Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
Tidak ada catatan pasti kapan sejarah pembuatan sabun dimulai. Pada waktu dahulu kala
di tahun 600 SM masyarakat Funisia di mulut Sungai Rhone sudah membuat sabun dari
lemak kambing dan abu kayu khusus. Mereka juga membarterkannya dalam berdagang
dengan bangsa Kelt, yang sudah bisa membuat sendiri sabun dari bahan serupa.
Pliny (dalam bukunya berjudul Historia Naturalis, 23 – 79) menyebut sabun
sebagai bahan cat rambut dan salep dari lemak dan abu pohon beech yang dipakai
masyarakat di Gaul, Perancis. Tahun 100 masyarakat Gaul sudah memakai sabun keras.
Ia juga menyebut pabrik sabun di Pompei yang berusia 2000 tahun, yang belum tergali.
Di masa itu sabun lebih sebagai obat. Baru belakangan ia dipakai sebagai pembersih,
seperti kata Galen, ilmuwan Yunani, di abad II. Tahun 700-an di Italia membuat sabun
mulai dianggap sebagai seni.
Seabad kemudian muncul bangsa Spanyol sebagai pembuat sabun terkemuka di
Eropa. Sedangkan Inggris baru memproduksi tahun 1200-an. Secara berbarengan
Marseille, Genoa, Venice, dan Savona menjadi pusat perdagangan karena berlimpahnya
minyak zaitun setempat serta deposit soda mentah. Akhir tahun 1700-an Nicolas Leblanc,
kimiawan Perancis, menemukan, larutan alkali dapat dibuat dari garam meja biasa. Sabun
pun makin mudah dibuat, alhasil ia terjangkau bagi semua orang.
Di Amerika Utara industri sabun lahir pada tahun 1800-an. Pengusahanya
mengumpulkan sisa-sisa lemak yang lalu dimasak dalam panci besi besar. Selanjutnya,
adonan dituang dalam cetakan kayu. Setelah mengeras, sabun dipotong-potong, dan dijual
2.2 Saponifikasi
Saponifikasi adalah reaksi yang terjadi ketika minyak atau lemak dicampur dengan
larutan alkali. Dengan kata lain saponifikasi adalah proses pembuatan sabun yang
berlangsung dengan mereaksikan asam lemak dengan alkali yang menghasilkan sintesa
dan air serta garam karbonil (sejenis sabun). Sabun merupakan salah satu bahan yang
digunakan untuk mencuci baik pakaian maupun alat-alat lain. Alkali yang biasanya
digunakan adalah NaOH dan Na2CO3 maupun KOH dan K2 CO3. Ada dua produk yang
dihasilkan dalam proses ini, yaitu sabun dan gliserin. Secara teknik, sabun adalah hasil
reaksi kimia antara fatty acid dan alkali. Fatty acid adalah lemak yang diperoleh dari
lemak hewan dan nabati. Ada beberapa jenis minyak yang dipakai dalam pembuatan
sabun, anatara lain : minyak zaitun (olive oil), minyak kelapa (coconut oil), minyak sawit
(palm oil), minyak kedelai (soybean oil) dan lain-lain. Masing-masing mempunyai
karakter dan fungsi yang berlainan. (Wikipedia, 2007)
Sabun adalah garam logam alkali (biasanya garam natrium) dari asam-asam lemak. Sabun
mengandung garam C16 dan C18, namun dapat juga mengandung beberapa karboksilat
dengan bobot atom lebh rendah. Sekali penyabunan itu telah lengkap, lapisan air yang
mengandung gliserol dipisahkan, dan gliserol dipulihkan dengan penyulingan. Gliserol
digunakan sebagai pelembab dalam tembakau, industri farmasi dan kosmetik. Sifat
melembabkan timbul dari gugus-gugus hidroksil yang dapat berikatan hidrogen dengan
air dan mencegah penguapan air itu. Sabun dimurnikan dengan mendidihkannya dalam
air bersih untuk membuang lindi yang berlebih, NaCl dan gliserol. Zat tambahan (aditif)
seperti batu apung, zat warna dan parfum kemudian ditambahkan. Sabun padat itu
dilelehkan dan dituang kedalam suatu cetakan.
Suatu molekul sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon panjang plus ion.
Bagian hidrokarbon dari molekul itu bersifat hidrofobik dan larut dalam zat-zat non polar.
Sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik dan larut dalam air. Karena adanya rantai
hidrokarbon, sebuah molekul sabun secara keseluruhan tidaklah b enar-benar larut dalam
air. Namun sabun mudah tersuspensi dalam air karena membentuk misel (micelles), yakni
segerombol (50 - 150) molekul yang rantai hidrokarbonnya mengelompok dengan ujung-
ujung ionnya yang menghadap ke air. (Ralph J. Fessenden, 1992)
1. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akan dihidrolisis
parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air bersifat basa.
2. Jika larutan sabun dalam air diaduk, maka akan menghasilkan buih, peristiwa ini tidak
akan terjadi pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih setelah garam-
garam Mg atau Ca dalam air mengendap.
2. Ujung anion molekul sabun, yang tertarik dari air, ditolak oleh ujung anion
molekul-molekul sabun yang menyembul dari tetesan minyak lain. Karena
tolak menolak antara tetes sabun-minyak, maka minyak itu tidak dapat saling
bergabung tetapi tersuspensi. (Ralph J. Fessenden, 1992)
Kebanyakan kotoran pada pakaian atau kulit melekat sebagai lapisan tipis minyak. Jika
lapisan minyak ini disingkirkan, berarti partikel kotoran dapat dicuci. Molekul sabun
terdiri atas rantai seperti hidrokarbon yang panjang, terdiri atas atom karbon dengan
gugus yang sangat polar atau ionik pada satu ujungnya. Bila sabun dikocok dengan air
akan membentuk dispersi koloid, bukannya larutan sejati, larutan sabun ini mengandung
agregat molekul sabun yang disebut misel (micelle). Rantai karbon nonpolar, atau
lipofilik, mengarah kebagian pusat misel. Ujung molekul yang polar, atau hidrofilik
membentuk permukaan misel yang berhadapan dengan air. Pada sabun biasa, bagian luar
3. Sedangkan bagian kepala molekul sabun didalam air pada saat pembilasan
menarik molekul kotoran keluar dari kain sehingga kain menjadi bersih.
