Anda di halaman 1dari 10

!

"# #
$ # % & %

#
'(()
Kata Pengantar

Buku Ilmu Penggergajian Kayu sebagai bahan ajar ini disusun sebagai
pedoman dalam memberikan kuliah kepada mahasiswa strata satu. Bahan-bahannya
diambil dan tiga buku acuan pokok seperti tertera pada pustaka, ditambah dengan
hasil penelitian dan pengalaman pribadi yang diperoleh dalam mengajar selama 18
tahun terakhir. Buku ini masih banyak yang perlu disempurnakan.
Mudah-mudahan buku mi bermanfaat bagi yang membacanya. Segala kritik
dan saran sangat diharapkan demi penyempurnaanya.
Yogyakarta, 15 Mei 2004
Penyusun
I. GAMBARAN UMUM INDUSTRI PENGGERGAJIAN
A. Sejarah

Penggergajian kayu telah ada sejak zaman Mesir kuno. Mereka menggunakan
gergaji tangan yang dibuat dari perunggu. Karena sifat logam ini yang lemah, kayu
akan terpotong oleh gergaji hanya pada arah tankan saja. Bangsa Romawi kemudian
membuat gergaji dari besi dan gergaji dari besi ini mampu memotong kayu pada arah
tarikan dan dorongan ke depan. Dari peninggalan yang dapat dilihat, temyata mereka
juga menggunakan tenaga air untuk menggerakkan gergaji, namun gergaji tangan
dengan menggunakan panggung atau lubang besar di dalam tanah lebih banyak
digunakan orang di Eropa dan lnggris sampai tahun 1780an. Kemudian muncul
penggergajian dengan gergaji bolak-balik dan gergaji piringan atau bundar dengan
menggunakan tenaga air. Gergaji pita tunggal yang digerakkan dengan mesin,
ditemukan sekitar tahun 1850 dan gergaji pita rangkap di sekitar tahun 1900. Dalam 50
tahun berikutnya tidak ada perubahan yang berarti dalam hal bentuk gergaji mi.
Pada tahun 1960-an ditemukan gergaji utama pembuat ceriping kayu untuk
kayu-kayu bulat kecil yang akhirnya tersebar luas di Amerika Utara dan Skandinavia.
Kemudian muncul teknologi-teknologi menggergaji yang baru, khususnya di Eropa dan
Amerika, dengan menggunakan kereta penghantar kayu bulat, gergaji pita regangan
tinggi, gergaji utama dan gergaji pelurus pinggir pembuat ceriping kayu, gergaji bundar
rangkap pelurus pinggir, mesin sortir otomatis untuk kayu gergajian, oven pengering,
mesin pasah kecepatan tinggi, mesin penumpuk, mesin bongkar dan pengepak. Mulai
tahun 1973, 65 penggergajian telah memiliki 129 alat skanning, 41 di antaranya
menggunakan komputer untuk monitoring prosesnya secara tertutup. Perbaikan-
perbaikan dalam sistim terus dilakukan.
Perkembangan industri penggergajian di Indonesia jauh lebih kemudian
dibandingkan dengan negara Eropa dan Amerika. Indonesia merupakan negara
pengguna, bukan negara penemu dan pengembang industri. Industri penggergajian
yang tertua diyakini berada di Jawa. Sejarah pengelolaan hutan bermula di Jawa, yang
dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda, dengan penanaman dan pengelolaan hutan
jati Penggergajian pertama dengan mesin didirikan pada tahun 1926 di Madiun oleh
Belanda. Di luar Jawa, penggergajian dengan mesin baru didirikan pada tahun 1950-
an, yaitu di Tarakan dan di Sampit. Di Jawa penggergajian yang “besar” didominasi
oleh Perum Perhutani, karena hanya Perum Perhutani sajalah yang memiliki bahan
baku yang cukup dan areal hutan jatinya. Di luar Jawa, penggergajian yang “besar”
didominasi oleh para pemilik HPH (Hak Pengusahaan Hutan), karena hanya
merekalah yang memiliki stok bahan baku yang cukup dan area! hutan rimbanya.

