Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Asuhan Kebidanan Kehamilan

“ Pemeriksaan Perkusi ( Refleks Patella ) pada Ibu Hamil“

Dosen Pengampu : Isrowiyatun Da’iyah.M.Keb

Disusun Oleh:
Kelompok 1
Amanda Maryana Suhendar P07124118165
Aulia Nurhidayah P07124118172
Bekty Eka Yuniavi P07124118174
Eka Oktaviana Amalia Az-Zahra P07124118184
Ferananda Junaedi P07124118194
Islahul Annisa P07124118204
Mukarramah P07124118214
Sulis Tianingsih P07124118247
Nur Syifa. S P07124118225

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANJARMASIN
JURUSAN DIII KEBIDANAN
SEMESTER IIA
2019

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang "
Pemeriksaan Perkusi ( Refleks Patella ) pada Ibu Hamil ".

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal terlepas dari semua itu, Kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bermanfaat untuk masyarakat dan
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Banjarbaru,22 Mei 2019

Penyusun
kelompok 1

2
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sebagai seorang tenaga medis tepatnya seorang bidan harus memahami anatomi
dan fisiologi patella karena berhubungan dengan ilmu kebidanan yaitu pemeriksaan refleks
patella yang memprediksikan bahwa ibu hamil yang mempunyai refleks patella negatif
kemungkinan ibu hamil tersebut mengalami kekurangan vitamin B1. Selain itu ketiadaan
atau penurunan refleks patela dikenal juga sebagai tanda westphal. Tanda westphal
menunjukkan bahwa ada masalah di saraf tulang belakang pasien atau saraf perifer.
Sehingga seorang bidan mengetahui asuhan kebidanan yang tepat pada ibu hamil tersebut.
Jika dihubungkan dengan nantinya saat persalinan, ibu hamil yang refleks patelanya negatif
pada pasien preeklampsia/eklampsia tidak dapat diberikan MgS04 pada pemberian ke-2,
karena syarat dari pemberian ke-2 dilihat dari refleks patela. Jika refleks negatif, ada
kemungkinan ibu mengalami keracunan MgS04.

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah mahasiswa mengetahui dan mampu menjelaskan
tentang anatomi dan fisiologi patella sehingga dapat memberikan pelayanan kebidanan yang sesuai
dengan standar.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah:

a. Mahasiswa mengetahui dan mampu menjjelaskan anatomi dan fisiologi dari patella.

b. Mahasiswa mengetahui dan mampu mnejelaskan hubungan patella dengan kebidanan.

c. Mahasiswa mengetahui dan mampu menjelaskan refleks dari patella.

c. Mahasiswa mengetahui dan mampu menjelaskan gangguan yang terdapat pada patella.

d. Mahasiswa mengetahui dan mampu menjelaskan fraktur yang terjadi pada patella.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perkusi

Perkusi merupakan teknik pemeriksaan dengan melakukan pengetukan menggunakan


ujung-ujung jari pada bagian tubuh untuk mengetahui ukuran, batasan, konsistensi, organ
tubuh, dan menentukan adanya cairan dalam tubuh. Ada dua cara dalam melakukan perkusi,
yaitu cara langsung dan cara tidak langsung. Cara langsung dilakukan dengan mengetuk
secara langsung bagian tubuh yang akan diperiksa dengan menggunakan satu atau dua jari.
Sedangkan cara tidak langsung dilakukan dengan menempatkan jari tengah tangan kiri (yang
tidak dominan)di atas permukaan tubuh, usahakan agar telapak tangan dan jari-jari lain
tidak menempel pada permukaan tubuh, sementara ujung jari tengah tangan kanan
(dominan) mengetuk persendian distal dari jari tengah tangan kiri. Secara umum, hasil
perkusi dibagi menjadi lima macam, bunyi timpani, resonan, hipersonar, pekak, dan kemps.

