PNEUMONIA BALITA
4.1. Menentukan Penyakit Sangat Berat pada Bayi Berumur <2 Bulan .. 30
4.2. Menentukan Klasifikasi dan Tindakan ............................................ 31
4.3.1 Klasifikasi ....................................................................................... 31
DAFTAR GRAFIK
Target Nasional 2015 2019 ................................................................ 59
-
DAFTAR TABEL
Batas Napas Cepat Sesuai Golongan Umur ......................................... 13
Pemberian Antibiotik Oral .................................................................... 30
Pemberian Parasetamol ........................................................................ 35
Dosis Parasetamol ................................................................................ 36
Wheezing Episode Pertama .................................................................. 37
Salbutamol Nebulisasi .......................................................................... 38
Adrenalin Subkutan ............................................................................. 39
Salbutamol Oral ................................................................................... 39
DAFTAR BAGAN
Menghitung Frekuensi Napas Bayi Umur <2 Bulan ............................ 3
Klasifikasi & Tindakan Anak Batuk atau Kesukaran Bernapas
Untuk Kelompok Umur 2 Bulan s.d 59 bulan ....................................... 19
Klasifikasi & Tindakan Anak Batuk atau Kesukaran Bernapas
Untuk Kelompok Umur < 2 Bulan ........................................................ 22
Wheezing Pada Kelompok Umur 2 bulan s.d 59 bulan ........................ 37
Pereda Batuk Yang Aman .................................................................... 52
Kunjungan Ulang ................................................................................ 55
DAFTAR LAMPIRAN
Formulir 2B : Formulir Supervisi Care Seeking Program P2 ISPA
Tingkat Kabupaten/Kota .................................................... 65
Formulir 2D : Formulir Kunjungan Rumah Penderita Pneumonia Balita
Dalam Rangka Care Seeking Program P2 ISPA ..................... 67
Daerah Epidemi HIV di Indonesia, Daerah Epidemi HIV Meluas ................. 69
Daerah Epidemi HIV di Indonesia, Daerah Epidemi HIV Terkonsentrasi ...... 70
Tanda dan gejala penyakit infeksi saluran pernapasan dapat berupa: batuk,
kesukaran bernapas, sakit tenggorok, pilek, sakit telinga dan demam.
Anak dengan batuk atau kesukaran bernapas mungkin menderita
pneumonia atau infeksi saluran pernapasan yang berat lainnya. Akan
tetapi sebagian besar anak batuk yang datang ke Puskesmas/fasilitas
kesehatan lainnya hanya menderita infeksi saluran pernapasan yang
ringan. Petugas kesehatan perlu mengenal anak-anak yang sakit serius
dengan gejala batuk atau kesukaran bernapas yang membutuhkan
pengobatan dengan antibiotik, yaitu pneumonia (infeksi paru) yang
ditandai dengan napas cepat dan mungkin juga Tarikan Dinding Dada
bagian bawah Ke dalam (TDDK).
· Persiapan SDM
· Persiapan Faktor pendukung pelayanan (formulir/register, Logistik,biaya
operasional, ruangan )
· Penyesuain alur pelayanan
Lihat :
Anak harus dalam kondisi tenang
Catat apa yang dikatakan ibu mengenai masalah anaknya. Hal ini penting untuk
membina komunikasi yang baik dengan ibu. Komunikasi yang baik akan
meyakinkan ibu bahwa anaknya akan ditangani dengan baik.
- TANYAKAN (5 langkah)
- LIHAT (3 langkah)
- DENGAR (2 langkah)
TANYAKAN
Perlu diperhatikan, yang ditanyakan adalah sebagai berikut:
- Berapa umur anak?
- Apakah anak menderita batuk atau kesukaran bernapas?
- Sudah berapa lama?
Kemudian masuk ke pertanyaan tentang ada tidaknya tanda bahaya,
sebagai berikut:
- Apakah anak BISA minum atau menetek? (Jika anak berusia 2 bulan -
s.d 59 bulan)
- Apakan anak KURANG BISA minum atau menetek? (Jika anak berusia
< 2 bulan)
- Apakah anak demam? Sudah berapa lama?
- Apakah anak kejang?
LIHAT
- Apakah napas cepat?
- Apakah terlihat tarikan dinding dada bagian bawah kedalam (TDDK)?
- Apakah terlihat kesadaran menurun?
DENGAR
- Apakah terdengar stridor?
- Apakah terdengan wheezing ?
Kesukaran bernapas adalah pola pernapasan yang tidak biasa. Para ibu
biasanya menggambarkan dengan berbagai cara. Mereka mungkin
mengatakan bahwa anaknya bernapas “cepat” atau “berbunyi” atau
“terputus-putus”.
Jika ibu menjawab TIDAK, maka periksalah apakah anak itu batuk atau
kesukaran bernapas? Jika anak tidak batuk atau tidak ada kesukaran
bernapas, maka tidak perlu memeriksa anak lebih lanjut untuk tanda-
tanda yang berhubungan dengan batuk atau kesukaran bernapas.
Anak dengan batuk atau kesukaran bernapas selama lebih dari 2 minggu
berarti menderita batuk kronik. Kemungkinan ini adalah tanda
tuberkulosis, asma, batuk rejan atau penyakit lain.
