi Industri (Lachman, 2008:1910-
1311).
Rubber Closures, bahannya lembut dan cukup elastis untuk
memudahkan keluar masuk jarum suntuk tanpa kehilangan integritas dari
wadah disegel.
Komposisi :
Penutup karet tersusun dari beberapa bahan dasar karet asam (lateks), zat
pemvulkanisasi suatu akseletor, senyawa organik, suatu activator pengisi
dan antioksidan dan pelincir.
d. Menurut Parenteral Guality Control (Akers & Daniel, 2003:249).
Syarat :
Semua barang, rubber closures yang memasuki lingkungan pengujian
harus dibersihkan dengan teliti seperti dijelaskan di usp. Pembiasan akhir
menggunakan bahan airsuling filter 1,2mm/serat.
e. Menurut Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi (Ansel, 2011:433).
Syarat :
Wadah dosis berganda dilengkapi dengan penutup karet dan plastik
memungkinkan jarum suntik tidak merusak tutup dan melindungi isi dari
pengotoran udara bebas.
Kesimpulan :
Bahannya harus lembut dan cukup elastis untuk memungkinkan keluar
masuknya suatu jarum suntik tanpa kehilangan integritas dari wadah yang
disegel.
Bahan Contoh
Elastomer Karet alami dan neprene
Zat vulkanisir Sulfur peroksida
Antioksidan Dilauryl tiodopropionat
Pengisi Karbon larutan dan tanah laut
Pewarna Anorganik oksida

15. CARA MEMBERSIHKAN RUBBER CLOSERUS.


a. Menurut Niazi, 2004, 33 (Handbook of Pharmeutical Manufacturing
Formulation Sterile Product)
Penutup karet dibersihkan dengan beberapa siklus pencucian dan
pembilasan sebelum sterilisasi uap atau iradiasi terakhir. Pembiasan awal
untuk proses pencucian harus menggunakan air murni, uap dari kandungan
endotoksin minimal WFI untuk produk parenteral.
b. Menurut Encyclopedia of Pharmeutical Technology Swarbick,
2007:127).
Penutup karet diindikasin dengan proses pembersihan dan pembiasaan
menggunakan air bebas pyrogen.
c. Menurut Sterile Drag Product (Akers, 2010:82).
Penutup karet dibersihkan dengan air untuk injeksi, zat pembersih
seperti sodium hidroksida atau trisodium phospak (TSP).
d. Menurut WHO (Whotechnical Reports Series, 2002:17).
Penutup karet yang digunakan dalam suatu sistem harus dipilih secara
hati-hati dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan paling sering
penutup karet yang tidak tepat adalah menjadi penyebab inkompatibilitas
antar kemasan dan obat, karet terdiri dari dari bahan yang salah satunya
adalah etaskomas, senyawa karet karet modern yang digunakan dalam
kemasan obat-obat yang sangat sulit untuk diekstrak. Penutup karet untuk
sediaan farmasi harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan
farmakope (Eropa, Jepang, USA), serta International Standar (ISD).
e. Menurut Teori Dan Praktek Farmasi Industri (Lachman, 2012:1341).
Tutup karet biasanya dicuci dengan pengerokan dalam suatu tangki
berisi larutan detergen panas (seperti O₁5 Na Pirofosfat) diikuti oleh
serangkaian pencucian menyeluruh dengan air, pencucian akhir adalah
dengan injeksi.
Kesimpulan :
Penutup karet (rubber closures) dibersihkan dan didepirogenasi dan jika
perlu bahan seperti natrium hidroksidanatau hisodium fosfat.
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, A., 2014, Pemanfaatan Abu Layang Sebagai Bahan Pembentuk Gelas
Pada Vitrifikasi Limbah Cair Tingkat Tinggi, Jurnal Teknologi
Pengelolaan Limbah,Vol. 17 (2).

Akers, M. J dan Daniel, S. L., 2003, Parenteral Quality Control, Marcel Dekker
Inc, USA.

Akers, M.J., 2010, Sterile Drug Product: Formulation Ducking Manufacturing


and Quality, Health Care Informa, Bloomington Indiana, U.S.A.

Allen, L.V., Nicholas G.P, Howard C.A, 2011, Ansel’s Pharmaceutical Dosage
Form And Drug Delivery System 9th Edition, Lippincot Williams And
Wilkins, Philadelphia

Allen, L.V., Nicholas G.P, Howard C.A, 2014, Ansel’s Pharmaceutical Dosage
Form And Drug Delivery System 10th Edition, Lippincot Williams And
Wilkins, Philadelphia

Ansel, C, H., 2011, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat, UI Press:
Jakarta
Aulton, M. E, 2002, Pharmaceutics The Science of Dosage Form Design 2nd
Editio, Edinburg : New York.
Austen., B.L., 2005, Pharmaceutical Water Systems A Thermal –Fluid Analysis of
Pipe Dead-Lags, School of Mechanical Manufacturing Egineering,
Dubling City University, Ireland
Banker, G.S., dan Christopher T.R., 2002, Modern Pharmaceutics Fourth Edition
Revised and Expanded, Marcel Dekker inc. New York.
Clontz, L., 2009, Microbial Limit and Bioburden Test 2nd Edition, CRC Press :
New York

Dean, D. A., dan Evan .E.R., 2009, Pharmaceutical Packaging Technology,


Taylor & Francis, London.