B. Anatomi Patella

Patela atau tempurung lutut adalah tulang baji atau tulang sesamoid yang
berkembang dalam tendon otot kwadrisep extensor berfungsi meluruskan (ekstensi)
lutut. Apex patellameruncing kebawah. Permukaan anterior dari tulang ialah kasar,
permukaan posteriornya halus dan bersendi dengan permukaan pateler dari ujung bawah
femur. Letaknya di depan sendi lutut, tetapi tidak ikut serta di dalamnya. Sendi lutut
merupakan persendian yang paling besar pada tubuh manusia. Sendi ini terletak pada kaki
yaitu antara tungkai atas dan tungkai bawah. Pada dasarnya sendi lutut ini terdiri dari dua
articulatio condylaris diantara condylus femoris medialis dan lateralis dan condylus tibiae
yang terkait dan sebuah sendi pelana, diantara patella dan fascies patellaris femoris.

C. Fisiologi Patella

Fungsi patella di samping sebagai perekatan otot-otot atau tendon adalah sebagai
pengungkit sendi lutut. Pada posisi flexi lutut 90 derajat, kedudukan patella di antara kedua
condylus femur dan saat extensi maka patella terletak pada permukaan anterior femur
(Syaifuddin, 1997).

D. Hubungan Patella dengan Kebidanan

Pada pembahasan ini hubungan patella dengan kebidanan adalah pada fungsi
pemeriksaan refleks patella.Apabila refleks patela bernilai positif/baik maka menunjukkan
sistem saraf di area ekstremitas bawah termasuk baik. Jika pada ibu hamil reaksinya
negatif kemungkinan ibu hamil tersebut mengalami kekurangan vitamin B1. Selain itu
ketiadaan atau penurunan refleks patella dikenal juga sebagai tanda westphal. Tanda
westphal menunjukkan bahwa ada masalah di saraf tulang belakang pasien atau saraf
perifer. Pemeriksaan medis ini tidak berkaitan dengan sifat dan sikap seseorang namun lebih
kepada profil kesehatan.

5
Pada kehamilan fungsi dari pemeriksaan patella adalah untuk menilai apakah ibu
hamil tersebut mengalami defisiensi Vit. B1 atau memang ada masalah dalam sistem
persyarafannya. Jika dihubungkan dengan nantinya saat persalinan, ibu hamil yang refleks
patellanya negatif pada pasien preeklampsia/eklampsia tidak dapat diberikan MgS04 pada
pemberian ke-2, karena syarat dari pemberian ke-2 dilihat dari refleks patela. Jika refleks
negatif, ada kemungkinan ibu mengalami keracunan MgS04.

E. Mekanisme Refleks Patella

Rangsangan (ketukan pada patellae) Impuls àreseptor à neuron sensorik/afferent


(neuron Femoris) àmedulla spinalisà neuron asosiasi/perantara àneuron motorik (neuron
Femoris) àefektor (neuron Quadratus femoris)àgerakan.

Prosedur respons refleks sering dikelaskan dengan nilai 0 sampai 4+.