2.2.1.3. TANYA : Apakah anak BISA minum atau menetek? (Jika anak berusia 2 bulan s.d 59 bulan
Anak menunjukkan tanda “tidak bisa minum atau menetek” jika anak
terlalu lemah untuk minum atau tidak bisa mengisap atau menelan apabila
diberi minum atau diteteki.
Anak yang menetek, sulit mengisap jika hidungnya tersumbat. Apabila anak
dapat menetek setelah hidungnya dibersihkan, berarti anak tidak
mempunyai tanda “tidak bisa minum atau menetek”
TANYA: Apakah anak KURANG BISA minum atau menetek? ( jika anak berusia < 2 bulan)
Pertanyaan ini mirip dengan pertanyaan di atas. Bedanya, pada anak yang
lebih tua adalah tidak bisa minum sama sekali, sedangkan pada usia <2
bulan, kemampuan minumnya paling banyak hanya setengah dari
kebiasaannya menyusu/minum susu buatan. Ibu dapat memperkirakan
jumlah ASI yang dihisap anaknya berdasarkan lamanya menyusu.
Jika ibu mengatakan anak demam maka riwayat demam sudah cukup untuk
menilai sebagai anak demam walaupun saat ini anak tidak demam. Jika pada
saat berkunjung anak dalam kondisi demam, maka ditanya sudah berapa
hari demamnya.
Tanyakan kepada ibu apakah anaknya kejang selama sakit. Gunakan kata-kata
yang dimengerti oleh ibu. Kemungkinan ibu mengungkapkan istilah kejang
sebagai “step” atau “kaku” dan lain sebagainya.
Pada saat kejang, lengan dan kaki anak menjadi kaku karena otot-ototnya
berkontraksi. Tanda dan gejala klinis kejang pada bayi muda sangat bervariasi
bahkan kadang sulit dibedakan dengan gerakan normal. Meskipun demikian,
jika saudara menjumpai gejala/ gerakan yang tidak biasa, terjadi secara
berulang-ulang dan periodik, maka harus dipikirkan kemungkinan bayi
kejang. Kejang dapat berupa gerakan tidak terkendali berulang-ulang pada
mulut seperti menguap, mengunyah atau menghisap.
Apabila hasilnya kurang dari 60 kali per menit, anak tersebut tidak
mengalami napas cepat.
Apabila hasilnya 60 kali per menit atau lebih, tunggulah beberapa
menit dan ulangi penghitungan
- Kalau hasil penghitungan kedua masih juga 60 kali per menit atau
lebih berarti napas cepat.
- Kalau hasil penghitungan kedua <60 kali per menit, berarti tidak
ada napas cepat
HASILNYA
<60 x/MENIT BUKAN NAPAS CEPAT
Selanjutnya perhatikan ada atau tidaknya tarikan dinding dada bagian bawah
ke dalam (TDDK) pada saat anak menarik atau mengeluarkan napas.
Adapun penjelasannya, sbb :
2.2.2.2. LIHAT : Apakah terlihat tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK)?
Bukalah baju anak pada saat menghitung napas. Lihatlah apakah dinding dada
tertarik ke dalam pada saat anak menarik napas. Perhatikan dada bagian bawah
(tulang rusuk terbawah). Pada pernapasan normal, seluruh dinding dada (atas
dan bawah) dan perut bergerak keluar ketika anak menarik napas.
Anak dikatakan mempunyai TDDK jika dinding dada bagian bawah MASUK ke
dalam saat anak MENARIK napas.
Jika nampak dada anak tertarik ke dalam hanya pada saat anak
menangis atau diberi makan, berarti tidak terdapat TDDK.
Jika yang tertarik ke dalam itu hanya jaringan lunak di antara rusuk
saat anak menarik napas (yang juga disebut tarikan/retraksi
interkostal), berarti tidak terdapat TDDK.
Jika tidak yakin ada TDDK, periksalah lagi dengan meminta ibu
mengganti posisi anaknya sehingga posisi anak tidak tertekuk di
pinggangnya. Sebaiknya anak dibaringkan di atas pangkuan ibunya.
Bila tidak nampak pada posisi tersebut berarti tidak ada TDDK.
Berhati-hatilah melihat TDDK pada bayi umur kurang dari 2 bulan, tarikan
dinding dada yang ringan biasa terjadi karena tulang rusuknya relatif
masih lunak. Tetapi jika tarikan dinding dada tersebut kuat (sangat dalam
dan mudah terlihat), hal ini merupakan tanda adanya pneumonia.
Stridor adalah bunyi khas yang terdengar pada saat anak MENARIK napas.
Stridor terjadi apabila ada pembengkakan pada laring, trakhea atau
epiglottis, sehingga menyebabkan sumbatan yang menghalangi
masuknya udara ke dalam paru dan dapat mengancam jiwa anak. Anak
yangmenderita stridor pada saat tenang menunjukkan suatu keadaan
yang berbahaya.
Untuk melihat dan mendengar stridor, amati ketika anak menarik napas.
Dekatkan telinga ke mulut anak untuk lebih jelas mendengarkan stridor.
