Anda di halaman 1dari 62

ISBN : 978-979-1465-21-2

Petunjuk Teknis

Penyusun :

Lukitariati Sadwiyanti
Djoko Sudarso
Tri Budiyanti

BALAI PENELITIAN TANAMAN BUAH TROPIKA


PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
2009
PETUNJUK TEKNIS
BUDIDAYA ALPUKAT
Disusun oleh :
Lukitariati Sadwiyanti
Djoko Sudarso
Tri Budiyanti

x , 52 halaman, 2009
ISBN : 978-979-1465-21-2

Diterbitkan oleh :
Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika
Jln. Raya Solok-Aripan, Km 8, PO Box.5
Telp. 0755-20137, Fax. 0755-20592
Solok, Sumatera Barat

ii
KATA PENGANTAR

Alpukat telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia.


Tanaman ini merupakan salah satu komoditas buah-buahan yang
mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi. Buah alpukat
mempunyai banyak kegunaan dan manfaat bagi kesehatan
sehingga banyak dicari konsumen.
Buku petunjuk teknis ini membahas alpukat mulai dari
proses penyiapan bibit, pemeliharaan bibit sampai siap tanam
sampai budidaya tanaman di kebun. Buku ini juga dilengkapi
dengan gambar dan foto-foto agar lebih mudah dimengerti oleh
para pembaca sekaligus bisa diterapkan oleh para pengguna
(penangkar, petani, petugas lapang dan lain-lain) yang ingin
mengembangkan alpukat.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan buku ini. Kami
berharap bahwa isi buku ini mempunyai manfaat maksimal bagi
para pengguna.

Solok, April 2009

Kepala Balai

Ir. NURHADI, MSc.


NIP. 19540117 197603 1 001

iii
iv
DAFTAR ISI

halaman
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL Vii
DAFTAR GAMBAR ix
I. PENDAHULUAN 1
II. JENIS-JENIS ALPUKAT 4
III. SYARAT TUMBUH 10
IV. PERSIAPAN BIBIT 11
4.1. Pemilihan pohon induk 11
4.2. Perbanyakan tanaman 13
4.2.1. Persiapan batang bawah 13
4.2.2. Perbanyakan tanaman 15
V. PENANAMAN 21
5.1. Persiapan lahan dan pembuatan 21
lubang tanam
5.2. Pelaksanaan penanaman 23
VI. PEMELIHARAAN TANAMAN 27
6.1. Penyulaman 27
6.2. Pemberantasan gulma/penyiangan 27
6.3. Pemupukan dan pendangiran 28
6.4. Pengairan 31
6.5. Pemangkasan 32
6.6. Penggantian Varietas TOP WORKING 33
VII. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT 34
7.1. Hama utama dan pengendaliannya 34
7.1.1. Ulat kipat 34
7.1.2. Ulat peliang/penggulung daun 35
7.1.3. Aphids 36
7.1.5. Tungau merah 37
7.1.6. Lalat buah 38
v
7.2. Penyakit utama dan pengendaliannya 39
7.2.1. Antraknose 39
7.2.2. Bercak daun dan bercak coklat 40
7.2.3. Busuk akar dan kanker batang 41
7.2.4. Busuk buah 42
7.2.5. Embun tepung 42
VIII PANEN 43
IX. PASCA PANEN 44
9.1. Pencucian 44
9.2. Sortasi dan grading 45
9.3. Pemeraman dan penyimpanan 46
9.4. Pengemasan 47
X. PEMANFAATAN BUAH ALPUKAT 48
DAFTAR PUSTAKA 50

vi
DAFTAR TABEL

Tabel hal
1. Wilayah Indonesia yang sesuai untuk 2
pengembangan alpukat dan total produksi
tanaman alpukat di setiap propinsi

vii
viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar hal.