B. Ukuran dan Lokasi


Ukuran besar kecilnya industri penggergajian sangat bervariasi. Faktor yang
mempengaruhi besar kecilnya industri ini yalah tersedianya bahan baku dan modal
yang ada. Bahan baku melimpah tetapi modal kurang, tentu saja tidak dapat didirikan
suatu industri yang besar. Demikian pula sebaliknya, modal tidak terbatas tetapi bahan
baku kurang, industri yang dibangunpun tidak bisa besar. Jadi suatu industri yang
besar dibangun karena modal besar dan bahan baku melimpah selama jangka waktu
perusahaan. Industri seperti mi terdapat di negara maju dan memiliki kawasan hutan
yang cukup luas yang dipenuhi dengan pohon kayu seperti Swedia, Skandinavia,
Kanada dan Amerika Serikat. Industri yang terbesar, produksinya mencapai satu juta
BF (boardfeet) atau sekitar 450 m3 per 8 jam-shift kerja. Industri yang kecil,
produksinya juga bervariasi dan secara umum rata-rata produksinya 4000 BF atau
hampir dua m3 per hari per unit.
Di Indonesia, industri penggergajian yang besar milik pemegang HPH, yang
pada masa keemasannya mencapai 8.822.600 m3 per tahun untuk 298 unit
penggergajian, atau 98 m3 per hari per unitnya. Penggergajian non-HPH memproduksi
6.032.177 m3 per tahun untuk 2.683 unit yang berarti rata-rata hanya 7,5 m3 per hari
produksinya per unit. Produksi kayu gergajian oleh Perum Perhutani di Cepu, tercatat
pada tahun 1998 sebesar 6.348 m3 atau 21 m3 per hari. Dalam hal kelas ukuran, belum
ada pembagian yang pasti. Badan penelitian di Inggris melaporkan hasil survainya
mengenai industri penggergajian di sana, membagi besar kecilnya industri
penggergajian untuk kayu jarum, menurut produksi kayu gergajiannya per tahun, yaitu
< 1.000 m 3, 1.000-<5.000 m3, 5.000-<25.000 m3, 25.000-50.000 m3 dan >50.000 m3.
Untuk kayu daun lebar, karena produksinya lebih kecil, <1.000 m3, 1 .000-<5.000 m3,
5.000-<10.000 m3 dan> 10.000 m3.
Dari segi bangunannya, dibedakan penggergajian yang permanen,
semipermanen dan sementara. Industri penggergajian permanen dimaksudkan dengan
industri penggergajian yang bangunannya sudah permanen, demikian pula
penempatan mesin-mesinnya sudah diusahakan permanen selama jangka waktu
perusahaan, cukup kuat dan tidak untuk dipindah. Pengergajian semi-permanen,
bangunannya dibuat semi-permanen cukup kuat, tahan lama, tetapi masih mungkin
untuk dipindahkan, demikian pula cara penempatan mesin-mesinnva sehubungan
dengan pondasi yang dibuatkan untuk itu. Penggergajian sementara, bangunannya
sementara, mudah dibongkar dan dipindahkan, demikian pula penempatan mesinnya,
tidak menggunakan pondasi tetap, mungkin hanya diletakkan di atas suatu pondasi
kayu yang mudah diangkat atau dibongkar. Alasan pokok didirikannya penggergajian
sementara iyalah karena sedikitnya bahan baku dan lokasi bahan baku tersebar
sangat berjauhan, sehingga biaya transport bahan baku menjadi mahal dengan
rendahnya produksi.
Akan halnya dengan lokasi, banyak faktor yang menentukan. Penggergajian
kecil umumnya mendekati bahan baku, agar biaya transport bahan baku rendah. Ingat
bahwa rendemen penggergajian hanya sedikit di atas 50%, sehingga hampir separuh
berat kayu menjadi limbah dan harus dibayar ongkos angkutnya. Lokasinya juga dekat
dengan atau di tepi jalan angkutan baik darat maupun air. Apabila transport melalui
darat lebih murah dan lebih mudah, lokasi penggergajian akan terdapat di tepi jalan
angkutan darat dan apabila angkutan melalui air (sungai, telaga, laut) lebih mudah dan
lebih murah, lokasi penggergajian akan berada di tepi air (sungai, telaga atau laut).
Penggergajian besar umumnya mendekati pasar dan tidak mengabaikan ongkos
ataupun kemudahan transport bahan bakunya. Contohnya industri penggergajian di
Jepang, mengambil bahan bakunya dari luar Jepang yaitu Kanada, Rusia, Cina dan
Papua Nugini. Demikian pula industri penggergajian di Perancis yang mengambil
bahan bakunya dari Kanada. Di Indonesia, industri penggergajian yang mendekati
pasar terdapat di Gresik yang mengambil bahan bakunya dari Kalimantan.
Di Cirebon, kira-kira 15 kilometer ke arah timur, di luar kota, terdapat industri
penggergajian kayu merbau yang mengambil atau membeli bahan bakunya yang
berasal dari Papua. Selain itu, faktor lain yang menentukan, ketersediaan tenaga kerja,
energi (listrik, bahan bakar minyak), air, suku cadang, keamanan, harga tanah dan
Apabila diinginkan tenaga kerja yang mudah dilatih, penggergajian tentulah berada di
tepi atau di tengah hutan dan juga tidak di daerah yang jauh dari pendidikan. Dalam
hal energi, akan dipilih mana yang lebih murah dan tersedia. Ketersediaan tenaga
listrik yang lebih murah daripada bahan bakar minyak lebih menguntungkan.
Selanjutnya, umumnya industri penggergajian tidak berada di daerah atau kawasan
industri, karena meskipun fasilitas listrik, kemananan, pemadaman kebakaran dan
suku cadang tersedia semuanya, namun di situ terdapat persaingan tenaga kerja yang
ketat dalam hal pengupahan (industri penggergajian tidak mampu membayar tinggi
upah buruhnya); selain itu harga tanah dan pajaknyapun tinggi.
Dengan demikian, industri penggergajian akan mengambil lokasi yang paling
menguntungkan sehubungan dengan semua faktor di atas. Masing-masing faktor akan
dihitung biayanya, ditambah biaya operasional, biaya tetap industri, biaya overhead
dan biaya umum ditambah biaya lain-lain, kemudian berapa besar pendapatan yang
dapat diperoleh dari hasil penjualan semua produknya, apakah masih menguntungkan.

C. Bagian-bagian dalam Industri Penggergajian


Bagian dalam industri penggergajian yang paling sederhana iyalah tempat
penimbunan kayu bulat yang akan digergaji, tempat proses produksi dan tempat kayu
gergajian. Bagian ini kemudian berkembang dengan lapangan pengeringan atau
dengan adanya kantor, apabila produksi bertambah. Tempat penumpukan kayu
gergajian basah akan diperlukan apabila tersedia forklif untuk mengangkut atau
menempatkannya di tempat pengeringan, dilapangan terbuka atau dalam oven.
Dengan bertambahnya produksi, mesin gergaji bertambah, demikian pula gergajinya,
sehinggga mungkin diperlukan bengkel tersendiri. Kemudian tidak dilupakan juga,
tempat pemuatan kayu gergajian ke dalam alat pengangkut untuk pengiriman.
Di sini, perhitungan biaya harus selalu dilakukan. Menambah mesin, berarti
biaya, membeli peralatan seperti forklift, berarti biaya, menyediakan oven, berarti
biaya, menyelenggarakan bengkel sendiri, juga biaya. Semua perhitungan biaya ini
harus selalu diseimbangkan atau diperhitungkan dengan pendapatan yang akan
diperoleh atau dengan perkataan lain, produksi harus selalu berada di atas titik impas
atau brek-even point.

1. Logyard dan Logpond


Logyard adalah areal dekat pabrik tempat penimbunan kayu bulat yang akan
digergaji. Areal ini bisa luas, bisa tidak, tergantung produksi pabrik sehari-hari. Areal
yang sempit hanya terdapat di penggergajian ukuran kecil yang hanya berproduksi
beberapa meter kubik per hari. Dengan bertambahnya produksi per harinya, areal
tempat kayu bulat akan semakin luas. Apabila demikian, maka areal itu harus datar,
tidak bergelombang dan drainasenya harus baik, artinya tidak ada air yang
menggenang di waktu musim hujan. Tanahnya harus keras agar tidak terjadi lumpur di
musim hujan ataupun debu yang berlebihan di musim kemarau. Sebaiknya disediakan
naungan, seperti pohon yang rindang, agar kayu bulat yang akan digergaji tidak cepat
jadi kering yang dapat menyebabkan retak ataupun pecah pada ujung-ujungnya.
Sediakan pula jalur bebas penghambat menjalarnya api dan lokasi logyard ke pabrik.
Jalur bebas ini dapat berupa jalan yang cukup lebar dan bersih dari serpihan kayu dan
daun yang dapat menularkan api.
Kayu bulat sebaiknya dipisahkan menurut jenis kayunya, ukuran diameter,
panjang dan kelas kualita, agar dengan demikian lebih mudah dalam pencatatan atau
inventorenya dan dalam administrasi pengolahannya. Gunakan alas dan kayu afkir
agar kayu bulat tidak langsung bersinggungan dengan tanah. Hal ini penting agar kayu
bulat tetap bersih, apalagi apabila kondisi tanahnya berlumpur. Selain itu juga apabila
terdapat serangan rayap tanah, akan lebih mudah dapat diketahui. Apabila terdapat
serangan rayap tanah, tanah sebaiknya disiram dengan larutan insektisida anti rayap.
Dengan demikian, larutan yang meresap ke dalam tanah akan menjadi benteng kimia
bagi kayu terhadap serangan rayap tanah. Untuk kayu bulat yang mengalami pecah
atau retak ujung, sebaiknya diberi paku S. yaitu plat tipis dari besi atau baja yang
berbentuk huruf S yang kemudian ditancapkan masuk ke dalam kayu melintang arah
retak atau pecahnya. Apabila serangan jamur permukaan seperti blue-stain dan
semacamnya menjadi masalah seperti pada kayu Pinus, maka kayu bulat seawal
mungkin disemprot dengan larutan fungisida pada kedua ujungnya dan pada bagian
yang terbuka kulitnya.
Logpond yaitu tempat penyimpanan kayu bulat di air, dapat berupa sungai telaga
atau laut. Suatu industri pengergajian hanya akan menggunakan logpond apabila
transportasi bahan bakunya (kayu bulat) lebih mudah dan lebih mutrah dilakukan lewat
air. Hal ini banyak terdapat di luar Jawa(Kalimantan, Sumatera, Sulawesi dan Papua),
untuk angkutan kayu bulat dan hutan digunakan sungai dan laut, hingga industri
penggergajianpun kemudian didirikan di tepi sungai atau di tepi laut. Tempat
penyimpanan kayu bulatpun kemudian dilakukan di air yaitu di sungai di laut bagian
tepi. Keuntungan dari logpond ini antara lain, luas dan murah, tetap bersih, tidak ada
bahaya retak dan pecah dan tidak ada bahaya kebakaran logpond, juga tidak ada
serangan rayap dan jamur permukaan. Kerugian logpond iyalah bahwa kayu yang
berat akan tenggelam, sehingga tidak dapat disimpan di logpond; banjir dapat
menghanyutkan kayu; apabila air surut, kayu bulat menjadi kotor terkena lumpur; pada
beberapa jenis kayu, ekstraktif kulit mencemari kayunya. Perlu ditambahkan di sini
bahwa logpond buatan sangat mahal.
Seperti halnya pada logyard, kayu di logpond sebaiknya dipisahkan menurut jenis
kayu, kelas diameter dan panjang dan kualita. Cara penyimpanannya agar tidak
mudah terbawa oleh arus air yaitu dengan merakitnya satu dengan yang lain,
kemudian rakitan ini diikatkan pada pohon atau tonggak kayu atau besi yang dipasang
di darat, di tepi sungai atau laut. Pada perairan yang tenang dan tidak begitu dalam,
kayu-kayu mungkin tidak perlu dirakit, tetapi batas areal penyimpanan harus dibatasi
dengan tunggak-tunggak kayu yang ditancapkan dengan kuat ke dasar sungai, telaga,
atau laut.

2. Pabrik
Pabrik adalah tempat mesin-mesin penggergajian dan prosesnya. Tergantung
dari besar kecilnya industri, maka jumlah, jenis dan ukuran atau kapasitas mesinnva
akan berbeda-beda. Industri yang kecil, jumlah dan ragam mesinnya sedikit,
sebaliknya untuk industri yang besar, ragam dan jumlah mesinnya banyak. Umumnva
mesin-mesin itu terdiri dari mesin pengupas kulit, mesin pembagi (panjang) batang,
gergaji utama, gergaji ulang, gergaji pelurus pinggir dan gergaji pemotong ujung. Ada
pula industri yang menambahkan mesin penceriping yang mengubah sebetan dan
potongan-potongan kayu sisa menjadi ceriping kayu (chips). Mesin gergaji utama
gergaji pita dilengkapi dengan kereta kayu bulat untuk proses penggergajiannya. Pada
industri yang kecil, tidak terdapat mesin pengupas kulit dan mesin pembagi batang.
Mesin gergajinya hanya terdiri dari gergaji utama, gergaji ulang dan gergaji pemotong
ujung, atau terdiri dari gergaji utama, gergaji pelurus pinggir dan gergaji pemotong
ujung.

