Anda di halaman 1dari 69

REFERAT

Anatomi Radiologi Sistem Urinaria

Diajukan kepada :
dr. Rochmawati Istutiningrum, Sp. Rad

Disusun oleh :
Gufron Febriyan Akbar G4A018050
Ahmad Mustafid Alwi G4A018052
Yayan Ruhdiyanto G4A018051
Rauf Syahidna Alhaq G4A018044
Esa Fitriani Azizah G4A018030
Masvira Lailiyah M. G4A018036
Oktafiana Nur Fitriyah G4A018041
Farah Nurfadhilah G4A018077

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
SMF RADIOLOGI
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO

2019
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
Anatomi Radiologi Sistem Urinaria

Disusun Oleh:
Gufron Febriyan Akbar G4A018050
Mustafid Alwi G4A018052
Yayan Ruhdiyanto G4A018051
Rauf Syahidna Alhaq G4A018044
Esa Fitriani Azizah G4A018030
Masvira Lailiyah M. G4A018036
Oktafiana Nur Fitriyah G4A018041
Farah Nurfadhilah G4A018077

Disusun untuk memenuhi syarat mengikuti kepaniteraan Klinik di bagian Radiologi


RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

Disetujui dan disahkan,


pada tanggal Agustus, 2019

Pembimbing,

dr. Rochmawati Istutiningrum, Sp. Rad


KATA PENGANTAR

Segala puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan atas berkat rahmat dan
anugerahnya sehingga penyusunan referat berjudul “Anatomi Radiologi Sistem
Urinaria” ini dapat diselesaikan. Presentasi referat ini merupakan salah satu tugas
di SMF Radiologi. Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan laporan referat ini
masih banyak kekurangan, oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik
untuk perbaikan penulisan di masa yang akan datang. Tidak lupa penyusun
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. dr. Rochmawati Istutiningrum, Sp. Rad selaku dosen pembimbing.
2. Rekan-rekan Dokter Muda Bagian Radiologi atas semangat dan dorongan serta
bantuannya.
Semoga presentasi kasus ini bermanfaat bagi semua pihak yang ada di dalam
maupun diluar lingkungan RSUD Margono Soekarjo.

Purwokerto, Agustus 2019

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

BAB I FISIOLOGI GINJAL.................................................................................1


BAB II ANATOMI HISTOLOGI SISTEM URINARIA ..................................4
BAB III ANATOMI RADIOLOGI SISTEM URINARIA ..............................26
BAB IV PEMERIKSAAN RADIOLOGI SISTEM URINARIA.....................42

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................65
BAB I

FISIOLOGI GINJAL

Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan


komposisi kimia darah dan lingkungan dalam tubuh dengan mengekresikan zat
terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal dicapai dengan filtrasi plasma
darah melalui glomerulus dengan reabsorpsi sejumlah zat terlarut dan air dalam
jumlah yang sesuai di sepanjang tubulus ginjal. Kelebihan zat terlarut dan air di
eksresikan keluar tubuh dalam urin melalui sistem pengumpulan urin (Price dan
Wilson, 2012).
Menurut Sherwood (2011), ginjal memiliki fungsi yaitu:
a. Mempertahankan keseimbangan H2O dalam tubuh.
b. Memelihara volume plasma yang sesuai sehingga sangat berperan dalam
pengaturan jangka panjang tekanan darah arteri.
c. Membantu memelihara keseimbangan asam basa pada tubuh.
d. Mengekskresikan produk-produk sisa metabolisme tubuh.
e. Mengekskresikan senyawa asing seperti obat-obatan.
Fungsi ginjal yang paling esensial adalah pembentukan urin terutama dalam
mempertahankan homeostatis tubuh. Pada orang dewasa sehat, kurang lebih 1200
ml darah, atau 25% cardiac output, mengalir ke kedua ginjal. Pada keadaan tertentu,
aliran darah ke ginjal dapat meningkat hingga 30% (pada saat latihan fisik) dan
menurun hingga 12% dari cardiac output (Martini et al., 2012).
Proses pembentukan urine yang pertama terjadi adalah filtrasi, yaitu
penyaringan darah yang mengalir melalui arteria aferen menuju kapiler glomerulus
yang dibungkus kapsula bowman untuk menjadi filtrat glomerulus yang berisi zat-
zat ekskresi. Kapiler glomerulus tersusun atas sel endotel, membrana basalis dan
sel epitel. Kapiler glomeruli berdinding porous (berlubang-lubang), yang
memungkinkan terjadinya filtrasi cairan dalam jumlah besar (± 180 L/hari).
Molekul yang berukuran kecil (air, elektrolit, dan sisa metabolisme tubuh, di
antaranya kreatinin dan ureum) akan difiltrasi dari darah, sedangkan molekul
berukuran lebih besar (protein dan sel darah) tetap tertahan di dalam darah. Oleh
karena itu, komposisi cairan filtrat yang berada di kapsul Bowman, mirip dengan

1
yang ada di dalam plasma, hanya saja cairan ini tidak mengandung protein dan sel
darah. Volume cairan yang difiltrasi oleh glomerulus setiap satuan waktu disebut
sebagai rerata filtrasi glomerulus atau Glomerular Filtration Rate (GFR).
Selanjutnya cairan filtrat akan direabsorbsi dan beberapa elektrolit akan mengalami
sekresi di tubulus ginjal, yang kemudian menghasilkan urine yang akan disalurkan
melalui duktus koligentes. Proses dari reabsorbsi filtrat di tubulus proksimal, ansa
henle, dan sekresi di tubulus distal terus berlangsung hingga terbentuk filtrat tubuli
yang dialirkan ke kalises hingga pelvis ginjal (Martini et al., 2012).

Gambar 1.1 Fisiologi Anatomi Nefron dan Sistem Pengumpul Ginjal (Martini et
al., 2012)

2
BAB II
ANATOMI HISTOLOGI SISTEM URINARIA

I. Ginjal
A. Anatomi Ginjal
Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak
diretroperitoneal pada dinding abdomen, masing– masing di sisi kanan dan sisi
kiri columna vertebralis setinggi vertebra T12 sampai vertebra L3. Ginjal
kanan terletak sedikit lebih rendah daripada ginjal kiri karena besarnya lobus
hepatis dekstra. Masing– masing ginjal memiliki facies anterior dan facies
posterior, margo medialis dan margo lateralis, ekstremitas superior dan
ekstremitas inferior (Price dan Wilson, 2012).

Gambar 2.1 Anatomi Ginjal

Pada orang dewasa, panjang ginjal adalah sekitar 12 cm sampai 13 cm,


lebarnya 6 cm, tebalnya 2,5 cm dan beratnya sekitar 150 g. Ukurannya tidak
berbeda menurut bentuk dan ukuran tubuh. Perbedaan panjang dari kutub ke
kutub kedua ginjal yang lebih dari 1,5 cm atau perubahan 13 bentuk merupakan

3
tanda yang penting, karena sebagian besar manifestasi penyakit ginjal adalah
perubahan struktur dari ginjal tersebut (Price dan Wilson, 2012)
Ginjal dibungkus oleh jaringan fibrosa tipis dan mengkilat yang disebut
kapsula fibrosa ginjal dan di luar kapsul ini terdapat jaringan lemak perineal.
Di sebelah kranial ginjal terdapat kelenjar anak ginjal atau glandula
adrenal/suprarenal yang berwarna kuning. Kelenjar adrenal bersama ginjal dan
jaringan lemak perineal dibungkus oleh fascia gerota. Di luar fascia gerota
terdapat jaringan lemak retroperitoneal atau disebut jaringan lemak pararenal.
Di bagian posterior, ginjal dilindungi oleh otot–otot punggung yang tebal serta
costae ke XI dan XII, sedangkan di bagian anterior dilindungi oleh organ–
organ intraperitoneal (Purnomo, 2003).
Secara anatomis ginjal terbagi menjadi 2 bagian korteks dan medulla ginjal
(Junquiera dan Carneiro, 2007). Di dalam korteks terdapat berjuta–juta nefron
sedangkan di dalam medula banyak terdapat duktuli ginjal. Nefron adalah unit
fungsional terkecil dari ginjal yang terdiri atas tubulus kontortus proksimal,
tubulus kontortus distal, dan tubulus koligentes (Purnomo, 2003).Setiap ginjal
memiliki sisi medial cekung, yaitu hilus tempat masuknya syaraf, masuk dan
keluarnya pembuluh darah dan pembuluh limfe, serta 14 keluarnya ureter dan
memiliki permukaan lateral yang cembung. Sistem pelvikalises ginjal terdiri atas
kaliks minor, infundibulum, kaliks major, dan pielum/pelvis renalis (Junquiera
dan Carneiro, 2007)
Ginjal mendapatkan aliran darah dari arteri renalis yang merupakan cabang
langsung dari aorta abdominalis, sedangkan darah vena dialirkan melalui vena
renalis yang bermuara ke dalam vena kava inferior. Sistem arteri ginjal adalah
end arteries yaitu arteri yang tidak mempunyai anastomosis dengan cabang–
cabang dari arteri lain, sehingga jika terdapat kerusakan salah satu cabang arteri
ini, berakibat timbulnya iskemia/nekrosis pada daerah yang dilayaninya
(Purnomo,2003)

4
Gambar 2.2 Vaskularisasi Ginjal

Arteri renalis memasuki ginjal melalui hilum dan kemudian bercabang-


cabang secara progresif membentuk arteri interlobaris, arteri arkuarta, arteri
interlobularis, dan arteriol aferen yang menuju ke kapiler glomerulus tempat
sejumlah besar cairan dan zat terlarut difiltrasi untuk pembentukan urin. Ujung
distal kapiler pada setiap glomerulus bergabung untuk membentuk arteriol
eferen, yang menuju jaringan kapiler kedua, yaitu kapiler peritubulus yang
mengelilingi tubulus ginjal. Kapiler peritubulus mengosongkan isinya ke dalam
pembuluh sistem vena, yang berjalan secara paralel dengan pembuluh arteriol
secara prorgesif untuk membentuk vena interlobularis, vena arkuarta, vena
interlobaris, dan vena renalis, yang meninggalkan ginjal di samping arteri renalis
dan ureter (Guyton dan Hall, 2014)

5
Ginjal mendapat persarafan dari pleksusrenalis (vasomotor) yang terbagi

Gambar 2.3 Inervasi Ginjal

menjadi 2 yaitu simpatis (Medula spinalis segmen T10-L1) dan parasimpatis (N.
Vagus) saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk kedalam
ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke
ginjal.

