Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata pelajaran
Budaya Melayu Riau. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita
Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-qur’an dan sunnah untuk
keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas diskusi kelompok Budaya Melayu Riau di
program IPA, SMAN 2 Koto Kampar Hulu.
Kami menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan
makalah ini, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Sibiruang, 22 Januari 2017

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................... 1
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang................................................................................................................... 3
B.Rumusan Masalah.............................................................................................................. 3
C.Tujuan................................................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
A.Mendeskripsikan Peralatan Mata Pencaharian Masyarakat Melayu Riau......................... 4
1.Teknologi Berburu Melayu Riau........................................................................................ 4
2.Teknologi Berdagang Masyarakat Melayu Riau................................................................ 5
3.Teknologi Berkebun Masyarakat Melayu Riau.................................................................. 6
4.Teknologi Bertani Masyarakat Melayu Riau...................................................................... 7
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan........................................................................................................................ 11
B.Saran................................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 11
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Budaya melayu telah ada dan berkembang sejak lama hingga kini. Masyarakat melayu
pada umumnya memiliki mata pencaharian nelayan dan petani/berkekat Melayu Riau. Banyak
teknologi mata pencaharian sederhana yang dikuasaiaoleh masyarakat melayu Riau untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Untuk membantu pekerjaan mereka, masyarakat Melayu
Riau menggunakan berbagai peralatan sederhana. Mereka bahkan menciptakan alat itu sendiri
tanpa harus membelinya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas diskusi mata pelajaran Budaya Melayu Riau.

B. Rumusan Masalah
1.      Bagaimana mendeskripsikan peralatan mata pencaharian masyarakat Melayu Riau ?
2.      Apa saja alat-alat yang digunakan dalam berburu Melayu Riau?
3.      Seperti apa teknologi perdagangan masyarakat Melayu Riau?
4.      Apa saja alat-alat yang digunakan dalam berkebun Melayu Riau?
5.      Apa fungsi peralatan berladang Melayu Riau?

C. Tujuan dan Manfaat


Tujuan disusunnya makalah ini untuk memenuhi materi diskusi mata pelajaran Budaya
Melayu Riau. Juga sebagai apresiasi terhadap kehidupan dan tradisi Melayu yang unik dan
sederhana agar dapat dilestarikan.
BAB II
PEMBAHASAN
PERALATAN MELAYU RIAU

A. Mendiskripsikan Peralatan Mata Pencaharian Masyarakat Melayu Riau


Masyarakat Melayu merupakan masyarakat kompleks. Masyarakat Melayu Riau memilki
adat dan tradisi yang homogen. Homogenitas corak adat dan tradisi tersebut tumbuh dan
berkembang sesuai dengan pengaruh lingkungan alam dan setempat. Masyarakat Melayu Riau
dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu golongan petani, nelayan, dan priyayi. Ketiga golongan
tersebut berinteraksi dimana saja misalnya di pasar, interaksi dalam menjual dan membeli
barang-barang atau di tempat-tempat upacara. Sejak zaman lampau masyarakat Melayu Riau
telah menguasai teknologi yang diklasifikasikan menjadi teknologi pertanian, pernikahan,
peternakan, pertukangan, perkapalan, pertambangan, dan pengolahan bahan makanan. Sistem
teknologi yang dikuasai oleh orang Melayu menunjukkan bahwa orang Melayu kreatif dan peka
dalam memfungsikan lingkungan dan sumber daya alam di sekitarnya.

1. Teknologi Berburu Masyarakat Melayu Riau


Banyak alat-alat perburuan yang terdapat di daerah Riau. Alat-alat tersebut yaitu

diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Kojow adalah sejenis tombak dengan gagang panjang dan lentur.


b. Tombak ada dua macam, yaitu tombak panjang dan tombak pendek.
c. Jerat terbuat dari tali atau rotan dan digunakan dengan bermacam-macam cara
disesuaikan dengan jenis binatang yang akan ditangkap.
d. Jaring rusa, yaitu sejenis jerat untuk menangkap rusa
e. Sumpitan, terbuat dari bamboo kertas, panjangnya lebih kurang satu depa
f. Timpa-timpa, sejenis perangkap yang terbuat dari batang kayu berat digandeng
sampai dua atau tiga batang.
g. Perangkap, hampir sama dengan timpa-timpa tetapi berbentuk kurungan dan dapat
dipindahkan.
h. Belantik, sejenis perangkap yang menggunakan senjata api atau tombak.
i. Senapan lantak, senjata api model kuno menggunakan mesiu dan pelor
j. Jebak, adalah perangkap yang terbuat dari rotan atau bamboo yang dibelah dengan
ukuran kecil lalu dianyam sesuai dengan yang diinginkan. Di dalamnya terdapat tali
yang digunakan sebagai penjerat burung atau binatang yang masuk.