(http://www.scribd.com/doc/23977749/pembuatan-sabun)
Jenis sabun yang utama adalah sabun mandi dan sabun cuci, kedua jenis sabun ini dibuat
dengan beberapa cara. Sabun batangan yang ada di pasaran terdidri dari sabun mandi
kecantikan, sabun kesehatan atau sabun anti bakteri, sabun cair, dan sabun untuk air
sadah. Beberapa persamaan terjadi karena sabun kesehatan batangan kesehatan
mempunyai bahan dasar lemak yang sama. Sabun mandi biasanya dibuat dari campuran
lemak (stearine) dan minyak kelapa (coconut natural oil atau CNO) dengan perbandingan
80/20 atau 90/10, dan sabun yang mempunyai lemak yang berlebih mempunyai
perbandingan 50/50 atau 60/40 dan ada yang 7 sampai 10% ditambahkan asam lemak
bebas juga. Sabun kesehatan mengandung bahan seperti Triclosan dan Tri Chloro Carban
(TCC) yang merupakan dua senyawa yang banyak digunakan sebagai antimicrobial.
Jenis sabun batangan lainnya adalah sabun mandi kecantikan. Sabun mandi
kecantikan adalah suatu produk sabun untuk perawatan kecantikan kulit wajah dan tubuh
dengan formulasi yang sesuai untuk kulit. Memberikan zat-zat gizi dan nutrisi yang
sangat diperlukan kulit dan membantu memelihara kulit dengan mempertahankan
kelembaban kulit serta membantu pertumbuhan sel-sel baru jika terjadi kerusakan sel
kulit. Pada sabun kecantikan busa harus lembut dan sifat basanya lebih rendah. (Luis
Spitz, 1996).
Pada proses batch, lemak atau minyak dipanaskan dengan alkali (NaOH atau KOH)
berlebih dalam sebuah ketel. Jika penyabunan telah selesai, garam-garam ditambahkan
untuk mengendapkan sabun. Lapisan air yang mengandung garam, gliserol dan kelebihan
alkali dikeluarkan dan gliserol diperoleh lagi dari proses penyulingan. Endapan sabun
gubal yang bercampur dengan garam, alkali dan gliserol kemudian dimurnikan dengan air
dan diendapkan dengan garam berkali-kali. Akhirnya endapan direbus dengan air
secukupnya untuk mendapatkan campuran halus yang lama-kelamaan membentuk lapisan
yang homogen dan mengapung. Sabun ini dapat dijual langsung tanpa pengolahan lebih
Metoda kontiniu biasa dilakukan pada zaman sekarang, lemak atau minyak hidrolisis
dengan air pada suhu dan tekanan tinggi. Lemak atau minyak dimasukkan secara kontiniu
dari salah satu ujung reaktor besar. Asam lemak dan gliserol yang terbentuk dikeluarkan
dari ujung yang berlawanan dengan cara penyulingan. Asam-asam ini kemudian
dinetralkan dengan alkali untuk menjadi sabun. (http://www.scribd.com/doc/ 23977749/
pembuatan-sabun)
Dalam metode ini turunan trigliserida murni dipanaskan pada mixer dengan jacket panas.
Separuh dari jumlah total alkali yang digunakan diumpankan secara perlahan-lahan
dengan laju alir volume sekitar 200 ml/15-20 menit. Sisanya kemudian ditambahkan
bersamaan dengan EDTA (ethylene diamine tetra acetat) dan natrium klorida. Natrium
klorida ditambahkan untuk mengurangi viskositas dari neat soap. EDTA digunakan
sebagai zat anti oksidan dan juga sebagai pencegah kontaminasi logam dalam neat soap.
Dalam reaksi netralisasi asam lemak untuk menghasilkan sabun, ada beberapa faktor yang
mempengaruhinya yaitu :
Neat soap yang dihasilkan mengandung 60% total fatty matter (TFM), diperoleh melalui
beberapa tahapan proses sebagai berikut :
2. Pemurnian . Sabun Neat soap yang sudah dikeringkan akan dimurnikan dengan
menggunakan roll mill, plodder atau kombinasi keduanya. Dalam tahapan ini, neat soap
dimanipulasi kedalam bentuk yang diinginkan, dihomogenkan agar terbentuk struktur
sabun yang kristal. Kemudian sabun dipadatkan dengan plodder.
Proses reaksi saponifikasi adalah proses mereaksikan minyak dan NaOH pada reaktor
pada suhu ± 1250C dengan bantuan pemanas steam. Komposisi antara minyak dan NaOH
dengan perbandingan 3 : 1, jika tidak maka akan didapati reaksi yang tidak setimbang
sehingga akan didapat sabun yang kurang sempurna. Reaksi dilakukan selama 10 menit
dengan bantuan agitator dan recycle pompa ke reaktor.
Minyak dan NaOH yang berada dalam storage tank (tangki penyimpanan)
diumpankan ke reaktor lalu diinjeksikan steam sebesar 2 bar, selanjutnya ditambahkan
larutan garam NaCl (brine) 22%. Hal ini dilakukan guna memperkaya elektrolit sehingga
hasil reaksi antara minyak dan NaOH mudah dipisahkan pada proses selanjutnya.
Pada proses saponifikasi trigliserida dengan suatu alkali, kedua reaktan tidak
mudah bercampur. Reaksi saponifikasi dapat mengkatalisis dengan sendirinya pada
kondisi tertentu dimana pembentukan produk sabun mempengaruhi proses emulsi kedua
reaktan tadi, menyebabkan suatu percepatan pada kecepatan reaksi.
RCOOCH2 CH2OH
reaksi eksotermik
RCOOCH + 3 NaOH 3 RCOONa + CHOH
RCOOCH2 CH2OH
CH2OOC-(CH2)16-CH3 CH2OH
CH2OOC-(CH2)16-CH3 CH2OH
CH2OOC-(CH2)14-CH3 CH2OH
CH2OOC-(CH2)14-CH3 CH2OH
Asam palmitat hasil gliserol nya lebih tinggi ( 11.41% ) dibandingkan dengan
asam stearat ( 10.33%). Oleh karena itu, palm sterine akan menghasilkan jumlah gliserol
lebih tinggi daripada tallow, karena kandungan asam stearat yang lebih tinggi dalam
molekulnya.