B. Histologi Ginjal
1. Corpus Renalis
Setiap korpuskel renalis terdiri atas seberkas kapiler, yaitu glomerulus yang
dikelilingi oleh kapsul epitel berdinding ganda yang disebut kapsula bowman.
Lapisan dalam kapsul ini (lapisan visceral) menyelubungi kapiler glomerulus.
Lapisan luar membentuk batas luar korpuskel renalis dan disebut lapisan parietal
kapsula bowman

6
Gambar 2.4 Corpus Renalis

Lapisan parietal kapsula bowman terdiri atas epitel selapis gepeng yang
ditunjang lamina basalis dan selapis tipis serat retikulin (Junquiera dan Carneiro,
2007). Sel viseral membentuk tonjolan–tonjolan atau kaki–kaki yang dikenal
sebagai podosit, yang bersinggungan dengan membrane basalis pada jarak–jarak
tertentu sehingga terdapat daerah– daerah yang bebas dari kontak antar sel epitel
(Price dan Wilson, 2012). Sel endotel kapiler glomerulus merupakan jenis
kapiler bertingkap namun tidak dilengkapi diafragma tipis yang terdapat pada
kapiler bertingkap lain (Junquiera dan Carneiro, 2007).
Komponen penting lainnya dari glomerulus adalah mesangium, yang terdiri
dari sel mesangial dan matriks mesangial. Sel mesangial aktivitas fagositik dan
menyekresi prostatglandin (Price dan Wilson, 2012). Sel mesangial bersifat
kontraktil dan memiliki reseptor untuk angiotensin II. Bila reseptor ini
teraktifkan, aliran glomerulus akan berkurang. Sel mesangial juga memiliki
beberapa fungsi lain, sel tersebut memberi tunjangan struktural pada glomerulus,
menyintesis matriks ekstrasel, mengendositosis dan membuang molekul normal
dan patologis yang terperangkap di membran basalis glomerulus, serta

7
menghasilkan mediator kimiawi seperti sitokin dan prostaglandin (Junquiera dan
Carneiro, 2007).
2. Tubulus Kontortus Proximal
Tubulus kontortus proksimal dilapisi oleh sel-sel selapis kuboid atau
silindris. Sel-sel ini memiliki sitoplasma asidofilik yang disebabkan oleh adanya
mitokondria panjang dalam jumlah besar, apeks sel memiliki banyak mikrovili
dengan panjang kira-kira satu μm yang membentuk suatu brush
border(Junquiera dan Carneiro, 2007).

Gambar 2.5 Tubulus Kontortus Proximal

3. Tubulus Kontortus Distal


Sel–sel tubulus kontortus distal memiliki banyak invaginasi membran basal
dan mitokondria terkait yang menunujukkan fungsi transpor ionnya. Tubulus
kontortus distal merupakan bagian terakhir dari nefron yang dilapisi oleh sel epitel
selapis kuboid. Sel-sel tubulus distal lebih gepeng dan lebih kecil dibandingkan
dengan tubulus proksimal, maka tampak lebih banyak sel dan inti pada tubulus
distal (Junquiera dan Carneiro, 2007)

8
Gambar 2.6 Tubulus Kontortus Distal

4. Ansa Henle
Ansa henle adalah struktur berbentuk huruf U yang terdiri atas segmen tebal
desenden, segmen tipis desenden, segmen tipis asenden dan segmen tebal asenden.
Lengkung henle merupakan struktur yang berbentuk lengkungan yang terdiri atas
ruas tebal desenden, ruas tipis desenden, ruas tipis asenden dan ruas tebal asenden.
Lumen ruas nefron ini lebar karena dindingnya terdiri atas sel epitel gepeng yang
intinya hanya sedikit menonjol ke dalam lumen(Junquiera dan Carneiro, 2007).

9
GambaR 2.7 Ansa Henle
II. Ureter
A. Anatomi Ureter
Ureter adalah saluran yang keluar dari setiap ginjal,struktur ini
membawa urinekedalam kandung kemih.Ureter terdiri dari dua, masing-
masing bersambung dari ginjal ke vesica urinaria, panjangnya 25-30 cm,
dengan penampang 0,5 cm, diameter 1,7 cm , dan mampu menampung urine
sebanyak 2-3 ml. ureter sebagian terletak pada rongga abdomen dan sebagian
terletak dalam rongga pelvis.

10
Gambar 2.8 Anatomi Ureter

Ureter pria terdapat didalam visura seminalis bagian atas dan disilang oleh
duktus desenden dan dikelilingi oleh pleksus vesikalis. Akhirnya ureter berjalan
oblig sepanjang 2cm didalam dinding vesika urinaria pada sudut lateral dari
trigonum vesika. Sewaktu menembus vesica urinaria, dinding atas dan dinding
bawah ureterakan tertutup pada waktu vesika urinaria penuh, membentuk katup
vulva (valvula) dan mencegah pengembalian urin dari vesika urinaria.
Ureter wanita terletak dibelakang fossa ovarika, berjalan kebagian medial
dan kedepan bagian lateralis servik uteri bagian atas vagina untuk mencapai
fundusvesika urinaria. Dalam perjalanan ureter didampingi oleh arteriuterina
sepanjang 2,5 cm, selanjutnya arteri ini menyilang ureter dan menuju keatas
diantara lapisan ligamentum lantum, ureter mempunyai jarak 2 cm dari sisi servik
uteri.

11
Pembagian ureter menurut tempatnya :

1.Pars abdominalis ureter


Dalam kavum abdomen ureter terletak dibelakang peritoneum,sebelah
media anterior m, psoas mayor, ditutpi oleh fasia subserosa, vasa
spermatika/ovarika interna menyilang ureter secara oblig, selanjutnya ureter akan
mencapai kavum pelvis menyilang arteriiliaka eksterna.ureter kanan terletak pada
pars desenden duodenum,sewaktu turun kebawah dan disilang oleh kolon dekstra
dan vasa iliaka iliokolika, dekat aperture pelvis akandillewati oleh bagian bawah
mesenberium dan bagian akhir ileum. Ureter kiri disilang oleh vasa koplika sinistra
eprtura pelvis superior berjalan dibelakng kolon sigmoid dan mesenterium.
2.Pars pelvis ureter
Berjalan pada bagian dindinglateral dari kavum pelvis sepanjang tepi
anteriordari insisura iskiadikamayor dan tertutup oleh peritoneum. Ureter dapat
ditemukandidepan arteri hipogastrika bagian dalam nervus dalam nervus
obturatoris, arteri vasialis anterior dan arteri hemoroidalis media., pada bagian
bawah insisura iskiadika mayor ureter agak miring kebagian medial untuk
mencapai sudut lateral dari vesika urinaria.

12
B. Histologi Ureter
Dinding ureter terdiri dari 3 (tiga) lapisan yaitu,

Gambar 2.10 Histologi Ureter


1. Tunika Mukosa :
Epitel transisional (peralihan), mulainya tipis hanya terdiri dari 2 - 3 lapis
sel pada kaliks minor dan terus bertambah tebal sehingga pada ureter sudah
mencapai 5 lapis sel dan akan menjadi 7 - 8 lapis sel pada kandung kemih.
Bagian basal epitel ini terdiri dari sel kolumnair atau kubis, pada bagian tengah
sel-selnya berbentuk polihedral dan pada lapisan superfisial terdiri dari sel bulat
besar dengan permukaan cembung ke lumen dengan inti bulat oval yang dikenal
sebagai “sel payung”. Sebagian besar sel superfisial ini berinti dua atau lebih.
Jika organ ini teregang maka sel ini menjadi gepeng terutama sel paling luar.
Permukaan sel ini dengan E.M terlihat ada lapisan ektoplasmik yang berasal dari
filamen sitoplasma yang terdapat langsung dibawah membran sel yang
menghadap lumen, sel berdekatan dihubungkan melalui zonula okludens dan
proses interdigitasi pada lateral sel. Epitel transisional ini tidak permiabel jadi
urine disini tidak berubahkomposisinya. lamina propria : terdiri dari jaringan ikat
jarang yang mengandung serat-serat kolagen
2. Tunika Muskularis :
Pada duapertiga bagian atas tunika muskularis ureter terdiri dari dualapis
otot polos, yaitu bagian dalam berjalan longitudinal dan bagian luar berjalan
sirkuler, pada sepertiga bagian bawah lapisan otot menjadi 3 lapis yaitu dalam

13
longitudinal, tengah sirkuler dan luar longitudinal ke semua lapisan ini tidak
jelas batasnya.
3. Tunika Adventisia :
Lapisan paling luar dari ureter ini terdiri dari jaringan fibroelastis,
dijumpai pembuluh darah, pembuluh limfe dan serat saraf

III. Vesica Urinaria (Kandung Kemih)

Gambar 2.11 Kandung Kemih (Paulsen F & Waschke J, 2013)

Setelah urin dikeluarkan ginjal melalui saluran ureter, urin kemudian


tertampung ke dalam kandung kemih yang menjadi penampungan sementara
urin sebelum dikeluarkan tubuh. Kandung kemih tersebut memiliki dinding
dari otot polos, sehingga dapat meregang dan terbentuk seperti kantung
(Sherwood, 2010).
Kandung kemih merupakan kantong musculomembranosa yang
berfungsi menampung urine. Terletak pada pelvis minor, tepat di belakang
symphisis pubis. Di anterior vesica urinaria terdapat symphisis os pubik,