2. Teknologi Berdagang Masyarakat Melayu Riau


a. Daerah Daratan
Mata pencaharian penduduk Riau umumnya adalah nelayan dan pertanian,
hasiltanamannya padi dan karet. Jual beli karet di Desa Okak Kabupaten Kampar
dilakukan di tanah lapang dan terjadi pada hari-hari pekan. Harga ditentukan oleh
pembeli karena jumlah penjual lebih banyak. Tidak berlaku tawar-menawar pada pa
sar ini yang disebut oligopsomi. Hasil pertanian lainnya dijual di pasar konkret pada
hari pekan.

b. Daerah Kepulauan
Mata pencaharian utama masyarakat di daerah kepulauan ada petani kelapa,
petani karet, dan nelayan. Pemasaran hasil produksi kelapa dan karet di Pulau Tujuh
misalnya dilakukan dengan sistem barter. Caranya, hasil pertanian dibawa ke negara
Singapura dan ditukar dengan barang kebutuhan sehari-hari. Jumlah produksi terbatas
antara 100-200 kg per orang, sesuai dengan kapasitas angkutan. Karena letak geografis
Singapura dan daerah kepulauan yang sangat dekat memungkinkan dilakukannya barter,
sedangkan perhubungan dengan ibukota kabupaten sulit dan sangat lama, sehingga
hubungan dengan ibukota kabupaten jarang dilakukan. Harga di Singapura juga lebih
menarik daripada harga di pasar dalam negeri.

c. Daerah Aliran Sungai

Daerah ini merupakan daerah perkebunan kelapa terluas di Provinsi Riau. Salah

Salah Satu daerah aliran sungai Indragiri Hulu. Daerah Indragiri Hulu juga dikenal
sebagai daerah penghasil beras terbesar di Riau. Produksi terbanyak dihasilkan dari
Kecamatan Reteh dan Kecamatan Keritang. Pemasaran beras ini sampai ke
Kabupaten Kepulauan Riau. Penjualan kopra di daerah Indragiri Hulu dilakukan
melalui sistem pekan dan penjualan langsung ke pedagang-pedagang kopra (toke).
Pada hari pekan, hasil pertanian seperti palawija dan barang kelontong juga
diperdagangkan. Pada umumnya hasil pertanian dijual di atas kapal sedangkan barang
kelontong dijual di tempat-tempat tertentu seperti di los pasar.

d. Sistem Pasar Kontemporer


Di pasar ini sudah tersedia fasilitas penunjang, seperti toilet umum, mushola, area
parkir, dan eskalator.

3. Teknologi Berkebun Masyarakat Melayu Riau


a. Batu Asahan
Batu asahan merupakan alat yang digunakan untuk mengasah peralatan seperti
parang, kapak, pisau dan peralatan lainnya. Peralatan ini terbuat dari batu gunung
dengan ukuran panjang 30 cm, lebar 10 cm, dan tebal kira-kira 5 cm. Batu ini terdiri
dari dua jenis, yaitu jenis yang digunakan untuk mengasah secara lebih kasar dan
jenis untuk mengasah secara lebih halus.

b. Beliung
Beliung terdiri dari empat bagian yaitu badan, mata, tangkai serta tali untuk
memper-

kuat penyatuan antara badan dan tangkai beliung. Badan dan tangkai beliung terbuat
dari bshsn kayu yang keras seperti kayu tembesu atau bulian. Mata beliung terbuat
dari besi yang berukuran panjang 8 cm dan lebar 4 cm. Talinya terbuat dari kulit kayu
terap. Pada badan beliung biasanya dibuat sebuah lubang sebagai tempat melekatkan
tangkai beliung. Tangkai beliung pada umumnya berbentuk bulat, tetapi pada bagian
ujungnya membentuk persegi. Tangkai beliung biasanya berukuran panjang 45 cm
dan berdiameter 3 cm.

c. Parang Panjang
Parang panjang adalah alat yang digunakan untuk menebas rumput-rumput liar di

perkebunan kelapa, persawahan, dan perladangan. Parang panjang terdiri dari 2


bagian yaitu badan dan gagang atau ulu parang. Badan parang terbuat dari besi baja
dan bentuknya lentik. Besi di bagian pangkalnya agak tebal dan kecil serta runcing,
tetapi semakin ke ujung semakin lebar dan tipis. Panjang parang panjang ini kira-kira
65 cm dengan lebar di bagian tengah kira-kira 5 cm. Sedangkan gagang parang
terbuat dari bahan kayu yang keras dan liat, bisanya kayu bangur atau jambu.
Bentuknya bulat lonjong, tetapi pada pangkalnya agak besar.