1. Buah alpukat varietas Mega Gagauan 7


2. Buah alpukat varietas Mega Murapi 8
3. Buah alpukat varietas Mega Paninggahan 9
4. Tanaman alpukat sebagai pohon induk 12
5. Bibit alpukat siap disambung 16
6. Tahapan pelaksanaan sambung pucuk 18
alpukat
7. Keragaan bibit alpukat yang siap ditanam di 20
lapang
8. Jarak tanam ideal untuk alpukat 22
9. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam 24
pembuatan lubang tanam
10. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam 26
penanaman alpukat
11. Cara pemberian pupuk pada tanaman alpukat 31
12. Pucuk alpukat yang terserang ulat penggulung 36
daun
13. Ranting alpukat yang terserang hama kumbang 38
bubuk cabang
14. Buah alpukat yang terserang lalat buah 39
15. Buah alpukat yang terserang penyakit antraknose 40
16. Daun alpukat yang terserang becak daun 41
17. Pemanfaatan Alpukat 49

ix
x
I. PENDAHULUAN

Alpukat berasal dari Amerika Tengah, yaitu Mexico, Peru


dan Venezuela, dan telah menyebar luas ke berbagai negara
sampai ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Ada 3 kelompok
besar species alpukat yaitu kelompok Mexico, Indian Barat dan
Guatemala. Ketiganya mempunyai perbedaan dalam ukuran
buah, tekstur kulit buah, rasa, kandungan lemak, ketahanan
terhadap penyakit dan penyimpanannya, serta daya adaptasinya
terhadap lingkungan.
Berbagai tipe alpukat di atas telah menyebar ke berbagai
wilayah di Indonesia. Alpukat kelompok Mexico meragakan buah
ukuran kecil dengan bobot 85-350 g, kulit tipis, halus mengkilap,
serta daging buah mengandung kadar minyak tinggi antara 10-
30%. Alpukat kelompok Indian Barat berukuran sedang dengan
kulit halus lentur, daging buah mengandung kadar minyak antara
3-10%, toleran terhadap kadar garam tinggi dalam tanah.
Alpukat kelompok Guatemala berukuran besar dengan bobot
buah ≥ 405 g, kulit tebal dan kasar, kandungan minyak daging
buah antara 10-30%.
Wilayah Indonesia yang sesuai untuk alpukat dan total
produksi di setiap propinsi disajikan pada Tabel 1.

1
Tabel 1. Wilayah Indonesia yang sesuai untuk pengembangan
alpukat dan total produksi alpukat di setiap propinsi.

Propinsi Nama Daerah Total


Produksi
(Ton)
DI. Aceh Seluruh daerah sesuai, kecuali pantai 2.525
sekitar Banda Aceh sampai Teluk Langsa,
dan daerah sekitar Meulaboh, Takengon,
Danau Laut Tawar
Sumatra Seluruh daerah sesuai, kecuali pantai 5.196
utara sekitar Medan, Tebing Tinggi, dan
Tanjung Balai, Sekitar Danau Toba, dan
Sibolga, sebelah barat Padang Sidempuan
terus ke Selatan sampai ke perbatasan
Sumatra Barat
Sumatra Seluruh daerah sesuai, kecuali sekitar 7.052
Barat Lubuk Sikaping, Padang dan Pariaman
Riau Daerah sekitar kota Pakanbaru dan 389
Rengat
Jambi Daerah sekitar Muara Bungo dan Bangko 2.104
Sumatra Daerah sekitar Baturaja, Palembang, Kayu 2.434
Selatan Agung, dan Sekayu
Lampung Daerah sekitar Kotabumi,Metro,dan 4.415
Tanjung Karang.
Kalimantan Mulai dari Tanjung Selor ke Selatan 123
Timur sampai Muara Koman (Kab. Kutai) melalui
Muaramahan
Jawa Timur Seluruh daerah sesuai, kecuali Tuban, 41.480
Pantai Utara dan Selatan Madura,
semenanjung Blambangan
Bali Seluruh daerah sesuai, kecuali pantai 1.813
Utara mulai dari Gilimanuk sampai ke
kota Amplapura
Sulawesi Mulai dari Sumalata (Kab. Gorontalo) ke 1.860
Utara Selatan sampai Molibago, dan ke Utara
sampai sekitar Manado
2
Sulawesi Sekitar Toli-toli, Poso ke Selatan sampai 1.063
Tengah kecamatan Bungku (Kab. Poso)
Sulawesi Seluruh daerah sesuai, kecuali sekitar 2.577
Selatan Makasar, Kota Sinjai, sekitar Watang
Sopeng, Sangkang, dan Pangkajene
Sulawesi Sekitar kecamatan Lasalo (Kab. Kendari) 73
Tenggara sampai perbatasan Sulawesi Tenggara
Sumber : Produksi Tanaman Sayuran dan Buah-buahan Indonesia 2003

Buah alpukat segar mempunyai nilai gizi yang tinggi.