Pada usia dua tahun pertama, wheezing pada umumnya disebabkan oleh
infeksi respiratorik akut akibat virus, seperti bronkiolitis atau batuk dan
Bila anak wheezing , tanyakan apakah tanda seperti itu pernah terjadi
sebelum anak sakit pada periode ini. Bila pernah, berarti anak dianggap
mengalami wheezing berulang.
Jika suhu badan anak belum diukur dan tersedia termometer, ukurlah
suhu badan anak. Jika tidak tersedia termometer maka rabalah perut atau
bawah ketiak anak dan tentukan apakah anak demam atau dingin.
Kadang-kadang tangan dan kaki anak teraba dingin karena selimutnya
kurang menutup. Bagaimanapun, bila kaki/betis dan ketiak yang teraba
dingin menunjukkan anak hipotermia (sangat dingin).
Di daerah endemis malaria falciparum, anak yang datang dengan batuk atau
kesukaran bernapas disertai demam >380C (atau menurut keterangan
pernah demam di atas 380C) mungkin menderita Malaria. Jika demikian
perlu dipertimbangkan dilakukan pemeriksaan malaria, jika hasilnya positif
ikuti petunjuk pedoman tatalaksana malaria.
Bila anak demam lebih dari lima hari, perlu dirujuk untuk pemeriksaan
lebih lanjut.
Memeriksa tanda “kurang gizi berat” dilakukan secara klinis dengan melihat
kondisi anak. Metode lain dapat digunakan untuk menetapkan anak yang
kurang gizi, ukur berat dan tinggi badan, atau ukur lingkar lengan. Ikutilah
petunjuk program gizi yang ada.
Tanda klinis gizi buruk dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Anak dengan gizi buruk mempunyai risiko yang besar untuk menderita
pneumonia dan dapat tanpa disertai tanda-tanda khas pneumonia.
Klasifikasi : PNEUMONIA
Tindakan : BERI ANTIBIOTIK DENGAN PERAWATAN DI RUMAH
Untuk menentukan PENYAKIT SANGAT BERAT atau salah satu dari 3 klasifikasi
yaitu PNEUMONIA BERAT, PNEUMONIA dan BATUK BUKAN PNEUMONIA maka
Saudara harus mengikuti langkah-langkah pada BAGAN TATALAKSANA
PENDERITA BATUK ATAU KESUKARAN BERNAPAS PADA BALITA, sebagai berikut :
TINDAKAN
- Anak yang mempunyai salah satu “tanda bahaya” harus dirujuk segera
ke rumah sakit.
- Sebelum anak meninggalkan Puskesmas, petugas kesehatan
dianjurkan memberi pengobatan pra rujukan, (misalnya pemberian
antibiotik, atasi demam, wheezing, kejang dan sebagainya), tulislah
surat rujukan ke rumah sakit dan anjurkan pada ibu agar anaknya
dibawa ke rumah sakit sesegera mungkin.
- Berikan satu kali dosis antibiotik suntikan/oral sebelum anak dirujuk
(bila memungkinkan).
- Apabila tidak dapat dirujuk, lihat petunjuk BAB V Pengobatan &
Rujukan.
KLASIFIKASI
Seorang anak berumur 2 bulan s.d 59 bulan diklasifikasikan menderita
pneumonia berat apabila dari pemeriksaan ditemukan:
Atau
TINDAKAN
KLASIFIKASI
Seorang anak berumur 2 bulan s.d 59 bulan diklasifikasikan menderita
pneumonia apabila berdasarkan pemeriksaan ditemukan:
Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK)
Adanya napas cepat:
- 50 x/menit atau lebih pada anak umur 2 bulan s.d.<12 bulan
- 40 x/menit atau lebih pada umur 12 bulan s.d. 59 bulan
TINDAKAN
Penderita pneumonia cukup diberikan pengobatan antibiotik di rumah.
KLASIFIKASI
Seorang anak berumur 2 bulan s.d. 59 bulan diklasifikasikan menderita batuk
bukan pneumonia apabila dari pemeriksaan:
TINDAKAN
- Pasien dapat dirawat di rumah
- Jangan berikan antibiotik
- Meskipun anak dengan batuk atau pilek tidak membutuhkan antibiotik,
hargailah usaha ibu yang telah membawa anaknya berobat. Anjurkan
untuk memberikan tindakan penunjang/perawatan di rumah (lihat
Bab VI. Konseling Bagi Ibu) dan mengamati kemungkinan adanya
tanda-tanda pneumonia.
- Anak dengan batuk dianjurkan untuk kembali jika keadaannya
memburuk.
Sebagian anak dengan batuk pilek dapat juga disertai penyakit lain seperti
TB, asma, Pertusis/ batuk rejan atau yang lain–lain. Rujuklah ke rumah
sakit/Puskesmas perawatan bila anak batuk lebih 2 minggu.
CONTOH KASUS
Cara menentukan klasifikasi dan tindakan pengobatan dengan
menggunakan bagan tatalaksana umur 2 bulan s.d. 59 bulan.
