Anda di halaman 1dari 27

TEKNIK RADIOGRAFI OS CLAVICULA

PADA PASIEN PENDERITA FRAKTUR CLAVICULA


DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD SLEMAN

Laporan Kasus
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktek Kerja Lapangan 1 (PKL 1)
Pembimbing Praktek : Erfin Sulistyaningsih, S.ST.

Disusun oleh :
Mukhammad Lutfan Nurrokhim P1337430115007

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
TAHUN AJARAN 2016/2017

1
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktek Kerja Lapangan 1 dengan judul “Teknik Radografi Os Clavicula pada

Pasien Penderita Fraktur di Instalasi Radiologi RSUD Sleman”, telah disahkan pada

hari : Senin

tanggal : 10 Oktober 2016

disahkan oleh : Erfin Sulistyaningsih, S.ST.

Pembimbing Praktik

Erfin Sulistyaningsih, S.ST.


NIP. 19660118 198903 2002

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan

rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul "Teknik

Radiografi Os Clavicula pada Pasien Penderita Fraktur Clavicula di Instalasi Radiologi

RSUD Sleman". Penyusunan laporan kasus ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas pada

Praktek Kerja Lapangan 1 Jurusan Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan

Kemenkes Semarang yang dilakukan di RSUD Sleman Yogyakarta yang berlangsung dari

tanggal 5 September 2016 sampai dengan 15 Oktober 2016.

Dalam penyusunan laporan ini penulis mendapat banyak dukungan, bimbingan, dan

bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak dr. Joko Hastaryo, M.Kes., selaku Direktur RSUD Sleman Yogyakarta.

2. Bapak Sugianto, S.Pd., M.App.Sc., selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Semarang.

3. Ibu Rini Indrati, S.Si., M.Kes., selaku Ketua Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan

Radioterapi Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.

4. Bapak Ardi Soesilo Wibowo, ST., M.Si., selaku Ketua Program Studi D-III

Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Semarang.

5. Ibu dr. Budi Rahayu, Sp.Rad., selaku Kepala Instalasi Radiologi RSUD Sleman.

6. Ibu Erfin Sulistyaningsih, S.ST., selaku instruktur pembimbing Praktek Kerja

Lapangan.

7. Ibu Bety, Ibu Novi, Ibu Iin, Pak Ari, Pak Heru, Mas Danang, Mas Bowo, Ibu

Sendy, dan Ibu Isna selaku radiografer Instalasi Radiologi RSUD Sleman yang

telah membimbing saya selama PKL 1.

3
8. Seluruh dosen dan staf Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi

Politeknik Kesehatan Semarang.

9. Dosen pembimbing PKL 1 Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi

Politeknik Kesehatan Semarang.

10. Ibu dan ayah tercinta, serta kakakku yang telah memberikan doa, dukungan moral,

dan cinta yang tiada henti-hentinya.

11. Dan pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penyusunan laporan ini terdapat

kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran

dan usulan yang bersifat membangun demi perbaikan laporan yang telah kami buat di masa

yang akan datang.

Yogyakarta, 10 Oktober 2016

Penulis

4
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................. 1

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................................... 2

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ 3

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. 5

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................... 6

A. Latar Belakang .......................................................................................................... 6

B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 7

C. Tujuan Penulisan ....................................................................................................... 8

D. Manfaat penulisan ..................................................................................................... 8

BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................................................... 9

A. Anatomi Fisiologi Os Clavicula ............................................................................... 9

B. Patologi ................................................................................................................. 10

C. Prosedur Pemeriksaan Os Clavicula ...................................................................... 12

D. Proteksi Radiasi...................................................................................................... 18

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................................. 20

A. Hasil Penelitian ...................................................................................................... 20

B. Pembahasan ........................................................................................................... 23

BAB IV PENUTUP .................................................................................................................. 25

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 25

B. Saran ...................................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 26

LAMPIRAN ............................................................................................................................. 27