Minyak dan lemak mempunyai sifat yang berbeda selama proses pembuatan sabun
seperti laju penyabunan, jumlah alkali yang dibutuhkan untuk saponifikasi dan kekuatan
Setelah feed tank telah terisi maka neat soap direcycle untuk tahap pengeringan (drying)
dan kemudian direcycle dengan cara dipanaskan melalui Heat Exchanger (HE) dengan
speed VLS 50% dan dengan speed feed tanknya 42% dengan tekanan 1,5 bar. Disetting
secara perlahan-lahan. Setelah semuanya dalam kondisi yang telah disetting maka saatnya
diumpankan (feeding) ke atomizer dengan menjaga tekanan dan temperatur agar jangan
sampai drop. Sabun yang sudah dikeringkan dan didinginkan tersimpan pada dinding
ruang vakum dan dipindahkan dengan alat pengerik sehingga jatuh di plodder, yang
mengubah sabun ke bentuk lonjong panjang atau butiran yang kemudian disimpan dalam
suatu wadah penyimpanan soap noodle dikenal dengan nama Silo. (PT. Oleochem &
Soap Industri, 2010)
Sabun banyak diperoleh setelah penyelesaian saponifikasi (sabun murni) yang
umumnya dikeringkan dengan vakum spray dryer. Kandungan air pada sabun dikurangi
dari 30-35% pada sabun murni menjadi 8-18% pada sabun butiran atau lempengan. Jenis
jenis vakum spray dryer, dari sistem tunggal hingga multi sistem, semuanya dapat
Dalam pembuatan produk sabun batangan, sabun butiran dicampurkan dengan zat
pewarna, parfum, dan zat aditif lainnya kedalam mixer (analgamator). Campuran sabun
ini klemudian diteruskan untuk dimixing untuk mengubah campuran tersebur menjadi
suatu produk yang homogen. Produk tersebut kemudian dilanjutkan ke tahap
pemotongan. Sebuah alat pemotong dengan mata pisau memotong sabun tersebut menjadi
potongan potongan terpisah yang dicetak melalui proses penekanan menjadi sabun
batangan sesuai dengan ukuran dan bentuk yang diinginkan. Proses pembungkusan,
pengemasan, dan penyusunan sabun batangan merupakan tahap akhir.
(http://www.scribd.com/doc/23977749/pembuatan-sabun)
Dibawah ini adalah proses saponifikasi yang biasanya digunakan untuk pembuatan sabun:
Pemurnian
( Perlakuan awal )
Caustic Soda
Proses
Penyabunan
Natrium Chlorida
Pemisahan
Fitting Pemurnian
Pengeringan,
Pemotongan
Aditif
/Pengisi
Powdered
Laundry Soap Sabun Cuci Sabun Mandi
Minyak atau lemak merupakan senyawa lipid yang memiliki struktur berupa ester dari
gliserol. Pada proses pembuatan sabun, jenis minyak atau lemak yang digunakan adalah
minyak nabati atau lemak hewan. Perbedaan antara minyak dan lemak adalah wujud
keduanya dalam keadaan ruang. Minyak akan berwujud cair pada temperatur ruang (±
28°C), sedangkan lemak akan berwujud padat.
Jumlah minyak atau lemak yang digunakan dalam proses pembuatan sabun harus dibatasi
karena berbagai alasan, seperti : kelayakan ekonomi, spesifikasi produk (sabun tidak
mudah teroksidasi, mudah berbusa, dan mudah larut), dan lain-lain. Beberapa jenis
minyak atau lemak yang biasa dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya :
Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh industri pengolahan daging
sebagai hasil samping. Kualitas dari tallow ditentukan dari warna, titer (temperatur
solidifikasi dari asam lemak), kandungan FFA, bilangan saponifikasi, dan bilangan
iodine. Tallow dengan kualitas baik biasanya digunakan dalam pembuatan sabun mandi
dan tallow dengan kualitas rendah digunakan dalam pembuatan sabun cuci. Oleat dan
stearat adalah asam lemak yang paling banyak terdapat dalam tallow. Jumlah FFA dari
tallow berkisar antara 0,75-7,0 %. Titer point pada tallow umumnya di atas 40°C. Tallow
dengan titer point di bawah 40°C dikenal dengan nama grease. Kandungan utama dari
tallow yaitu : asam oleat 40-45%, asam palmitat 24-37%, asam stearat 14-19%, asam
miristat 2-8%, asam linoleat 3-4%, dan asam laurat 0,2%.
Lard merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung asam lemak tak jenuh
seperti asam oleat (60 ~ 65%) dan asam lemak jenuh seperti asam stearat (35 ~ 40%). Jika
digunakan sebagai pengganti tallow, lard harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu
untuk mengurangi ketidakjenuhannya. Sabun yang dihasilkan dari lard berwarna putih
dan mudah berbusa.
Minyak umumnya digunakan sebagai pengganti tallow. Minyak sawit dapat diperoleh
dari pemasakan buah sawit. Minyak sawit berwarna jingga kemerahan karena adanya
kandungan zat warna karotenoid sehingga jika akan digunakan sebagai bahan baku
pembuatan sabun harus dipucatkan terlebih dahulu. Sabun yang terbuat dari 100%
minyak sawit akan bersifat keras dan sulit berbusa. Maka dari itu, jika akan digunakan
sebagai bahan baku pembuatan sabun, minyak sawit harus dicampur dengan bahan
lainnya. Kandungan asam lemaknya yaitu asam palmitat 42-44%, asam oleat 35-40%,
asam linoleat 10%, asam linolenat 0,3%, asam arachidonat 0,3%, asam laurat 0,3%, dan
asam miristat 0,5-1%.
Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang sering digunakan dalam industri
pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna kuning pucat dan diperoleh melalui ekstraksi
daging buah yang dikeringkan (kopra). Minyak kelapa memiliki kandungan asam lemak
jenuh yang tinggi, terutama asam laurat sekitar 44-52%, sehingga minyak kelapa tahan
terhadap oksidasi yang menimbulkan bau tengik. Minyak kelapa juga memiliki
kandungan asam lemak miristat 13-19%, asam palmitat 8-11%, asam kaprat 6-10%, asam
kaprilat 5-9%, asam oleat 5-8%, asam stearat 1-3%, dan asam linoleat 2%.
Minyak inti sawit diperoleh dari biji buah sawit. Minyak inti sawit memiliki kandungan
asam lemak yang mirip dengan minyak kelapa sehingga dapat digunakan sebagai
pengganti minyak kelapa. Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak tak jenuh
lebih tinggi dan asam lemak rantai pendek lebih rendah daripada minyak kelapa.
Kandungan asam lemak yang terdapat pada palm kernel oil yaitu : asam laurat 40-52%,
asam miristat 14-18%, asam oleat 11-19%, asam palmitat 7-9%, asam kaprat 3-7%, asam
kaprilat 3-5%, asam stearat 1-3%, dan asam linoleat 2%.
Minyak sawit stearin adalah minyak yang dihasilkan dari ekstraksi asam-asam lemak dari
minyak sawit dengan pelarut aseton dan heksana. Kandungan asam lemak terbesar dalam
minyak ini adalah asam palmitat 52-58% dan asam oleat 27-32%. Selain itu juga terdapat
asam linoleat 6,6-8,2%, asam stearat 4,8-5,3%, asam miristat 1,2-1,3%, asam laurat 0,1-
0,4%.
7. Marine Oil
Marine oil berasal dari mamalia laut (paus) dan ikan laut. Marine oil memiliki kandungan
asam lemak tak jenuh (asam oleat) yang cukup tinggi, sehingga harus dihidrogenasi
parsial terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan baku.