Klasifikasi Penyakit sangat Berat Pneumonia Berat Pneumonia Batuk bukan Pneumonia
Klasifikasi Penyakit sangat Berat Pneumonia Berat Pneumonia Batuk bukan Pneumonia
Napas cepat dan TDDK yang sebelumnya merupakan tanda gejala pneumonia
berat, bukan merupakan tanda gejala pneumonia berat lagi namun
merupakan tanda bahaya penyakit sangat berat. Pada bayi <2 bulan dengan
batuk atau Kesukaran bernapas tetap harus dilakukan hitung napas dan
lihat TDDK untuk mengetahui apakah ada tanda bahaya tersebut sehingga
dapat dilakukan tindakan rujukan segera agar tidak memperberat
penyakitnya sehingga menyebabkan kematian. Penjelasan tentang napas
cepat dan TDDK, sbb :
4.1. MENENTUKAN PENYAKIT SANGAT BERAT PADA BAYI BERUMUR <2 BULAN
Bayi muda dengan tanda bahaya sangat berisiko untuk meninggal. Sulit
membedakan antara pneumonia, sepsis atau meningitis pada kelompok umur
ini. Tetapi Saudara tidak perlu membedakan penyakit yang diderita, cukup
dengan mengenali tanda-tanda bahaya yang menunjukkan penyakit sangat
berat.
TINDAKAN
- Bayi yang mempunyai salah satu “tanda bahaya” harus dirujuk segera ke
rumah sakit.
- Sebelum bayi meninggalkan puskesmas, petugas kesehatan dianjurkan
memberi pengobatan pra rujukan, (misal atasi demam, wheezing, kejang
dan sebagainya), tulislah surat rujukan ke rumah sakit dan anjurkan pada
ibu agar anaknya dibawa ke rumah sakit sesegera mungkin.
- Berikan satu kali dosis antibiotik sebelum anak dirujuk (bila memungkinkan).
- Anjurkan ibunya untuk tetap memberikan ASI.
- Penting untuk menjaga agar bayi tetap hangat. Cara terbaik untuk
mempertahan-kan kehangatan adalah dengan menyelimuti bayi dan tetap
Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang kuat (TDDK kuat) ATAU
Adanya napas cepat: 60 x/menit atau lebih
TINDAKAN
o Bayi yang mempunyai TDDK kuat serta napas cepat harus dirujuk segera ke
rumah sakit.
o Sebelum bayi meninggalkan Puskesmas, petugas kesehatan dianjurkan
memberi pengobatan pra rujukan, (misal atasi demam, wheezing , kejang
dan sebagainya), tulislah surat rujukan ke rumah sakit dan anjurkan pada
ibu agar anaknya dibawa ke rumah sakit sesegera mungkin.
o Berikan satu kali dosis antibiotik sebelum anak dirujuk (bila memungkinkan).
o Anjurkan ibunya untuk tetap memberikan ASI.
o Penting untuk menjaga agar bayi tetap hangat. Cara terbaik untuk
mempertahankan kehangatan adalah dengan menyelimuti bayi dan tetap
menempelkan ke tubuh ibunya. Hipotermi dapat berakibat fatal/mematikan
untuk bayi muda.
o Kalau tidak dapat dirujuk, lihat petunjuk BAB V PENGOBATAN & RUJUKAN.
CONTOH KASUS
Pada contoh kasus berikut Saudara dapat berlatih menentukan klasifikasi dan
tindakan pengobatan dengan menggunakan Bagan Tatalaksana Umur <2
Bulan.
Berikut ini adalah cara petugas kesehatan mencatat informasi tentang tanda-
tanda penyakit di kartu berobat milik Salim dengan menggunakan stempel
Program P2 ISPA
Klasifikasi Penyakit sangat Berat Pneumonia Berat Pneumonia Batuk bukan Pneumonia
Petugas pertama diingatkan untuk selalu mencari tanda bahaya sebagai langkah
pertama sehingga tidak terjadi lagi adanya tanda bahaya yang terlampaui.
Berikut ini adalah cara petugas kesehatan mencatat informasi tentang tanda-
tanda penyakit di kartu berobat milik Abidin pada kunjungan ke dua dengan
menggunakan stempel Program P2 ISPA.
Klasifikasi Penyakit sangat Berat Pneumonia Berat Pneumonia Batuk bukan Pneumonia
ATAU
KESUKARAN BERNAFAS
BAB V
PENGOBATAN & RUJUKAN
5.1. PENGOBATAN
5.1.1. PEMBERIAN ANTIBIOTIK ORAL
Berikan antibiotik oral PILIHAN PERTAMA AMOKSISILIN. Ini dipilih karena sangat
efektif, cara pemberiannya mudah dan murah. Antibiotik PILIHAN KEDUA
ERITROMISIN.
Dosis :
· Amoksisilin: 80 - 100 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis
· Eritromisin : 40 – 60 mg/KgBB/hari dibagi 3 - 4 dosis
Catatan : Jika mampu laksana pemberian antibotik disesuaikan secara
individual (taylor made). Jika tidak mampu laksana ikuti cara yang lebih
sederhana seperti tabel berikut ini.
Tindakan Prarujukan :
Anak-anak berusia 2- < 60 bulan dengan pneumonia berat harus ditangani
dengan ampisilin parenteral (atau penisilin) dan gentamisin sebagai pengobatan
lini pertama.
Pada bayi berumur <2 bulan pemberian antibiotik oral merupakan tindakan
pra- rujukan dan diberikan jika bayi masih bisa minum. Jika bayi tidak bisa
minum maka diberikan dengan injeksi intramuskular .
0 0
Beritahukan ibunya untuk anak yang demam berilah pakaian yang ringan. Tak
perlu dibungkus selimut terlalu rapat atau pakaian yang berlapis, sebab justru
akan menyebabkan tidak enak dan menambah demam.
Demam itu sendiri bukan indikasi untuk pemberian antibiotik, kecuali pada
bayi kurang dari 2 bulan. Pada bayi kurang dari 2 bulan kalau ada demam
harus dirujuk; jangan berikan parasetamol untuk demamnya.
UMUR atau BERAT BADAN TABLET 500 mg TABLET 100 SIRUP 120 mg/5 ml
1 mg ½ 2.5 ml
2 BULAN-<6 BULAN (4-<7 Kg)
½ sendok takar
¼ 1 5 ml
6 BULAN-<3 TAHUN (7-<14 Kg)
1 sendok
½ 2 7.5 ml
3 TAHUN-5 TAHUN (14-19 Kg)
1 1/2 sendok
Pada kelompok umur 2 bulan s.d. 59 bulan : Wheezing pada kelompok umur ini
perlu ditentukan apakah episode pertama atau sudah berulang. Bila sudah
berulang kemungkinan besar wheezing nya karena asma. Bila episode pertama
kemungkinan karena Pneumonia. Bila ada keraguan lakukan nebulisasi
bronkodilator dan dinilai responsnya untuk menentukan apakah ini pneumonia
atau asma .
Wheezing
Inhalasi
Bronkodilator kerja cepat, bila belum
membaik dapat diberikan sampai 3
kali dalam 1 jam
Wheezing pada bayi dan balita dapat disebabkan oleh bronkiolitis atau asma. Kemungkinan bronkiolitis akan lebih besar
jika terjadi pada anak <2 tahun, wheezing baru pertama terjadi dan tidak mereda dengan pemberian bronkodilator. Pasien
dengan bronkokiolitis ditatalaksana sebagai pneumonia.
Bila whezzing sudah terjadi berulang dan mereda dengan pemberian bronkodilator maka kemungkinan bersar pasien
mengalami asma dan ditatalaksana asma sesuai buku pedoman asma.
A. SALBUTAMOL NEBULISASI
Jika kedua cara untuk pemberian Salbutamol tidak tersedia, beri suntikan
Epinefrin (Adrenalin) subkutan dosis 0,01ml/kg dalam larutan
perbandingan 1:1000 (dosis maksimum: 0,3ml), menggunakan semprit1ml.
BRONKHODILATORORAL
Ketika anak jelas membaik untuk bisa dipulangkan bila tidak tersedia atau
tidak mampu membeli salbutamol hirupan, berikan salbutamol oral
(dalam sirup atau tablet).
5.2. RUJUKAN
5.2.1.PENGOBATAN PRA RUJUKAN (ANTIBIOTIK DOSIS PERTAMA)
Tindakan Prarujukan :
Bayi muda (<2 bulan) dengan penyakit sangat berat harus ditangani dengan obat
suntikan:
- Ampisilin: 50 mg/kgBB IM diberikan hanya 1 kali suntikan DAN
- Gentamisin: 7,5 mg/kgBB IM diberikan hanya 1 kali suntikan
5.2.2.MERUJUK ANAK
5.2.2.1.MENJELASKAN PERLUNYA RUJUKAN
Jelaskan kepada ibu tentang pentingnya rujukan. Minta persetujuan ibu untuk
membawa anaknya kerumah sakit. Bila ibu tidak mau membawa anaknya, cari
penyebabnya. Contoh alasan yang dikemukakan adalah:
- Ibu tidak mempunyai uang untuk biaya transportasi, perawatan dirumah
sakit, obat-obatan atau makanan untuk ibu sendiri selama tinggal
dirumah sakit.
- Ibu tidak dapat meninggalkan rumah untuk menunggui anak selama
tinggal dirumah sakit karena:
tidak ada yang merawat anak-anaknya yang lain
ibu harus bertani
ibu bisa kehilangan pekerjaan
Usahakan agar ibu mau membawa anaknya kerumah sakit dan bantulah
semampu saudara untuk memecahkan masalahnya.
Tulis surat rujukan untuk dibawa ibu kerumah sakit. Beritahu ibu untuk
memberikannya kepada petugas kesehatan dirumah sakit.
PUSKESMAS
ABEPURA
KOTAJAYAPURA
PROPINSI PAPUA
Terimakasih
Klasifikasi dan pengobatan pneumonia untuk anak usia 2 s.d. 59 bulan di fasilitas
kesehatan :
Anak-anak berusia 2 s.d. 59 bulan dengan pneumonia berat harus ditangani dengan :
- Ampisilin: 50 mg/kg BB/hr setiap 6 jam selama setidaknya lima hari
- Gentamisin: 7,5 mg/kg IM/IV sekali sehari selama setidaknya lima hari
- Jelaskan kepada orang tua keadaan bayi yang sedang sakit berat. Minta
persetujuan orangtua (informedconsent) untuk tindakan/ pengobatan yang
akan Saudara lakukan.