14
lemak retropubik, dan dinding anterior abdomen. Di poterior terdapat duktus
defferens, vesicula seminalis, fascia retrovesicae, dan rectum. Pada bagian
lateral berbatasan dengan musculus obturatorius internus, pada bagian superior
terdapat cavitas pertoneal, ileum, dan colon sigmoid. Pada sisi inferior terdapat
glandula prostat (masculina). Bagian-bagian vesica urinarius terdiri dari
(Paulsen F & Waschke J, 2013):
a. Apex/ vertex vesicae (bagian anterior, terletak di belakang symphisis
pubica). Ujung apex vesica bersambungan dengan ligamentum umbilicalis
mediana yang merupakan obliterasi sisa urachus pada masa embrional.
b. Basis/ facies posterior menghadap ke posterior dan berbentuk segitiga.
Sudut superolateral merupakan tempat bermuaranya kedua ureter dan
sudut inferiornya merupakan tempat berawalnya uretra. Bagian atasnya
diliputi peritoneum sehingga membentum excavatio recto-vesicalis pada
pria dan excavatio recto-uterina pada wanita. Pada bagian bawahnya
dipisahkan dengan rectum oleh jaringan ikat yang ditempati oleh ductus
deferens, vesicula seminalis, dan fascia recto-vesicalis.
c. Facies superior yang menghadap ke superior (pelvis major/ cavum
abdomen).
d. Facies inferolateralis
e. Cervix vesicae / collum vesicae di bagian inferior dan terletak di facies
superior glandula prostat (pada pria). Collum vesicae dipertahankan
ditempatnya oleh ligamentum puboprostaticum pada laki-laki dan
ligamentum pubovesicalis pada wanita.
Ligamentum yang terdapat pada vesica urinarius terdiri dari (Paulsen F
& Waschke J, 2013) :
a. Ligamentum Puboprostaticum (ligamentum pubovesicalis medialis)
menghubungkan glandula prostatica/ cervix vesicae dengan dinding dorsal
corpus ossis pubis.
b. Ligamentum Puboprostaticum Lateralis  sama seperti ligamentum
puboprostaticum tapi lebih lateral.

15
c. Ligamentum Laterale (lig. Rectovesicalis)  dari ujung cranial vesicula
seminalis, pada wanita dari fundus vesicae ke laterodorsal untuk melanjut
ke plica rectovesicalis.
d. Ligamentum Umbilicalis Mediana (sisa urachus saat pertumbuhan
embrional), terbentang dari apex vesicae ke umbilicus.
e. Ligamentum Umbilicale Medialis  sepasang kanan kiri dan merupakan
sisa/ obliterasi a.umbilicales.
Sama seperti ureter, bagian kandung kemih juga memiliki tiga
lapisan. Lapisan pertama adalah mukosa kandung kemih, terdiri atas
transisional epitelium dan dilapisi lamina propria yang memiliki fungsi yang
sama seperti pada ureter. Lapisan kedua adalah submukosa, lapisan tersebut
tersusun atas otot polos yang biasa disebut otot detrusor. Lapisan terluar
adalah lapisan adventitia (Tortora & Derrickson, 2012).

Gambar 2.12 Histologi Vesica Urinari

16
Jika dilihat pada bagian frontal anterior kandung kemih laki-laki
seperti gambar dibawah ini yang diambil dari Martini, Nath, &
Bartholomew (2012), dapat terlihat bagian dan struktur yang terdapat pada
kandung kemih.

Gambar 2.13 Kandung kemih laki-laki bagian frontal anterior (Martini,


Nath, & Bartholomew (2012)

a. Median dan lateral umbilical ligament yang merupakan sisa dari dua
arteri umbilical. Bagian tersebut berfungsi sebagai saluran penyuplai
darah pada saat embrionik.
b. Rugae atau lipatan mukosa berfungsi dalam pelebaran mukosa
kanndung kemih saat terisi penuh dengan urin.
c. Otot destrusor berfungsi untuk membantu pengeluaran urin dengan
cara, saat otot tersebut akan menekan kandung kemih pada saat
berkontraksi. Dengan adanya tekanan tersebut, urin keluar menuju
urethra.
d. Ureteral opening merupakan celah untuk pengeluaran urin dari ureter
ke dalam kandung kemih.
e. Trigone berbentuk seperti segitiga. Pada saat kandung kemih
berkontraksi, trigone tidak berkontraksi karena tidak memiliki rugae

17
sehingga berfungsi sebagai suatu corong yang menyalurkan urin ke
urethra.
f. Internal urethral sphincter bekerja secara involunter yang berfungsi
seperti alat pengunci saat urin keluar dari kandung kemih ke urethra,
serta tersusun dari otot rangka.
g. External urethral sphincter memiliki otot penyusun dan cara kerja yang
sama seperti sphincter internal, yang berbeda hanya tempatnya.
External urethral sphincter untuk pengunci di bagian urethra.
Kandung kemih memiliki vaskularisasi dari beberapa sumber termasuk
arteri vesica, dan media ada juga cabang dari arteri obturator, arteri gluteal
inferior, dan arteri illiaca interna. Cabang dari uterus dan vagina juga
mempunyai peran dalam aliran darah kandung kemih pada perempuan. Muara
vena kandung kemih bermuara di plexus santorini dan akhirnya aliran darah
berujung di vena hipogastrica inferior. Pada dua pertiga bagian cranial
divaskularisasi oleh a. vesicalis superior cabang a. umbilicalis. Pada bagian
cervix divaskularisasi oleh a. vesicalis inferior dan pada wanita ditambah
dengan a.vaginalis. Pada bagian fundus divaskularisasi oleh a.deferentialis
pada laki-laki dan a.vesicalis inferior dan a.vaginalis pada wanita. Jalur limfa
kandung kemih bermuara di nodus Iliaca externa, nodus hipogastrica, dan
nodus iliaca (Gray dan Moore, 2009).
Persarafan vesica urinaria berasal dari plexus prostaticus dan plexus
vesicalis yang berasal dari plexus hypogastricus inferior:
a. Saraf simpatis : dari ganglion l1 dan l2  melalui plexus hypogastricus 
vesica urinaria
Fungsi: menghambat kontraksi musculus detrusor vesicae dan merangsang
penutupan sphincter vesicae.
b. Saraf parasimpatis : dari segmen S2, S3, dan S4  melalui plexus
hypogastricus inferior  dinding verica urinaria
Fungsi: merangsang kontraksi musculus detrusor vesicae dan menghambat
penutupan sphingter vesicae.
c. Saraf aferen sensoris: reseptor regang pada m. detrussor vesicae:

18
 Sebagian melalui nervi splanchnici pelvici untuk menuju system saraf
pusat.
 Sebagian lagi berjalan bersama saraf simpatis  melalui plexus
hypogastricus  masuk ke medulla spinalis segmen l1 dan l2

IV. Urethra

Gambar 2.14 (Kiri) Uretra pada laki-laki, (Kanan) Uretra pada perempuan

Setelah urin tertampung secara sementara di dalam kandung kemih dan


adanya micturition reflex yag akan menginisiasi pengosongan kandung kemih,
maka urin akan keluar melalui saluran lain, yaitu saluran urethra (Sherwood,
2010). Urethra pada laki-laki dan perempuan memiliki fungsi dan ukuran yang
berbeda. Pada perempuan, urethra berada pada anterior vagina serta memiliki
panjang sekitar 2.5 – 4 cm, sedangkan pada laki-laki memiliki panjang sekitar
17 – 20 cm (Scanlon & Sanders, 2007).

19
Struktur urethra pada laki-laki terdiri dari:
1) Ostium urethra externa
2) Sphincter urethra externa
3) Ostium glandula bulbourethralis
4) Ostium glandula urethralis
Struktur urethra pada perempuan terdiri dari:
1) Sphincter urethra externa
2) Ostium urethralis
3) Ostium glandula para urethralis
4) Caruncula urethralis
Urethra pada laki-laki terdiri dari lima pars, yaitu :
1. Pars intramural (urethra di dalam dinding vesica urinarius)
2. Pars prostatika (berjalan melalui basis sampai apex glandula
prostatica)
3. Pars membranaceae (berada pada diaphragma urogenital). Sebagian
otot diafragma urogenital (m. Transversus perinei profundus)
membentuk sphincter urethra eksterna yang diinnvervasi saraf
volunteer
4. Pars bulbourethralis (dalam bulbus penis)
5. Pars spongiosa (terdapat dalam corpus spongiosum corpus dan glans
penis. Pada glans juga terdapat pembesaran yang disebut fossa
navicularis urethrae)

20
Gambar 2.15 Bagian Uretra pada laki-laki (Netter, 2014)

Uretra merupakan suatu saluran fibromuskular yang membawa urin dari


kandung kemih ke luar tubuh. Di bawah ini merupakan potongan transversal pada
uretra. Pada gambar a) memperlihatkan bahwa mukosa memiliki lipatan
longitudinal besar di sekitar lumen (L). Pada gambar b) merupakan lapisan epitel
kolumnar berlapis pada sejumlah area dan epitel kolumnar bertingkat di tempat lain,
tetapi menjadi epitel skuamosa berlapis di ujung distal urethra.

21
Gambar 2.16 Histologi Uretra

Kelenjar Prostat

Gambar 2.17 Anatomi Kelenjar Prostat (Netter, 2014)

Prostat adalah organ genitalia pria yang terletak di bawah dari buli-buli, di
depan rektum dan membungkus uretra posterior. Bentuknya seperti buah kemiri
dengan ukuran 4x3x2,5 cm dan beratnya kurang lebih 20 gram (Purnomo, 2012).

