Anda di halaman 1dari 11

Tugas Transfer Panas

Mata Kuliah : Teknik Pertanian


Kelas : TEP B
Hari/Tanggal : 25 September 2019
Nama Kelompok : 1. Muhammad Randy Akbar (1814071040)
2. Ivo Ali Saifullah Alwi 1814071054
3. Yosua Benget Sihotang 1814071020
4. Eka Yana 1814071058
5. Agustinus Kristianto Alan Pambudi 1814071074

Soal
1. Identifikasi konduksi 2 dimensi?
Pembahasan :
A. Identifikasi Konduksi 2 Dimensi
Faktor bentuk konduksi merupakan suatu besaran yang digunakan dalam mengoreksi
perpindahan kalor konduksi pada media atau bahan dengan bentuk geometri tertentu. Dalam
sistem dua dimensi, dimana terlibat hanya dua batas suhu, kita dapat mendefinisikan faktor
bentuk konduksi (conduction shape factor) S sehingga:
(Persamaan 13)
Pada sistem tiga dimensi digunakan faktor bentuk yang berbeda-beda dalam menghitung
aliran kalor pada bagian-bagian bahan, yaitu pada bagian sudut, dinding dan tepi. Jika semua
dimensi-dalam lebih besar dari seperlima tebal dinding, maka:

dimana A adalah luas dinding bahan, L tebal dinding, dan D panjang tepi bahan.
Metode Penyelesaian Masalah
a. Analisis Matematik
Pada metode ini, persamaan Laplace diselesaikan dengan cara pemisahan variabel dan kunci
dari metode ini adalah bahwa persamaan diferensial dapat dianggap mempunyai bentuk hasil
perkalian :

T = XY di mana X = X(x) dan Y = Y(y)

Untuk menetapkan bentuk fungsi X dan Y, diterapkan kondisi batas.


b. Analisis Grafik

Gambar 2. Bagan menunjukkan unsur untuk analisis bujur sangkar kurvlinier aliran
kalor 2 dimensi

Perhatikan sistem dua dimensi sebagaimana terlihat pada gambar 2, tampak permukaan bagian
dalam berada pada suhu T1, dan bagian luar pada T2. Kita ingin menghitung perpindahan kalor.
Garis-garis alira kalor dan isoterm membentuk berkas-berkas garis lengkung kurvilinear
sebagaimana terlihat pada gambar 5.1b. Aliran kalor melintasi bagian-bagian kurvilinear ini
diberikan oleh hukum Fourier, dengan mengandaikan satu satuan kedalaman bahan:

T
q   k x (1) (Persamaan 5)
y
Aliran kalor ini sama untuk semua bagian dalam jalur aliran kalor, dan aliran kalor total ialah
jumlah dari aliran kalor dalam semua jalur. Jika bahan ini dibuat sedemikian rupa, sehingga
x  y , maka aliran kalor akan sebanding dengan ΔT melintas unsur itu. Selanjutnya, karena
aliran kalor harus konstan, maka ΔT melintas masing-masing unsur harus pula sama dalam
jalur aliran-kalor yang sama. Jadi, ΔT melintas unsur dibeerikan oleh:

Tmenyeluruh
T  (Persamaan 6)
N
di mana N adalah banyaknya jenjang suhu antara permukaan dalam dan luar. Selanjutnya,
aliran kalor melalui setiap jalur harus sama karena tidak tergantung dari dimensi Δx dan Δy,
kalau keduanya ini dibuat sama. Jadi, perpindahan kalor total dapat ditulis:

