Anda di halaman 1dari 9

Holist1c Per!

operative Manaf;ement In Elderly and Genatric Patient •

Sarkopenia dan frailty:

Deteksi Dini dan Tatalaksana di Rumah Sakit dan Komunitas

Novira Widajanti

Pendahuluan

Proses menua menyebabkan banyak perubahan dalam tubuh manusia, salah satu yang terjadi adalah h
ilangnya massa otot yang dapat menyebabkan penurunan kekuatan otot. Seiring bertambahnya usia,
dijumpai penurunan massa dan kekuatan otot pada kisaran dekade kelima kehidupan, yang disebut
sarcopenia. Istilah "Sarcopenia" digunakan untuk menunjukkan hilangnya massa otot, fungsi dan
kekuatan otot yang terjadi pada orang usia lanjut. Sarkopenia menyebabkan penurunan fungsi fisik pada
orang usia lanjut. Saat ini pengetahuan yang terkait dengan sarkopeniaberkembang pesat di seluruh
dunia, sebagai sindrom geriatri baru dan berperan dalam terjadinya kondisi frailty. Para tenaga medis di
layanan kesehatan mungkin sudah terbiasa menjumpai orang usia lanjut yang frail, tapi jarang mereka
mengenali peran sarkopeniadalam patogenesis frailhj, bahkan lebih jarang Iagi mereka menerapkan
tatalaksana agresif untuk memperbaiki kualitas hidup orang usia Ianjut (Morley&Haehling, 2014).
Sarcopenia dan frailty adalah dua sindrom geriatrik dengan sebagian fenotipenya yang saling tumpang
tindih. Pada sarkopeniaprimer, yaitu hilangnya massa dan fungsi otot akibat proses menua semata,
biasanya akan mendahului terjadinya frailty. Pada model fenotip frailty didapatkan adanya kondisi
kelelahan, kelemahan, dan kelambatan, yang tidak hanya berhubungan dengan fungsi otot, sedangkan
sarkopenialebih menunjukkan perpaduan hilangnya massa otot dan menurunnya fungsi otot. Kondisi
frail ti; berhu bungan dengan bertambahnya usia, sedangkan sarkopeniatidak hanya disebabkan oleh
bertambahnya usia namun juga disebabkan oleh kondisi komorbid, malnutrisi, dan akibat ketiadaan
penggunaan otot. Secara umum, kriteria sarkopeniadan frailty juga saling tum pang tindih. Bila pad a
frail ti; ditandai penurunan berat badan, maka pada sarkopeniaditandai kehilangan massa otot, namun
kecepatan berjalan dan kekuatan genggaman tangan digunakan sebagai ukuran diagnostik untuk kedua
kondisi tersebut karena fungsi otot berperan sangat penting dalam terjadinya kondisi sarkopeniadan
frailti; (Cederholm, 2015).

Batasan

Pada tahun 1989, Irwin Rosenberg mengajukan penggunaan istilah 'sarcopenia' (berasal dari bahasa
Yunani): 'sarx' berarti otot dan 'penia' berarti kehilangan, untuk menggambarkan hilangnya massa otot
pada orang usia lanjut. Dalam konsensus Sarkopenia oleh European Working Group on sarkopeniain
Older People (EWGSOP), 2009 menyebutkan bahwa sarkopeniaadalah sindrom yang d itandai d engan h
ilangnya m assa dan kekuatan otot skeletal yang menyeluruh dan progresif, yang mengakibatkan
disabilitas, kualitas hidup yang buruk, dan kematian (Cruz-Jentoff dkk., 2010). Tidak ada definisi
operasional Jrailti; yang bisa memuaskan semua ahli. Dalam pernyataan konsensus frailti; bersama oleh
Morley dkk, 2013, definisi frailti; adalah "a medical syndrome with multiple causes and contributors that
is characterized by diminished strength, endurance and reduced physiologic function that increases an
individual's vulnerabilihj for developing increased dependency and/or death" (Morley dkk. 2013).
Epidemiologi