Biji tanaman jarak terdiri dari 75% daging biji, dan 25% kulit. Daging biji jarak ini bisa
memberikan rendemen 54% minyak. Minyak yang dihasilkan dari biji tanaman jarak
dikenal sebagai minyak jarak. Minyak jarak berwarna bening dan dapat dimanfaatkan
sebagai kosmetika, bahan baku pembuatan biodisel dan sabun. Minyak jarak mempunyai
massa jenis 0,957-0,963 kg/liter, bilangan iodium 82-88 g I2/100 g, bilangan penyabunan
176-181 mg KOH/g. Minyak jarak mengandung komponen gliserida atau dikenal sebagai
senyawa ester. Gliserida tersebut tersusun dari asam lemak dan gliserol. Asam lemak
yang terdapat pada gliserida maupun asam lemak bebas bisa dibuat menjadi sabun bila
direaksikan dengan kaustik dan reaksi tersebut dikenal dengan saponifikasi. Komposisi
asam lemak minyak jarak terdiri dari asam riccinoleat sebanyak 86%, asam oleat 8,5%,
asam linoleat 3,5%, asam stearat 0,5-2,0%, asam dihidroksi stearat 1-2%. (G. Brown,
1973)
Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah zaitun. Minyak zaitun dengan kualitas tinggi
memiliki warna kekuningan. Sabun yang berasal dari minyak zaitun memiliki sifat yang
keras tapi lembut bagi kulit. Zaitun secara alami mengandung beberapa senyawa yang tak
tersabunkan seperti fenol, tokoferol, sterol, pigmen, dan squalen. Minyak zaitun juga
mengandung triasilgliserol yang sebagian besar di antaranya berupa asam lemak tidak
jenuh tunggal jenis oleat. Kandungan asam oleat tersebut dapat mencapai 55-83 persen
dari total asam lemak dalam minyak zaitun.
(http://albahar.wordpress.com/2007/06/13/keistimewaan-minyak-zaitun)
Industri pembuat sabun umumnya membuat sabun yang berasal dari campuran minyak
dan lemak yang berbeda. Minyak kelapa sering dicampur dengan tallow karena memiliki
sifat yang saling melengkapi. Minyak kelapa memiliki kandungan asam laurat dan
miristat yang tinggi dan dapat membuat sabun mudah larut dan berbusa. Kandungan
Jenis Rumus Sumber Utama Kekerasan Kelarutan Kinerja Daya Daya Membersihkan
Air Air Air
Asam Lemak Molekul Sabun dalam air dalam air keras Busa Dingin Hangat Panas
ASAM LEMAK JENUH :
Lauric C11H23COOH Minyak kelapa, PKO √√√ √√√ √√√ √√√ √√√ √√√ √√√
Miristat C13H23COOH Minyak kelapa, PKO √√√ √√√ √√ √√ √√ √ √
Palmitat C15H31COOH Palm Stearin, Palm Oil, √√√ √√ √√ √ √ √ √√
Tallow, Rice Bran Oil,
Cottonseed Oil
Stearat C17H35COOH Tallow √√√ √√ √ x x √ √√√
Tabel 2.2 menunjukkan titik leleh dari daftar asam lemak yang pada umumnya ditemukan
dalam bentuk asam karboksilat dan gliserol dalam lemak dan minyak. Komponen asam
lemak yang umumnya ditemukan pada hewan dan tumbuh-tumbuhan merupakan
trigliserida yang mengandung atom karbon dengan jumlah yang sama dalam rantai
2.4.1.3 Alkali
Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH, KOH,
Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines (sinonim : 2-Aminoethanol, monoethanolamine,
dengan rumus kimia C2H7NO, dan formulasi kimia NH2CH2CH2OH). NaOH, atau yang
biasa dikenal dengan soda kaustik dalam industri sabun, merupakan alkali yang paling
banyak digunakan dalam pembuatan sabun keras. KOH banyak digunakan dalam
pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah larut dalam air. Na2CO3 (abu
soda/natrium karbonat) merupakan alkali yang murah dan dapat menyabunkan asam
lemak, tetapi tidak dapat menyabunkan trigliserida (minyak atau lemak).
Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses penyempurnaan sabun hasil
saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan gliserin) sampai sabun menjadi produk
yang siap dipasarkan. Bahan-bahan tersebut adalah NaCl (garam) dan bahan-bahan aditif.
(http://majarimagazine.com/2009/07/bahan-pembuatan-sabun/)
Selain itu, perlu ditambahkan zat pengisi (filler) untuk menekan biaya supaya lebih
murah. Adanya perbedaan komposisi pada lemak dan minyak menyebabkan sifat fisik
berbeda dan hasil lemak serta sabun berbeda pula. Untuk memperoleh sabun yang
memperoleh sabun yang , berwarna putih, gravity spesifik 4,17, tidak larut dalam air
panas dan dingin. TiO2 ada dalam tiga kristal : anatase, brookit, dan rutile. Biasanya
diperoleh secara sintetik.
Rutile adalah bentuk yang stabil terhadap perubahan suhu apabila diperoleh secara
luas sebagai monokristal yang transparan. Titanium dioksida digunakan dalam elektrolit,
plastic dan industri keramik karena sifat listriknya. Selain itu, ia sangat stabil terhadap
perubahan suhu dan resisten terhadap serangan kimia. Ia tereduksi sebagian ole hidrogen
dan karbon monoksida. Titanium oksida murni dipreparasi dari titanium tetraklorida yang
dimurnikan dengan destilasi ulang. Kegunaan titanium oksida antara lain dalam vitreus
enamel, industri elektronik, katalis dan pigmen zat warna. TiO2 adalah zat warna putih
yang dominan di usaha karena mempunyai sifat : indeks refraksi tinggi dan non toksik.
(Supena, 2007)
Filler (bahan pengisi) ini berfungsi sebagai pengisi dari seluruh campuran bahan
baku. Pemberian bahan ini berguna untuk memperbanyak atau memperbesar volume.
Keberadaan bahan ini dalam campuran bahan baku sabun semata mata ditinjau dari aspek
EDTA (ethylene diamine tetra acetate) ditambahkan dalam sabun untuk membentuk
kompleks (pengkelat) ion besi yang mengkatalis proses degradasi oksidatif. Degradasi
oksidatif akan memutuskan ikatan rangkap pada asam lemak membentuk rantai lebih
pendek, aldehid dan keton yang berbau tidak enak. EDTA adalah reagen yang bagus,
selain membentuk kelat dengan semua kation, kelat ini juga cukup stabil untuk metode
titriametil. (Supena, 2007)
Bahan antioksidan pada sabun juga dapat menstabilkan sabun terutama pada bau
tengik atau rancid. Natrium Silikat, natrium hiposulfid, dan natrium tiosulfat diketahui
dapat digunakan sebagai antioksidan. Stanous klorida juga merupakan antioksidan yang
sangat kuat dan juga dapat memutihkan sabun atau sebagai bleaching agent. (Farid
Kurnia, 2009)
Bahan ini berfungsi untuk memberikan warna kepada sabun. Ini ditujukan agar
memberikan efek yang menarik bagi konsumen untuk mencoba sabun ataupun membeli
sabun dengan warna yang menarik. Biasanya warna warna sabun itu terdiri dari warna
merah, putih, hijau maupun orange. (http://www.scribd.com/doc/23977749/pembuatan-
sabun)
Sabun adalah garam natrium asam lemak. Asam lemak (fatty acid) yang digunakan untuk
membuat sabun diperoleh dari minyak dan lemak yang berasal dari sayuran atau hewan.