Kandungan gizi buah alpukat setiap 100 g daging buah yaitu
kalori sekitar 136-150, protein 0,9 g, lemak 6,2 g, karbohidrat
10,5 g, kalsium 3,6-20,4 mg, fosfor 20,7-64,1 mg, serat 1,0-2,1
g, besi 0,38-1,28 mg, abu 0,46-1,68 g, vitamin C 13 mg, vitamin
B1 0,05 mg, vitamin B2 0,06 mg, ascorbic acid 4,5-21,3 mg,
Nitrogen 0,130-0,382 g, kadar air 65,7-87,7 g, dan vitamin A 70
RE. Jumlah vitamin A tergantung pada warna buahnya. Daging
buah dengan warna kuning lebih banyak vitamin A-nya daripada
daging buah yang berwarna pucat. Buah alpukat juga
mengandung lemak tak jenuh, sekitar 78%, termasuk asam oleik
dan linoleik yang mudah dicerna dan berguna untuk
memfungsikan organ-organ tubuh secara baik. Mengkonsumsi
buah alpukat juga berfungsi sebagai obat penghalus kulit
(Morton, 1987).

3
`II. JENIS-JENIS ALPUKAT

Berbagai tipe alpukat telah menyebar ke berbagai wilayah


di Indonesia. Penyebaran itu termasuk keturunannya, baik
keturunan dari hasil persarian sendiri maupun persarian silang
alamiah antar tiga kelompok. Sampai tahun 2003 telah dilepas 7
varietas alpukat, sebagai berikut :

1. Alpukat Ijo Bundar

Alpukat ini berasal dari kebun Koleksi Tlekung, Batu,


Malang. Varietas ini berbuah terus menerus, tergantung lokasi
dan kesuburan tanah. Selain itu gugur buah sedikit. Berat buah
mencapai 300-400 g/buah, diameternya 7,5 cm dengan panjang
buah 9 cm. Permukaan kulit buah licin, berbintik kuning dengan
tebal 1 mm. Bentuk buah lonjong atau oblong, berujung bulat
dan pangkal buah tumpul. Buah muda kulitnya hijau muda yang
berangsur tua saat matang. Daging buah tebal, berwarna kuning
hijau, citarasa enak, gurih, dan kering. Bentuk biji jorong dengan
ukuran 4 cm x 5,5 cm. Dilepas pada tahun 1987 oleh Mentan
dengan SK No. 15/Kpts/TP.240/I/1987.

2. Alpukat Ijo Panjang

Varietas ini bentuk buahnya menyerupai buah pir. Ujung


buah tumpul sedangkan pangkal buahnya runcing. Buah

4
berbobot antara 300-500 g/buah. Kulit buah berwarna hijau,
permukaannya licin berbintik kuning dan tebalnya 1,5 mm. Saat
muda kulit buahnya hijau muda dan setelah matang menjadi
hijau tua merah. Diameter buah 6,5-10 cm dan panjang 11,5-18
cm. Daging tebal berwarna kuning, rasanya enak, gurih, serta
agak lunak. Bijinya berbentuk jorong dan berukuran 4 cm x 5,5
cm. Dilepas pada tahun 1987 oleh Menteri Pertanian dengan SK
No. 16/Kpts/TP.240/1987.

3. Alpukat Merah Bundar

Varietas ini berbuah terus menerus, tergantung lokasi dan


kesuburan tanah. Selain itu gugur buah sedikit. Berat buah
mencapai 0,3-0,4 kg/butir, diameter buah 7,5 cm, dan panjang
buah 9 cm. Permukaan kulit buah licin, berbintik kuning dengan
tebal 1 mm. Bentuk buah lanjong atau oblong, berujung bulat
dan pangkal buah tumpul. Buah muda kulitnya merah coklat.
Daging buah tebal, berwarna kuning hijau, citarasa enak, gurih,
dan agak kering. Bentuk biji jorong dengan ukuran 4 cm x 5,5
cm.

4. Alpukat Merah Panjang

Varietas ini bentuk buahnya menyerupai buah pir. Ujung


buah tumpul sedangkan pangkal buahnya runcing. Bobot buah

5
antara 300-500 g/buah dengan kulit hijau, permukaannya licin
berbintik kuning dan tebalnya 1,5 mm. Saat muda, kulit buahnya
hijau merah coklat dan setelah matang menjadi merah hitam.
Diameter buah 6,5-10 cm dan panjang 11,5-18 cm, dengan
daging buah tebal, berwarna kuning, rasa enak, gurih, serta agak
lunak. Biji berukuran 4 cm x 5,5 cm.