Jumlah populasi usia lanjut dengan sarkopenia diperkirakan meningkat di seluruh dunia. Systematic
review berdasar studi berbasis populasi melaporkan prevalensi sarkopeniapada orang dewasa sehat
berusia ;;;:: 60 tahun berdasar definisi EWGSOP, IWGS dan A WGS. Tiga puluh lima artikel yang
memenuhi kriteria inklusi, dengan total 58404 subjek. Secara keseluruhan diperkirakan prevalensi
sarkopeniaadalah 10% (95% CI: 8-12%) pada pria dan 11 % (95% CI: 8-13%) pada wanita (Shafie dkk.,
2017). Prevalensi sarkopeniapada non Asia lebih tinggi dibandingkan Asia, baik pada pria maupun
wanita. Pada pengukuran massa otot menggunakan BioElectrical Impedance Analysis (BIA) didapatkan
prevalensi sarkopeniayang lebih tinggi yaitu 19% pada pria dan 11 % pada wanita. Studi populasi di
Taiwan, pada 2869 usia lanjut, usia 74±6 tahun berdasar 5 studi kohort di komunitas, mendapatkan
prevalensi sarkopeniabervariasi dari 3.9% (2.5% pada wanita dan 5.4% pada pria) dengan menggunakan
cut off parameter ESWOG hingga 7.3% (6.5% pada wanita dan 8.2% pada pria) menggunakan cut off
parameter studi populasi Taiwan (Wu dkk., 2014). Studi di Bandung, Indonesia yang membandingkan cut
off AWGS dan Taiwan pada 229 partisipan (71 orang pria (usia 68.24±6.9 tahun dan 158 orang wanita,
usia 67.20±6.11 tahun ) menunjukkan angka prevalensi sarkopeniasebesar 7,4 % pada pria dan 1,7%
pada wanita, berdasarkan rekomendasi cut off parameter AWGS dan sebesar 20,1 % pada pria dan
20,5% pada wanita berdasar rekomendasi cut off parameter Taiwan (Vitriana dkk., 2016). Dan Setiati,
dkk melaporkan jumlah pasien dengan kekuatan genggam tangan yang rendah sebesar 8% dan mobilitas
terbatas sebesar 2,8% dari 251 pasien geriatri rawat jalan RS Cipto Mangunkusumo Jakarta (Setiati,
2013). Kondisi frailty sering dijumpai pada akhir kehidupan, namun batasan definisi operasional frailty
yang berbeda menghasilkan prevalensi yang berbeda antar studi. Sebuah I 95 I "Only scanned for
Departemen Kulit dan Kelamin FKUI-RSCM" for internal-private use, not for commercial purpose •
Prosidi119 Ten�u Hni1ah Genatri 2017 systematic review yang menggabungkan 31 penelitian tentang
frailty pada orang berusia 65 tahun atau lebih mendapatkan prevalensi dari Physically frailhj adalah
sebesar 4.0% sampai 17,0% (rata-rata 9,9% ), dengan prevalensi yang lebih tinggi ketika physicososial
frailty juga disertakan. Wanita (9,6%) hampir dua kali lebih dibandingkan pria (5,2%) untuk kemungkinan
menjadi Frail. Prevalensi frailhj meningkat secara signifikan pada orang yang berusia lebih dari 80 tahun
(Morley dkk., 2013; Collard dkk., 2012).

Diagnosis Sarkopenia dan Frailty

Sarcopenia dan frailhj adalah dua sindrom geriatrik yang baru, sering dijumpai, berdampak klinis yang
besar, memiliki banyak mekanisme etiologi yang mendasari, dan memiliki fenotipe yang cukup jelas.
Menariknya, kedua fenotipe tersebut saling bertumpang tindih, terutama bila frailty yang dimaksud
adalah Physically Frailty, seperti yang telah banyak didefinisikan oleh sejumlah pakar dalam15 tahun
terakhir (Cederholm, 2015). EWGSOP mempublikasikan kriteria diagnostik untuk penegakan diagnosis
sarkopeniayang didasarkan pada massa otot dan fungsi otot (kekuatan dan atau performa fisik) yang
rendah. Rekomendasi EWGSOP menyebutkan diagnosis sarkopeniaberdasarkan kriteria berkurangnya
massa otot dan menurunnya fungsi otot (yang ditandai kekuatan otot dan performa fisik). Diagnosis
sarkopeniamembutuhkan terpenuhinya kriteria 1 yaitu didapatkannya massa otot yang rendah, disertai
rendahnya kekuatan otot atau rendahnya performa fisik. EWGSOP juga membagi sarkopeniaberdasar
kategori derajat keparahan sarkopenia, yaitu pre-sarcopenia, yang ditandai dengan rendahnya massa
otot yang tidak memengaruhi fungsi otot; sarcopenia, yang ditandai dengan rendahnya massa otot dan
rendahnya kekuatan otot atau performa fisik, dan sarkopeniaberat, yang ditandai dengan 1 961 "Only
scanned for Departemen Kulit dan Kelamin FKUI-RSCM" for internal-private use, not for commercial
purpose Holistic Periop�rat!ve Manageml'.!nt In Elderly and Geriatric Patient • rendahnya massa otot
disertai rendahnya kekuatan otot dan kapasitas fungsional. Pendekatan terhadap definisi
sarkopeniadidasarkan pada pengukuran massa otot, kekuatan otot, dan performa fisik, dan setiap
parameter dapat dianggap rendah bila kurang dari dua standar deviasi (2SD) dari nilai rata-rata pria dan
wanita usia muda sehat (Cruz-Jentoft dkk., 2010).