d. Pengait Rumput
Pengait rumput adalah alat yang terbuat dari ranting kayu yang tidak mudah
patah. Alat ini memiliki dua bagian yaitu pangkal atau tangkai dan bagian ujung.
Bagian tangkai pada umumnya berbentuk lurus dengan panjang 60 cm. Sedangakan
bagian ujungnya bercabang sebagai alat pengait sesuatu dengan besar sudut kaitan
450.
e. Tajak
Tajak adalah sejenis alat yang digunakan untuk menebas rerumputan sampai ke
akar-akarnya. Pekerjaan ini biasa dikenal dengan basiang (Minangkabau). Tajak
terdiri dari 2 bagian yaitu badan dan ulu tajak. Badan tajak terbuat dari besi baja
berbentuk bengkok melingkar. Pada badan tajak ini terdapat satu sisi tipis yang
menghadap ke pengguna tajak, disebut mata tajak. Badan tajak berukuran panjang
tidak lebih dari 40 cm. Ulu tajak terbuat dari kayu yang lentur dan keras dengan
ukuran panjang 10 cm.

4. Teknologi Bertani Melayu Riau


a. Teknologi Agraris Masyarakat Melayu Riau
Teknologi agraris Melayu Riau untuk menghasilkan padi bermula dari ladang

berpindah di pinggir sungai menjadi ladang baru. Kemudian mereka melakukan lading
kasang (lading tegalan), dan bila mungkinkan menjadi sawah untuk menghasilkan padi.
Hasil palawija lainnya berupa karet, kelapa, buah-buahan.

b. Jenis dan Fungsi Peralatan Berladang Masyarakat Melayu Riau


1. Alat yang diperlukan dalam berladang berpindah yaitu parang, beliung, api, tajak,
tuai, etidang, dan kopuk untuk mengangkat dan menyimpan padi.
2. Ladang baru memerlukan sabit, cabak, garo, tembilang, ajak, tuai, kembut, dan
rangkiang.

Petani Riau umumnya menanami lading bekas panen dengan tanaman karet. Karet

yang ditanam dibiarkan tumbuh sendiri bersama semak belukar tanpa dirawat. Kalau
sudah mencapai umur 4 atau 5 tahun, karet sudah boleh disadap.

Alat-alat yang digunakan untuk menyadap pohon karet terdiri dari:

a. Suduh Getah

Semacam talang kecil terbuat dari seng yang dilekatkan ke pohon karet untuk
mengalirkan getah.

b. Mangkok Getah

Terbuat dari tembilang kasar, tetapi sekarang banyak digunakan tempurung


kelapa.
c. Pisau Getah

Disebut juga pisau toreh, yaitu pisau untuk menorah kulit pohon, dan ada juga
yang menyebutnya piau lait.

d. Ember atau Kalenga

Digunakan untuk mengumpulkan dan mengangkut hasil getah berbentuk susu ke


tempat pengolahan.

e. Petani menggunakan cangkul, parang, kapak, tajak/cabak, dan lain-lain.

Peralatan yang digunakan petani dalam menggarap sawah dan lading adalah
sebagai berikut.

a. Tajak

Alat yang digunakan untuk memotong rumput.

b. Bajak

Bajak adalah salah salah satu alat yang berfungsi untuk menggemburkan tanah.
Alat ini terdiri dari 5 bagian penting yaitu lempasang, pepisan, apit, singko, dan mata
bajak. Lempasang terdiri dari 2 potongan kayu yang dibuat untuk memantapkan
kerangka pada pundak hewan penarik bajak. Pelipisan adalah sepotong kayu yang
berfungsi menekan mata bajak agar lebih dalam masuknya ke tanah. Apit atau kayu
pengapit adalah 2 potong kayu pengapit yang terletak di sisi kanan dan kiri hewan
penarik bajak. Singko adalah sepotong kayu yang berfungsi untuk menghubungkan 2
potong kayu pengapit. Mata bajak adakalanya terbuat dari besi baja dengan ukuran
lurus ke belakang 12 cm dan lebar pada bagian pangkal mata bajak sekitar 5 cm.
Beberapa dari unsur tersebut kecuali mata bajak terbuat dari bahan dasar kayu yang
tidak mudah patah. Pada umumnya panjang bajak 230 cm dan lebarnya 90 cm.

c. Bilik
Bilik atau belubur adalah lumbung padi sebagai tempat menyimpan padi. Bilik ini
Terdiri dari tiang (tongkat), dinding, lantai, dan atap. Bangunan ini tidak memiliki
pintu atau jendela sehingga jika ingin memasukkan atau mengeluarkan padi sukup
hanya melalui sebuah lubang yang dapat dibuka lebar.