5. Alpukat Mega Gagauan

Alpukat ini telah dilepas oleh Balitbu Tropika pada tahun


2003 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor
521/Kpts/PD.210/10/2003. Alpukat Mega Gagauan memiliki
keunggulan produksi tinggi, bentuk buah bulat, ukuran buah
besar, daging buah tebal berwarna kuning, agak pulen,
permukaan agak halus, kulit buah kemerahan, dan berpotensi
untuk mengangkat serta memperkenalkan buah unggul daerah
kepada khalayak yang lebih luas. Selain itu, alpukat Mega
Gagauan mempunyai ciri berbuah terus menerus, berat buah
mencapai 600-800 g/buah, warna daging buah kuning. Bentuk
buah agak bulat (pangkal dan ujung agak membulat). Panjang
buah 12,5-17,5 cm, diameter buah 11,5-15,5 cm, tebal kulit
buah 1 mm dengan tebal daging buah 1,9-2,1 cm. Daging buah
rasanya manis pulen, kadar protein 1,49%, dan kadar lemak
6,41%. Produksi buah/pohon 220-230 buah (140-175 kg)/tahun.

6
Gambar 1.
Alpukat varietas Mega Gagauan

6. Alpukat Mega Murapi

Alpukat ini telah dilepas oleh Balitbu Tropika tahun 2003


berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor
519/Kpts/PD.210/10/2003. Alpukat Mega Murapi memiliki
keunggulan produksi tinggi, bentuk buah bulat lonjong, ukuran
buah besar, daging buah tebal berwarna mentega, pulen,
permukaan kulit kasar, warna kulit buah hijau tua, berpotensi
untuk diperkenalkan dan diangkat sebagai buah unggul daerah
kepada khalayak yang lebih luas. Selain itu, alpukat Mega Murapi
mempunyai ciri berbuah terus menerus, berat buah mencapai
400-600 g/buah, warna daging buah kuning mentega. Bentuk
7
buah agak bulat (pangkal dan ujung agak membulat). Panjang
buah 13-17 cm, diameter buah 10-14 cm, tebal kulit buah 1 mm
dan tebal daging buah 1,9-2,1 cm. Daging buah rasanya manis
pulen, kadar protein 1,37%, dan kadar lemak 7,58%. Produksi
bisa mencapai 350-450 buah /pohon (180-225 kg)/tahun.

Gambar 2.
Alpukat varietas Mega Murapi

7. Alpukat Mega Paninggahan

Alpukat ini telah dilepas oleh Balitbu Tropika pada tahun


2003 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor
520/Kpts/PD.210/10/2003. Alpukat Mega Paninggahan memiliki
keunggulan produksi tinggi, bentuk buah bulat lonjong, ukuran
sendang, daging buah tebal berwarna kuning mentega, pulen,

8
permukaan kulit halus, warna kulit buah merah maron, berbuah
terus menerus, berat buah mencapai 250-400 g/buah, warna
daging buah kuning mentega. Bentuk buah lonjong. Panjang
buah 13,5-18 cm, diameter buah 7,5-9 cm, tebal kulit buah 1
mm dengan tebal daging buah 1,8-2,1 cm. Daging buah rasanya
manis pulen, kadar protein 1,16%, dan kadar lemak 7,95%.
Produksi bisa mencapai 880-1000 buah/pohon (300-350
kg)/tahun.