Biaya produksi dan sifat karakteristik dari sabun sebagian besar tergantung pada jenis dan
sifat dari berbagai minyak dan lemak yang digunakan. Karena konstituennya lebih dari
90% dari bahan baku ini.
d. Kualitas dari sabun yang diinginkan dalam hal warna sabun, kemampuan
membusa, kekerasan dan daya pembersihan. (Iftikhar Ahmad, 1981)
Produksi sabun tahunan dunia adalah lebih dari 6 juta ton. Jika dirata-ratakan 60% asam
lemak diasumsikan dalam pembuatan sabun. Di bawah ini adalah jumlah asam lemak
yang dibutuhkan :
Sumber utama asam lemak C16 dan C18 yang murah dan tersedia adalah tallow dan
palm stearine. Saat ini Malaysia mengekspor lebih dari 40.000 ton palm stearine tiap
bulan dan jumlah eksport ini diharapkan meningkat pada tahun ini.
Mengenai faktor biaya, palm stearin lebih murah dibandingkan palm oil, dan harganya
rendah dibandingkan dengan edible tallow. Ketersediaan palm stearine dan biaya yang
lebih rendah, tidak sulit untuk menyatakan bahwa palm stearine akan memainkan
peranan penting dalam pasar bahan baku sabun yang akan datang. Tabel 2.3 menjelaskan
perbandingan harga palm stearine dan edible tallow. (Iftikhar Ahmad, 1981)
Mengenai stabilitas dan perlakuan awal, pada stearine mengandung sedikit asam lemak
tak jenuh seperti asam oleic ( oleat ) daripada tallow dan bebas dari zat lemas. Oleh sebab
itu perlakuan awal yang dibutuhkan sederhana. Palm stearine juga bebas dari bau tidak
sedap.
Di bawah ini adalah parameter analisis yang digunakan oleh pembuatan sabun dalam
memilih minyak dan lemak.
3. Lebih berbusa *
Dalam hal memberikan sifat sabun yang optimum, faktor I.N.S biasanya berada
diantara 130 – 165. Dengan mencampur minyak yang mempunyai faktor I.N.S
yang tinggi seperti coconut oil ataupun palm kernel oil (minyak inti sawit),
dengan palm stearine atau tallow dan dengan minyak yang faktor I.N.S nya rendah
seperti kacang tanah. Minyak seperti palm stearine atau tallow dianjurkan cocok
sebagai dasar pembuatan sabun laundry ( sabun cuci ).
‘* Asam laurat ( lauric acid ) seperti minyak kelapa ( coconut oil ) dan minyak
inti sawit adalah pengecualian.
Perbandingan daya larut terutama digunakan untuk mengatur jumlah palm stearine atau
tallow dalam komposisi minyak atau lemak. Perbandingan daya larut campuran minyak
atau lemak dihitung dengan membagi faktor I.N.S dari pengisi minyak dengan jumlah
faktor I.N.S dari beberapa minyak yang ada dalam campuran yang mempunyai faktor
I.N.S lebih tinggi dari 130 ( diluar minyak inti sawit dan coconut oil ). Jika sangat larut,
kecepatan membusa sabun dibutuhkan jumlah palm stearine atau tallow yang sedikit, jika
tidak dibutuhkan jumlah yang tinggi. (Iftikhar Ahmad, 1981)
Sebelum proses pembuatan sabun, kualitas dari sabun yang dibuat harus secara jelas
ditentukan atau diputuskan. Dengan mencampur minyak – minyak atau lemak yang
berbeda memungkinkan untuk memperoleh sebuah sabun akhir dengan kualitas yang
diharapkan. Parameter mutu yang biasanya diperhatikan adalah : Tampilan umum
(meliputi kepadatan sabun/compact, bercahaya, kesat), kelarutan yang baik, pembusaan
yang baik dan stabil, daya membersihkan tinggi, berbuih, tahan terhadap ketengikan, baik
dalam air lunak, stabilitas baik (berhubungan dengan warna) Perbedaan minyak dan
lemak menghasilkan sabun dengan mutu yang berbeda pula, misalnya warna, konsistensi
pembusaan dan daya membersihkan. Tabel 2.4 menunjukkan karakterisasi sabun yang
dihasilkan dari beberapa minyak dan lemak yang penting.
Untuk penggunaan yang spesifik, mutu dievaluasi dan lemak-lemak dipilih secara
sesuai. Sebagaimana yang dianjurkan pada tabel 2.4, sabun yang terbuat dari palm
stearine dan tallow mempunyai persamaan dan kedua komponen-komponennya dapat
ditukar dalam bahan pengisi lemak. Satu alasan hasil sabunnya mempunyai sifat yang
sama yaitu sifat kimianya. Seperti yang kita lihat dari tabel 2.5 keduanya hanya
mempunyai asam lemak rantai pendek . Meskipun persentase asam palmitat dan asam
Tabel 2.4. Sifat Sabun yang Dibuat dari Minyak dan Lemak yang Berbeda
Tabel 2.5. Persentase Komposisi Kimia dari Minyak dan Lemak yang Umumnya
Digunakan dalam Sabun
Sejauh ini kekerasan sabun sangat dikaitkan, secara ilmiah memungkinkan untuk
mengontrolnya dengan penggunaan faktor I.N.S dan titer point (titik beku). Sifat dari
kelarutan dan kekuatan penyabunan (pembusaan) dikontrol dengan perbandingan
kelarutan (Solubility Ratio, S.R). Dengan tingginya S.R mengindikasikan pembusaan dan
daya larut yang baik.
Penggunaan I.N.S, titer, dan S.R memungkinkan sipembuat sabun untuk menjaga
keseragaman produk nya dengan mencampur dengan lemak-lemak yang berbeda. Untuk
sabun cuci, S.R 1,5 – 2,5 pada umumnya direkomenndasikan, sementara untuk sabun
mandi S.R 2,0 – 3,0 dan faktor I.N.S 150 – 179 adalah dianjurkan. ( Lihat Tabel 2.6 ).