1. 4+ : hiperaktif dengan klonus terus menerus


2. 3+ : hiperaktif
3. 2+ : normal
4. 1+ : hipoaktif
5. 0 : tidak ada reflex
Apabila refleks patella bernilai positif atau baik maka menunjukkan sistem saraf di area
ekstremitas bawah termasuk baik. Jika pada ibu hamil reaksinya negatif kemungkinan
ibu hamil tersebut mengalami kekurangan vitamin B1. Selain itu ketiadaan atau
penurunan refleks patella dikenal juga sebagai tanda Westphal. Tanda westphal
menunjukkan bahwa ada masalah di saraf tulang belakang pasien atau saraf perifer .
Pemeriksaan medis ini tidak berkaitan dengan sifat dan sikap seseorang namun lebih
kepada profil kesehatan.
F. Cara pemeriksaan perkusi meliputi:
1. Posisi pasien dapat duduk, tidur, atau berdiri, bergantung pada bagian mana yang akan
diperiksa dan pakaian pada bagian tubuh yang diperiksa harus dibuka.
2. Pastikan pasien dalam keadaan rileks dan pada posisi yang nyaman untuk mengurangi
ketegangan otot yang dapat mengganggu hasil perkusi.
3. Minta pasien menarik napas dalam agar meningkatkan relaksasi otot.
4. Kuku jari pemeriksa harus pendek.
5. Tangan hangat dan kering.
6. Lakukan perkusi secara seksama dan sistematis dan dengan metode langsung, yaitu
melakukan perkusi atau pengetukan jari tangan langsung dengan menggunakan satu
atau dua ujung jari, atau dengan metode tidak langsung, yaitu:
a. Jari tengah tangan kiri( tidak dominan ) sebagai fleksi meter diletakkan dengan
lembut di atas permukaan tubuh, upayakan agar telapak tangan dan jari-jari lain tidak
menempel pada permukaan tubuh.
b. Ujung jari tengah kanan ( dominan ) berfungsi sebagai fleksor untuk mengetuk
persendian distal jari tengah kanan kiri.
c. Ketukan harus cepat dan tajam, dan posisi lengan tetap ( tidak bergerak atau
bergerak ) dan pergelangan tangan rileks.

6
d. Berikan tenaga ketukan yang sama pada setiap area tubuh.
e. Bandingkan bunyi dengan akurat.
7. Bandingkan atau perhatikan bunyi yang dihasilkan dari tindakan perkusi.
a. Bunyi timpani mempunyai intensitas agak keras, nada tinggi, waktu lama, dan
kualitas seperti drum ( lambung ).
b. Bunyi resonan mempunyai intensitas amat keras, waktu lebih lama, kualitas seprti
ledakan ( emfisema paru ).
c. Bunyi pekak mempunyai intensitas lembut sampai menengah, nada tinggi, waktu
lama, kualitas seperti petir ( hati ).
d. Bunyi kemps mempunyai intensitas lembut, nada tinggi, waktu pendek, kualitas datar
( otot ).

G. Cara pemberian magnesium sulfat :

1. Dosis awal sekitar 4 gram MgSO4 IV (20 % dalam 20 cc) selama 1 gr/menit kemasan 20%
dalam 25 cc larutan MgSO4 (dalam 3-5 menit). Diikuti segera 4 gr di bokong kiri dan 4
gram di bokong kanan (40 % dalam 10 cc) dengan jarum no 21 panjang 3,7 cm. Untuk
mengurangi nyeri dapat diberikan 1 cc xylocain 2% yang tidak mengandung adrenalin
pada suntikan IM.

2. Dosis ulangan : diberikan 4 gram intramuskuler 40% setelah 6 jam pemberian dosis awal
lalu dosis ulangan diberikan 4 gram IM setiap 6 jam dimana pemberian MgSO4 tidak
melebihi 2-3 hari.

3. Syarat-syarat pemberian MgSO4

a. Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium gluconas 10%, 1 gram (10% dalam 10 cc)
diberikan intravenous dalam 3 menit.
b. Refleks patella positif kuat
c. Frekuensi pernapasan lebih 16 kali per menit.
d. Produksi urin lebih 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5 cc/kgBB/jam).

4. MgSO4 dihentikan bila :

a. Ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot, hipotensi, refleks fisiologis


menurun, fungsi jantung terganggu, depresi SSP, kelumpuhan dan selanjutnya dapat
menyebabkan kematian karena kelumpuhan otot-otot pernapasan karena ada serum
10 U magnesium pada dosis adekuat adalah 4-7 mEq/liter. Refleks fisiologis
menghilang pada kadar 8-10 mEq/liter. Kadar 12-15 mEq terjadi kelumpuhan otot-
otot pernapasan dan lebih 15 mEq/liter terjadi kematian jantung.

b. Bila timbul tanda-tanda keracunan magnesium sulfat

1) Hentikan pemberian magnesium sulfat


2) Berikan calcium gluconase 10% 1 gram (10% dalam 10 cc) secara IV dalam waktu 3
menit.
7
3) Berikan oksigen.
4) Lakukan pernapasan buatan.

c. Magnesium sulfat dihentikan juga bila setelah 4 jam pasca persalinan sudah terjadi
perbaikan (normotensif).