d. Canding
Canding adalah alat untuk menakar sukatan beras, akacang ahijau, dan gula pasir.
Alat iniTerbuat dari kaleng susu dengan ukuran tinggi 11-13 cm dan berdiameter 20
cm.
e. Cupak
Cupak merupakan alat yang digunakan untuk menakar barang-barang seperti
canding
juga. Alat ini terdapat di daerah Riau dan Minagkabau. Biasanya alat ini terbuat dari
tempurung kelapa yang sudah dibersihkan.

f. Galah
Galah adalah alat yang digunakan untuk merobohkan batang padi agar mudah
dituai.
Alat ini terbuat dari batang bambu yang berbentuk bulat dan panjang, semakinke
ujung semakin mengecil. Ukuran panjangnya antara 3-5 meter sementara bulatnya
berdiameter antara 10-15 cm.

g. Gencam
Gencam atau tugal adalah alat yang digunakan untuk membuat lubang-lubang
kecil untuk
menyemai bibit padi. Alat ini terbuat dari kayu petanggas atau kayu lainnya. Gencam
ini berbentuk bulat dan berukuran panjang lebih kurang 175 cm, besar bagian bawah
berdiameter 4 cm, semakin keatas ukuran diameternya semakin kecil.

h. Jangki
Jangki digunakan untuk mengangkut hasil pertanian seperti padi, terbuat dari
bahan rotan
yang dibelah dan dijalin sedemikian rupa. Permukaannya berdiameter 70 cm, tetapi
semakin kebawah semakin menyempit serta kedalaman kira-kira 105 cm. Bagian
bawah jangki diberi 2 buah belahan kayu yang menyilang seperti huruf X untuk
menghubungkan keempat sudut bamboo penyangga jangki tersebut. Bagian atas
jangki berbentuk bulat, tetapi semakin ke bawah semakin menciut dan berbentuk
persegi 4. Jangki juga dilengkapi dengan tali penyangga kepala dan kedial (alat
penyandang).

i. Pangkur
Pangkur atau cangkul adalah alat yang digunakan untuk mengolah tanah pertanian
yang
terdiri dari 2 komponen penting yaitu daun dan gagang pangkur. Daun pangkur
terbuat dari besi yang. Bentuk daun pangkur tidak terlalu panjang dan tidak begitu
lebarm, tetapi kokoh dan mudah diasah. Mata daun pangkur lebih lebar dari mata
pahat. Bagian yang kedua yaitu gagang pangkur terbuat dari kayu bulat yang keras,
kemudian diraut dan diratakan. Bagian pangkal gagang sedikit ada lekukan agar
pangkur tidak mudah lepas dari genggaman.
j. Tuai
Tuai adalah alat untuk memotong padi. Mata tuai terbuat dari besi, badan tuai
terbuat dari Papan, dan gagang tuai terbuat dari bambu yang di dalamnya terdapat
pasak dari bilah.

k. Umbing
Umbing adalah alat yang digunakan sebagai alat untuk melepaskan butiran padi
dan menjemur padi. Umbing terbuat dari beragam bahan, seperti daun mengkuang,
daun pandan, dan daun rumba yang sudah dianyam sedemikaian rupa. Umbing
berbentuk panjang, dapat digulung seperti tikar.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kegiatan kehidupan masyarakat Melayu Riau tidak terlepas dari kegiatan mata

pencaharian masyarakat. Sejak zaman dahulu masyarakat Melayu Riau sudah memiliki
bermacam teknologi. Teknologi ini diklasifikasikan menjadi teknologi pertanian,
pernikahan, peternakan,perkapalan, pertambangan, dan pengolahan bahan makanan. Mata
pencaharian Masyarakat Melayu Riau pada umumnya adalah nelayan dan pertanian.
Dalam setiap mata pencaharian, masyarakat Melayu Riau memiliki berbagai peralatan
unik dan sederhana. Peralatan itu digunakan untuk membantu mereka dalam bekerja.

B. Saran
Sebagai seorang siswa sekaligus anggota masyarakat Melayu Riau, kita harusnya

dapat melestarikan peralatan sederhanamata pencaharianMelayu Riau agar tidak


tersisihkan karena adanya peralatan yang lebih canggih.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Malik dkk.2013.Direktori Potensi Seni dan Kebudayaan Melayu.Tanjungpinang: Dinas
Kebudayaan.
Pengurus Lembaga Adat Melayu.2009.Tata Cara Adat Menepuk Tepung Tawar.Tanjungpinang
Http://adversitingreview.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai