Anda di halaman 1dari 6

ROFIFATUZ ZULFA DARWISTA

15117066

TUGAS 3 GNSS

GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

Gelombang elektromagnetik adalah salah satu jenis gelombang tranversal yang memancar tanpa media
rambat yang membawa muatan energy listrik dan magnet. Energy elektromagnetik merambat dalam
gelombang dengan beberapa karakter yang bisa diukur, yaitu panjang gelombang, frekuensi, amplitude,
dan kecepatan geombang. Amplitude adalah tinggi gelombang, sedangkan panjang gelombang
merupakan jarak antar dua puncak. Frekuensi adalah jumlah gelombang yang melalui suatu titik dalam
satu satuan waktu. Karena kecepatan energi elektromagnetik adalah konstan (kecepatan cahaya), maak
panjang gelombang berbanding terbalik dengan frekuensi gelombang. Semakin panjang suatu
gelombang, akan semakin rendah frekuensi yang dihasilkan. Dan semakin pendek suatu gelomabng,
maka gelombang tersebut akan memiliki frekuensi yang tinggi.

Energi elektromagnetik dipancarkan oleh semua massa di alam semesta pada level yang berbeda-beda.
Semakin tinggi level energi dalam suatu sumber energi, semakin rendah panjang gelombang dari energi
yang dihasilkan, dan semakin tinggi frekuensinya. Perbedaan karakteristik energi gelombang digunakan
untuk mengelompokkan energi elektromagnetik.

ORBIT SATELIT

Orbit satelit merupakan sebuah jalur atau lintasan di angkasa yang dilalui oleh pusat massa satelit yang
akan mengitari bumi dan mempertahankan posisi satelit tetap pada tempatnya.
3 jenis orbit yang paling umum dari beberapa jenis orbit satelit yang ada adalah: LEO (Low Earth Orbit)
Satelit pada lingkaran low earth orbit ditempatkan sekitar 161 hingga 483 km dari permukaan bumi.
Karena sifatnya yang terlalu dekat dengan permukaan bumi menyebabkan satelit ini akan bergerak
sanagt cepat untuk mencegah satelit tersebut terlempar keluar dari lintasan orbitnya. Satelit pada orbit
ini akan bergerak sekitar 28163 km/jam. Satelit pada orbit ini akan menyelesaikan satu putaran
mengelilingi bumi antara 30 menit hinga 1 jam. Satelit pada low orbit hanya dapat terlihat oleh station
bumi sekitar 10 menit. MEO, Medium Earth Orbit satelit dengan ketinggian orbit 9656 km hingga 19312
km dari prmukaan bumi. Pada orbit ini satelit dapat terlihat oleh stasiun bumi lebih lama sekitar 2 jam
atau lebih. Dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu putaran mengitari bumi adalah 2 jam
hingga 4 jam. GEO, Geostationary earth Orbit. Satelit dengan orbit GEO mengitari bumi 24 jam dan
relative diam terhadap bumi (berputar searah rotasi bumi). Sama dengan waktu yang dibutuhkan bumi
berotasi pada sumbunya. Umumnya ditempatkan sejajar engan ekuator bumi. Karena relative diam
terhadap bumi maka spot (wilayah radiasi sinyal) juag tidak berubah. Jarak ketingian dari permukaan
bumi sekitar 35895 km.

GEO satelit akan selalu terlihat oleh stasiun bumi dan sinyalnya dapat menjangkau 1/3 dari permukaan
bumi. Sehingga 3 buah GEO satelit dapat menjangkau seluruh permukaan bumi kecuali pada wilayah
kutub utara dan kutub selatan. Untuk orbit LEO dan MEO, umumnya merupakan Polar Orbit karena
inklinasi lintasan terhadap ekuator sangat besar.

