Soal
1. Identifikasi konduksi 2 dimensi?
Pembahasan :
A. Identifikasi Konduksi 2 Dimensi
Faktor bentuk konduksi merupakan suatu besaran yang digunakan dalam mengoreksi
perpindahan kalor konduksi pada media atau bahan dengan bentuk geometri tertentu. Dalam
sistem dua dimensi, dimana terlibat hanya dua batas suhu, kita dapat mendefinisikan faktor
bentuk konduksi (conduction shape factor) S sehingga:
(Persamaan 13)
Pada sistem tiga dimensi digunakan faktor bentuk yang berbeda-beda dalam menghitung
aliran kalor pada bagian-bagian bahan, yaitu pada bagian sudut, dinding dan tepi. Jika semua
dimensi-dalam lebih besar dari seperlima tebal dinding, maka:
dimana A adalah luas dinding bahan, L tebal dinding, dan D panjang tepi bahan.
Metode Penyelesaian Masalah
a. Analisis Matematik
Pada metode ini, persamaan Laplace diselesaikan dengan cara pemisahan variabel dan kunci
dari metode ini adalah bahwa persamaan diferensial dapat dianggap mempunyai bentuk hasil
perkalian :
Gambar 2. Bagan menunjukkan unsur untuk analisis bujur sangkar kurvlinier aliran
kalor 2 dimensi
Perhatikan sistem dua dimensi sebagaimana terlihat pada gambar 2, tampak permukaan bagian
dalam berada pada suhu T1, dan bagian luar pada T2. Kita ingin menghitung perpindahan kalor.
Garis-garis alira kalor dan isoterm membentuk berkas-berkas garis lengkung kurvilinear
sebagaimana terlihat pada gambar 5.1b. Aliran kalor melintasi bagian-bagian kurvilinear ini
diberikan oleh hukum Fourier, dengan mengandaikan satu satuan kedalaman bahan:
T
q k x (1) (Persamaan 5)
y
Aliran kalor ini sama untuk semua bagian dalam jalur aliran kalor, dan aliran kalor total ialah
jumlah dari aliran kalor dalam semua jalur. Jika bahan ini dibuat sedemikian rupa, sehingga
x y , maka aliran kalor akan sebanding dengan ΔT melintas unsur itu. Selanjutnya, karena
aliran kalor harus konstan, maka ΔT melintas masing-masing unsur harus pula sama dalam
jalur aliran-kalor yang sama. Jadi, ΔT melintas unsur dibeerikan oleh:
Tmenyeluruh
T (Persamaan 6)
N
di mana N adalah banyaknya jenjang suhu antara permukaan dalam dan luar. Selanjutnya,
aliran kalor melalui setiap jalur harus sama karena tidak tergantung dari dimensi Δx dan Δy,
kalau keduanya ini dibuat sama. Jadi, perpindahan kalor total dapat ditulis:
M M
q k Tmenyeluruh k (T2 T1 ) (Persamaan 7)
N N
di mana M adalah jumlah jalur aliran kalor. Sehingga, untuk menghittung perpindahan kalor,
kita hanya perlu menggambarkan bujursangkar kurvilinear ini, dan menghitung banyaknya
tambahan suhu dan jalur aliran kalor. Namun, kita peerlu teliti dalam menggambarkannya,
supaya Δx ≈ Δy, daan garia-garis tegak lurus.
c. Analisis Numerik
Bila situasi yang dihadapi dibatasi kondisi geometri yang sedemikian rupa, sehingga
penyelesaian tersebut semakin kompleks dan sulit, maka pendekatan yang tepat adalah
pendekatan numerik dengan dasar sebagai berikut.
- Terdapat benda dua dimensi yang terbagi atas sejumlah increment besarnya (arah x dan y).
Makin kecil increment-nya maka pendekatan terhadap distribusi suhu juga semakin baik.
- Pada kondisi itu tersebut diberikan titik-titik node, dengan m sebagai pertambahan arah x,
sedangkan n sebagai pertambahan arah y.
- Penentuan suhu tiap titik digunakan persamaan 1 (tabel 8 lampiran) sebagai kondisi penentu.
- Secara umum, dengan menggunakan persamaan-persamaan pada tabel 8, didapatkan
aproksimasi beda berhingga sebagai berikut:
Tm 1,n Tm 1,n 2Tm,n Tm,n 1 Tm,n 1 2Tm,n (Persamaan 8)
0 (27)
(x) 2
(y ) 2
Nilai S untuk beberapa bentuk geometri sudah ditentukan, yang akan dijelaskan
pada Tabel 1 di subbab selanjutnya. Tabel yang sangat komprehensif mengena i
faktor bentuk untuk berbagai bentuk geometri disusun oleh Hahne dan Grigull.
Inversi kosinus hiperbola dapat dihitung dari
𝑐𝑜𝑠ℎ−1 𝑥 = ln
(𝑥 ± 𝑥 2 − 1
Temperatur far field diambil dari temperatur permukaan isotermal pada medium
semi-tak-berhingga.
1. Silinder isotermal dengan jari-jari r, dalam
medium semi-tak-berhingga, dan mempunya i
permukaan isotermal. Faktor bentuk konduksi
pada tipe ini dapat dikalkulasikan dengan
2𝜋𝐿
𝐷 ; dengan batasan L ≫ r
𝑐𝑜𝑠ℎ −1 ( )
𝑟
2𝜋𝐿
2𝐷 ; dengan batasan L ≫ r dan D > 3r Gambar 2. Skema silinder isotermal.
ln
( ) Sumber : Holman, J.P. Heat T ransfer
𝑟
Edition T enth. McGraw – Hill, New
2𝜋𝐿 York, 2010
𝐿 ; dengan batasan D ≫ r dan L ≫D
𝐿 ln (2𝐷 )
ln
𝑟 1 −ln (𝐿 /𝑟)
Gambar 10. Perpindahan kalor konduksi satu dimensi pada bidang datar dengan
sumber panas
Sumber : Holman, J.P. Heat Transfer