5
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Radiologi adalah suatu ilmu kedokteran yang digunakan untuk melihat tubuh manusia

dengan menggunakan pancaran radiasi sinar – x, namun dengan kemajuan teknologi

modern telah memakai pemindaian (scanning) gelombang sangat tinggi (ultrasonic)

seperti ultrasonography (USG) dan juga MRI (magnetic resonance imaging). Radiologi

ini biasanya digunakan sebagai penunjang suatu tindakan yang akan dilakukan ataupun

untuk mengetahui proses dan hasil dari perawatan ataupun tindakan yang telah dilakukan

yang tidak bisa diamati secara klinis. Pemeriksaan dengan memanfaatkan sinar – X

pertama kali ditemukan pada tanggal 8 November 1895 oleh Wilhelm Conrad Rontgen.

Penemuan ini merupakan suatu revolusi dalam dunia kedokteran karena dengan hasil

penemuan ini dapat digunakan untuk pemeriksaan bagian – bagian tubuh manusia yang

sebelumnya tidak pernah tercapai.

Seiring dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi, sekarang ini dunia

radiologi sudah banyak mengalami perkembangan dalam segi peralatan maupun dalam

tata cara pemeriksaannya. Adapun pemeriksaan di radiologi ada dua macam yaitu :

1. Pemeriksaan Kontras

Merupakan pemeriksaan radiologi yang menggunakan media kontras. Media kontras

adalah suatu bahan yang digunakan untuk membedakan dan menambah kontras dari

struktur atau cairan dalam tubuh dalam pencitraan medik. Yang termasuk

pemeriksaan dengan kontras antara lain, pemeriksaan pada traktus urinarius, saluran

pencernaan, pembuluh darah, pembuluh limfe, dan sebagainya.

6
2. Pemeriksaan Non Kontras

Merupakan pemeriksaan radiologi tanpa menggunakan media kontras. Yang termasuk

pemeriksaan non kontras antara lain, pemeriksaan ekstremitas atas, ekstremitas

bawah, tengkorak, vertebra, dan sebagainya.

Pemeriksaan tulang clavicula adalah salah satu pemeriksaan radiologi tanpa

menggunakan media kontras atau pemeriksaan non kontras. Indikasi pada tulang clavicula

yang sering terjadi adalah fraktur. Fraktur adalah diskontinuitas dari jaringan tulang (patah

tulang) yang biasanya disebabkan oleh adanya kekerasan atau benturan yang timbul secara

mendadak. Proyeksi yang digunakan dalam pemeriksaan os clavicula secara umum di

RSUD Sleman adalah proyeksi AP axial. Pada laporan kasus ini, penulis ingin mengetahui

kelebihan dan kekurangan pemeriksaan os clavicula dengan proyeksi AP axial di instalasi

radiologi RSUD Sleman dalam mendukung diagnosa suatu penyakit atau fraktur, serta

untuk mengetahui perbedaan dengan proyeksi-proyeksi lain yang terdapat pada literatur

yaitu proyeksi AP, proyeksi PA dan proyeksi PA axial. Dengan alasan tersebut maka

penulis tertarik untuk mengangkatnya dalam bentuk laporan dengan judul “Teknik

Radiografi Os Clavicula pada Pasien Penderita Fraktur Clavicula di Instalasi Radiologi

RSUD Sleman”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana prosedur pemeriksaan os clavicula di Instalasi Radiologi RSUD Sleman ?

2. Bagaimana kelebihan dan kekurangan dari proyeksi yang digunakan di Instalasi

Radiologi RSUD Sleman dalam menegakkan diagnosa suatu kelainan khususnya pada

kasus fraktur ?

3. Bagaimana perbedaan dengan proyeksi – proyeksi lainnya yang terdapat pada literatur

7
4. Bagaimana usaha proteksi radiasi di Instalasi Radiologi RSUD Sleman ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan os clavicula yang ada di Instalasi Radiologi

RSUD Sleman.