8
Anatomi Patella

Patela atau tempurung lutut adalah tulang baji atau tulang sesamoid yang berkembang dalam
tendon otot kwadrisep extensor berfungsi meluruskan (ekstensi) lutut. Apex patellameruncing
kebawah. Permukaan anterior dari tulang ialah kasar, permukaan posteriornya halus dan bersendi
dengan permukaan pateler dari ujung bawah femur. Letaknya di depan sendi lutut, tetapi tidak ikut
serta di dalamnya.

Sendi lutut merupakan persendian yang paling besar pada tubuh manusia. Sendi ini terletak pada
kaki yaitu antara tungkai atas dan tungkai bawah. Pada dasarnya sendi lutut ini terdiri dari dua
articulatio condylaris diantara condylus femoris medialis dan lateralis dan condylus tibiae yang
terkait dan sebuah sendi pelana, diantara patella dan fascies patellaris femoris.

Fisiologi Patella

Fungsi patella di samping sebagai perekatan otot-otot atau tendon adalah sebagai pengungkit sendi
lutut. Pada posisi flexi lutut 90 derajat, kedudukan patella di antara kedua condylus femur dan saat
extensi maka patella terletak pada permukaan anterior femur (Syaifuddin, 1997).

Hubungan Patella dengan Kebidanan

Pada pembahasan ini hubungan patella dengan kebidanan adalah pada fungsi pemeriksaan refleks
patella.Apabila refleks patela bernilai positif/baik maka menunjukkan sistem saraf di area
ekstremitas bawah termasuk baik. Jika pada ibu hamil reaksinya negatif kemungkinan ibu hamil
tersebut mengalami kekurangan vitamin B1. Selain itu ketiadaan atau penurunan refleks patella
dikenal juga sebagai tanda westphal. Tanda westphal menunjukkan bahwa ada masalah di saraf
tulang belakang pasien atau saraf perifer. Pemeriksaan medis ini tidak berkaitan dengan sifat dan
sikap seseorang namun lebih kepada profil kesehatan.

Pada kehamilan fungsi dari pemeriksaan patella adalah untuk menilai apakah ibu hamil tersebut
mengalami defisiensi Vit. B1 atau memang ada masalah dalam sistem persyarafannya. Jika
dihubungkan dengan nantinya saat persalinan, ibu hamil yang refleks patellanya negatif pada pasien
preeklampsia/eklampsia tidak dapat diberikan MgS04 pada pemberian ke-2, karena syarat dari
pemberian ke-2 dilihat dari refleks patela. Jika refleks negatif, ada kemungkinan ibu mengalami
keracunan MgS04.

9
Mekanisme Refleks Patella

Rangsangan (ketukan pada patellae) Impuls àreseptor à neuron sensorik/afferent (neuron


Femoris) àmedulla spinalisà neuron asosiasi/perantara àneuron motorik (neuron Femoris) àefektor
(neuron Quadratus femoris)àgerakan.

Prosedur respons refleks sering dikelaskan dengan nilai 0 sampai 4+.

a) 4+ : hiperaktif dengan klonus terus menerus

b) 3+ : hiperaktif

c) 2+ : normal

d) 1+ : hipoaktif

e) 0 : tidak ada refleks

10
Gangguan pada Patella

Pada dasarnya, reflek patella adalah tes untuk melihat bagaimana respon sensorik ke penyadapan
oleh palu tendon. Tujuan utama dari pengujian adalah untuk menganalisis apakahsistem saraf dalam
kondisi yang baik atau tidak. Sederhananya, tenaga kesehatan akan melakukan reflek patella pada
klien jika refleks tidak sampai untuk menandai atau tidak ada sama sekali, ini disebut sebagai tanda
Westphal. Sebaliknya, jika ada beberapa osilasi dalam menanggapi reflek patella yang diberikan, ini
bisa menandakan adanya penyakit serebelar. Itu semua terjadi karena lengkung refleks dari stimulus
untuk respon. Sebuah lengkung refleks adalah jalur saraf yang menengahi tindakan refleks. Dalam
refleks patella, akar saraf adalah pembawa impuls oleh motor neuron sepanjang akson nya.