M M
q  k Tmenyeluruh  k (T2  T1 ) (Persamaan 7)
N N
di mana M adalah jumlah jalur aliran kalor. Sehingga, untuk menghittung perpindahan kalor,
kita hanya perlu menggambarkan bujursangkar kurvilinear ini, dan menghitung banyaknya
tambahan suhu dan jalur aliran kalor. Namun, kita peerlu teliti dalam menggambarkannya,
supaya Δx ≈ Δy, daan garia-garis tegak lurus.
c. Analisis Numerik
Bila situasi yang dihadapi dibatasi kondisi geometri yang sedemikian rupa, sehingga
penyelesaian tersebut semakin kompleks dan sulit, maka pendekatan yang tepat adalah
pendekatan numerik dengan dasar sebagai berikut.
- Terdapat benda dua dimensi yang terbagi atas sejumlah increment besarnya (arah x dan y).
Makin kecil increment-nya maka pendekatan terhadap distribusi suhu juga semakin baik.
- Pada kondisi itu tersebut diberikan titik-titik node, dengan m sebagai pertambahan arah x,
sedangkan n sebagai pertambahan arah y.
- Penentuan suhu tiap titik digunakan persamaan 1 (tabel 8 lampiran) sebagai kondisi penentu.
- Secara umum, dengan menggunakan persamaan-persamaan pada tabel 8, didapatkan
aproksimasi beda berhingga sebagai berikut:
Tm 1,n  Tm 1,n  2Tm,n Tm,n 1  Tm,n 1  2Tm,n (Persamaan 8)
 0 (27)
(x) 2
(y ) 2

B. Perbedaan Dengan Konduksi 1 Dimensi


Konduksi 1 dimensi menggunakan Hukum Fourier, dalam perhitungan laju perpindahan kalor
secara konduksi, digunakan hukum Fourier. Hukum ini menunjukan bahwa waktu rata-rata
perpindahan kalor melalui media sebanding dengan gradien suhu dan daerah yang dilalui kalor
tersebut.
𝜕𝑇
𝑞 = −𝑘𝐴
𝜕𝑥

2. Faktor bentuk konduksi?


Pembahasan :
a) Faktor bentuk konduksi
Faktor bentuk konduksi didefinisikan sebagai besaran yang digunakan untuk
mengoreksi perpindahan kalor konduksi dengan bentuk geometri tertentu.
Dalam sistem dua-dimensi, dimana terlibat hanya dua batas suhu, faktor-bentuk
konduksi (conduction shape factor) dapat didefinisikan sebagai S, sehingga
𝑞 = 𝑘𝑆 Δ𝑇𝑚𝑒𝑛𝑦𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 ℎ

Nilai S untuk beberapa bentuk geometri sudah ditentukan, yang akan dijelaskan
pada Tabel 1 di subbab selanjutnya. Tabel yang sangat komprehensif mengena i
faktor bentuk untuk berbagai bentuk geometri disusun oleh Hahne dan Grigull.
Inversi kosinus hiperbola dapat dihitung dari

𝑐𝑜𝑠ℎ−1 𝑥 = ln⁡
(𝑥 ± 𝑥 2 − 1

Pada dinding tiga dimensi,digunakan faktor bentuk yang berbeda-beda untuk


menghitung aliran kalor di bagian-bagian sudut dan tepi. Jika semua dimens i-
dalam lebih besar dari seperlima tebal dinding, maka
𝐴
𝑆𝑑𝑖𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 = 𝐿 ; 𝑆𝑡𝑒𝑝𝑖 = 0,54𝐷 ; 𝑆𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 = 0,15𝐿

dimana A merupakan luas dinding, L


merupakan tebal dinding, dan D
merupakan panjang tepi.

Perlu diperhatikan bahwa faktor bentuk


per kedalaman unit ditentukan oleh rasio
M/N jika metode curvilinear-squares
(bujur sangkar-kurvalinier) digunaka n
dalam perhitungan. Gambar 1. Sketsa untuk menggambarkan dimensi yang
digunakan dalam perhitungan faktor bentuk tiga-dimensi.
Sumber : Holman, J.P. Heat T ransfer Edition T enth.
McGraw – Hill, New York, 2010
Adapun dibawah ini ialah faktor-bentuk konduks. Perlu diingat bahwa untuk benda
yang tertimbun, perbedaan temperatur adalah
Δ𝑇 = 𝑇𝑜𝑏𝑗𝑒𝑐𝑡 − 𝑇𝑓𝑎𝑟 𝑓𝑖𝑒𝑙𝑑

Temperatur far field diambil dari temperatur permukaan isotermal pada medium
semi-tak-berhingga.
1. Silinder isotermal dengan jari-jari r, dalam
medium semi-tak-berhingga, dan mempunya i
permukaan isotermal. Faktor bentuk konduksi
pada tipe ini dapat dikalkulasikan dengan
2𝜋𝐿
𝐷 ; dengan batasan L ≫ r
𝑐𝑜𝑠ℎ −1 ( )
𝑟