2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari proyeksi yang digunakan di

Instalasi Radiologi RSUD Sleman dalam menegakkan diagnosa suatu kelainan

khususnya pada kasus fraktur.

3. Untuk mengetahui perbedaan dengan proyeksi – proyeksi lainnya yang terdapat pada

literatur.

4. Untuk mengetahui usaha proteksi radiasi di Instalasi Radiologi RSUD Sleman.

D. Manfaat Penulisan

Dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

1. Manfaat untuk ilmu pengetahuan yaitu untuk memberikan informasi tentang prosedur

pemeriksaan os clavicula dengan berbagai macam proyeksi.

2. Manfaat untuk pelayanan kesehatan yaitu memberikan pertimbangan dalam penentuan

proyeksi yang tepat pada saat pemeriksaan os clavicula sesuai keadaan umum pasien.

8
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Anatomi Fisiologi Os Clavicula

Gambar II.1. Os Clavicula dilihat dari arah superior dan inferior (Sumber:Atlas of Human
Anatomy Sobotta Vol I, Johannes Sobotta, 2001, Hal 167)

Os clavicula atau tulang selangka diklasifikasikan sebagai tulang panjang, memiliki

corpus atau body dan dua ujung yang membentuk sendi dengan tulang lainnya. Os

clavicula berada dalam posisi horisontal di atas costae pertama dan membentuk bagian

anterior dari shoulder joint. Pada sisi lateral disebut extremitas acromialis dan membentuk

sendi dengan acromion process dari scapula yang disebut acromioclavcular joint. Pada

sisi medial disebut extremitas sternalis yang membentuk sendi dengan sternum yang

disebut sternoclavicular joint. Clavicula berbentuk kurva ganda dan memanjang. Pada

wanita, clavicula lebih pendek, tipis, kurang melengkung, dan permukaannya lebih halus.

9
Adapun fungsi dari os clavicula, yaitu berguna untuk :

- Sebagai pengganjal untuk menjauhkan anggota gerak atas dari bagian dada

supaya lengan dapat bergerak leluasa.

- Meneruskan goncangan dari anggota gerak atas ke kerangka tubuh (aksial).

Walaupun dikelompokkan dalam tulang panjang, clavicula adalah tulang satu-satunya

yang tidak memiliki rongga sumsum tulang seperti pada tulang panjang lainnya. Clavicula

tersusun dari tulang spons.

B. Patologi

1. Dislokasi

Dislokasi adalah adalah keadaan dimana tulang – tulang yang membentuk sendi

tidak lagi berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi). Dislokasi ini

merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera.

Pada os clavicula dapat terjadi dislokasi pada dua bagian yaitu dislokasi pada sendi

acromioclavicularis dan sendi sternoclavicularis.

2. Fraktur

Fraktur adalah patah atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang. Fraktur dapat

terjadi jika tulang dikenai tekanan yang lebih besar dari kemampuannya untuk

mengabsorbsi tekanan tersebut. Fraktur dapat diklasifikasikan sesuai patahannya,

beberapa istilah umum yang berhubungan dengan fraktur yaitu :

- Fraktur Tertutup (closed), fraktur yang terjadi dimana tulang tidak sampai keluar

melalui kulit.

- Fraktur Displaced, fraktur serius sampai terjadi pergeseran fragmen tulang dan

tidak dalam keadaan anatomi yang seharusnya.

- Fraktur Nondisplaced, fraktur pada tulang tetapi kedua fragmen tidak bergeser.

- Fraktur Terbuka (open), fraktur serius dimana tulang sampai keluar melalui kulit.