Tabel 1. Perbandingan definisijkarakteristik dan cut off parameter snrcopenin berdasar kriteria EWGSOP,
AWGS dan IWGS ( dikutip dari Ogawa dkk., 2016) EWGSOP AWGS IWGS Definition/ A syndrome Age
related Age-associated Chnrnc- chnrncterized by decline of skeletal loss of skeletal teristics progressive
nnd 111uscle plus low m.uscle mass nnd genernlized loss 111uscle strength function of skeletal muscle
nnd/or physical 111ass and strength perfonnance with n risk of adverse ou tco111es. SM/ (ASM/ 7.26
kg/1112 for 7.0 kg/1112 for 111en 7.23 kg/1112 for ileight2) 111en and 5.5 kg! and 5.4 kg!m2 for men
and 5.67 kg/ m 2 for wom.en (by women (by DXA). m2for women DXA). 8.87 kg/1112 7.0 kg!m2 for
111en (by DXA). for men and 6.42 and 5. 7 kg/1112 for kg/1112 for women women (by BIA) (by BIA)
Wnlking < 18 kg for women

Para pakar dan peneliti dari China, Hong Kong, Japan, Korea Selatan, Malaysia, Taiwan, dan Thailand
yang tergabung dalam Asian Working Group for sarkopenia(A WGS) juga melakukan suatu pendekatan
yang sama dalam diagnosis sarkopeniadengan EWGSOP namun merekomendasikan nilai cut-off
parameter- diagnosis sarkopenia yang berbeda dengan Eropa sebagai acuan penegakan diagnosis
sarkopeniadi populasi Asia. Perbedaan etnisitas, ukuran tubuh, gaya hidup, 1 97 I "Only scanned for
Departemen Kulit dan Kelamin FKUI-RSCM" for internal-private use, not for commercial purpose �
Prosid1ng Ternu nm1ah c;eriatri 2017 dan la tar belakang budaya antara populasi Asia dan Kaukasia
serta antarpopulasi Asia memunculkan hasil bervariasi untuk nilai cut-off parameter antarpopulasi
(Ogawa dkk., 2016). Studi populasi usia lanjut Taiwan menghasilkan nilai cut-off yang berbeda pula
dengan rekomendasi A WGS. Pada studi populasi Taiwan menemtukan cut off parameter yang berbeda,
yaitu: massa otot adalah < 6.42 kg/ m2 untuk wanita; kekuatan otot

Tabel 2. Kriteria Diagnosis Sarcopenia dan Frailty (dirangkum dari Cederholm, 2015) Snrkope!lin Muscle
loss Gait Speed Grip Strength FmifhJ Weight Loss Wnlkillg cnpncihJ Weakness Low Physical activihJ
Exhnustion/Fatique