22
Prostat memiliki kapsula fibrosa yang padat dan dilapisi oleh jaringan ikat
prostat sebagai bagian fascia pelvis visceralis. Pada bagian superior dari prostat
berhubungan dengan vesika urinaria, sedangkan bagian inferior bersandar pada
diafragma urogenital. Permukaan ventral prostat terpisah dari simpisis pubis oleh
lemak retroperitoneal dalam spatium retropubicum dan permukaan dorsal berbatas
pada ampulla recti (Moore & Agur, 2002).
Kelenjar prostat terdiri atas jaringan kelenjar dinding uretra yang mulai
menonjol pada masa pubertas. Biasanya kelenjar prostat dapat tumbuh seumur
hidup. Secara anatomi, prostat berhubungan erat dengan kandung kemih, uretra, vas
deferens, dan vesikula seminalis. Prostat terletak di atas diafragma panggul
sehingga uretra terfiksasi pada diafragma tersebut, dapat terobek bersama
diafragma bila terjadi cedera. Prostat dapat diraba pada pemeriksaan colok dubur
(Sjamsuhidajat dkk., 2012).
Selain mengandung jaringan kelenjar, kelenjar prostat mengandung cukup
banyak jaringan fibrosa dan jaringan otot polos. Kelenjar ini ditembus oleh uretra
dan kedua duktus ejakulatorius, dan dikelilingi oleh suatu pleksus vena. Kelenjar
limfe regionalnya ialah kelenjar limfe (Sjamsuhidajat dkk., 2012).
Arteri-arteri untuk prostat terutama berasal dari arteria vesicalis inferior dan
arteria rectalis media, cabang arteria iliaca interna. Vena-vena bergabung
membentuk plexus venosus prostaticus sekeliling sisi-sisi dan alas prostat. Plexus
venosus prostaticus yang terletak antara kapsula fibrosa dan sarung prostat,
ditampung oleh vena iliaka interna. Plexus venosus prostaticus juga berhubungan
dengan plexus venosus vesicalis dan plexus venosi vertebrales. Pembuluh limfe
terutama berakhir pada nodi lymphoidei iliaci interni dan nodi lymphoidei externi
(Moore & Agur, 2002). Secara histologi, prostat terdiri dari kelenjar yang dilapisi
dua lapis sel, bagian basal adalah epitel kuboid yang ditutupi oleh lapisan sel
sekretori kolumnar. Pada beberapa daerah dipisahkan oleh stroma fibromuskular.
Hormon androgen testis berfungsi untuk mengontrol pertumbuhan dan
kelangsungan hidup sel-sel prostat (Kumar dkk., 2007).
Prostat merupakan suatu kumpulan 30−50 kelenjar tubuloalveolar yang
bercabang. Duktusnya bermuara ke dalam uretra pars prostatika, yang menembus
prostat. Kelenjar prostat terbagi dalam beberapa zona, antara lain: zona perifer, zona

23
sentral, zona transisional, zona fibromuskuler anterior dan zona periurethra. Zona
perifer adalah zona yang paling besar, yang terdiri dari 70% jaringan kelenjar
sedangkan zona sentral terdiri dari 25% jaringan kelenjar dan zona transisional
hanya terdiri dari 5% jaringan kelenjar. Sebagian besar kejadian BPH terdapat pada
zona transisional, sedangkan pertumbuhan karsinoma prostat berasal dari zona
perifer (Junqueira & Carneiro, 2007).

Gambar 2.18 Zona-zona pada parenkim prostat (Junqueira & Carneiro,


2007)

Kelenjar tubuloalveolar prostat dibentuk oleh epitel bertingkat silindris atau


kuboid. Stroma fibromuskular mengelilingi kelenjar-kelenjar. Prostat dikelilingi
suatu simpai fibroelastis dengan otot polos. Septa dari simpai ini menembus
kelenjar dan membaginya dalam lobus-lobus yang tidak berbatas tegas pada orang
dewasa. Seperti halnya vesikula seminalis, struktur dan fungsi prostat bergantung
pada kadar testosteron (Junqueira & Carneiro, 2007).

24
Gambar 2.19 Histologi kelenjar prostat (Sumber: Junqueira & Carneiro,
2007)

25
BAB III

ANATOMI DAN FISIOLOGI RADIOLOGI SISTEM URINARIUS

1. Ginjal
Ginjal adalah suatu kelenjar yang terletak di bagian belakang kavum
abdominalis di belakang peritoneum pada kedua sisi vertebreae lumbalis III,
melekat langsung pada dinding belakang abdomen. Bentuk ginjal seperti biji
kacang, jumlahnya ada dua buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari ginjal
kanan pada umumnya ginjal laki laki lebih panjang dari ginjal wanita. Secara
anatomis ginjal terbagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu korteks dan medula ginjal.
Korteks ginjal terletak lebih superfisial dan didalamnya terdapat berjuta-juta
nefron. Nefron merupakan unit fungsional terkecil ginjal. Medula ginjal yang
terletak lebih profundus banyak terdapat duktuli atau saluran kecil yang
mengalirkan hasil ultrafiltrasi berupa urine. Medula terdiri dari bangunan-bangunan
berbentuk kerucut yang disebut renah piramid. Puncak kerucut tadi menghadap ke
kaliks yang terdiri dari iubang-lubang kecil (papila renalis). tiara pyramid dipisahkan
satu dengan lainnya oleh kolumna renalis. Garis yang terlihat pada piramid disebut
tubulus.
Ontogenitis, berasal dari mesoderm, terletak dalam rongga perut pada
daerah retroperitoneal, di sebelah kanan dan kiri dari kolumna vertebralis dan
melekat langsung pada dinding belakang abdomen. Pada pemeriksaan secara
mikroskopis, terlihat ginjal berbentuk seperti corong dengan batang yang panjang
dan berkelok-kelok. Bagian corong tersebut dinamakan kapsula Bowman yang
terdiri atas dua lapis sel-sel gepeng. Ruangan kapsula Bowman dan glomerolus
disebut karpusguli renalis (korpuskulam malfigi).
Ginjal memerankan berbagai fungsi tubuh yang sangat penting bagi
kehidupan, yakni :
a. menyaring (filtrasi) sisa hasil metabolisme dan toksin dari darah, serta
mempertahankan hemeostasis cairan dan elektrolit tubuh, yang kemudian
dibuang melalui urine.
b. Mengontrol sekresi hormon aldosteron dan ADH (Anti Diurectic Hormon)
yang berperan dalam mengatur jumlah cairan tubuh.

26
c. Mengatur metabolisme ion kalsium dan vitamin D.
d. Menghasilkan beberapa hormon, antara lain: eritroetin yang berperan dalam
pembentukan sel darah merah, renin yang berperan dalam mengatur tekanan
darah, serta hormon prostaglandin yang berguna dalam berbagai mekanisme
tubuh.
Fungsi vital ginjal ialah sekresi air kemih dan pengeluarannya dari tubuh
manusia. Di samping itu, ginjal juga merupakan salah satu dari mekanisme
terpenting homeostasis. Ginjal berperan penting dalam pengeluaran zat-zat
toksin/racun, memperlakukan suasana keseimbangan air. mempertahankan
keseimbangan asam-basa cairan tubuh, dan mempertahankan keseimbangan
garam-garam dan zat-zat lain dalam darah.
Ginjal berasal dari metanefros yang terdiri atas bagian dorsal mesonefros dan
tonjolan ureter. Metanefros ini membentuk ureter, pielum, kaliks ginjal, dan
jaringan parenkim ginjal.Struktur ini naik ke arah dorsokranial sewaktu
perkembangannya sekitar minggu ke delapan menyatu dengan blastema dan
mengalami rotasi, sehingga akhirnya pielum dan hilusnya terletak disebuah medial
(Sjamsuhidajat R& Wim de Jong, 1997).
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga
retroperitoneal bagian atas.Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya
menghadap ke medial. Cekungan ini disebut sebagai hilus renalis, yang di dalamnya
terdapat apeks pelvis renalis dan struktur lain yang merawat ginjal, yakni pembuluh
darah, sistem limfatik, dan sistem saraf (Purnomo BB, 2011).

27
Gambar 3.1 Pada pemeriksaan USG didapatkan pelebaran system pelviko-kaliks
kemih pada ren dekstra (Hydronephrosis Grade III).

Gambar 3.2 Potongan aksial pada CT-Scan abdomen tanpa kontras, nampak
radiopaque pada Ren Dekstra.

28
Gambar 3.3 Potongan coronal pada CT-Scan abdomen tanpa kontras, nampak
radiopaque pada ren dekstra.

Gambar 3.4 Nampak batu pada ginjal kanan yang menyerupai Staghorn
Stone/menyerupai tanduk rusa.

2. Ureter
Ureter merupakan saluran muskular dengan lumen yang sempit yang
membawa urin dari ginjal menju vesica urinaria. Ureter berada pada kiri dan kanan

29
kolumna vertebralis (tulang punggung) yang menghubungkan pelvis renalis dengan
kandung kemih. Panjang ureter kurang lebih 30 cm dan berdiameter 0,5 cm.
Uretra sebagian terletak dalam rongga perut (pars abdominalis) dan selanjutnya
berjalan di dalam rongga panggul (pars pelvira). Otogenitis ureter termasuk berasal
dari mesoderm, karena itu, ureter juga terletak pada retroperitonialis. Dinding utera
terdiri atas tiga lapisan, yaitu lapisan mukosa, otot polos, dan jaringan fibrosa.
Bagian superior dari ureter yaitu pelvis renalis dibentuk oleh 2-3 calyc major
dan masing-masing calyc major dibentuk oleh 2-3 calyc minor. Apex dari
pyramidum renalis yaitu paila renalis akan masuk menekuk ke dalam calyc minor.
Pars abdominalis dari ureter menempel peritoneum parietalis dan secara tofografi
letaknya adalah retroperitoenal. Ureter bejalan secara inferomedial menuju anterior
dari psoas major dan ujung dari processus transversus vertebrae lumbalis dan
menyilang arteri iliaca externa tepat di luar percabangan arteri iliaca commonis.
Kemudian berjalan di dinding lateral dari pelvis untuk memasuki vesica urinaria
secara oblique. Ureter secara normal mengalami kontriksi dengan derajat yang
bervariasi pada tiga tempat, yaitu: 1). Junctura ureteropelvicum, 2). Saat ureter
melewati tepi dari aditus pelvicum, dan 3). Saat melewati dinding vesica urinaria.
Area-area yang menyempit ini merupakan lokasi yang potensial untuk terjadinya
obstruksi yang disebabkan oleh batu (kalkuli) ginjal. 5,6

Gambar 3.5 Anatomi Struktur Internal dari Ginjal dan Perjalanan Ureter.

