PPK Bedah Saraf
PPK Bedah Saraf
1. Pengertian (Definisi) Perdarahan dalam ruang antara tabula interna kranii dengan
duramater.
Riwayat Trauma
2. Anamnesis Lucid interval (hilangnya kesadaran pada saat terjadinya
trauma dan penurunan dari status mental yang drastis )
Mual
Pusing
Mojokerto,
Ketua Komite Medik Ketua SMF Bedah Saraf
Anamnesa
4. Kriteria Diagnosis Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang : CT scan kepala tanpa kontras
SDH
6. Diagnosis Banding
EDH
SAH
9. Edukasi Menjelaskan mengenai penyakit, terapi, komplikasi, prognosa
Mojokerto,
Ketua Komite Medik Ketua SMF Bedah Saraf
Linglung
Perubahan ingatan
Papil edema
Diplopia akibat kelumpuhan n. III
3. Pemeriksaan Fisik Anisokor pupil
Defisit motorik
Anamnesa
4. Kriteria Diagnosis Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang : CT scan kepala tanpa kontras
Subdural hematoma
5. Diagnosis
ICH
6. Diagnosis Banding
EDH
SAH
9. Edukasi Menjelaskan mengenai penyakit, terapi, komplikasi, prognosa
Mojokerto,
Ketua Komite Medik Ketua SMF Bedah Saraf
COMMOTIO CEREBRI
Disfungsi neuron otak sementara yang disebabkan oleh trauma
1. Pengertian (Definisi) kapitis (benturan kepala) tanopa menunjukkan kelainan
makroskopis jaringan otak.
Nyeri kepala/pusing
2. Anamnesis Tidak sadar atau pinsan kurang dari 30 menit
Amnesia retrogade : hilangnya ingatan pada peristiwa
beberapa lama sebelum kejadian kecelakaan (beberapa jam
sampai beberapa hari). Hal ini menunjukkan
keterlibatan/gangguan pusat-pusat dikorteks lobus
temporalis.
Post traumatik amnesia (anterogade amnesia) : lupa
peristiwa beberapa saat sesudah trauma
Anamnesa
4. Kriteria Diagnosis Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang : CT scan kepala tanpa kontras
SDH
6. Diagnosis Banding
ICH
EDH
SAH
Gula darah acak
7. Pemeriksaan Penunjang Kimia darah
Pemeriksaan toksikologi
Kadar anti konvulsan darah
Computed Tomography (CT) Scan
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Angiography cerebral
Electroencephalography (EEG)
Foto polos kepala
Brain Audio Evoked Response (BAER)
Position Emmision Tomography (PET)
Lumbal Pungsi (LP)
Istirahat
8. Terapi Pengobatan simptomatis
Mobilisasi bertahap
Rawat dan observasi selama 72 jam
Awasi kesadaran, pupil dan gejala neurologik fokal untuk
mengantisipasi adanya lusid interval hematom (masa sadar
antara pingsan I dan pingsan II).
9. Edukasi
Mojokerto,
Ketua Komite Medik Ketua SMF Bedah Saraf
CONTUSIO CEREBRI
Cidera kepala berat, dimana otak mengalami memar, dengan
1. Pengertian (Definisi) kemungkinan adanya daerah haemoragik
Anamnesa
4. Kriteria Diagnosis Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang : CT scan kepala tanpa kontras
SDH
6. Diagnosis Banding
EDH
SAH
Gula darah acak
7. Pemeriksaan Penunjang Kimia darah
Pemeriksaan toksikologi
Kadar anti konvulsan darah
Computed Tomography (CT) Scan
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Angiography cerebral
Electroencephalography (EEG)
Foto polos kepala
Brain Audio Evoked Response (BAER)
Position Emmision Tomography (PET)
Lumbal Pungsi (LP)
8. Terapi Usahakan jalan napas yang lapang
Hentikan perdarahan
Bila ada fraktur pasang bidai untuk fiksasi
Berikan profilaksis antibiotika bila ada luka-luka yang
berat.
Bila ada syok, infus dipasang untuk memberikan cairan
yang sesuai. Pada hari pertama pemberian infus berikan 1,5
liter cairan perhari, dimana 0,5 liternya adalah NaCl 0,9%.
Bila digunakan glukosa pakailah yang 10% untuk mencegah
edema otak dan kemungkinan timbulnya edema pulmonum.
Setelah hari keempat jumlah cairan perlu ditambah hingga
2,5 liter per 24 jam. Bila bising usus sudah terdengar, baik
diberi makanan cair per sonde. Mula-mula dimasukkan
glukosa 10% 100 cm3tiap 2 jam untuk menambah
kekurangan cairan yang telah masuk dengan infus. Pada
hari berikutnya diberi susu dan pada hari berikutnya lagi,
makanan cair lengkap 2-3 kali perhari, 2000 kalori,
kemudian infus dicabut.
Pada keadaan edema otak yang hebat diberikan manitol
20% dalam infus sebanyak 250 cm3 dalam waktu 30 menit
yang dapat diulang tiap 12-24 jam.
Furosemid intramuskuler 20 mg/24 jam
Untuk menghambat pembentukan edema serebri diberikan
deksametason :
Hari I : 10 mg intravena diikuti 5 mg tiap 4 jam
Hari II : 5 mg intravena tiap 6 jam
Hari III : 5 mg intravena tiap 8 jam
Hari IV-V : 5 mg intramuskular tiap 12 jam
Hari IV :5 mg intramuskular
Pemantauan keadaan penderita selain keadaan umumnya
perlu diperiksa secara teratur P CO2 dan P O2 darah.
Keadaan yang normal adalah P CO2 sekitar 42 mmHg dan P
O2 di atas 70 mmHg. Selanjutnya ialah perawatan dalam
keadaan koma.
9. Edukasi Menjelaskan mengenai penyakit, terapi, komplikasi, prognosa