- Berikan antibiotik intramuskular selama 3 hari (lihat tabel 5.11 dan5.12).
- Untuk kelompok umur 2 bulan s.d 59 bulan beri Ampisilin (50mg/kg
BBintramuskular/ intravena setiap 6 jam) DAN Gentamisin (7.5mg/kg
BBintramuskular/ intravena setiap 24 jam).
- Untuk kelompok umur <2 bulan Ampisilin intramuskular/intravena
(100mg/kgBB/ 24 jam diberikan tiap 12 jam DAN Gentamisin (5mg/kg
BBintramuskular/ intarvena dibagi dalam 2 dosis).
- Bila anak memberikan respon yang baik maka lanjutkan pemberian injeksi
selama 5 hari.
- Jika diantara waktu tersebut telah memungkinka nuntuk dirujuk, RUJUK
SEGERA
- Selanjutnya terapi bisa dilanjutkan dirumah dengan amoksisilin oral
(50mg/kg BB dibagi dalam 2 dosis) dan Gentamisin IM sekali/hari selama 5
hari lagi untuk melengkapi keseluruhan pengobatan 10 hari.
Pedoman Tatalaksana Pneumonia Balita 42
Tabel 5.8 . Antibiotik Intramuskular
Untuk Kelompok Umur 2 bulan s.d 59 Bulan
AMPISILINDosis:
50mg/kg BB GENTAMISIN
UMUR atau BERAT BADAN Tambahkan4mlaquadest dalam Dosis:7.5mg/kg BB/24Jam
1vial1000mgsehinggamenjadi: Sediaan80mg/2ml
1000mg=5mlatau200mg/ml
2-<4BULAN
1.25ml=250mg 1ml=40mg
(4-6Kg)
4-<9BULAN
1.75ml=350mg 1.25ml=50mg
(6-<8 Kg)
9-<12 BULAN
2.25ml=450mg 1.75ml=70mg
(8-<10Kg)
1-<3TAHUN
3ml=600mg 2.5ml=100mg
(10-<14 Kg)
3-s.d. 59 TAHUN
3.75ml=750mg 3ml=120mg
(14-<19 Kg)
Pada anak dengan pneumonia berat atau penyakit sangat berat dapat meninggal
karena kekurangan oksigen. Bayi berusia <2 bulan dengan tanda-tanda
gangguan pernapasan yang berat (takipnea, tarikan dada yang dalam, kepala
terangguk-angguk/headnodding, napas cuping hidung) harus diberikan oksigen
karena memiliki risiko apnea dan kematian yang lebih besar akibat hipoksemia.
Dalam situasi dimana pasokan oksigen sangat terbatas, untuk anak-anak
berusia di atas 2 bulan oksigen dapat diberikan sesuai indikasi sebagai berikut :
· Sianosis sentral
· Penurunan kesadaran, tidak responsif, atau responsif hanya pada rangsang nyeri
· Kepala terangguk-angguk atau mengerang
· Telapak atau konjungtiva sangat pucat (anemia berat) dengan tarikan dinding dada
bawah ke dalam atau frekuensi napas cepat
Oksigen merupakan sumber daya yang mahal. Oleh karena itu diperlukan
pertimbangan klinis yang teliti untuk menentukan pasien yang betul-betul
memerlukan terapi oksigen, berapa dosis yang diperlukan serta untuk berapa
lama terapi diberikan.
Sungkup wajah, kanul nasal, dan selang oksigen dapat dibersihkan dengan
mudah menggunakan sabun dan air, direndam dalam cairan pembersih dan
dibiarkan hingga kering sebelum digunakan kembali.
- Bayi muda berumur <2 bulan dengan pneumonia lebih mudah meninggal
dibanding bayi yang lebih tua sehingga pemberian oksigen secara tepat
merupakan hal penting. Jagalah sungguh-sungguh pada bayi prematur untuk
menghindari pemberian oksigen terlalu banyak karena dapat mengakibatkan
kebutaan.
Terapi Oksigen
Lanjutkan
Masalah pada instalasi Terapi Oksigen? n
Periksa :
Periksa adakah masalah klinis lain?
- Apakah terdapat aliran O2?
- Apakah dak ada kebocoran pada selang? - Efusi pleura
- Apakah kanul/kateter nasal terpasang - Penumotoraks
- Obstruksi saluran napas akut
baik?
- Bronkospasme
- Apakah kanul/kateter nasal dak
- Penyakit jantung siano k atau gagal
tersumbat?
jantung konges f
- Jika dengan Oksigen konsentrator, apakah
- Kegagalan ven lasi
konsentrasi O2 > 85%?
Cek saturasi
berkala
- Pasang kembali O2
- Klinis dan saturasi stabil,
ulangi penyapihan esok pagi
Stabil 24 jam
Perencanaan pulang
ATAU
KESUKARAN BERNAFAS
BAB VI
KONSELING IBU
Ibu diminta melakukan sendiri cara mengukur satu dosis. Bila obat berbentuk
tablet dan anak tidak bisa menelan tablet, ajari ibu menggerus tablet tersebut.
Amati selama ibu praktek. Puji ibu jika yang dilakukannya benar. Jika ibu
membuat kesalahan dalam mengukur dosis, tunjukkan cara yang benar.