10
Klasifkasi secara umum dari fraktur terdaftar sebagai berikut dan terdentifikasi pada

gambar, yaitu :

a. Fraktur Kompresi (Compression)

b. Fraktur Terbuka (Open or Compound)

c. Fraktur Simple

d. Fraktur Greenstick

e. Fraktur Transverse

f. Fraktur Spiral or Oblique

g. Fraktur Comminuted

h. Fraktur Impacted

Gambar II.2. Klasifikasi umum fraktur (Sumber: Merrill’s Atlas of Radiographic Positions &
Radiologic Procedures 10th Edition. Philip Ballinger, Eugene Frank. 2003, Hal 74)

3. Distal Clavicular Osteolysis (DCO)

Merupakan penyakit yang sering terjadi pada atlet angkat besi yaitu pada

bagian sendi acromioclavicular joint karena tekanan yang tinggi pada pertemuan

clavicula dengan acromion. Ultrasonografi medis menggambarkan penyakit ini

merupakan resorpsi distal clavicula sebagai erosi korteks yang tak teratur, sedangkan

acromion tetap utuh. Yang mungkin terjadi pada penderita penyakit ini adalah

pembengkakan jaringan lunak, ketidakstabilan sendi dan pembengkakan tulang sendi.

11
4. Degenerasi Tulang Clavicula

Merupakan penipisan tulang yang abnormal pada os clavicula yang ditandai

oleh berkurangnya massa dan mineral tulang sehingga menyebabkan kondisi tulang

menjadi rapuh, keropos, dan mudah patah. Degenerasi tulang ini termasuk penyakit

gangguan metabolisme, dimana tubuh tidak mampu menyerap dan menggunakan

bahan-bahan untuk proses pertulangan secara normal, seperti zat kapur = kalsium,

phospat, dan bahan-bahan lainnya.

C. Prosedur Pemeriksaan Os Clavicula

1. Persiapan Pasien

Pada pemeriksaan os clavicula tidak memerlukan persiapan khusus, namun pasien

diharuskan melepaskan benda – benda logam yang berada di sekitar area pemeriksaan

(clavicula) seperti kalung, peniti, dan pakaian dalam wanita (bra).

2. Persiapan Alat

a. Pesawat sinar-X

b. IP (Imaging Plate) ukuran 24 x 30 cm

c. Marker R dan L

d. Alat proteksi radiasi

e. CR

f. Grid

3. Teknik Radiografi

a. Proyeksi AP (Antero-Posterior)

1) Posisi Pasien

- Pasien supine di meja pemeriksaan atau berdiri di depan bucky stand

menghadap ke arah tabung sinar-X.

12
- Jika pasien tidak kooperatif atau mengalami fraktur pada bagian clavicula

sehingga tidak bisa berdiri, gunakan posisi supine untuk mengurangi

kemungkinan luka tambahan.

2) Posisi Objek

- Posisikan pertengahan clavicula pada pertengahan IP atau bucky stand.

- Tangan di samping tubuh dan bahu rileks pada ketinggian yang sama.

3) Central Ray (CR) : horisontal tegak lurus (AP erect) atau vertikal

tegak lurus (AP supine)

4) Central Point (CP) : pada pertengahan clavicula.

5) Focus Film Distance (FFD) : 100 cm

6) Film : 24 x 30 cm, melintang, menggunakan grid.

Gambar II.3. Proyeksi AP erect Gambar II.4. Proyeksi AP supine

7) Kriteria Radiograf

- Keseluruhan clavicula berada pada pertengahan gambar.

- Bagian lateral clavicula berada di atas scapula dan bagian medial

superimposisi dengan thoraks.

13
Gambar II.5. Radiograf clavicula AP

b. Proyeksi PA (Postero-Anterior)

1) Posisi Pasien

- Pasien duduk atau berdiri di depan bucky stand membelakangi tabung

sinar-X.

2) Posisi Objek

- Posisikan pertengahan clavicula pada garis tengah bucky stand.

- Tangan di samping tubuh dan bahu rileks pada ketinggian yang sama.