2𝜋𝐿
2𝐷 ; dengan batasan L ≫ r dan D > 3r Gambar 2. Skema silinder isotermal.
ln ⁡
( ) Sumber : Holman, J.P. Heat T ransfer
𝑟
Edition T enth. McGraw – Hill, New
2𝜋𝐿 York, 2010
𝐿 ; dengan batasan D ≫ r dan L ≫D
𝐿 ln (2𝐷 )
ln
𝑟 1 −ln (𝐿 /𝑟)

2. Bola isotermal dengan jari-jari r dalam medium


tak-berhingga. Faktor bentuk konduksi pada tipe
ini dapat dikalkulasikan dengan
4𝜋𝑟
Gambar 3. Skema bola isotermal.
Sumber : Holman, J.P. Heat T ransfer
Edition T enth. McGraw – Hill, New
York, 2010

3. Bola isotermal dengan jari-jari r dalam medium semi-tak-berhingga, dan


mempunyai permukaan isotermal.
Δ𝑇 = 𝑇𝑠𝑢𝑟𝑓𝑎𝑐𝑒 − 𝑇𝑓𝑎𝑟 𝑓𝑖𝑒𝑙𝑑

Faktor bentuk pada tipe ini dapat dikalkulasikan dengan


4𝜋𝑟
1−𝑟 /2𝐷 Gambar 4. Skema bola isotermal.
Sumber : Holman, J.P. Heat T ransfer
Edition T enth. McGraw – Hill, New
York, 2010

4. Konduksi antardua silinder isotermal di dalam medium tak-berhingga. Faktor


bentuk pada tipe ini dapat dikalkulasikan dengan

b) Gambar konduksi 2 dimensi


- Perpindahan kalor konduksi pada bidang datar
Gambar 1 menunjukkan distribusi suhu pada sebuah bidang datar dengan koordinat Cartesian
terhadap sumbu x. Pada dinding datar, diterapkan hukum Fourier yang setelah diintegrasikan
maka akan didapatkan:
𝒌𝑨
𝒒= − (𝑻 − 𝑻𝟏 ) … … … . (𝟗)
∆𝒙 𝟐

Gambar 1. Perpindahan panas melalui satu dinding datar


Sumber : Holman, J.P. Heat Transfer

Gambar 2. Perpindahan panas melalui dinding datar yang disusun seri


Sumber : Holman, J.P. Heat Transfer
Gambar 3. Aliran kalor satu dimensi melalui silinder berongga
Sumber : Holman, J.P. Heat Transfer

Gambar 4. Aliran kalor satu dimensi melalui silinder berlapis


Sumber : Holman, J.P. Heat Transfer

Gambar 5. Aliran kalor satu dimensi melalui bola berongga


Sumber : Holman, J.P. Heat Transfer
Gambar 6. Aliran kalor satu dimensi melalui bola berlapis
Sumber : Holman, J.P. Heat Transfer

b. Dinding datar dengan sumber kalor


Suatu bidang datar dengan sumber panas yang terbagi rata seperti pada Gambar 10. Tebal
dinding ke arah x adalah 2L sedang dimensi di kedua arah yang lain dianggap cukup besar
sehingga aliran panas dapat dianggap satu dimensi (arah x). Panas yang dibangkitkan sebesar
q dan konduktivitas termal tidak berubah terhadap suhu.

Gambar 10. Perpindahan kalor konduksi satu dimensi pada bidang datar dengan
sumber panas
Sumber : Holman, J.P. Heat Transfer

c. Silinder dengan sumber kalor


Suatu silinder pejal dengan jari – jari R dengan sumber panas terbagi rata dan konduktivitas
termal tetap seperti terlihat pada Gambar 11. Silinder cukup panjang sehingga suhu hanya
merupakan fungsi jari – jari.
Gambar 11. Perpindahan panas konduksi satu dimensi pada silinder pejal dengan
sumber panas
Sumber : Holman, J.P. Heat Transfer

c) Tabel Konduksi 2 Dimensi

Anda mungkin juga menyukai