Pastikan bahwa petugas obat dapat melaksanakan tugas penting ini dengan baik.
Cek pemahaman ibu sebelum meninggalkan Puskesmas. Saudara akan tahu dari
jawaban-jawaban ibu bahwa petugas obat melakukan tugasnya dengan baik.
Pada buku KIA, jelaskan, lingkari atau catat informasi yang ada hubungannya
dengan anaknya.
Pemberian makanan pada bayi yang tidak bisa mengisap dengan baik.
Stomatitis (radang dalam mulut) yang berat dapat mengganggu anak mengisap
ASI dengan baik. Ajarkan ibu untuk memeras ASI kedalam mangkuk, atau
menyiapkan susu buatan yang baik, kemudian memberikan kepada anaknya
dengan sendok.
Pemberian ASI.
Bila anak belum menerima makanan tambahan apapun, anjurkan ibunya
untuk memberikan ASI lebih sering dari pada biasanya.
ASI adalah bahan penyembuh terbaik bagi bayi yang mendapat ASI Eksklusif.
MEMBURUK
TETAP SAMA
MEMBAIK
MEMBURUK
Apabila anak menjadi sulit bernapas, tak mampu minum, timbul TDDK
atau tanda bahaya yang lain. Anak yang demikian harus dirujuk segera untuk
rawat inap. Sebelum merujuk berikan:
Satu dosis antibiotik atau
Injeksi intramuskular Ampisilin dan Gentamisin
TETAP SAMA
MEMBAIK
Apabila pernapasan anak melambat, demamnya menurun/menghilang,
nafsu makan bertambah walau mungkin masih batuk. Beritahukan ibunya untuk
meneruskan pemberian antibiotik sampai 3 hari.
Ingatlah bahwa pada Tindak Lanjut ini digunakan untuk kelompok umur 2 bulan –
< 60 bulan.
Persiapan logistik:
Obat yang digunakan adalah obat yang sudah lazim ada di Puskesmas:
SEDIAAN ORAL
Tablet/sirup Amoksisilin
Tablet/sirup Kotrimoksazol
Tablet/sirup Parasetamol
Tablet Salbutamol
Program P2 ISPA mengambil angka rata-rata 10% pertahun dihitung dari jumlah
penduduk usia balita sebagai perkiraan kejadian pneumonia di satu daerah.
Conto h:
Puskesmas dengan penduduk 30.000 dan jumlah Balitanya 10% =10/100 x
30.000 = 3.000; maka perkiraan kejadian pneumonia yang harus dicapai dalam
waktu 1 tahun ialah 10%x3.000 =300. Ini berarti sekitar 25 kasus pneumonia
per bulan.
Sasaran:
Perkiraan kejadian pneumonia Balita sebesar
10% dari jumlah Balita
Pada program P2 ISPA yang disebut SASARAN adalah: Semua anak Balita yang
diperkiraan menderita pneumonia di suatu wilayah tertentu.
76& 86&
66&
56&
46&
Klasifikasi Penyakit sangat Berat Pneumonia Berat Pneumonia Batuk bukan Pneumonia
Obatyang: Antibiotika
diberikan Obatlain:
Pemantauan program P2 ISPA dapat dilakukan di semua tingkat mulai dari tingkat
Puskesmas sampai dengan Pusat. Pemantauan dilakukan terhadap:
hasil penemuan penderita pneumonia Balita yang diobati atau yang
ditatalaksana Sesuai standar atau yang disebut cakupan pelayanan
logistik: yang dimiliki, dibutuhkan dan yang dikirim dari tingkat lebih atas
laporan dari tingkat yang lebih bawah
Berikut ini diperkenalkan alat (tool) pemantau sederhana yang disebut alat
pemantauan wilayah setempat (PWS) berupa tabel pemantauan cakupan per
bulan yang dapat digunakan di semua tingkat terutama di Puskesmas. Tabel ini
dapat dibuat menjadi grafik yang lebih mudah dianalisis. Prinsipnya tabel/grafik
ini tidak untuk dilaporkan akan tetapi sebagai alat untuk mengetahui
kemajuan/kemunduran suatu wilayah mengenai suatu cakupan pelayanan
yang harus dicapainya pada suatu saat tertentu dan untuk segera dapat
melakukakan intervensi berupa peningkatan kegiatan dan lain sebagainya.
Contoh:
Format Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) pneumonia di tingkat Puskesmas
Bagilah target cakupan Puskesmas secara proporsional sesuai jumlah Balita di
masing-masing desa. Pemantauan dilakukan setiap bulan dengan target perkiraan
kasus pneumonia Balita harus ditemukan 5,5% (16 kasus).
Tabel di atas menunjukkan kasus yang ditemukan tidak selalu 16 orang, akan
tetapi bervariasi yang kemungkinan dipengaruhi oleh cuaca (waktu) dan faktor
risiko yang ada (tempat). Penemuan kasus bisa melebihi target yang telah
ditentukan, mengingat target adalah sebagian dari sasaran.
Dari contoh diatas dapat dilihat bahwa pemantauan yang dilakukan sangat
berguna, untuk mendorong Puskesmas Labuhan dalam mencapai target bahkan
melebihi target yang telah ditentukan. Pada akhir tahun akan didapatkan jumlah
kasus pneumonia per desa, dengan menjumlahkan kasus per bulan.