3) Central Ray (CR) : horisontal tegak lurus

4) Central Point (CP) : keluar melalui pertengahan clavicula

5) Focus Film Distance (FFD) : 100 cm

6) Film : 24 x 30 cm, melintang, menggunakan grid

Gambar II.6. Proyeksi PA


14
7) Kriteria Radiograf

- Keseluruhan clavicula berada pada pertengahan gambar.

- Bagian lateral clavicula berada di atas scapula dan bagian medial

superimposisi dengan thoraks.

Gambar II.7. Radiograf clavicula PA

c. Proyeksi AP axial (Lordotic position)

1) Posisi Pasien

- Berdiri atau duduk satu langkah di depan bucky stand, dengan menghadap

ke arah tabung sinar-X.

- Jika pasien tidak memungkinkan untuk berdiri dalam posisi lordotic,

posisikan pasien supine di meja pemeriksaan.

2) Posisi Objek

- (posisi lordotic) pasien menyandar ke belakang pada bucky stand dalam

posisi lordotic, dan letakkan leher dan bahu pada bucky stand. Leher

berada dalam posisi fleksi. Posisikan clavicula pada pertengahan IP.

- (posisi supine) posisikan clavicula pada pertengahan IP. Respirasi: tahan

nafas pada saat full inspirasi untuk menaikkan clavicula.

3) Central Ray (CR) : 0o-15o cephalad (posisi lordotic), 15°-30°

cephalad (posisi supine)

4) Central Point (CP) : pertengahan clavicula

5) Focus Film Distance (FFD) : 100 cm

6) Film : 24 x 30 cm, melintang, menggunakan grid

15
Gambar II.8. Clavicula AP axial, posisi lordotic Gambar II.9. Clavicula AP axial, posisi supine

7) Kriteria Radiograf

- Sebagian besar clavicula terproyeksi di atas costae dan scapula dengan

bagian medial overlapping dengan costae pertama atau kedua.

- Clavicula dalam posisi horisontal.

- Nampak keseluruhan clavicula dari acromioclavicular joint sampai

sternoclavicular joint.

Gambar II.10. Clavicula AP axial dari anak umur 3 tahun, menampakkan fraktur (panah)

d. Proyeksi PA axial

1) Posisi Pasien

- Pasien dalam posisi prone atau berdiri menghadap bucky stand.

16
2) Posisi Objek

- Posisikan clavicula pada pertengahan IP. Respirasi : tahan nafas pada saat

full inspirasi kedua.

3) Central Ray (CR) : 15°-30° caudad

4) Central Point (CP) : pertengahan clavicula

5) Focus Film Distance (FFD) : 100 cm

6) Film : 24 x 30 cm, melintang, menggunakan grid.

Gambar II.11. Proyeksi PA axial, posisi prone

7) Kriteria Radiograf

- Sebagian besar clavicula terproyeksi di atas costae dan scapula dengan

bagian medial overlapping dengan costae pertama atau kedua.

- Clavicula dalam posisi horisontal.

- Nampak keseluruhan clavicula dari acromioclavicular joint sampai

sternoclavicular joint.

Gambar II.12. Radiograf proyeksi PA axial

17
D. Proteksi Radiasi

Sebagai sarana bantu diagnostik, sinar – X mempunyai daya tembus yang besar

sehingga dapat menimbulkan efek pada jaringan yang terkena radiasi, oleh karena itu perlu

adanya proteksi radiasi.

Usaha proteksi radiasi tersebut sudah diatur ketentuannya, seperti peraturan –

peraturan maupun pedoman kerja yang ditetapkan oleh BATAN.