Dean, S., 1997, Pure Water Handbook 2nd Edition, Osmonic : USA.

Dongare,S.D., Sachin S.M., dn Prasad V.P., 2015, Sterile Parenteral Products: A


Narrative Approach, Journal of Drug Delivery and Therapeutics,
Vol.5(1).
Faizah, A.,Widjijono, Nuryono, 2016, Pengaruh Komposisi Beberapa Glass Fiber
Non Dental Terhadap Kelarutan Komponen Fiber Reinforced Composite,
Jurnal Majalah Kedokteran Gigi Indonesia, Vol. 2 (1).

Felton, 2012, Remington Essentials of Pharmaceutics, Pharm Press, London.

Fraise,A.P., Lambert P. A., Mailard J. Y., 2004, Principles and Practice of


Disinfection Presevation and Sterilization Fourth Edition, Blackwell:
USA.

Gad, C. S., 2008, Pharmaceutical Manufacturing Handbook : Production and


Process , A JOHN WILEY & SONS, INC., California

Gaurav, Madhukar M., 3arunkumar K.N., Dan N.S. Lingegowda, 2014,


Conversion Of Ldpe Plastic Waste Into Liquid Fuel By Thermal
Degradation, International Journal Of Mechanical And Production
Engineering, Vol. 2 (4).
Gennaro, A. R., 2000, Remington: The Science and Practice of Pharmacy 20th
Edition Volume I, Lippicontt Williams and Wilkins A Wolters Kluwer
Bussiness USA.

Gibson, M., 2004, Pharmaceuticl Preformulation and Formulation, Informa


Healthcare, New York.

Harter T., dan Larry R., 2008, Watersheds, Groundwater and Drinking Water,
University of California, California

Jones, D., 2008, FASTtrack: Pharmaceuticics Dosage Form and Design,


Pharmaceutical Press :London.

Kaihatu, T. S., 2014., Manajemen Pengemasan Edisi 1., Andi:Yogyakarta.

Lachman, L., Helbert A. L., Joseph L. K., 2008, Teori dan Praktek Farmasi
Industri 2, UI Press : Jakarta.

Lachman, L., Helbert A. L., Joseph L. K., 2012, Teori dan Praktek Farmasi
Industri Edisi IV, UI Press : Jakarta.

Lachman, L., Herbert A. L., Joseph L. K., 1994, Teori dan Praktek Industri
Farmasi, UI-Press Jakarta

Mujiarto, I., 2005, Sifat Dan Karateristik Material Plastik Dan Bahan Aditif,
Traksi, Vol.3(2)
Nasution, R.S., 2015, Berbagai Cara Penanggulangan Limbah Plastik, Journal Of
Islamic Science And Technology, Vol.1 (1)

Niazi, S. K., 2004, Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations


sterile Product Vol. 6 Edition, CRC Press ILC : New York.

Nurminah, M., Penelitian Sifat Berbagai Bahan Kemasan Plastik Dan Kertas Serta
Pengaruhnya Terhadap Bahan Yang Dikemas, USU Digital Library

Priyambodo,B., 2009, Manajemen Farmasi Industri, Global Pustaka Utama:


Yogyakarta.

Sacha G.A., Wendy, Karen A., dan Michael J.A., 2010, Practical Fundamentals of
Glass, Rubber, and Plastic Sterile Packaging Systems, Pharmaceutical
Development and Technology, Vol. 15(1)

Scoville, W. L., 1957, The Art of Compounding A Text Book For Student and A
Reference Book For Pharmacist At The Prescription Counter,
Philadelphia : USA

Shukshit and Gupta., 2016, Water for Pharmaceutical USP, International Journal
Pharm Science, Vol.36 (1).

Sumarsih S., 2015, Bisnis Bibit Jamur Tiram Edisi Revisi, Penebar Swadaya,
Jakarta

Surono, U.B., 2013, Berbagai Metode Konversi Sampah Plastik Menjadi Bahan
Bakar Minyak, Jurnal Teknik Vol.3 (1)

Swarbick, J., 2001, Encyclopedia of Pharmaceutical Technology Volume 20,


Informa Healthcare : New York.

Swarbick, J., 2007, Encyclopedia of Pharmaceutical Technology 3nd Edition


Volume 1, Informa Healthcare : New York

Voight, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta

William K.L, 2004, Mircobial Contamination Control In Parenteral


Manufacturing, Marcel Dekker Inc: New York

World Healt Organization, 2012, WHO Expert Comite On Spesification For


Pharmaceutical Preparations, WHO Tectical Report Series: Switerlond

Anda mungkin juga menyukai