PARAMETER ORBIT SATELIT

1. Semi Major Axis


Semi major axis adalah jari-jari terpanjang dan semi-minor adalah sumbu terpendek.
2. Eccentricity
Eksentrisitas adalah ukuran bagaimana orbit menyimpang dari lingkaran. Sebuah orbit lingkaran
sempurna memiliki eksentrisitas nol; angka yang lebih tinggi menunjukkan orbit elips yang lebih.
Eksentrisitas elips dapat didefinisikan sebagai rasio jarak antara focus terhadap sumbu utama
elips.
3. Mean Anomaly
Mean anomaly adalah sudut antara garis yang ditarik dari matahari ke perihelion B dan titik
bergerak di orbit pada tingkat seragam sesuai dengan periode revolusi.
4. Argument of Perigee
Didefinisikan sebagai sudut dalam bidang orbit satelit yang diukur dari Ascending Node (W) ke
titik perigee (p) sepanjang arah satelit perjalanan.
5. Inclination
Inklinasi adalah sudut antara bidang orbit dan bidang ekliptika.
6. Right Accension
Adalah jarak sudut diukur kea rah timur di sepanjang ekuator langit dari vrnal equinox dengan
jam lingkaran titik tersebut. Ketika dikombinasikan dengan deklinasi, ini koordinat astronomi
menentukan arah titik.
7. Ascending Node
Dimana bulan melintasi dari selatan ekliptika ke utara dari ekliptika.
8. Descending Node
Dimana melintasi dari utara ke selatan ekliptika.

SINYAL L1

Sinyal L1 adalah sinyal yang ditransmisikan oleh GPS dengan frekuensi 1575,42 MHz. sinyal L1
dimodulasikan dengan dua sinyal pseudo-random yaitu kode P (protected) dank ode C/A
(coarse/acquisition).

SINYAL L2

Sinyal L2 adalah sinyal yang ditransmisikan oleh GPS yang hanya membawa kode P dan memiliki
frekuensi sebesar 1227,60 MHz.

SINYAL L5

Sinyal L5 adalah sinyal GPS ketiga, yang beroperasi pada frekuensi 1176 MHz. ini adalah sinyal GNSS
paling canggih, tetapi masih dalam tahapan perkembangan. Sinyal L5 ini akan digunakan dalam system
penerbangan yang memerlukan ketelitian tinggi. L5 tersedia untuk penggunaan sipil.

KODE P(Y)

Kode P disebut kode Precise. Kode Padalah salah satu seri satu dan nol yang dihasilkan dengan
kecepatan 10,23 juta bit per detik. Kode P dibawa oleh sinyal L1 dan L2 dalam waktu yang sangat
panjang, 37 minggu (kode 2x1014 bit).

KODE C/A

kode C/A juga merupakan salah satu seri kode satu dan nol, tetapi dengan kecepatan pembuatannya 1o
kali lebih lambat daripada kode P(Y). kecepatan kode C/A adalah 1,023 juta bit per detik. Kode C/A
hanya digunakan pada sinyal L1, sinyal ini digunakan hanya pada kode GPS sipil.

KODE L1C

sinyal GPS L1C dikembangkan oleh AS dan Eropa sebagai sinyal sipil umum untuk GPS dan Galileo. Sinyal
L1C menampilkan skema modulasi Multiplexed Binary Offset Carrier (MBOC) yang memungkinkannya
untuk bekerja dengan Galileo dan GNSS lainnya sambal memastikan bahwa kepentingan keamanan
nasional AS dilindungi. Sinyal L1C adalah bagian dari sinyal L1 sehingga beroperasi pada 1575 MHz.
sinyal ini sedang digunakan oleh GPS III.
KODE L2C

L2c adalah sinyal GPS sipil kedua, yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan komersial.
Namanya mengacu pada frekuensi radio yang digunakan oleh sinyal L2 (1227 MHz) dan faktanya
digunakan untuk penggunaan sipil. Ada juga dua sinyal militer pada frekuensi L2. Ketika dikombinasikan
dengan L1 C/A dalam penerima frekuensi ganda, L2C memungkinkan koreksi ionosfer, suatu teknik yang
meningkatkan akurasi. Warga sipil dengan penerima GPS dual-frekuensi menikmati akurasi yang sama
denganmiliter (atau lebih baik).

KODE M

Kode M adalah kode militer yang dirancang untuk lebih meningkatkan akses anti-gangguan dan
keamanan sinyal GPS militer. Sangat sedikit yang telah dipublikasikan tentang kode baru yang dibatasi
ini. Kode M berisi kode PRN yang panjangnya tidak diketahui ditransmisikan pada 5,115 MHz. berbeda
dengan kode P(Y), kode M dirancang untuk bersifat otonom, artinya pengguna dapat menghitung posisi
mereka hanya dengan menggunakan sinyal kode M. dari desain asli kode P(Y), pengguna harus terlebih
dahulu mengunci kode C/A dan kemudian mentransfer kunci ke kode P(Y). kemudian, teknik akuisisi
langsung dikembangkan yang memungkinkan beberapa pengguna untuk beroperasi secara mandiri
dengan kode P(Y).