1. Tujuan Proteksi Radiasi

Sesuai dengan rekomendasi ICRP (International Council of Radiation Protection)

atau NCRP (National Council of Radiation Protection), maka dapat disimpulkan

bahwa tujuan proteksi radiasi adalah sebagai berikut :

a. Membatasi dosis radiasi yang diterima oleh pasien hingga sekecil mungkin sesuai

dengan ketentuan klinik.

b. Membatasi dosis radiasi yang diterima oleh petugas radiasi hingga sekecil

mungkin dan tidak boleh melewati batas yang telah ditentukan.

c. Membatasi dosis yang diterima oleh masyarakat umum agar berada pada batas

normal.

d. Pengawasan, penyimpanan, dan penggunaan sumber radiasi harus mendapat

perhatian yang cukup besar dari pemerintah, begitu pula dengan transportasi zat

radioaktif.

2. Usaha Proteksi Radiasi

a. Proteksi radiasi terhadap pasien

1) Pemeriksaan dengan sinar-X hanya dilakukan atas permintaan dokter.

2) Membatasi luas lapangan penyinaran seluas daerah yang diperiksa.

3) Menggunakan faktor eksposi yang tepat, serta memposisikan pasien dengan

tepat sehingga tidak terjadi pengulangan foto.

18
b. Proteksi radiasi terhadap petugas

1) Petugas selalu menjaga jarak dengan sumber radiasi saat bertugas.

2) Selalu berlindung dibalik tabir proteksi sewaktu melakukan eksposi.

3) Jika tidak diperlukan, petugas sebaiknya tidak berada di area penyinaran.

4) Jangan mengarahkan tabung ke arah petugas.

5) Petugas menggunakan alat ukur personal radiasi (film badge) sewaktu

bertugas yang setiap bulan dikirimkan ke BPFK guna memonitor dosis radiasi

yang diterima oleh petugas.

c. Tiga prinsip proteksi radiasi untuk petugas radiasi

1) Prinsip jarak

Dalam setiap pemotretan dengan menggunakan sinar-X seorang petugas

radiasi harus senantiasa berada pada jarak yang jauh dari sumber radiasi.

2) Prinsip waktu

Pada pemotretan menggunakan sinar-X, petugas radiasi harus senantiasa

berusaha menggunakan waktu yang singkat pada saat melakukan penyinaran.

3) Prinsip perisai

Saat pemotretan, petugas radiasi harus senantiasa menggunakan perisai

radiasi.

d. Proteksi radiasi terhadap masyarakat umum, diantaranya :

1) Sewaktu pemeriksaan berlangsung, selain pasien jangan ada yang berada di

daerah radiasi.

2) Ketika penyinaran berlangsung pintu ruang pemeriksaan selalu ditutup.

3) Tabung sinar-X diarahkan ke daerah aman.

4) Perawat atau keluarga yang terpaksa berada di dalam ruang pemeriksaan

sewaktu penyinaran wajib menggunakan apron.

19
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Ilustrasi Kasus

Pada tanggal 14 September 2016 pasien dari IGD dan curiga mengalami fraktur

clavicula sinistra dibawa ke instalasi radiologi RSUD Sleman untuk dilakukan foto

rontgen dengan permintaan clavicula sinistra dengan identitas pasien sebagai berikut :

nama : Ny. Tarini

umur : 29 th

jenis kelamin : perempuan

alamat : Beran Kidul 05/29 Tridadi Sleman

no. foto : 9648

no. RM : 312359

diagnosa klinis : suspect fraktur clavicula sinistra

pemeriksaan : clavicula sinistra

kiriman foto : IGD

dokter pengirim : dr. Hendrawan Triwibowo

2. Prosedur Pemeriksaan

a. Persiapan Pasien

Melepaskan benda – benda yang dapat mengganggu gambaran radiograf yang

berupa logam atau benda – benda padat lainnya di area tubuh yaitu bahu yang akan

diperiksa seperti kalung, bros, tali pakaian dalam wanita, dan sebagainya.

b. Persiapan Alat

1) Pesawat sinar-X

merk : Siemens

20
type : Siemens AG

nomor seri tabung : 408511554

tipe tabung : OPTITOP 150/40/80HC-100

kV maksimum : 150 kV

mA maksimum : 562 mA

tahun pembuatan : 2015

tahun pemasangan : 2016

2) Imaging Plate (IP) ukuran 24 x 30 cm

3) Marker (L)

4) Plester

5) CR (FCR Capsula)

c. Teknik Radiografi

1) Proyeksi AP Axial

a) Posisi Pasien

- Pasien berdiri di depan bucky stand menghadap ke arah tabung sinar-X.

b) Posisi Objek

- Posisikan mid clavicula sinistra pada pertengahan bucky stand.