Pada Tabel 2, tam pak perbedaan antara frailty dan sarkopeniatercermin dari perbedaan penggunaan
kriteria 'hilangnya massa'. Pada frailty d idapatkan penurunan berat badan, yang bisa berupa kehilangan
massa otot atau lemak, sebagai salah satu dari lima kriteria sesuai dengan model fenotip F railty. Dan
pada sarkopeniadijumpai kehilangan massa otot sebagai kriteria utama. Kriteria lain dari
sarkopeniaberhubungan langsung dengan kekuatan otot yang dinilai dengan kecepatan berjalan atau
kekuatan genggaman tangan. Kelambatan dan kelemahan pada model frailtt; juga diniJai dengan
kecepatan berjalan dan kekuatan genggaman tangan, sedangkan kelelahan dan aktivitas fisik rendah
merupakan kelelahan dan kemampuan berjalan yang secara subyektif dilaporkan. Tampak adanya tum
pang tindih antara definisi dan kriteria diagnostik sarkopeniadan Frailty. Tampak jelas peran otot pada
kedua sindrom ini, menandakan pentingnya fungsi otot yang baik -meskipun pada orang usia lanjut yang
menderita penyakit- untuk kemandirian pada orang usia lanjut (Cederholm, 2015).

Deteksi Dini Sarkopenia dan Frailty Dengan semakin berkembangnya pengetahuan mengenai
sarkopeniadan frailhj maka deteksi dini sarkopeniadan frailty hams menjadi bagian dari asesmen geriatri
yang komprehensif. Deteksi dini sarkopenia dapat dilakukan dengan menilai kecepatan berjalan dan
kekuatan pegangan tangan serta melakukan pengukuran komposisi tubuh. Untuk deteksi dini frailhj
dimulai dengan mengukur kemampuan berjalan dan dilengkapi dengan adanya riwayat kelelahan dan
aktivitas rendah. Sehingga tatalaksana sarkopeniadan frailty juga terpusat pada perbaikan massa dan
fungsi otot yaitu dengan memberi suplementasi protein dan vitamin D yang cukup, dan disertai latihan
ketahanan. EWGSOP merekomendas ikan d eteksi dini rutin sarkopeniapada orang usia 65 tahun ke atas
di komunitas berdasarkan algoritma. A WGS merekomendasikan pula alur untuk melakukan deteksi dini
sarkopenia namun dengan batasan usia ::::_ 60 a tau 65 tahun (sesuai batasan usia lanjut di masing-
masing Negara). IWGS merekomendasikan kondisi kesehatan tertentu yang memerlukan penilaian
sarcopenia, yaitu: (1) adanya penurunan status fungsional (2) kesulitan dalam mobilitas, (3) riwayat
jatuh berulang, (4) mengalami penurunan berat badan yang tidak inginkan (> 5%), (5) setelah menjalani
rawat inap, dan (6) adanya kondisi penyakit kronis (penyakit metabolik dan keganasan). Selain itu, IWGS
merekomendasikan untuk menilai komposisi tubuh dengan Dual x-ray absorptiometry (DXA) pada usia
lanjut yang mengalami penurunan fungsional dengan kecepatan berjalan

Tabet 3. Strategi deteksi dini dan Asesmen sarkopeniaOrang Usia Lanjut di Asia berdasar rekomendasi
AWGS (dikutip dari Chen dkk.,2014). Co111m11nihJ Settings People aged 60 or 65 years and older
(according to the definitions of elderly in enc/1 individual countnJ) living in co111111wiities Specific
Clinical Conditions in All Healthcare Settings Presence of recent functional decline or functional
i111pnir111ent Unintentional body weight loss for over 5% in a month Depressive 111ood or cognitive
i111pair111ent Repented falls Undernutrition Chronic conditions (eg, chronic heart failure, chronic
obstructive pul111onan1 disease, diabetes 111ellih.1s, chronic kidney disease, connective tissue
disease, tuberculosis infection, nnd other chronic wasting conditions)

Pada setting komunitas, di mana risiko frailty belum nampak, maka lebih disarankan untuk fokus
melakukan penapisan sarcopenia. Langkah pertama yang dapat dilakukan adalah menilai kecepatan
berjalan dan kekuatan genggaman tangan. Jika didapatkan nilai yang rendah pada salah satu parameter
maka dilakukan pengukuran massa otot dapat dilakukan dengan pengukuran komposisi tubuh baik
dengan BIA atau D-XA, untuk menentukan apakah didapatkan sarkopenia(Gambar 1).

GAMBAR DI HP  BAGAN

Gambar 1. Rekomendasi algotima diagnostik Sarkopenia berdasar AWGS (dikutip dari Vitriana dkk., 2016
dan Chen dkk.,2014)
Di Indonesia, telah dituangkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.67 Tahun
2015 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Pusat Kesehatan Masyarakat,
perlunya melakukan pemeriksaan kecepatan berjalan dengan Timed Up and Go Test untuk mendeteksi
adanya kondisi instabilitas postural dan risiko jatuh pada orang usia lanjut. Bila didapatkan kelambatan 1
102 1 "Only scanned for Departemen Kulit dan Kelamin FKUI-RSCM" for internal-private use, not for
commercial purpose Hoiist1c Perioperative Managern�nt In Elderly and Geriatric Patient ._ dalam
berjalan maka dapat dilakukan konsultasi/ rujukan lebih lanjut. Malmstrom & Morley, 2013
mengembangkan penggunaan kuesioner SARC-F untuk tes diagnosis sarkopenia yang cepat. Ada 5
komponen SARC-F: Kekuatan, Bantuan Berjalan, Bangkit dari kursi, Naik tangga dan Jatuh (Tabel 4). Total
Skor berkisar antara 0 sampai 10, dengan nilai 0 sampai 2 poin untuk setiap komponen. Studi
pendahuluan yang dilakukan menunjukkan bahwa skor .'.'.:. 4 adalah memiliki kemampuan prediktif
terhadap sarkopeniadan luaran yang buruk (Malmstrom & Morley, 2013; Malmstrom dkk., 2016).

Tabel 4. Kuesioner SARC-F untuk sarkopenia (dikutip dari Malmstrom &Morley, 2013) Component
Strength Assistance in walking Rise fro111 a chair Cli111b stairs Falls Question How much difficulhJ do
you have in lifting and carnjing 10 pounds? How much difficulhj do you have walking across a room?
How much difficulhj do you have transferring from a chair or bed? How much difficulhj do you have
climbing a flight of 10 stairs? How many tin1.es have you fallen in the past year? Scoring None =O Some
=1 A lot or unable =2 None =O s So111e =1 A lot, use aids, or unable = 2 None = 0 Some =1 A lot or
1111able without help =2 None = 0 So111e =1 A lot or unable = 2 None =O 1-3 falls =1 4 or 111ore falls =
2

Dalam setting klinik layanan kesehatan usia lanjut adalah hal rutin melakukan asesmen geriatri yang
komprehensif I 103 I "Only scanned for Departemen Kulit dan Kelamin FKUI-RSCM" for internal-private
use, not for commercial purpose • Prosidmg Temu Hni1ah Genatri 2017 baik clari status mental
(menggunakan Geriatric Depression Scale), status kognitif (melalui Pemeriksaan Mini Mental), clan
evaluasi status gizi (menggunakan Mini Nu tritional Asessment). Penilaian status fungsional juga
merupakan bagian yang terintegrasi dari asesmen geriatri yang komprehensif, dengan menilai
kecepatan berjalan atau kapasitas berjalan. Jika didapatkan penurunan keepatan berjalan rnaka
diperlukan tarnbahan informasi tentang penurunan berat badan berdasarkan MNA dan informasi
ananmesis tentang kelelahan clan aktivitas fisik rendah, yang merupakan bagian integral dari model
penapisan Frailty. Bila dijumpai kondisi tersebut, bisa rnenjadi informasi yang cukup untuk memulai
tatalaksana memperbaiki anabolisme otot, yaitu memberikan protein dan vitamin D yang memadai, dan
memulai latihan ketahanan (Cederholrn, 2015). Pada orang usia lanjut lebih dari 70 tahun atau orang
usia lanjut disertai didapatkan penurunan berat badan yang bermakna (:2:5% dalam kurun tahun
terahkir) oleh karena penyakit kronik harus dilakukan penapisan adanya Frailty. Sejumlah tes penapisan
diagnostik cepat telah clikernbangkan dan divalidasi untuk untuk digunakan sebagai instrument
penapisan Frailty, yaitu: FRAIL scale, Clinical Frail Scale, Cardiovascular Health Study frailhj Screening
Scale, Gerontop8le frailty Screening Tool (Morley dkk., 2013). Skala FRAIL (kelelahan, hambatan,
aerobik, kornorbid, dan kehilangan berat badan) telah divalidasi oleh enarn studi terpisah dan muncul
untuk dilakukan serta skala lain yang lebih rumit. Dari lima komponen skala FRAIL; resistance (menaiki
tangga) dan aerobic (berjalan 1 blok) sama halnya dengan komponen definisi sarcopenia. Untuk
kelelahan banyak penyebabnya selain karena fungsi otot yang buruk, antara lain karena anemia,
kelainan endokrin, sleep apnea, polifarmasi, depresi, dan clefisiensi vitamin B12. Komponen penurunan
berat baclan bukanlah gambaran umum pada sarcopenia, namun kehilangan massa otot dapat
menyebabkan I 104 I "Only scanned for Departemen Kulit dan Kelamin FKUI-RSCM" for internal-private
use, not for commercial purpose Ho!ist1c: Periop2rative Managen1ent In Elderly and Genatric Patient •
penurunan berat badan pada orang yang tidak mengalami sarkopeniaobesitas. Orang usia lanjut dengan
multipel komorbiditas umumnya mengalami kehilangan massa dan fungsi otot (Morley dkk., 2014)