1. Patella Chondromalacia

Merupakan kerusakan pada tulang rawan di bawah tempurung lutut. Patella Chondromalcia dikenal
dengan syndrome sakit patella femoral. Gejala yang paling umum adalah nyeri lutut yang meningkat
ketika berjalan naik atau turun tangga. Perawatan secara sederhana seperti istirahat dan penerapan
es dapat meringankannyeri, tapi terkadang terapi fisik atau operasi diperlukan untuk meringankan
rasa sakit patellafemoral.

2. Patella Tendinitis, cidera Tendon akibat sering melompat.

Merupakan cidera pada tendon yang menghubungkan tempurung lutut (patella) ke tulang kering.
Tendon patella berperan penting untuk menggerakkan otot – otot kaki dengan cara membantu otot
meregangkan lutut.

Penyebab Tendinitis Patella adalah cidera yang sangat umum terjadi ketika tendon patella
mendapatkan tekanan secara berulang – ulang. Sedikit tekanan akan merobek tendon yang dapat
diperbaiki oleh tubuh, tetapi ketika robekan bertambah banyak akan menyebabkan rasa sakit dari
peradangan dan melemahnya tendon. Saat itu kerusakan tendon akan terus berlanjut selama lebih
dari beberapa minggu dan disebut Tendinopathy. Gejalanya adalah nyeri. Rasa sakit biasanya berasal
dari tendon patella tempurung litut (patella) dan perlekatan tendon dengan tulang kering (tibia).

3.Habitual Patellar Dislacation

Merupakan tempurung lutut yang mudah terlepas pada gerakan tertentu yang dapat diatasi dengan
penguatan otot bahkan pembedahan.

11
4. Arthritis

Merupakan penyakit degenerative pada lutut dikarenakan kerusakan tulang rawan sendi. Pada
stadium awal penderita mengeluh kaku sendi di pagi hari lama – lama disertai rasa nyeri di lutut
terutama bila jongkok berdiri atau naik turun tangga dan diakhiri dengan nyeri permanen dan
gerakan sendi yang sangat terbatas yang kadang memaksa penderita untuk tidak berjalan lagi walau
kondisi tubuh masih cukup sehat. Osteoporosis tidak menimbulkan nyeri lutut sehingga nyeri lutut
tidak bisa diatasi dengan kalsium.Penyebab Arthritis digolongkan dalam 2 kelompok besar yaitu:

a. Primer, karena aus atau gugusnya tulang rawan sendi.

b. Sekunder, karena penyebab yang lain seperti cidera waktu muda yang tidak segera diatasi.

Baik primer ataupun sekunder kerusakan yang terjadi sama yaitu rusaknya permukaan sendi, pada
stadium awal pengobatan dapat berupa obat – obatan, suntik sendi, fisioterapi, olah raga low impact
dan arthroscopy surgery. Pada stadium yang lebih lanjut diperlukan tindakan pembedahan yang
lebih kompleks yaitu operasi pelapisan permukaan sendi buatan yang dikenal dengan istilah
arthropllasty atau total knee replancement, tindakan ini bisa menuntaskan rasa kaku, nyeri
hambatan gerak dan meluruskan tulang lutut yang sudah bengkok.

5.Dislokasi Patella Traumatik Primer Abstrak

Merupakan dislokasi yang terjadi saat pertama kali, didefinisikan sebagai suatu cirri klinis yang
biasanya disebabkan oleh gangguan traumatic pada struktur peripatellar medial yang
sebelumnyabtidak mengalami cidera.