- Kedua tangan rileks di samping tubuh.

c) Central Ray (CR) : 15° ke arah cephalad

d) Central Point (CP) : pada pertengahan clavicula

e) Focus Film Distance (FFD) : 100 cm

f) Kaset : 24 x 30 cm, melintang, menggunakan grid

g) Faktor Eksposi : 66 kV, 15 mAs

21
d. Processing Kaset

Pengolahan kaset yang dilakukan di Instalasi Radiologi RSUD Sleman

menggunakan CR (Computed Radiography) dengan urutan :

1) Data pasien di registrasi ke dalam komputer.

2) Kaset yang sudah diekspose dimasukkan ke dalam reader.

3) Gambaran radiograf diolah di komputer.

4) Gambaran yang sudah selesai diolah, kemudian diprint.

e. Hasil dan Bacaan Radiograf

1) Hasil Radiograf

Gambar III.1. Hasil radiograf pemeriksaan os clavicula sinistra proyeksi AP axial

2) Bacaan Radiograf

Foto clavicula sinistra, kondisi cukup. Hasil :

- Tampak soft tissue swelling

- Trabekulasi tulang baik.

- Joint space tak melebar/menyempit.

22
- Tampak diskontinuitas komplit multiple di clavicula pars tertia media,

aposisi dan alignment jelek.

Kesan :

- Fraktur kominutif clavicula pars tertia media, aposisi dan alignment jelek.

B. Pembahasan

1. Secara umum prosedur pemeriksaan os clavicula yang dilakukan di instalasi radiologi

RSUD Sleman adalah dengan menggunakan proyeksi AP axial, yaitu posisi pasien

berdiri di depan bucky stand menghadap ke arah tabung sinar-X, kemudian tabung

sinar-X dilakukan penyudutan 15° ke arah cephalad dengan titik pusat pada mid

clavicula.

2. Dalam pemeriksaan os clavicula dengan menggunakan proyeksi AP axial memiliki

kelebihan dan manfaat yaitu sebagian besar os clavicula nampak dari sternoclavicular

joint sampai acromioclavicular joint dan berada di atas tulang costae dan scapula

karena mengalami penyudutan 15° ke arah cephalad. Namun proyeksi ini juga memiliki

kekurangan yaitu meskipun sebagian besar os clavicula sudah terproyeksi dengan jelas,

namun bagian medial masih overlapping dengan costae pertama atau kedua serta jika

posisi pasien tidak kooperatif maka tidak dapat dilakukan dalam posisi lordotic

sehingga gambar akan sedikit mengalami distorsi saat tabung sinar-X disudutkan.

3. Jika dibandingkan dengan proyeksi yang lainnya misalnya proyeksi AP, proyeksi AP

axial lebih dapat memberikan gambaran os clavicula dengan cukup jelas dan sudah

dapat membantu dokter dalam mendiagnosa suatu kelainan khususnya fraktur, karena

dengan dilakukan penyudutan, objek akan lebih terlihat jelas karena tidak superposisi

dengan objek lainnya. Dari segi kenyamanan pasien juga lebih diutamakan, jika tidak

dapat dilakukan dengan posisi lordotic, pasien dapat diposisikan dengan hanya berdiri

di depan bucky stand atau supine di meja pemeriksaan tanpa harus mengambil resiko

23
membuat luka tambahan, seperti halnya dalam proyeksi PA atau PA axial yaitu objek

yang diperiksa diharuskan menempel pada kaset sehingga agak mengurangi

kenyamanan pasien. Namun dari segi detail gambar pada radiograf jika dibandingkan

dengan proyeksi PA atau PA axial, proyeksi AP axial akan lebih kurang detail

dibanding kedua proyeksi tersebut karena objek yang diperiksa lebih jauh dari kaset.

