PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Computed Tomography merupakan suatu metode pencitraan diagnosa
yang memanfaatkan komputer sebagai pengolah data sinar-X yang telah
mengalami atenuasi dalam tubuh pasien yang diperiksa. Data sinar-X
tersebut ditangkap dengan beberapa detektor yang dikonversikan dalam
bentuk digit untuk selanjutnya dikirimkan ke komputer. Data sinar-X yang
datang dari berbagai sudut ini oleh komputer dapat diolah, direkonstruksi dan
ditampilkan dalam bentuk informasi anatomis yang tipis dan dikenal dengan
istilah slice thickness selanjutnya disimpan dalam memori.
Istilah Computed Tomography Scanning atau CT-Scan diperkenalkan
pertama kali oleh seorang Insinyur dari EMI Limited London yaitu Godfrey
Hounsfield dan seorang teknisi dari Atkinson Morley’s Hospital, London yaitu
James Ambrosse (Ballinger, 1995). Kelebihan dari CT-Scan dibandingkan
dengan radiografi konvensional adalah dapat membedakan soft tissue,
lemak, udara, dan tulang pada irisan crossectional dan dapat direformat
menjadi 3 dimensi sehingga terlihat jelas tanpa terhalang oleh jaringan
(Grainger, 1992).
Pada prinsipnya, pemeriksaan radiologik konvensional juga dapat
menilai besar dan perluasan suatu lesi, namun jika terjadi komplikasi
intrakranial pada daerah fossa kranii posterior atau media, maka
pemeriksaan computerized tomography (CT) merupakan pemeriksaan terpilih
untuk mendeteksi hal tersebut dimana pada pemeriksaan CT dapat ditemui
defek tulang dengan lesi intrakranial.
Salah satu pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan CT- Scan yaitu
pemeriksaan pada CT- Scan Mastoid.CT Mastoid merupakan pemeriksaan
radiologi guna mendapatkan gambaran cross sectional anatomi bagian
mastoid.Prosedur yang digunakan menggunakan potongan axial dan coronal
dengan slice thickness 5mm.Mastoid merupakan bagian tulang belakang
yang berjalan ke bawah sebagai prosesus mastoideus.Sedangkan prosedur
yang digunakan di Rumah Sakit Dr Kariadi Semarang menggunaan slice
thickness 2mm dan hanya menggunakan potongan axial.Untuk itulah penulis
ingin menggali lebih dalam mengenai pemeriksaan CT-Scan Mastoid melalui
2
1.3.Tujuan Penulisan
1.3.1 Mengetahui prosedur pemeriksaan CT- Scan mastoid pada kasus
Mastoiditis Sinistra di Rumah Sakit Dr Kariadi Semarang.
1.3.2 Mengetahui manfaat pemilihan slice thickness 2mm pada CT –Scan
Mastoid.
2.4.2.2 Selimut
2.4.2.3 head clem
2.4.2.4 Oksigen
Gambar 3:
13
Potongan Coranal
a.Posisi pasien : Pasien tidur prone diatas meja pemeriksaan
dengan kepala diatur sedemikian rupa sehingga simetris berada
pada pertengahan gantry.
b.Posisi objek :Kepala hiper extensi dan diletakkan pada head
holder. Kepala diposisikan sehingga mid sagital plane tubuh
sejajar dengan lampu indicator longitudinal dan interpapillary
line sejajar dengan lampu indicator horisontal. Lengan pasien
diletakan diatas perut atau di samping tubuh. Untuk mengurangi
pergerakan dahi dan tubuh pasien sebaiknya difiksasi bengan
sabuk khusus pada head holder dan meja pemeriksaan. .
(Nesseth,2000)
c.Masukkan data-data pasien dengan memilih protocol
pemeriksaan InnerEarSeq.Insert posisi pasien HeadFirst supine
pada registrasi pasien di komputer kemudian dilanjutkan
dengan membuat topogram pada daerah kepala.
d.Buat garis potongan coronal dengan batas bawah cranii
sampai dengan vertex.
Gambar 4:
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
b) Selimut
c) head clem
d) Oksigen
c). Posisi objek : kepala hiper fleksi dan diletakkan pada head
holder. Kepala diposisikan sehingga mid sagital plane tubuh
sejajar dengan lampu indicator longitudinal dan
interpapillary line sejajar dengan lampu indicator horisontal.
Lengan pasien diletakan diatas perut atau di samping
tubuh. Untuk mengurangi pergerakan dahi dan tubuh pasien
sebaiknya difiksasi bengan sabuk khusus pada head holder
dan meja pemeriksaan.
3.2 Pembahasan
Prosedur pemeriksaan CT- Mastoid pada kasus Mastoiditis di Rumah
Sakit Dr Kariadi Semarang hanya menggunakan potongan axial.Tidak
17
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.1.1 Prosedur pemeriksaan CT-Scan Mastoid pada kasus mastoiditis
Sinistra di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Dr Kariadi Semarang
menggunakan pemilihan protocol InnerEarSeq dengan menggunakan
potongan axial saja. Topogram pada daerah kepala dengan batas
atas vertex sampai dengan cranii.
4.1.2 Slice thickness yang digunakan yaitu 2 mm.Penggunaan slice
thickness 2mm guna mendapatkan detail/resolusi yang lebih
baik,mengingat organ mastoid sangat tipis sehingga dapat
menampakkan kelainan.
4.2 Saran
4.2.1 Sebaiknya pada pemeriksaan CT-Scan Mastoid digunakan potongan
coronal dan axial dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang lebih
informative
DAFTAR PUSTAKA