Walaupun pengisi lemak/minyak berbeda, namun I.N.S, titer point (titik beku),
dan nilai S.R berada dalam cakupan spesifik, di semua hal sabun yang dihasilkan akan
sama kualitasnya. Apapun lemak yang digunakan, asalkan konstanta seperti I.N.S, titer
point (titik beku), dan nilai S.R berada dalam cakupan spesifik, maka sabun dihasilkan
akan dapat diterima mutunya. ( Iftikhar Ahmad, 1981 )
Tabel 2.6. Formula yang Dianjurkan Untuk Sabun Cuci dan Sabun Mandi
Bilangan iodine menyatakan ukuran keberadaan ketidakjenuhan, terutama asam oleat dan
linoleat. Asam lemak tak jenuh menghasilkan sabun yang lebih lembut dan lebih larut.
Sedangkan minyak laurat mengandung asam lemak rantai pendek, me mbuat sabun keras
dan mudah larut.
Palm Coconut
Palm Oil Palm Stearine Tallow Kernel Oil Natural Oil Minyak Minyak
Asam Lemak
Dedak
( PO ) ( PS ) ( PKO ) ( CNO ) Padi Jarak
Bil. Iodine 51 - 55 22 – 48 40 - 56 16 – 20 7 - 12 92 - 120 81 - 98
Sabun yang dibuat dari asam miristat ( C14 asam lemak jenuh ) mempunyai sifat
optimum. Karena tidak ada minyak alam tunggal yang mengandung banyak C14. Lemak
harus diblending atau dicampur menurut mutu akhir produk yang diharapkan. Sabun yang
banyak mengandung asam lemak laurat mempunyai sifat keras, cepat berbusa, dan cepat
larut dalam air. Sabun dari lemak dengan rantai karbon panjang dan ketidakjenuhan yang
tinggi adalah lebih lunak, tetapi mempunyai daya membersihkan yang baik dalam air
hangat. Lemak seperti tallow dan palm stearine yang mengandung persentase tertinggi
asam lemak jenuh menghasilkan sabun yang teksturnya keras, kurang larut, dan sedikit
berbusa.
Alkali tanah digunakan untuk penyabunan juga sangat penting dalam pembuatan
sabun. Seperti sabun yang berasal dari garam natrium, biasanya lebih keras daripada
sabun yang berasal dari garam kalium. (Iftikhar Ahmad, 1981)
Pada titrasi iodometri, analit yang dipakai adalah oksidator yang dapat bereaksi dengan I-
(iodide) untuk menghasilkan I2. I2 yang terbentuk secara kuantitatif dapat dititrasi dengan
larutan tiosulfat. Dari pengertian diatas maka titrasi iodometri adalah dapat dikategorikan
sebagai titrasi kembali. Iodida adalah reduktor lemah dan dengan mudah akan teroksidasi
jika direaksikan dengan oksidator kuat. Iodida tidak dipakai sebagai titrant hal ini
Setiap mmol IO3- akan menghasilkan 3 mmol I2 dan 3 mmol I2 ini akan tepat
bereaksi dengan 6 mmol S2O32- (1 mmol I2 tepat bereaksi dengan 2 mmol S2O32-)
sehingga mmol IO3- ditentukan atau setara dngan 1/6 mmol S2O32-. Kita menitrasi
langsung antara tiosulfat dengan analit, alasannya adalah karena analit yang bersifat
sebagai oksidator dapat mengoksidasi tiosulfat menjadi senyawaan yang bilangan
oksidasinya lebih tinggi dari tetrationat dan umumnya reaksi ini tidak stoikiometri.
Alasan kedua adalah tiosulfat dapat membentuk ion kompleks dengan beberapa ion
logam seperti Besi(II). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan titrasi
Iodometri adalah sebagai berikut :
Penambahan amilum sebaiknya dilakukan saat menjelang akhir titrasi, dimana hal
ini ditandai dengan warna larutan menjadi kuning muda (dari oranye sampai coklat
akibat terdapatnya I2 dalam jumlah banyak), alasannya kompleks amilum-I2 terdisosiasi
sangat lambat akibatnya maka banyak I2 yang akan terabsorbsi oleh amilum jika amilum
ditambahkan pada awal titrasi, alasan kedua adalah biasanya iodometri dilakukan pada
media asam kuat sehingga akan menghindari terjadinya hidrolisis amilum. Titrasi harus
dilakukan dengan cepat untuk meminimalisasi terjadinya oksidasi iodida oleh udara
bebas. Pengocokan pada saat melakukan titrasi iodometri sangat diwajibkan untuk
menghindari penumpukan tiosulfat pada area tertentu, penumpukkan konsentrasi tiosulfat
Pastikan jumlah iodida yang ditambahkan adalah berlebih sehingga semua analit
tereduksi dengan demikian titrasi akan menjadi akurat. Kelebihan iodida tidak akan
mengganggu jalannya titrasi redoks akan tetapi jika titrasi tidak dilakukan dengan segera
maka I- dapat teroksidasi oleh udara menjadi I2. ( http://kimiaanalisa.web.id/115)
Tiosulfat yang dipakai dalam titrasi iodometri dapat distandarisasi dengan menggunakan
senyawa oksidator yang memiliki kemurnian tinggi (analytical grade) seperti K2Cr2O7,
KIO3, KBrO3, atau senyawaan tembaga(II). (http://kimiaanalisa.web.id/115/)
Sejumlah zat padat digunakan sebagai standar primer untuk larutan tiosulfat.
Iodium murni merupakan standard yang paling nyata, tetapi jarang digunakan karena
kesukaran dalam penanganan dan penimbangan. Lebih sering digunakan pereaksi
oksidasi yang kuat yang membebaskan iodium dari iodida.
Kalium Dikromat. Senyawa ini dapat diperoleh dalam derajat kemurnian yang
tinggi. Bobot ekuivalennya cukup tinggi, tak-higroskopis, dan zat padat serta larutannya
sangat stabil. Reaksi dengan iodida dilaksanakan dalam asam sekitar 0,2 - 0,4 M.
didiamkan 5 sampai 10 menit :
Terdapat banyak penerapan proses iodometri dalam kimia analitik. Beberapa dipaparkan
dalam tabel. Penerapan iodometri tembaga digunakan dengan meluas baik untuk bijih
maupun aliase. Metode itu memberikan hasil yang baik sekali dan lebih cepat daripada
penetapan tembaga secara elektrolisis. Biasanya bijih tembaga mengandung besi, arsen
dan stibium. Unsur-unsur ini dalam keadaan oksidasi mereka yang tinggi (biasanya
demikian dari proses pelarutannya) akan mengoksidasi iodida dan dengan demikian
mengganggu.