METODE PENENTUAN JARAK GPS DENGAN KODE PSEUDORANGE

Pengukuran jarak dari satelit ke receiver dapat dilakukan dengan menggunakan data kode P atau C/A
maupun dengan data fase gelombang pembawa. Pengukuran jarak dengan data fase digunakan untuk
penentuan posisi teliti. Di lain pihak, pengukuran jarak dengan kode memungkinkan penyajian posisi
secara instan, walaupun ketelitiannya lebih rendah jika dibandingkan dengan menggunakan data fase.
Pengukuran jarak dengan data kode disebut pseudorange.

Definisi pseudorange secara umum adalah pengukuran jarak berdasarkan korelasi antara kode yang
dipancarkan oleh satelit dengan replica kode yang dibuat oleh receiver. Disebut pseudorange karena
jarak tersebut masih mengandung kesalahan karena dalam pendefinisian jarak tersebut harga koreksi
kesalahan dalam proses sinkronisasi jam satelit-jam receiver belum diperhitungkan.

Kronologi prosedur penentuan jarak dengan kode adalah sebagai berikut. Kita asumsikan bahwa jam
receiver dan jam satelit sinkron secara sempurna satu sama lain. Ketika sinyal ditransmisikan dari satelit
dan diterima oleh receiver, receiver memproduksi replica kode yang diterima. Receiver kemudian
membandingkan kode yang diterima dari satelit dengan replica-nya dan menghitung selang waktu sinyal
merambat dari satelit ke receiver. Selang waktu ini kemudian dikalikan dengan cepat rambat cahaya dan
didapatlah jarak antara receiver dan satelit. Perlu dimengerti bahwa asumsi jam receiver sinkron secara
sempurna adalah tidak sepenuhnya benar, atau dengan kata lain proses sinkronisasi yang dilakukan oleh
receiver tidaklah sempurna dan masih mengandung kesalahan. Oleh sebab itulah maka pengukuran
jarak dengn menggunakan data kode disebut sebagai pseudorange.
METODE PENENTUAN JARAK GPS DENGAN FASE PHASERANGE

Cara lain untuk menentukan jarak antara satelit ke receiver adalah dengan menggunakan data fase.
Berdasarkan pada cara ini, jarak yang terukur adalah jumlah gelombang penuh (cucles) yang terukur
ditambah dengan nilai fraksional gelombang terakhir (saat dterima receiver) dan gelombang awal (saat
dipancarkan oleh satelit) dikalikan dengan panjang gelombangnya. Jarak yang ditentukan dengan cara
ini jauh lebih teliti jika dibandingkan dengan jarak berdasar data kode. Hal tersebut dikarenakan resolusi
data fase jauh lebih kecil jika disbanding dengan resolusi data kode. Namun demikian, ada satu masalah
yang dihadapi dalam menggunakan data fase. Gelomabng pembawa GPS adalah murni gelombang
sinusoidal, setiap cycle mempunyai bentuk yang sama dengan cycle yang lain. Oleh karena itulah
receiver GPS tidak dapat membedakan antara satu cycle dengan yang lainya. Dengan kata lain, ketika
receiver dinyalakan dan lock on ke satelit., receiver mampu menerima sinyal namun dia hanya
merekamnya saja. Receiver tidak dapat menentukan jumlah total cycle antara satelit dan dirinya.

Receiver mampu mengukur nilai fraksional cycle yang diterima dengan sangat teliti (kurang dari 2
milimeter) tapi nilai awal dari gelombang penuh yang du=iterima tetap tidak diketahui. Namun demikian
receiver tetap menyimpan track dari setiap perubahan grafik sinusoidal fase sejak awal receiver
dinyalakan dan lock on ke satelit. Itu berarti ambiguitas fase tetap akan sama selama pengamatan,
asalkan tracking sinyal tidal terputus (loss off lock atau cycle slips). Dari keterangan diatas jelas bahwa
penentuan jarak dengan fase akan menghasilkan penentuan posisi yang teliti asalkan harga ambiguitas
fase dapat dipecahkan. Salah satu cara yang paling lazim untuk memecahkan harga ambiguitas fase
adalah dengan teknik differensial. Teknik ini dapat dialkukan baik secara real time maupun secara post-
processing. Teknik ini dapat dilakukan jik ada dua receiver atau lebih yang mengamat kepada satelit
yang sama secara simultan.

Anda mungkin juga menyukai