Pada saat kedua ureter memasuki vesica urinaria mereka berjarak sekitar 5
cm. Dan saat vesica urinaria terisi penuh, muara dari kedua ureter ini berjarak sama
sekitar 5 cm, tetapi saat vesica urinaria dalam keadaan kosong muara dari kedua

30
ureter berjarak sekitar 2,5 cm. Diameter lumen dari ureter di junctura
ureteropelvicum sekitar 2 mm, di bagian tengah sekitar 10 mm, saat menyilang
arteri iliaca externa sekitar 4 mm, dan di junctura ureterovesicalis sekitar 3-4 mm.6

Gambar 3.6 Diameter Lumen Ureter pada Masing-Masing Lokasi Penyempitan.

BNO IVP

31
BNO IVP – hidronefrosis

3. Vesica Urinaria
Aliran urine dari ginjal akan bermuara ke dalam kandung kemih (vesika
urinaria). Kandung kemih merupakan kantong yang dapat menggelembung seperti
balon karet, terletak di belakang simfisis pubis, di dalam rongga panggul. Bila
terisi penuh, kandung kemih dapat terlihat sebagian ke luar dari rongga panggul.
Kandung kemih berbentuk seperti kerucut. Bagian-bagiannya ialah verteks,
fundus, dan korpus. Bagian verteks adalah bagian yang meruncing ke arah depan dan
berhubungan dengan ligamentum vesiko umbilikale medius. Bagian fundus
merupakan bagian yang menghadap ke arah belakang dan bawah. Bagian korpus

32
berada di antara verteks dan fundus. Bagian fundus terpisah dari rektum oleh
spasium rektovesikula yang terisi oleh jaringan ikat, duktus deferens, vesikula
seminalis. Dinding kandung kemih terdiri dari tiga lapisan otot polos dan selapis
mukosa yang berlipat-lipat. pada diding belakang lapisan mukosa, terlihat bagian
yang tidak berlipat, daerah ini disebut trigonum liestaudi.

BNO VESICOLITHIASIS

33
4. Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang
berfungsi menyalurkan air kemih ke luar dan juga untuk menyalurkan semen. Pada
laki-laki, uretra berjalan berkelok-kelok, menembus prostat, kemudian melewati
tulang pubis, selanjutnya menuju ke penis. Oleh karera itu, pada laki-laki, uretra
terbagi menjadi 3 bagian, yaitu pars proetalika, pars membranosa, dan pars
kavernosa. Muara uretra ke arah dunia luar disebut meatus. Pada perempuan, uretra
terletak di belakang simfisis pubis, berjalan miring, sedikit ke atas, panjangnya
kurang lebih 3-4 cm. Muara uretra pada perempuan terletak di sebelah atas vagina,
antara klitoris dan vagina. Uretra perempuan berfungsi sebagai saluran ekskretori.

34
Retrogradeureterography

Uretrography Pasien BPH

35
Hasil foto pemeriksaan BNO IVP

Foto 5 menit Foto 15 menit

Foto 30 menit Foto 60 menit

36
Neprolithiasis Ureterolithiasi
s

Karsinoma Karsinoma VU

Ginjal tidak berfungsi

37
Mega Ureter Hydroneprosis
Neprolithiasis

Pyelonefritis

Massa pada VU Vesicolitiasis Ruptur VU

38
Diverticula VU

Pembesaran Prostat

39
Pelvic
kidney Duplicate Collecting System

Horshoe kidney

40
Radiograf Foto Plain

Gbr. Full Blast & Post Voiding

41
BAB IV

PEMERIKSAAN RADIOLOGI SISTEM URINARIA

1. CYSTOGRAFI
A. Definisi
Cyctografi adalah teknik atau prosedur pemeriksaan urinary bladder
setelah memasukkan media kontras melalui kateter dengan menggunakan
sinar-x untuk menegakkan diagnosa.
B. Persiapan pasien
Pasien Melepaskan benda-benda logam yang dapat mengganggu
gambaran. Tidak ada persiapan khusus, hanya pasien harus mengosongkan
kantong kemih terlebih dahulu sebelum pemasangan kateter dilakukan
C. Perisapan Alat
1) Pesawat sinar-X,kaset dan Film 24x30 cm
2) Media kontras iodium 50 cc
3) gliserin
4) Aqua steril 100 cc
5) Poly cateter 16 G
6) Spuit 50 cc (spuit kaca 200cc)
7) Needle 19 G
8) Kassa steril
9) Kapas alkohol
10) Plester

D. Prosedur Pemeriksaan
1) Bahan kontras dicampur dengan aqua steril dengan perbandingan 1 : 3
atau 1 : 4 (1 kontras dan ¾ aqua steril).
2) Pasien tidur terlentang di atas meja pemeriksaan, setelah pasien buang air
kecil
3) Pasang kateter sampai masuk ke Vessica Urinaria
4) Masukkan kontras yang telah dicampur Aqua 100-200 cc

42
5) Setelah media kontras mengisi vesica urinaria, maka lanjutkan
pemotretan dengan beberapa proyeksi
E. Teknik Pemrotetan
1) Proyeksi Foto AP
a) Posisi pasien : Supine, kedua kaki lurus, MSP // pertengahan buck
(meja pemeriksaan)
b) Central Ra: 10 - 15° ke caudad (agar blass tdk superposisi
symphisis pubis)
c) CP : 2 inchi (5 cm) superior symphisis pubis.
d) Eksposi : ekspirasi tahan nafas.
e) Krit.gambar : Urinary blader tidak superimposisi dengan Symphis
pubis

Gambar 4.1 Foto proyeksi AP

2) Proyeksi oblique Bilateral (kanan dan kiri)


a) Posisi Pasien : Semi supine (bagian posterior menempel meja)
b) Posisi Obyek : Rotasikan tubuh 45°- 60°,Tekuk lutut yang jauh
darikaset ,luruskan kaki yang dekat dengan kaset, tangan yang
dekat dengan kaset gunakan sebagai ganjalan kepala, yang jauh dari
kaset diletakkan di depan tubuh.
c) CR : tegak lurus kaset

43
d) CP : 2 inchi superior symphisis pubis dan 2 inchi medial SIAS
e) Eksposi : ekspirasi tahan nafas
f) Krit. gambar : Urinari blader tidak superimposisi dengan bagian
kaki yang ditekuk
3) Proyeksi Lateral
a) Proyeksi ini tidak umum dilakukan.
b) Proyeksi ini umumnya dilakukan dengan klinis : fistel vesicorectal
atau vesicouteral .
c) Posisi pasien : True lateral (lateral recumbent), kedua tangan
digunakan sebagai bantalan kepala, kedua lutut ditekuk, dan
letakkan bantal diantara lutut.
d) CR : tegak lurus terhadap kaset
e) CP : 2 inchi superior dan posterior symphisis pubis.
f) Eksposi : ekspirasi tahan nafas.
g) Krit. gambar : Hip dan femur super posisi

Gambar 4.2 Foto proyeksi lateral

2. BNO-IVP
A. Definisi
Pemeriksaan diagnostik kontras radiologi BNO-IVP adalah ilmu
yang mempelajari prosedur atau tata cara pemeriksaan ginjal, ureter, dan
buli-buli menggunakan sinar-x dengan melakukan injeksi media kontras
melalui vena. Pada saat media kontras diinjeksikan melalui pembuluh
44
vena pada tangan pasien, media kontras akan mengikuti peredaran darah
dan dikumpulkan dalam ginjal dan saluran kemih, sehingga ginjal dan
saluran kemih menjadi berwarna putih. Dengan IVP, dokter ahli
radiologi dapat melihat dan mengetahui anatomi serta fungsi ginjal,
ureter dan buli-buli. Pada pemeriksaan khusus BNO ditemukan adanya
cacat pengisian dan pada IVP batu ginjal atau buli-buli serta
hidronefrosis pada pemeriksaan sonografi ( Anggari, 2011).
B. Tujuan pemeriksaan BNO-IVP
Tujuan dari pemeriksaan kontras radiologi BNO-IVP adalah
untuk mendapatkan gambaran radiologi dari letak anatomi dan fisiologi
serta mendeteksi kelainan patologis dari ginjal, ureter,dan buli-buli.
Pemeriksaan ini juga bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi
ginjal.Selain itu BNO-IVP dapat mendeteksi adanya batu semi-opak
ataupun batu non opak yang tidak dapat terlihat oleh foto polos abdomen.
Jika BNO-IVP belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih
akibat adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah
pemeriksaan pielografi retrograde (Purnomo BB, 2011).
BNO-IVP mampu mendokumentasikan aliran kontras pada batu
ginjal atau BSK dan juga dapat melihat aliran kontras pada saluran kemih
bagian atas.Hasil foto radiologi tersebut dapat diinterpretasikan oleh
dokter ahli radiologi. Ketidaksiapan dalam mempersiapkan pasien untuk
dilakukan pemeriksaan foto BNO-IVP dapat menyebabkan terjadinya
kesalahan prosedur dan menghasilkan hasil foto radiologi yang tidak
diharapkan (Marshall L.Stoller,MD 2008).
Gambaran planar yang standar dari seri BNO-IVP menunjukkan
bahwa hanya kesatuan sistem yang berperan dalam melakukan
pengumpulan zat yaitu ginjal dan ureter. Disamping itu juga, data
tomografi komputer yang diperoleh sebelumnya digunakan untuk
mendapat alasan klinis yang terpisah dan sebagai pembukti hanya
berfungsi pada satu sistem pengumpul ginjal. Pada awalnya, tampak
bahwa baik pelvis ginjal dan ureter duplikasi disebabkan oleh fenomena
yang sama dan karena itu dapat digambarkan sebagai salah satu artefak

45
tunggal (Rowberry, Benjamin, 2011). Indikasi pemeriksaan BNO-IVP
ini antara lain untuk melihat batu ginjal, batu saluran kemih, radang
ginjal, radang pada saluran kemih, batu ureter, tumor, dan hipertrofi
prostat (Purnomo BB, 2011).
C. Prosedur persiapan dan pelaksanaan BNO-IVP
1) Persiapan:
a) Pemeriksaan ureum kreatinin (Kreatinin maksimum 2)
b) Malam sebelum pemeriksaan pasien diberi laksansia untuk
membersihkan kolon dari feses yang menutupi daerah ginjal
c) Pasien tidak diberi minum mulai jam 22.00 malam sebelum
pemeriksaan untuk mendapatkan keadaan dehidrasi ringan
d) Keesokan harinya pasien harus puasa, mengurangi bicara dan
merokok untuk menghindari gangguan udara usus saat
pemeriksaan
e) Pada bayi dan anak diberi minum yang mengandung karbonat
untuk mendistensikan lambung dan gas
f) Skin test subkutan untuk memastikan bahwa penderita tidak
alergi terhadap penggunaan kontras (Nurlela Budjang, 2010)
2) Pelaksanaan
a) Pasien diminta mengosongkan buli-buli
b) Dilakukan foto BNO
c) Injeksi kontras IV (setelah cek tensi dan cek alergi), beberapa
saat dapat terjadi kemerahan, rasa asin di lidah, sakit kepala
ringan, gatal, mual dan muntah.
d) Diambil foto pada menit ke-5, 15, 30 dan 45
e) Menit ke-5 : menilai nefrogram dan mungkin sistem
pelviokalises (SPC) - Menit ke-15 : menilai sistem
pelviokalises sampai dengan kedua ureter - Menit ke-30 :
Menilai ureter dengan buli-buli - Menit ke-45 : menilai buli-
buli (Nurlela Budjang, 2010).

46
D. Hasil pemeriksaan foto BNO-IVP

Setiap pemeriksaan saluran kemih sebaiknya dibuat terlebih


dahulu foto polos abdomen. Yang harus diperhatikan pada foto polos
abdomen ini adalah bayangan, besar (ukuran), dan posisi kedua
ginjal. Dapat pula dilihat kalsifikasi dalam kista dan tumor, batu
radioopak dan perkapuran dalam ginjal. Harus diperhatikan batas
ototPsoas kanan dan kiri (Nurlela Budjang, 2010). Menurut
Meschan,digunakan film bucky antero-posterior abdomen setelah
penyuntikan, ulangi pemotretan film antero-posterior abdomen
dengan jarak waktu setelah disuntik kontras intravena,masing-
masing adalah :

1) Empat sampai 5 menit :

Dilakukan foto pada 5 menit pertama dengan area


jangkauan pada pertengahan proccecus xyphoideus dan pusat.
Foto ini untuk melihat perjalanan kontras mengisi sistem kalises
pada ginjal. Memakai ukuran kaset 24 x 30 cm dengan posisi
antero-posterior sama seperti foto abdomen. Penekanan ureter
dilakukan dengan tujuan untuk menahan kontras media tetap
berada pada sistem pelvikalises dan bagian ureter
proksimal.Penekanan ureter diketatkan setelah dilakukan
pengambilan foto menit kelima (Nurlela Budjang, 2010).

47
Gambar 4.3 Foto menit ke 5
2) Delapan sampai 15 menit
Bila pengambilan gambar pada pelvikalises di menit ke
lima kurang baik, maka foto diambil kembali pada menit ke 10
dengan tomografiuntuk memperjelas bayangan. Menggunakan
kaset 24 x 30 cm mencakup gambaran pelviokaliseal, ureter dan
buli-buli mulai terisi media kontras dengan posisi antero-
posterior sama seperti foto abdomen, pertengahan di antara
proccesus xyphoideus dengan umbilicus (Nurlela Budjang,
2010).

Gambar 4.4 Foto menit ke 15

48
3) Foto pada menit ke 25-30

Setelah menit ke- 30 kompresi dibuka dan diambil


gambar dengan menggunakkan kaset ukuran 30 x 40 cm. Di
beberapa Rumah Sakit setelah menit ke -30 diharuskan
meminum air yang banyak. Foto ini digunakan untuk
mengevaluasi kemampuan ginjal mensekresikan bahan
kontras, tapi di beberapa Rumah Sakit tidak dengan posisi
antero-posterior sama seperti foto abdomen (Nurlela Budjang,
2010).

Gambar 4.5 Foto menit ke 30


4) Foto terlambat, jika konsentrasi dan ekskresi sangat kurang
pada 1-8 jam
Setelah masuk ke menit 60 dibuat foto BNO lagi
dengan kaset 30 x 40 cm. Setelah hasil rontgen dikonsultasikan
pada dokter ahli radiologi dan dinyatakan normal maka pasien
diharuskkan berkemih kemudian di foto kembali. Jika dokter
ahli radiologi menyatakan ada gangguan biasanya dilakukan
foto 2 jam. Dengan posisi antero-posterior sama seperti foto
abdomen.

49
Gambar 4.6 Foto menit ke 60 atau lebih
3. URETROGRAFI
A. Definisi
Pemeriksaan Uretrografi adalah pemeriksaan radiologi untuk
uretra dengan menggunakan media kontras positif yang diinjeksikan ke
uretra proksimal secara retrograde, dengan tujuan untuk melihat
anatomi, fungsi dan kelainan pada uretra.
B. Indikasi
1) Striktur
2) Retensi urine
3) Kelainan kongenital
4) Fistule
5) Tumor
6) Batu uretra
C. Kontraindikasi
1) Infeksi akut
2) Radang uretritis akut
3) Radang prostat
4) Penderita terdapat riwayat alergi kontras
D. Persiapan pasien
Pada dasarnya tidak ada persiapan khusus hanya saja pasien
disuruh kencing sebelum pemeriksaan, fungsinya agar kontras tidak

50
bercampur dengan urine yang menyebabkan densitas tinggi, kontras
rendah menyebabkan gambaran lusent sehingga kandung kemih tidak
dapat dinilai.
E. Persiapan alat dan bahan
Alat dan bahan untuk pemeriksaan uretrografi retrograde yang
harus dipersiapkan antara lain : Pesawat sinar x, kaset dan film, grid,
marker, tensi meter, tabung oksigen, baju pasien. Pada pemeriksaan
uretrografi retrograde perlu dipersiapkan alat untuk memasukkan
media kontras, terdiri alat bantu steril dan non steril. Alat steril yang
diperlukan antara lain : spuit 20 cc, kassa, kapas alkohol, anti
histamine, kateter, gliserin. Sedangkan alat bantu non steril antara lain
: bengkok, plester dan sarung tangan.
F. Teknik pemeriksaan uretrografi
1) Foto polos pendahuluan
Dilakukan sebelum media kontras dimasukkan dengan
tujuan untuk mengetahui persiapan pasien. Menilai struktur
keseluruhan organ sebelum dimasukkan media kontras,
mengetahui ketepatan posisi dan menentukan faktor eksposisi
selanjutnya.
a. Posisi Pasien : Tidur telentang (supine) di atas meja
pemeriksaan dengan MSP diatur tepat diatas pada garis tengah
meja pemeriksaan, dua kaki lurus dan kedua tangan disamping
tubuh. Posisi Objek batas atas kaset krista iliaka dan batas
bawah kaset sympisis pubis.
b. Kaset : ukuran kaset 24×30 cm Arah sinar tegak lurus dengan
kaset. Titik bidik 5 cm diatas symphisis pubis. Jarak fokus
dengan film 100 cm. Eksposi dilakukan pada saat ekspirasi dan
tahan nafas.
c. Kriteria : Terlihat seluruh bagian dari kandung kemih, uretra
dan gambaran dari tulang pelvis.Setelah dilakukan foto
pendahuluan (polos), langkah selanjutnya yang dilakukan
adalah pemasukan media kontras yaitu dengan cara media

51
kontras dimasukkan kandung kemih dengan menggunakan
kateter yang telah terpasang melalui uretra kemudian media
kontras dimasukkan perlahan dengan spuit. Pengambilan
radiograf dilakukan pada saat bersamaan media kontras
dimasukkan ke uretra. Proyeksi yang digunakan adalah AP
(antero posterior), oblik kanan dan kiri.

Gambar 4.7 Foto polos pendahuluan AP

2) Proyeksi AP
Tujuan dari proyeksi AP adalah untuk melihat kandung
kemih dan seluruh bagian uretra dari pandangan anterior.
a. Posisi pasien : supine diatas meja pemeriksaan, MSP diatur
tetap diatas garis tengah pemeriksaan. Posisi objek batas atas
kaset krista iliaka, batas bawah kaset sympisis pubis.
b. Kaset : ukuran 24 x 30 cm, dengan arah sinar tegak lurus
kaset atau film, titik pusat sinar 5 cm di atas symphisis pubis.
Jarak fokus dengan film 100 cm. Eksposi dilakukan pada
saat ekspirasi dan tahan nafas.
c. Kriteria : Tampak tulang pelvis, ilium, ischium, sacrum dan
symphisis pubis. Tampak rongga pelvis, tampak kandung
kemih dan uretra yang terisi media kontras dengan kandung
kemih tidak superposisi dengan symphisis pubis.

52
Gambar 4.8 Hasil foto polos proyeksi AP
3) Proyeksi oblique kanan kiri
Tujuan dari proyeksi oblik kanan atau kiri adalah
untuk menilai bagian uretra dan kandung kemih tidak
superposisi dengan simpisis pubis.
a. Posisi Pasien : tidur terlentang (supine) di atas meja
pemeriksaan daerah panggul diatur miring kira-kira 35–
40 derajat, kekanan/kekiri sesuai dengan posisi oblik yang
dimaksud. Salah satu tangan berada di samping tubuh,
lengan lainnya di tempatkan menyilang sambil
berpegangan pada tepi meja pemeriksaan. Batas atas kaset
pada krista iliaka, batas bawah kaset 2 cm di bawah
simpisis pubis

53
Gambar 4.9 Posisi foto oblique
b. Kaset : ukuran 24 x 30 cm dengan arah sinar vertikal
tegak lurus kaset. Titik bidik 2 cm arah lateral kanan-
kiri dari pertengahan garis yang menghubungkan
kedua SIAS dengan MSP menuju tengah kaset atau
sejajar dengan border symphisis pubis. Jarak fokus ke
film 100 cm. Eksposi dilakukan pada saat ekspirasi
dan tahan nafas.

Gambar 4.10 Hasil foto polos oblique

54
4. PEMERIKSAAN RPG
A. Teknik
Retrograde pyelography adalah pemeriksaan radiografi dengan
menggunakan media kontras untuk memperlihatkan traktus urinarius
bagian atas beserta lesi-lesinya. Pemeriksaan ini dillakukan dengan cara
memasukkan media kontras positif secara langsung ke pelviocafical
system melalui kateter ureter yang bagian urologi. Biasanya
pemeriksaan ini dilakukan jika IVP gagal. Pemeriksaan Retrograde
Pyelography merupakan tindakan pemeriksaan gabungan antara bagian
radiologi dengan bagian urologi, sehingga harus ada kerja sama yang
baik antara kedua bagian tersebut agar pemeriksaan dapat berjalan
dengan lancar. Sebelum dibawa ke bagian radiologi, pemasangan
kateter dilakukan di bagian urologi dengan bantuan alat cystoscopy
(Ballinger, 2003).
Teknik pemeriksaan Retrograde pyelography adalah sebagai
berikut:
1) Teknik pemasukan media kontras

Sebelum pemasukan media kontras, dilakukan pengambilan


foto pertama yaitu foto polos abdomen (FPA). Pengambilan foto ini
bertujuan untuk mengetahui persiapan pasien, letak ujung kateter
dan ketepatan faktor eksposisi. Pemeriksaan RPG memerlukan
prosedur cystoscopy katetr dimasukkan oleh seorang urologi,
kerjasama antara urologi dan radiologi sangat dipelukan, karena
waktu memasukkan media kontras dilakukan dengan fluoroskopi
yang dilengkapi dengan tv monitor. Medis kontras yang dimasukan
jaringan sampai berlebihan dan tekanan terlalu tinggi tinggi karena
dapat mengakibatkan distensi dan ekstravasasi ataupun “back-
flow”. Media kontras disuntikkan secara perlahan-lahan dengan
tekanan rendah melalui kateter uereter sebanyak 2,5 ml. Diharapkan
media kontras mengisi pelvis ginjal. Jika mengalami dilatasi,
diperlukan media kontras dalam jumlah yang lebih banyak.

55
Pada pemotretan pyelogram, beberapa urolog menganjurkan
agar pada saat pemasukan media kontras meja disudutkan 10-15
derajat bersamaan dengan penarikan keluar kateter ureter. Pada
pemotretan ureterogram, beberapa urolog menganjurkan meja
pemeriksaan disudutkan 35-40 terhadap bidang horizontal untuk
menunjukkan mobilitas ginjal (Ballinger, 2003).
2) Teknik radiografi proyeksi yang digunakan menurut Ballinger
(2003) adalah sebagai berikut:
a. Proyeksi foto polos abdomen

Pengambilan radiograf ini diambil sebagai pendahuluan


untuk mengetahui persiapan pasien dan ketepatan faktor eksposisi.
i. Posisi pasien
Pasien tidur terlentang di atas meja pemeriksaan, kedua bahu
pasien diatur sejajar dan kedua tangan di samping tubuh
ii. Posisi objek
MSP diatur sejajar dengan meja pemeriksaan.
iii. Arah sinar
Vertical tegak lurus terhadap kaset
iv. Titik bidik
Pada MSP setinggi crista iliaca
v. FFD
100 cm
vi. Eksposisi
Dilakukan saat pasien ekspirasi penuh dan tahan panas
b. Pyelogram
Pengambilan radiograf pyelogram pada saat media
kontras mengisi penuh daerah pelvis ginjal dan calises. Meja
pemeriksaan disudutkan 10-15º terhadap bidang
horizontal,sehingga posisi kepala lebih rendah dari anggota tubuh
yang lain.

56
i. Posisi pasien
Pasien tidur terlentang di atas meja pemeriksaan, kedua
bahu pasien diatur sejajar dan kedua tangan di samping
tubuh
ii. Posisi objek
MSP diatur sejajar dengan meja pemeriksaan.
iii. Arah sinar
Vertical tegak lurus terhadap kaset
iv. Titik bidik
Pada MSP setinggi crista iliaca
v. FFD
100 cm
vi. Ekposisi
Dilakukan saat pasien ekspirasi penuh dan tahan panas
c. Ureterogram
Pengambilan radiograf ureterogram dilakukan pada saat
media kontras mengisis daerah ureter secara merata, dengan cara
kateter ureter ditarik perlahan-lahan. Meja pemeriksaan
disudutkan 35-40º, sehingga posisi kepala lebih tinggi dari
anggota tubuh yang lain, untuk melihat ada tidaknya ureter yang
berkelok-kelok atau pergerakan ginjal.
i. Posisi pasien
Pasien tidur terlentang di atas meja pemeriksaan, kedua
bahu pasien diatur sejajar dan kedua tangan di samping
tubuh
ii. Posisi objek
MSP diatur sejajar dengan meja pemeriksaan.
iii. Arah sinar
Vertikal tegak lurus terhadap kaset
iv. Titik bidik
Pada MSP setinggi crista iliaca
v. FFD

57
100 cm
vi. Ekposisi
Dilakukan saat pasien ekspirasi penuh dan tahan panas

d. Proyeksi Right Posterior oblique


i. Posisi pasien
Supine diatas meja pemeriksaan
ii. Posisi objek
Pasien diatur tidur miring 30º ke kanan terhadap meja.
Tangan kanan lurus di samping tubuh dan tangan kiri
menyilang ke depan, tubuh berpegangan pada tepi meja.
Kaki kanan lurus ke bawah dan kaki kiri sedikit ditekuk
untuk fiksasi.
iii. Arah sinar
Vertikal tegak lurus terhadap objek
iv. Titik bidik
Pada 1-2 inchi kea rah lateral kiri dari titik tengah kedua
crista iliaca
v. FFD
100 cm
vi. Eksposisi
Dilakukan saat pasien ekspirasi penuh dan tahan napas.

e. Proyeksi Left Posterior Oblique


i. Posisi pasien
Supine di atas meja pemeriksaan.
ii. Posisi objek
pasien diatur tidur miring 30º ke kiri atau terhadap meja.
Tangan kiri lurus di samping tubuh dan tangan kanan
menyilang ke depan, tubuh berpegangan pada tepi meja.
Kaki kiri lurus ke bawah dan kaki kanan sedikit ditekuk
untuk fiksasi.

58
iii. Arah sinar
Vertikal tegak lurus terhadap kaset.
iv. Titik bidik
Pada 1-2 inchi kea rah lateral kiri dari titik tengah kedua
crista iliaca.
v. FFD
100 cm
vi. Eksposisi
Dilakukan saat pasien ekspirasi penuh dan tahan napas.

f. Posisi lateral
Proyeksi ini digunakan untuk memperlihatkan pergerakan
ginjal dari anterior.
i. Posisi pasien
Pasien tidur miring ke kiri atau ke kanan, tangan pasien
diletakkan di depan kepala,kaki ditekuk agar nyaman.
ii. Posisi obyek
Batas atas kaset pada prosessus xypoid dan batas bawah kaset
pada symphysis pubis.
iii. Arah sinar
Vertikal tegak lurus terhadap kaset.
iv. Titik Bidik
Pada MCP setinggi crista illiaca.
v. FFD
100 cm
vi. Eksposisi
Dilakukan saat pasien ekspirasi penuh dan tahan napas.
B. Pemeriksaan
Pemeriksaan Retrograde Pyelography adalah sebagai berikut :
1) Persiapan pasien
Pasien puasa selama 6 jam sebelum pemeriksaan agar
saluran cerna bersih dari sisa-sisa makanan yang nantinya dapat

59
mengganggu gambaran radiografi (Smith dan Donald, 2000).
Selanjutnya pasien diberikan penjelasan mengenai tujuan dan tata
cara yang akan dilakukan, sehingga akan membantu kelancaran
dari pemeriksaan tersebut. Pasien dianjurkan untuk minum air 4
sampai 5 gelas penuh beberapa jam sebelum pemeriksaan
Kemudian pasien dianestesi umum sebelum pemasangan kateter
ureter melalui alat sistokopi (Ballinger, 2003).
2) Persiapan alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam pemeriksaan RPG
dibedakan menjadi dua (Ballinger, 2003), yaitu:
a) Peralatan steril
i. Jarum suntik
ii. Spuit
iii. Klem
iv. Kassa dan kapas
v. Winged needle
vi. Hand scoon
vii. Korentang
b) Peralatan non steril
i. Pesawat sinar-x yang dilengkapi dengan
fluoroskopi
ii. Kaset ukuran 35x43 cm
iii. Baju ganti pasien
iv. Alat-alat proteksi radiasi
v. Media kontras
vi. Marker R/L
3) Persiapan media kontras
Media kontras yang digunakan dalam pemeriksaan
retrograde pyelography amatara lain Diodine 35% yang dicampur
dengan NaCl dengan perbandingan 3:1, Triosil 25% larutan,
Retroconray 35%, Iodoxyl retrograde 20%, Potassium dan Sodium
Iodida 10% (Clarc, 1974).

60
Gambar 4.11 Retrograde Pyelography (Shinoda et al, 2015)
5. PEMERIKSAAN CT SCAN
a. Teknik
Computer Tomography (CT) Scanner merupakan alat diagnostik
dengan teknik radiografi yang menghasilkan gambar potongan tubuh
secara melintang berdasarkan penyerapan sinar-x pada irisan tubuh yang
ditampilkan pada layar monitor tv hitam putih. Computer Tomography
(CT) biasa juga disebut Computed axial tomography (CAT), computer-
assisted tomography, atau (body section roentgenography) yang
merupakan suatu proses yang menggunakan digital processing untuk
menghasilkan suatu gambaran internal tiga dimensi suatu obyek dari
satu rangkaian sinar x yang menghasilkan gambar dua dimensi. Kata"
tomography" diperoleh dari Yunani tomos (irisan) dan graphia
(gambarkan) (Ramadhani, 2006).
Peralatan CT Scanner terdiri atas tiga bagian yaitu sistem pemroses
citra, sistem komputer dan sistem kontrol. Sistem pemroses citra
merupakan bagian yang secara langsung berhadapan dengan obyek yang
diamati (pasien). Bagian ini terdiri atas sumber sinar-x, sistem kontrol,
detektor dan akusisi data. Sinar-x merupakan radiasi yang merambat
lurus, tidak dipengaruhi oleh medan listrik dan medan magnet dan dapat

61
mengakibatkan zat fosforesensi dapat berpendar. Sinar-x dapat
menembus zat padat dengan daya tembus yang tinggi. Untuk
mengetahui seberapa banyak sinar-x dipancarkan ke tubuh pasien, maka
dalam peralatan ini juga dilengkapi sistem kontrol yang mendapat input
dari komputer. Bagian keluaran dari sistem pemroses citra, adalah
sekumpulan detektor yang dilengkapi sistem akusisi data. Detektor
adalah alat untuk mengubah besaran fisikdalam hal ini radiasi-menjadi
besaran listrik. Detektor radiasi yang sering digunakan adalah detektor
ionisasi gas. Jika tabung pada detektor ini ditembus oleh radiasi maka
akan terjadi ionisasi. Hal ini akan menimbulkan arus listrik. Semakin
besar interaksi radiasi, maka arus listrik yang timbul juga semakn besar.
Detektor lain yang sering digunakan adalah detektor kristal zat padat
(Ramadhani, 2006).
Susunan detektor yang dipasang tergantung pada tipe generasi CT
Scanner. Tetapi dalam hal fungsi semua detektor adalah sama yaitu
mengindentifikasi intensitas sina-x setelah melewati obyek dengan
membandingkan intensitas pada sumbernya, maka atenuasi yang
diakibatkan oleh propagasi pada obyek dapat ditentukan. Dengan
menggunakan sistem akusisi data maka datadata dari detektor dapat
dimasukkan dalam komputer. Sistem akusisi data terdiri atas sistem
pengkondisi sinyal dan interfacae analog ke komputer. Metode back
projection banyak digunakan dalam bidang kedokteran. Metode ini
menggunakan pembagian pixel-pixel yang kecil dari suatu irisan
melintang. Pixel didasarkan pada nilai absorbsi linier. Kemudian pixel-
pixel ini disusun menjadi sebuah profil dan terbentuklah sebuah matrik.
Rekonstruksi dilakukan dengan jalan saling menambah antar elemen
matrik (Ramadhani, 2006).
Untuk mendapatkan gambar rekonstruksi yang lebih baik, maka
digunakan metode konvolusi. Proses rekonstruksi dari konvolusi dapat
dinyatakan dalam bentuk matematik yaitu transformasi Fourier. Dengan
menggunakan konvolusi dan transformasi Fourier, maka bayangan

62
radiologi dapat dimanipulasi dan dikoreksi sehingga dihasilkan gambar
yang lebih baik (Ramadhani, 2006).
b. Pemeriksaan
Prinsip dasar CT scan mirip dengan perangkat radiografi yang
sudah lebih umum dikenal. Kedua perangkat ini sama-sama
memanfaatkan intensitas radiasi terusan setelah melewati suatu obyek
untuk membentuk citra/gambar. Perbedaan antara keduanya adalah pada
teknik yang digunakan untuk memperoleh citra dan pada citra yang
dihasilkan. Tidak seperti citra yang dihasilkan dari teknik radiografi,
informasi citra yang ditampilkan oleh CT scan tidak tumpang tindih
(overlap) sehingga dapat memperoleh citra yang dapat diamati tidak
hanya pada bidang tegak lurus berkas sinar (seperti pada foto rontgen),
citra CT scan dapat menampilkan informasi tampang lintang obyek yang
diinspeksi. Oleh karena itu, citra ini dapat memberikan sebaran
kerapatan struktur internal obyek sehingga citra yang dihasilkan oleh
CT scan lebih mudah dianalisis daripada citra yang dihasilkan oleh
teknik radiografi konvensional (Hasan, 2004)
CT Scanner menggunakan penyinaran khusus yang dihubungkan
dengan komputer berdaya tinggi yang berfungsi memproses hasil scan
untuk memperoleh gambaran penampang-lintang dari badan. Pasien
dibaringkan diatas suatu meja khusus yang secara perlahan - lahan
dipindahkan ke dalam cincin CT Scan. Scanner berputar mengelilingi
pasien pada saat pengambilan sinar rontgen. Waktu yang digunakan
sampai seluruh proses scanning ini selesai berkisar dari 45 menit sampai
1 jam, tergantung pada jenis CT scan yang digunakan (waktu ini
termasuk waktu check-in nya) (Hasan, 2004).
Proses scanning ini tidak menimbulkan rasa sakit . Sebelum
dilakukan scanning pada pasien, pasien disarankan tidak makan atau
meminum cairan tertentu selama 4 jam sebelum proses scanning.
Bagaimanapun, tergantung pada jenis prosedur, adapula prosedur
scanning yang mengharuskan pasien untuk meminum suatu material
(Hasan, 2004).

63
Gambar 4.12 CT scan system urinary (University of Virginia, 2013).

64
DAFTAR PUSTAKA

Anggari, Kharisma Luthfy, 2010. BNO-IVP Sebagai Pemeriksaan Imaging Pada Pasien
Dengan Nefrolithiasis dan Hidronefrosis Sinistra. Bagian Ilmu Radiologi RSUD
Salatiga.
Ballinger, Philip W. 2003. Merril of Atlas Radiographic Positioning and Radiologic
Procedures, Eight Edition Vol. II. Missouri : Mosby, Inc.
Clark, K. C. Arthur. 1974. Positioning in Radiography, Volume two, Ninth edition,
William Heinemann, Medical Books Ltd, London.
Guyton, A., Hall, J. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. EGC; Jakarta
Hasan, Ir. Fakultas Teknik Universitas Pakuan, Bogor
Junqueira, L., Carneiro, R. 2007. Histologi Dasar; Tambayang J, penerjemah.
Terjemahan dari Basic Histology. Edisi ke-5. EGC;Jakarta.
Martini, F. H., Nath, J. L., & Bartholomew, E. F. (2012). Fundamental of Anatomy &
Physiology (9th ed.). San Francisco: Pearson Education.
Netter, Frank H. ATLAS OF HUMAN ANATOMY 25th Edition. Jakarta: EGC, 2014.
Nurlela B.2006. Traktus urinari in: Radiologi diagnostik. Fakultas Kedokteran indonesia.
jakarta: 283-293
Paulsen F & Waschke J, 2013; Sobotta Atlas Anatomi Manusia, Jilid 1, Edisi 23, EGC,
Jakarta
Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. 2012. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia., Wilson, Lorraine. 2012. Anatomi Ginjal: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: EGC
Purnomo, B.B., 2011.Dasar-Dasar Urologi. Edisi ke 3, CV. SagungSeto, Jakarta.
Purnomo, Basuki. 2003. Dasar-Dasar Urologi. Malang : Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya
Ramadhani,P. 2014. Elektronika Kedokteran “CT Scanner”. Fakultas Teknik Universitas
Hasanudin.
Rowberry, Benjamin. 2011. Intravenous Pyelogram Artefacts Unique to Digital
Tomosynthesis Reconstruction. British Journal of Radiology. Available from:
Pubmed.http://bjr.birjournal.org/content/84/1007/1050.long. [Accesed 25 May
2012]
Scanlon, V. C., & Sanders, T. (2007). Essentials of Anatomy and Physiology (5th
ed.). Philadelphia: F. A. Davis Company.
Sherwood, L. (2010). Human Physiology: From Cells to Systems (7th ed.).
Belmont: Cengage Learning.
Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia: Dari Sel Ke Sistem adisi 6, Penerbit Buku
Kedokteran . Jakarta: EGC.
Shinoda, K., Hirofumi T., Konen, O., Yukio, A., Akihiko, W., Akira, K. et al. 2015. Wild-
type ATTR amyloidosis of the ureter in a 56-year-old woman with rheumatoid
arthritis and Sjogren’s syndrome. Int J Clin Exp Pathol. Vol 8 (7):8624-8627.
Tortora, G. J., & Derrickson, B. (2012). Principles of Anatomy & Physiology (13th ed.).
New Jersey: John Wiley & Son, Inc.
University of Virginia. 2013. Kidney. www.med-ed.virginia.edu. Diakses pada 3 Agustus
2019.

65

Anda mungkin juga menyukai