Analit Reaksi
3- - +
Arsen(V) AsO4 + 2I + 2H AsO33- + I2 + H2O
Brom Br2 + 2I- 2Br- + I2
Bromat BrO3- + 6I- + 6H+ Br- + 3I2 + 3H2O
Klor Cl2 + 2I- + 2H+ 2Cl- + I2
Klorat ClO3- + 6I- + 6H+ Cl- + 3I2 + 3H2O
Tembaga(II) 2Cu2+ + 4I- 2CuI(s) + I2
Dikromat Cr2O72- + 6I- + 14H+ 2Cr3+ + 3I2 + 7H2O
Hidrogen Peroksida H2O2 + 2I- + 2H+ I2 + 2H2O
Iodat IO3- + 5I- + 6H+ 3I2 + 3H2O
Nitrit 2HNO2 + 2I- + 2H+ 2NO + I2 + 2H2O
Oksigen O2 + 4Mn(OH)2 + 2H2O 4Mn(OH)3
Ozon O3 + 2I- + 2H+ O2 + I2 + H2O
Periodat IO4- + 7I- + 8H+ 4I2 + 4H2O
Permanganat 2MnO4- + 10I- + 16H+ 2Mn2+ + 5I2 + 8H2O
Warna larutan iod 0,1 N cukup kuat sehingga iodium dapat bertindak sebagai indikator
sendiri. Iodium juga memberikan warna ungu atau merah lembayung yang kuat kepada
pelarut-pelarut seperti karbon tetraklorida atau kloroform, dan kadang-kadang hal ini
digunakan untuk mengetahui titik akhir reaksi. Akan tetapi lebih umum digunakan suatu
larutan (dispersi koloid) kanji, dari warna biru tua kompleks pati-iodium berperan sebagai
uji kepekaan terhadap iodium. Kepekaan lebih besar dalam larutan sedikit sekali asam
daripada dalam larutan netral dan lebih adanya ion iodida.
Mekanisme yang tepat dari pembentukan kompleks itu belum diketahui. Tetapi
diduga bahwa molekul iodium diikat pada permukaan β-amilosa, suatu konstituen-
konstituen kanji lain, α-amilosa, atau amilopektin, membentuk kompleks kemerahan
dimana warna mana tak-mudah dihilangkan. Oleh karena itu, kanji yang mengandung
amilopektin sebaiknya tak digunakan. Produk komersial, “kanji larut” terdiri terutama β -
amilosa.
Larutan kanji mudah terurai oleh bakteri, suatu proses yang dapat dihambat
dengan jalan sterilisasi atau dengan penambahan suatu zat pengawet. Hasil peruraiannya
memakai iodium dan berubah menjadi kemerahan-merahan. Merkurium(II) iodida, asam
borat atau asam furoat dapat digunakan sebagai pengawet. Kondisi yang menimbulkan
hidrolisis atau koagulasi kanji hendaklah dihindari. Kepekaan indikator berkurang dengan
Larutan standard yang digunakan dalam kebanyakan proses iodometri adalah natrium
tiosulfat. Lazimnya garam ini dibeli sebagai pentahidrat, Na2S2O3.5H2O. Larutan tak
boleh distandarisasikan berdasarkan penimbangan langsung, melainkan harus
distandarisasikan terhadap standard primer.
Larutan Natrium tiosulfat tidak stabil dalam waktu lama. Bakteri yang memakai
belerang akhirnya masuk ke larutan itu, dan proses metaboliknya akan mengakibatkan
pembentukan SO32-, SO42- dan belerang koloidal. Belerang ini akan menyebabkan
kekeruhan, bila timbul kekeruhan larutan harus dibuang. Biasanya air yang digunakan
untuk menyiapkan larutan tiosulfat dididihkan agar steril, dan sering ditambahkan boraks
atau natrium karbonat sebagai pengawet. Oksidasi tiosulfat oleh udara berlangsung
lambat. Tetapi runutan tembaga sering kadang-kadang terdapat dalam air suling akan
mengkatalisis oksidasi oleh udara. Tiosulfat diuraikan dalam larutan asam dengan
membentuk belerang sebagai endapan mirip susu. (A.L. Underwood, 1986).
Tetapi reaksi lambat dan tak terjadi bila tiosulfat dititrasikan ke dalam larutan iod
yang asam, jika larutan diaduk dengan baik. Reaksi antara iod dan tiosulfat jauh lebih
cepat daripada reaksi penguraian.
Dalam larutan netral atau sedikit sekali basa, oksidasi menjadi sulfat itu tidak
terjadi, jika digunakan iod sebagai titran. Banyak zat pengoksid kuat, seperti pereaksi
Senyawa ini dapat diperoleh dalam derajat kemurnian yang tinggi. Bobot ekuivalennya
cukup tinggi, tak-higroskopis, dan zat padat serta larutannya sangat stabil. Reaksi dengan
iodida dilaksanakan dalam asam sekitar 0,2 - 0,4 M. didiamkan 5 sampai 10 menit :
Pada tujuan praktiknya, sebuah unit dikombinasikan dengan menggunakan faktor I.N.S.
Yaitu ditentukan dengan cara bilangan penyabunan dikurang dengan bilangan iodine.
Dengan meningkatnya faktor I.N.S, maka diperoleh :
3. Lebih berbusa *
Palm Coconut
Palm Oil Palm Stearine Tallow Kernel Oil Oil Minyak Minyak
Asam Lemak
Dedak
( PO ) ( PS ) ( PKO ) ( CNO ) Padi Jarak
152 - 243 -
Nilai I.N.S 139 - 147 171 - 160 146 224 – 235 252 92 - 75 91 - 100
Dalam hal memberikan sifat sabun yang optimum, faktor I.N.S biasanya berada diantara
130 – 165. Dengan mencampur minyak yang mempunyai faktor I.N.S yang tinggi seperti
coconut oil ataupun palm kernel oil ( minyak inti sawit , dengan palm stearine atau tallow
dan dengan minyak yang faktor I.N.S nya rendah seperti kacang tanah. Minyak seperti
palm stearine atau tallow dianjurkan cocok sebagai dasar pembuatan sabun laundry
(sabun cuci ). (Iftikhar Ahmad, 1981)
Keterangan‘* Asam laurat ( lauric acid ) seperti minyak kelapa ( coconut oil ) dan minyak inti sawit adalah
pengecualian.