Persentase (%) Jumlah kasus yang ditemukan pada akhir tahun diperoleh
dari:
Jumlah kasus akhir tahun x 100%
Sasaran
Contoh grafik:
Bila cakupan sangat rendah, berarti banyak kasus pneumonia Balita yang tidak
dibawa berobat oleh orang tua atau dapat juga berarti bahwa petugas tidak
melaksanakan tatalaksana standar (terutama penghitungan napas). Hal ini
dapat diatasi dengan lebih meningkatkan peran serta masyarakat melalui
pelatihan kader, penyuluhan kepada ibu-ibu dan memberikan pelatihan kepada
petugas kesehatan.
PROPINSI :.....................................................
KABUPATEN/KOTA :.....................................................
VI. PROMOSI
1. Media promosi yang dibuat oleh Kab/Kota (lingkari jawaban yang sesuai):
a. Leaet e. TV Spot
b. Poster f. Sinetron
c. Buletin/Koran g. Film/layar tancap
d. Radio Spot
2. Yang menyelenggarakan promosi (lingkari jawaban yangsesuai):
a. Pengelola program P2M
b. Lintas program (sebutkan) ................................................................
c. Lintas sektor (sebutkan).............................................................
d. LSM (sebutkan).........................................................
3. Berapa kali frekuensi promosi tahun yang lalu?............................. kali
4. Berapa kali frekuensi promosi tahun ini (rencana)?....................... kali
5. Sumber dana promosi:
a. APBN b. APBD c.BLN
Supervisor, Responden
(..........................) (..........................)
FORMULIR
KUNJUNGAN RUMAH PENDERITA PNEUMONIA
BALITA DALAM RANGKA CARE SEEKING
PROGRAM P2 ISPA
PUSKESMAS : ......................................
KABUPATEN/KOTA : ......................................
NAMA PETUGAS : ......................................
TANGGAL KUNJUNGAN : ......................................
I. PEMERIKSAAN PENDERITA ...............
1. Nama ......................................
2. Tanggallahir ...............
: ......................................
3. Nama KK : ......................................
4. Alamat ...............
: ......................................
Klasifikasi
BERAT
TANGGAL UMUR SUHU PEMERIKSAAN & KLASIFIKASI TINDAKAN
BADAN
Umur 2 bulan-5 tahun
Tanda bahaya:
- Kejang - Kurang bisa minum
- Stridor - Kesadaran menurun
- Wheezing - Demam/dingin
Batuk : ....................hari
Frek.Napas : .............kali/menit
Napas cepat : YA/TIDAK
TDDK Kuat : YA/TIDAK
Klasifikasi
Pedoman Tatalaksana Pneumonia Balita 69
Kesimpulan hasil pemerikasaan setelah 2 hari pengobatan. Beri tanda pada
kesimpulan hasil pemeriksaan dibawah ini:
No Provinsi Kab/Kota
1. 1 Kab. Fakfak
2 Kab. Kaimana
3 Kab. TelukWondama
4 Kab. TelukBintuni
5 Kab. Manokwari
6 Kab. Manokwari Selatan
Papua Barat 7 Kab. PegununganArfak
8 Kab. Sorong Selatan
9 Kab. Sorong
10 Kab. Raja Ampat
11 Kab. Sorong
12 Kab. Maybrat
13 Kab. Tambrauw
No Provinsi Kab/Kota
1 Aceh 1 Kota Banda Aceh
2 Kota Lhokseumawe
2 Sumatera Utara 1 Kab. LabuhanBatu
2 Kab. Simalungun
3 Kab. Deli Serdang
4 Kota Medan
3 Sumatera Barat 1 Kab. Solok
2 Kota Padang
3 Kota Bukittinggi
4 Riau 1 Kab. Indragiri Hilir
2 Kab. Bengkalis
3 Kab. RokanHilir
4 Kota Pekanbaru
5 Kota Dumai
5 Jambi 1 Kota Jambi
6 Sumatera Selatan 1 Kab. OganKomeringIlir
2 Kab. Banyu Asin
3 Kota Palembang
4 Kota Prabumulih
7 Bengkulu 1 Kota RejangLebong
2 Kota Bengkulu
8 Lampung 1 Kota Bandar Lampung
9 Bangka Belitung 1 Kota Pangkal Pinang
10 Kep. Riau 1 Kab. Karimun
2 Kota Batam
3 Kota Tanjung Pinang
11 DKI Jakarta 1 Kota Jakarta Selatan
2 Kota Jakarta Timur
3 Kota Jakarta Pusat
4 Kota Jakarta Barat
5 Kota Jakarta Utara
12 Jawa Barat 1 Kab. Bogor
2 Kab. Sukabumi
3 Kab. Cianjur
4 Kab. Bandung
5 Kab. Garut
6 Kab. Tasikmalaya
7 Kab. Ciamis
8 Kab. Kuningan
9 Kab. Cirebon
10 Kab. Majalengka
11 Kab. Sumedang
12 Kab. Indramayu
13 Kab. Subang
14 Kab. Kawarang
15 Kab. Bekasi
16 Kab. Bandung Barat