4. Usaha proteksi radiasi di Instalasi Radiologi RSUD Sleman diterapkan terhadap pasien,

petugas, dan lingkungan sekitarnya dengan cara :

a. Meminimalisasi luas lapangan kolimasi sesuai objek yang diperiksa.

b. Memberi arahan kepada pasien untuk menjauhkan pandangan dari radiasi.

c. Mengatur faktor eksposi seoptimal mungkin.

d. Petugas radiasi selalu berlindung di balik tabir saat melakukan ekspose.

e. Petugas menjaga jarak dari sumber radiasi.

f. Jika ada orang yang tidak berkepentingan di dalam ruang pemeriksaan dipersilahkan

keluar.

g. Menutup semua pintu ruang pemeriksaan dengan rapat pada saat akan melakukan

ekspose.

h. Menghindari pengulangan ekspose pada saat pemeriksaan.

i. Dinding dan pintu ruang pemeriksaan sudah dilengkapi dengan lapisan timbal (Pb).

24
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pemaparan yang telah dijelaskan sebelumnya penulis dapat menarik kesimpulan

sebagai berikut :

1. Prosedur pemeriksaan os clavicula dengan kasus suspect fraktur clavicula di Instalasi

Radiologi RSUD Sleman menggunakan proyeksi AP axial.

2. Pemeriksaan os clavicula di Instalasi Radiologi RSUD Sleman dengan proyeksi AP

axial memiliki kelebihan yaitu sudah dapat menampakkan sebagian besar tulang

clavicula secara jelas sehingga dapat membantu untuk menegakkan diagnosa suatu

kelainan yang diderita pasien, yang dalam kasus ini diketahui bahwa pasien

mengalami fraktur kominutif bagian medial pada tulang clavicula sinistra.

3. Proyeksi AP axial merupakan salah satu proyeksi yang lebih cenderung disarankan

untuk pemeriksaan os clavicula dengan kasus fraktur jika dibandingkan dengan

proyeksi-proyeksi lainnya, karena dari segi kenyamanan pasien lebih diutamakan serta

kualitas gambar yang dihasilkan juga sudah dapat membantu untuk menegakkan

diagnosa.

4. Usaha proteksi radiasi di Instalasi Radiologi RSUD Sleman sudah dilakukan dengan

cukup baik, yaitu sudah melakukan usaha proteksi terhadap pasien, petugas radiasi,

dan masyarakat umum (lingkungan sekitar).

B. Saran

1. Perlu adanya penjelasan kepada pasien tentang pemeriksaan yang akan dilakukan yaitu

pemeriksaan os clavicula proyeksi AP axial.

2. Lebih memaksimalkan lagi usaha proteksi radiasi terhadap pasien, petugas, dan

masyarakat umum.

25
DAFTAR PUSTAKA

Badan Tenaga Atom Nasional. 1985. Pedoman Proteksi Radiasi di Rumah Sakit dan Tempat

Kerja Lainnya. Jakarta: BATAN.

Ballinger, Phillip; Eugene Frank. 2003. Merrill’s Atlas of Radiographic Positions &

Radiologic Procedures 10th Edition Volume 1. St. Louis, Missouri: Mosby.

Putz, R., R. Pabst. 2001. Atlas of Human Anatomy Sobotta. Munich: Urban & Fischer.

Whitley, A. Stewart, dkk. 2005. Clark’s Positioning in Radiography 12th Editon. London:

Hodder Arnold.

26
LAMPIRAN

27

Anda mungkin juga menyukai