Metode ini digunakan untuk menentukan titik beku dari asam lemak. Berlaku untuk
minyak dan lemak dari hewan dan lemak dan minyak sayuran. Prinsip nya yaitu
membekukan cairan fatty acid yang tadinya diperoleh melalui saponifikasi minyak atau
lemak, lalu didinginkan dalam sebuah aparatus khusus dan sementara itu temperature
diamati. Ketika sampel mulai membeku, pengadukan dihentikan dan kenaikan sedikit
temperatur diamati. Temperatur tertinggi yang dicapai sebelum suhunya kembali turun
adalah yang dicatat. (American Oil Chemist Standarization (AOCS) Official Methods Da
13-48)
Palm
Kernel Coconut
Asam Lemak Palm Oil Palm Stearine Tallow Oil Oil Minyak Minyak
Dedak
( PO ) ( PS ) ( PKO ) ( CNO ) Padi Jarak
0
Titer C 40 - 42 46 - 54 40 - 47 20 – 28 20 - 24 26 - 30 1-4
Perbandingan daya larut terutama digunakan untuk mengatur jumlah palm stearine atau
tallow dalam komposisi minyak atau lemak. Perbandingan daya larut campuran minyak
atau lemak dihitung dengan membagi faktor I.N.S dari pengisi minyak dengan jumlah
faktor I.N.S dari beberapa minyak yang ada dalam campuran yang mempunyai faktor
I.N.S lebih tinggi dari 130 ( diluar minyak inti sawit dan coconut oil ). Jika sangat larut,
kecepatan membusa sabun dibutuhkan jumlah palm stearine atau tallow yang sedikit, jika
tidak dibutuhkan jumlah yang tinggi.
Asam lemak bebas adalah hasil samping dari pengolahan minyak kelapa sawit. Dalam
pembuatan lilin, asam lemak bebas digunakan sebagai pengganti lemak lilin. Asam lemak
bebas dapat juga digunakan dengan menggunakan sebagai bahan baku pembuatan
detergent, industri kosmetik, cat, tekstil dan lain-lain.
Asam lemak bebas yang dihasilkan oleh proses hidrolisa dan oksidasi biasanya
bergabung dengan lemak netral pada konsentrasi sampai 15 persen belum menghasilkan
Jumlah asam lemak pada sabun menunjukkan total jumlah asam lemak yang tersabunkan
dan asam lemak bebas yang terkandung pada sabun. Menurut SNI (1994), jumlah asam
lemak minimal sebesar 71%. Dalam suatu formulasi, asam lemak berperan sebagai
pengatur konsistensi. Asam lemak diperoleh secara alami melalui hidrolisis
trigliserida.(William dan Schmitt, 2002). Ditambahkan pula oleh Spitz (1996), bahwa
asam lemak memiliki kemampuan terbatas untuk larut dalam air. Hal ini akan membuat
sabun menjadi lebih tahan lama pada kondisi setelah digunakan.
Kadar air menunjukkan banyaknya kandungan air yang terdapat dalam suatu bahan.
Menurut SNI (1994), kadar air dalam sabun maksimum sebesar 15%. Faktor konsentrasi
gel lidah buaya dan bee pollen berpengaruh nyata terhadap kadar air sabun opaque.
2.7.9 Kadar Alkali Bebas yang Dihitung Sebagai NaOH ( Free Alkali as NaOH )
Kelebihan alkali dapat disebabkan karena penambahan alkali yang berlebih pada proses
pembuatan sabun. Alkali bebas yang melebihi standar dapat menyebabkan kerusakan
kulit dan iritasi kulit lainnya. Kadar alkali bebas pada sabun maksimum sebesar 0,05%.
Alkali juga dapat merusak kulit dibandingkan dengan menghilangkan bahan berminyak
dari kulit. Sungguhpun demikian dalam penggunaan sabun dengan air akan terjadi proses
hidrolisis sehingga mendapatkan sabun yang baik maka diukur sifat alkalisnya yakni pH
5,8-10,5. (Erik, 2007)
Garam dapur adalah sejenis mineral yang lazim dimakan manusia. Bentuknya kristal
putih, dihasilkan dari air laut. Biasanya garam dapur yang tersedia secara umum adalah
natrium chloride (NaCl). Senyawa natrium adalah penting dalam perindustrian kimia,
kaca, logam, kertas, petroleum, sabun, dan tekstil. Sabun pada umumnya merupakan
garam natrium dengan beberapa jenis asam lemak.
Natrium dalam bentuk logam merupakan wujud penting dalam pembuatan ester
dan dalam perkilangan senyawa organic. Logam alkali ini adalah juga merupakan wujud
dalam natrium chloride (NaCl). (Wikipedia, 2007)
Palm Oil (PO) adalah minyak semipadat yang berasal dari mesocarpium buah sawit,
Elaesis guineensis. Palm Stearine (PS) adalah fraksi dari PO dan salah satu sumber yang
paling murah asam lemak C16 – C18 yang digunakan dalam pembuatan sabun.
Bagaimanapun, PO mempunyai beberapa pembatasan ukuran ketika digabungkan ke
dalam formulasi sabun mandi. Sabun keras yang dihasilkan cenderung menjadi retak pada
kondisi kering ataupun basah.
Energi disosiasi ikatan merupakan energi yang diperlukan untuk memutuskan salah satu
ikatan 1 mol suatu molekul menjadi gugus-gugus molekul. Energi disosiasi ikatan
disimbolkan dengan huruf D.
(http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliahweb/2009/0706593/energidisosiasimolekul.htm)
Bila atom saling terikat membentuk molekul, energi dilepaskan (biasanya sebagai
kalor atau cahaya). Jadi molekul agar terdisosiasi menjadi atom-atomnya, harus diberikan
energi. Ada dua cara agar ikatan terdisosiasi. Satu cara adalah karena pemaksapisahan
heterolitik (heterolytic cleavage) (Yunani, hetero, “berbeda”), dalam mana kedua elektron
ikatan dipertahankan pada satu atom. Hasil pembelahan heterolitik adalah sepasang ion.
(http://sanglazuardi.com/belajar-kimia/energidisosiasiikatan)
H H H+ + H:-
H Cl H+ + :Cl:-
(http://sanglazuardi.com/belajar-kimia/energidisosiasiikatan)
H H H. + H.
H Cl H. + .Cl
Dalam tabel 2.15, bahwa atom yang dihubungkan oleh ikatan ganda memerlukan
energi lebih banyak untuk disosiasi daripada atom yang sama dihubungkan oleh ikatan
tunggal (CH≡CH, 230 kkal/mol, terhadap CH 3-CH3, 88 kkal/mol). Selain itu pula bahwa
bagian lain dari molekul dapat mempengaruhi energi disosiasi ikatan :
Ikatan C- Ikatan C-
Ikatan E. Disosiasi Ikatan C-H E. Disosiasi Xa(halogen) E. Disosiasi C E. Disosiasi
H-H 104 CH3-H 104 CH3-Cl 83.5 CH3-CH3 88
N≡N 226 CH3-CH2-H 98 CH3CH2-Cl 81.5 CH2=CH2 163
F-F 37 (CH3)2CH-H 94.5 (CH3)2CH-Cl 81 CH≡CH 230
Cl-Cl 58 (CH3)3C-H 91 (CH3)3C-Cl 78.5
Br-Br 46 CH2=CH-H 108 CH2=CH-Cl 84
I-I 36 CH3-Br 70
H-F 135 CH3CH2-Br 68
H-Cl 103 (CH3)2CH-Br 68
H-Br 87 (CH3)3C-Br 67
H-I 71
HO-OH 35