Tabel 5. Frnil Scale (dikutip dari Morley dkk., 2014) Tile simple FRAIL scale Fntig11e Resistance (can you
climb a flight of stairs?) Aerobic (can you wnlk a block?) Illness (>5) Loss of weight (5 % in 6 months)
Three or 111ore positive nnswers, frail; one or two positive nnswers, prefrnil

Tatalaksana

Sarkopenia dan Frailty Lebih baik mencegah hil angnya progresifitas massa, kekuatan, dan fungsi otot
daripada mencoba mengembalikannya pada usia yang lebih lanjut. Strategi pencegahan bersamaan
dengan intervensi pengobatan harus dimulai sedini mungkin sebelum terjadi kehilangan massa,
kekuatan dan fungsi otot. Intervensi latihan fisik dan pendekatan nutrisi berperan penting dalam
pengelolaan Sarkopenia dan Frailty. Literatur menunj ukkan bahwa intervensi latihan fisik menunjukkan
perbaikan sarkopenia yang bermakna. Bukti lain menunjukkan bahwa kombinasi antara latihan fisik dan
nutrisi merupakan intervensi utama untuk mencegah, mengobati, dan memperlambat terjadinya I 105 I
"Only scanned for Departemen Kulit dan Kelamin FKUI-RSCM" for internal-private use, not for
commercial purpose • P1os1d1n9 Temu llrrnah Geriatri 2017 sarcopenia. Penggunaan terapi
farmakologis masih terns d iteliti manfaatnya (Morley dkk., 2014). Sama halnya dengan sarkopenia,
konsensus frailty merekomendasikam tatalaksana Jrailhj adalah latihan fisik (latihan ketahanan dan
latihan aerobic), suplementasi kalori-protein, vitamin D, dan menghindari polifarmasi (Morley dkk.,
2013).

Tabel 6. Intervensi Latihan Fisik Untuk Sarkopenia ( dikutip dari Yu dkk., 2016) Type of Frequenci;
lntensihJ Duration/set trailling Aerobic Minimum 5 days/ Moderate Accu111ulnte nt exercise week for
moderate intensihJ at Least intensihj 5-6 on a 30 111i11/day of or 10-point scale moderate in tensi hJ 3
days/week for Vigorous activi hJ in bouts vigorous intensihj intensihj nt 7-8 of nt Least 10 111in Oil a 10-
poi11t each colltinuous scale vigorous nctivihJ for at Least 20 min/day Resista/lce At Least 2 days/ Slow-
to- 8-10 exercises exercise week moderate (for major velocihJ 60-80% 1-3 sets per muscle of1 RM
exercise groups 8-12 repetitions using free 1-3 min rest weights and mnchilles) Power Two days a week
Hig/1 repetition 1-3 sets trai11ing velocihJ Light-to- 6-10 repetitions (to practice 111oderate Landing
only after the 30-60% of 1 RM resistnllce training)