Salah satu gejala yang berhubungan dengan dislokasi patella traumatic yang akut dan primer
adealah hematrthrosis pada lutut yang disebabkan oleh rupturnya bagian medial dar`i patella. Fleksi
lutut dan valgus telah diketahui sebagai mekanisme cidera dari dislokasi patella.

12
13
Bab I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Sebagai seorang tenaga medis tepatnya seorang bidan harus memahami anatomi dan fisiologi
patella karena berhubungan dengan ilmu kebidanan yaitu pemeriksaan refleks patella yang
memprediksikan bahwa ibu hamil yang mempunyai refleks patella negatif kemungkinan ibu hamil
tersebut mengalami kekurangan vitamin B1. Selain itu ketiadaan atau penurunan refleks patela
dikenal juga sebagai tanda westphal. Tanda westphal menunjukkan bahwa ada masalah di saraf
tulang belakang pasien atau saraf perifer. Sehingga seorang bidan mengetahui asuhan kebidanan
yang tepat pada ibu hamil tersebut. Jika dihubungkan dengan nantinya saat persalinan, ibu hamil
yang refleks patelanya negatif pada pasien preeklampsia/eklampsia tidak dapat diberikan MgS04
pada pemberian ke-2, karena syarat dari pemberian ke-2 dilihat dari refleks patela. Jika refleks
negatif, ada kemungkinan ibu mengalami keracunan MgS04.

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah mahasiswa mengetahui dan mampu menjelaskan
tentang anatomi dan fisiologi patella sehingga dapat memberikan pelayanan kebidanan yang sesuai
dengan standar.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah:

a. Mahasiswa mengetahui dan mampu menjjelaskan anatomi dan fisiologi dari patella.

b. Mahasiswa mengetahui dan mampu mnejelaskan hubungan patella dengan kebidanan.

c. Mahasiswa mengetahui dan mampu menjelaskan refleks dari patella.

c. Mahasiswa mengetahui dan mampu menjelaskan gangguan yang terdapat pada patella.

d. Mahasiswa mengetahui dan mampu menjelaskan fraktur yang terjadi pada patella.

Bab 4

14
Penutup

A. Kesimpulan

Patela atau tempurung lutut adalah tulang baji atau tulang sesamoid yang berkembang dalam
tendon otot kwadrisep extensor berfungsi meluruskan (ekstensi) lutut. Apex patella meruncing
kebawah. Permukaan anterior dari tulang ialah kasar, permukaan posteriornya halus dan bersendi
dengan permukaan pateler dari ujung bawah femur. Letaknya di depan sendi lutut, tetapi tidak ikut
serta di dalamnya. Sendi lutut ini terdiri dari dua articulatio condylaris diantara condylus femoris
medialis dan lateralis dan condylus tibiae yang terkait dan sebuah sendi pelana, diantara patella dan
fascies patellaris femoris.

Pada kehamilan fungsi dari pemeriksaan patella adalah untuk menilai apakah ibu hamil tersebut
mengalami defisiensi Vit. B1 atau memang ada masalah dalam sistem persyarafannya. Jika
dihubungkan dengan nantinya saat persalinan, ibu hamil yang refleks patellanya negatif pada pasien
preeklampsia/eklampsia tidak dapat diberikan MgS04 pada pemberian ke-2, karena syarat dari
pemberian ke-2 dilihat dari refleks patela. Jika refleks negatif, ada kemungkinan ibu mengalami
keracunan MgS04.

B. Saran

Penyusunan makalah ini masih jauh dari kekurangan untuk itu kami sebagai penyusun
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sehingga makalah ini menjadi lebih baik dan bisa
bermanfaat bagi kita semua.

Untuk tenaga medis khususnya bidan hendaknya kita selalu memahami dan menerapkan aplikasi
dari ilmu anatomi fisiologi yang berhubungan dengan kebidanan, sehingga dalam praktiknya nanti
kita dapat memberikan pelayanan kebidanan yang bermutu dan sesuai dengan standar pelayanan
kebidanan.

15

Anda mungkin juga menyukai