3. Tempat Pengeringan
Tempat pengeringan kayu gergajian dapat berupa lapangan pengeringan dan
atau oven atau kamar pengering. Apabila digunakan lapangan pengeringan, lapangan
hendaknya cukup luas, tanahnya datar atau sedikit miring, tetapi tidak bergelombang,
drainase baik dan tidak ternaungi oleh pohon ataupun gedung yang tinggi. Keuntungan
lapangan pengenngan yaitu murah dan dapat menampung cukup banyak kayu
gergajian. Kayu gergajian yang dikeringkan jenisnya harus sama atau berat jenisnya
hampir sama. Tebal kayu yang dikeringkan harus sama dalam satu tumpukan.
Penumpukan dilakukan secara horisontal, dengan permukaan terlebar menghadap ke
atas. Antara setiap lapisan kayu diberi tongkat-tongkat dengan penampang empat segi
panjang, lurus dan tebalnya seragam. Jarak antar tongkat antara 50 sampai 70 cm.
Untuk kayu gergajian tipis, jarak antar tongkat lebih dekat, untuk kayu gergajian yang
tebal, jarak antar tongkat dapat lebih jauh. Proses penumpukan dapat dilakukan di
lapangan atau di bawah atap. Kayu gergajian ditumpuk, kemudian diangkut dengan
forklift ke lapangan pengeringan. Kayu dapat ditumpuk tiga tumpukan ke atas asalkan
tidak runtuh. Antar tumpukan diberi gelagar-gelagar melintang. Tumpukan paling atas
diberi pemberat agar kayu tidak melengkung pada waktu dikeringkan, kemudian diberi
penutup atas secukupnya untuk menghindani sinar matahari langsung dan hujan.
Pengeringan metode ini disebut pengereingan alami dan memakan waktu berbulan-
bulan untuk menjadi kering.
Pengeringan metode lain yaitu dengan kamar pengering atau oven. Sumber
panasnya berasal dari air panas atau uap air panas yang dialirkan lewat pipa-pipa
masuk ke dalam oven. Udara di dalam oven disirkulasikan dengan menggunakan kipas
angin. Pengeringan dengan cara ini lebih cepat, dalam hitungan minggu

4. Bengkel
Bengkel merupakan kebutuhan yang vital industri penggergajian. Di sini bilah
gergaji dirawat setiap hari. Untuk menggergaji kayu-kayu yang keras atau dengan
kerapatan tinggi, bilah gergaji hanya dapat bertahan beberapa jam. Gigi gergaji perlu di
asah dan dibentuk kembali, agar proses pemotongan berjalan lancar. Lebih dari itu,
sering terjadi retak atau gigi patah yang harus segera dibetulkan kembali. Bilahnyapun
perlu perawatan, yang akan dijelaskan kemudian pada Bab Pemeliharaan gergaji.
Demikian pula mesin-mesin yang terdapat di dalam pabrik memerlukan perawatan dan
pemeliharaannya.

5. Tempat penyimpanan kayu gergajian


Kayu gergajian harus disimpan di bawah atap, terlindung dari hujan dan sinar
matahari langsung. Dua yang bterakhir ini akan sangat merugikan pada kualitas kayu
gergajian. Kayu gergajian yang kehujanan akan semakin bertambah beratnya dan
menjadi masalah dalam pengangkutan. Selain itu, kondisi basah atau lembab yang
terlalu lama akan menimbulkan tumbuhnya jamur atau cendawan pada kayu gergajian.
Sebaliknya sinar matahari langsung dapat menyebabkan retak-retak dan mungkin
pecah pada kayu gergajian, yang akan menurunkan kualitasnya. Pada penyimpanan,
tumpukan kayu gergajian harus diletakkan di atas suatu pondasi yang terbuka, jadi
tidak langsung berhubungan dengan tanah atau lantai dasar ruangan. Hal ini
dimaksudkan agar apabila terdapat serangan rayap tanah, akan dengan cepat mudah
diketahui sehingga pencegahan lebih lanjut dapat segera dilakukan dan
mempermudah proses pemuatannya pada alat pengangkut.

Anda mungkin juga menyukai