Latihan Fisik meningkatkan kekuatan otot dan massa otot dan meningkatkan performa fisik. Bukti
menunjukkan bahwa 1 106 I "Only scanned for Departemen Kulit dan Kelamin FKUI-RSCM" for internal-
private use, not for commercial purpose Hoiist1c Perioperative Management ln Elderly and Geriatric
Patient • latihan tahanan otot dan latihan aerobik sangat bermanfaat untuk pencegahan dan
pengobatan sarcopenia. Intervensi latihan fisik untuk sarkopeniaditunjukkan dalam Tabel 6. Latihan
tahanan otot dapat dilakukan menggunakan alat di gimnasium, dengan mengangkat beban,
meregangkan pita karet, atau latihan menumpu berat badan. Latihan tahanan otot meningkatkan massa
dan kekuatan otot dengan memperbaiki sintesis protein pada sel otot skeletal yang menyebabkan
hipertrofi otot dan meningkatkan kekuatan otot. Latihan tahanan otot adalah intervensi yang aman, dan
efektif untuk orang usia lanjut dan sangat disarankan untuk orang usia lanjut dengan sarcopenia. Latihan
aerobik adalah bentuk aktivitas fisik terstruktur yang menggunakan oksigen untuk memenuhi kebutuhan
energi saat berolahraga. Contoh latihan aerobik adalah berenang, jalan cepat, bersepeda, joging, menari
atau aerobik air. Latihan aerobik meningkatkan kontrol metabolik, mengurangi stres oksidatif, dan
mengoptimalkan kemampuan latihan. Latihan aerobik juga memberi dampak bermanfaat pada
sarkopeniadengan meningkatkan sensitivitas otot-otot skeletal, merangsang hipertrofi otot dan
meningkatkan massa otot skeletal. Namun, hal itu tidak menghasilkan peningkatan massa dan kekuatan
otot yang sama seperti latihan resistance, namun masih disarankan untuk pasien dengan sarcopenia.

TABEL 7 DI FOTO

Nutrisi juga berperan penting dalam mencegah dan menge mbalikan kondisi sarcopenia. Intervensi
Nutrisi yang disarankan dalam Tabel 7. Kombinasi Latihan fisik dan nutrisi merupakan strategi penting
dalam pencegahan dan penanganan sarkopenia. Sejumlah terapi farmakologis seperti inhibitor
miostatin, testosteron, dan ACE inhibitor dan modulasi ghrelin sedang diteliti untuk sarkopeniatetapi
bukti yang ada belum memadai untuk mendukung penggunaannya dalam praktik klinik (Yu dkk., 2016).

Tantangan dalam Penanganan Sarkopenia dan Frai lty Diagnosis klinis dan tatalaksanan Sarkopenia dan
frailtt; masih merupakan tantangan dan masih merupakan Iahan penelitian yang luas. Alat penapisan
sarkopenia diperlukan dalam praktik klinik. Meski pengukuran antropometri mudah dilakukan dalam
praktik klinis, namun kemampuannya untuk memprediksi sarkopeniamasih terbatas. Beberapa penanda
biologis telah terbukti terkait dengan massa, kekuatan, dan fungsi otot. Namun, biomarker ini mungkin
tidak spesifik untuk otot skeletal dan lebih terkait dengan hasil yang relevan I 108 I "Only scanned for
Departemen Kulit dan Kelamin FKUI-RSCM" for internal-private use, not for commercial purpose
Holfstte. Perioperative Management In Elderly and Geriatric Patient • secara klinis. Penggunaan
biomarker dalam penapisan untuk sarkopeniamasih memerlukan penelitian lebih lanjut. Implementasi
intervensi untuk sarkopeniadan frailty berhadapan beberapa tantangan dan hambatan pada orang usia
Ian jut. Kesadaran akan manfaat latihan fisik dan diet perlu ditingkatkan di kalangan orang usia lanjut.
Strategi penting yang harus dilakukan adalah upaya meningkatkan kesadaran turut serta dalam latihan
fisik di kalangan orang usia lanjut dan mencegah sarkopeniadalam skala jangka panjang. Bukti
menunjukkan bahwa orang usia lanjut akan lebih aktif jika mereka disarankan melakukannya oleh
dokter pribadi mereka (Yu dkk., 2016). Tantangan lain adalah pada orang usia lanjut dengan
keterbatasan aktivitas untuk melakukan aktivitas fisik atau latihan fisik, perlu dirancang target rencana
latihan fisik yang harus dilakukan. Hambatan lain pada orang usia lanjut adalah kemampuan finansial
untuk mengikuti program latihan fisik, hal ini perlu dipertimbangkan dalam perencanaan target terapi
jangka panjang. Hambatan dalam asupan makanan akibat problem kesulitan menelan dan menurunnya
kemam puan ind era perasa dan pembau, akses memperoleh makanan, problem keuangan, dan isolasi
sosial dapat berdampak pada kemampuan orang usia lanjut untuk memperoleh asupan makanan yang
optimal (Yu dkk., 2016).

DAFTAR PUSTAKA

Daftar Pustaka 1. Bauer JM, Sieber CC (2008). Sarkopenia and frailty: A clinician's controversial point of
view Experimental Gerontology 43: 674-678. 2. Cederholm T. Overlaps between frailty and
sarkopeniaDefinitions. In; Frailty: Pathophysiology, Phenotype and Patient Care. Eds: Fielding RA, Sieber
C, Vellas B. Nestle Nu tr Inst Workshop Ser. 83: pp 65-69. 3. Chen LK, Liu LK, Woo J , Assantachai P,
Auyeung TW, Bahyah KS, Chou MY, Chen LY, Hsu PS, Krairit 0, Lee JSW, I 109 l "Only scanned for
Departemen Kulit dan Kelamin FKUI-RSCM" for internal-private use, not for commercial purpose •
Presiding T€rl'HJ !imtah Geriatri 2017 Lee WJ, Lee Y, Liang CK, Limpawattana P, Lin CS, Peng LN, Suzuki
SS, Won CW, Wu CH, Wu SN, Zhang T, Zeng P, Akishita M, Arai H (2014). sarkopeniain Asia: Consensus
Report of the Asian Working Group for sarkopeniaJ Am Med Dir Assoc 15 : 95-1 01 . 4. Collard RMl,
Boter H, Schoevers RA, Oude Yoshaar RC (2012). Prevalence of frailty in community-dwelling older
persons: a systematic review.} Am Geriatr Soc. 60(8): 1487-92. 5. Cruz-Jentoft AJ, Baeyens JP, Bauer JM,
Boirie Y, Cederholm T, Landi F, Martin FC, ,Michel JP, Rolland Y, Schneider SM, Topinkova E,
Vandewoude M, Zamboni M. (2010). Sarcopenia: European consensus on definition and diagnosis.
Report of the European Working Group on sarkopeniain Older People . Age and Ageing 39: 412-423. 6.
Fielding RAl, Vellas B, Evans WJ, Bhasin S, Morley JE, Newman AB, Abellan van Kan G, Andrieu S, Bauer J,
Breuille D, Cederholm T, Chandler J, De Meynard C, Donini L, Harris T, Kannt A, Keime Guibert F, Onder
G, Papanicolaou D, Rolland Y, Rooks D, Sieber C, Souhami E, Verlaan S, Zamboni M (2011). Sarcopenia:
an undiagnosed condition in older adults. Current consensus definition: prevalence, etiology, and
consequences. International working group on sarcopenia. J Am Med Dir Assoc. 1 2(4):249-56. 7. Hairi N
N, Bulgiha A, Hiong TG, Mudla I. sarkopeniain Older People. In: the book Geriatrics. Downloaded from:
http:/ /www. intechopen.com/ books/ geriatrics 8. Laksmi PW (2015). Challenges in Screening and
Diagnosing frailty Syndrome: Which Tool to be used? Acta Med Indones. 47(3):181-2. 9. Malmstrom TK,
Miller DK, Simonsick EM, Ferrucci L, Morley JE (2016). SARC-F: a symptom score to predict persons with
sarkopeniaat risk for poor functional outcomes . Journal of Cachexia, sarkopeniaand Muscle 7: 28-36. 10.
Malmstrom TK, M orley JE (201 3). SARC-F: A Simple Questionnaire to Rapidly Diagnose Sarcopenia. J Am
Med Dir Assoc. 14: 531-532 . 11. Morley JE, Yellas B, Van Kan GA, Anker SD, Bauer JM, Bernabei R, Cesari
M, Chumlea WC, Doehner W, Evans J, Fried FP, Guralnik JM, Katz PR, Malmstrom TK, Mc Carter RJ,
Robledo 1 110 I "Only scanned for Departemen Kulit dan Kelamin FKUI-RSCM" for internal-private use,
not for commercial purpose Ho!;stic Per!operative Mana.gemt:�rit In Elderly and Gen

Anda mungkin juga menyukai