Gambar 3.
Alpukat varietas Mega Paninggahan

9
III. SYARAT TUMBUH
Pada umumnya tanaman alpukat dapat tumbuh di
dataran rendah sampai dataran tinggi, yaitu 5-1500 m di atas
permukaan laut. Tanaman ini akan tumbuh subur dengan hasil
yang memuaskan pada ketinggian 200-1000 m dpl. Untuk
tanaman alpukat ras Meksiko dan Guatemala lebih cocok ditanam
pada ketinggian 1000-2000 m dpl., sedangkan ras Hindia Barat
pada ketinggian 5-1000 m dpl. Curah hujan minimum untuk
pertumbuhan adalah 750-1000 mm/tahun. Untuk daerah dengan
curah hujan kurang dari kebutuhan minimal (2-6 bln kering),
tanaman alpukat masih dapat tumbuh asal kedalaman air tanah
maksimal 2 m.
Suhu optimal untuk pertumbuhan alpukat berkisar antara
12,8-28,3 °C. Mengingat tanaman alpukat dapat tumbuh di
dataran rendah sampai tinggi, tanaman alpukat dapat mentolelir
suhu udara antara 15-30 °C. Kebutuhan cahaya matahari untuk
pertumbuhan alpukat berkisar 40-80%. Angin diperlukan
tanaman alpukat, terutama untuk proses penyerbukan. Namun
demikian angin dengan kecepatan 62,4-73,6 km/jam dapat
mematahkan ranting dan percabangan tanaman alpukat yang
tergolong lunak, rapuh dan mudah patah.
Tanaman alpukat untuk dapat tumbuh optimal
memerlukan tanah gembur, tidak mudah tergenang air, subur,
10
dan banyak mengandung bahan organik. Jenis tanah yang baik
untuk pertumbuhan alpukat adalah jenis tanah lempung berpasir
(sandy loam), lempung liat (clay loam), dan lempung endapan
(aluvial loam). Keasaman tanah (pH) berkisar 5,6-6,4. Bila pH di
bawah 5,5, maka tanaman akan menderita keracunan karena
unsur Al, Mg dan Fe larut dalam jumlah cukup banyak.

IV. PERSIAPAN BIBIT


Tersedianya bibit alpukat bermutu dalam jumlah banyak,
waktu singkat dan harga terjangkau merupakan langkah awal
dan faktor penting dalam menunjang keberhasilan budidaya
alpukat. Bibit merupakan input awal yang sangat menentukan
mutu dan hasil buah yang akan dipanen. Oleh karena itu
penggunaan bibit yang benar mutlak diperlukan baik dalam hal
kesehatan maupun ketepatan varietas yang akan ditanam.

4.1. Pemilihan pohon induk


Syarat utama yang harus dipenuhi untuk membuat bibit
adalah tersedianya pohon induk, yaitu tanaman yang memiliki
persyaratan tertentu untuk dijadikan sebagai sumber bahan
perbanyakan (biji, entris, mata tempel dll.).
Persyaratan yang dimaksud antara lain sebagai berikut :
1. Berproduksi tinggi dan mantap hasilnya
2. Kualitas buah yang dihasilkan cukup baik
11
3. Sudah beberapa kali berbuah
4. Pertumbuhannya normal, sehat, dan tidak terserang
hama dan penyakit
5. Sudah dilepas sebagai varietas unggul oleh Menteri
Pertanian

Gambar 4.
Tanaman alpukat sebagai pohon induk

Alpukat varietas Ijo Panjang, Ijo Bundar, Merah Panjang,


Merah Bundar, Mega Gegauan, Mega Paninggahan, dan Mega
Murapi dapat digunakan sebagai pohon induk untuk batang atas.

12
4.2. Perbanyakan tanaman

4.2.1. Persiapan batang bawah

Biji yang akan digunakan untuk bibit batang bawah


sebaiknya diambil dari buah yang sudah cukup tua dan masak di
pohon. Buah yang diambil bijinya untuk batang bawah harus
jelas jenisnya. Pernyataan Hofman et al., 2001, bahwa
penggunaan biji alpukat untuk batang bawah yang tidak
diketahui jelas asal usulnya dapat mempengaruhi produksi dan
kualitas buah yang dihasilkan.
Sebelum disemaikan, biji alpukat yang sudah terkumpul
dan terpilih dibersihkan dengan air untuk menghilangkan lendir
dan sisa-sisa dari daging buah dengan maksud agar biji terbebas
dari cendawan dan organisme pengganggu lainnya. Biji dipilih
yang bernas, padat, dan tidak keriput. Biji dipilih yang berukuran
besar (65-85 g) agar mempercepat pertumbuhan batang bawah,
keberhasilan penyambungan dan pertumbuhan bibit hasil
penyambungan yang vigor dan sehat (Basoeki, 2003). Setelah
bersih, biji ini kemudian dikeringanginkan, dan selanjutnya
direndam selama beberapa menit dalam larutan pestisida 2%.
Penyemaian biji harus dilakukan di tempat yang aman
terhadap gangguan hewan maupun manusia, dekat dengan
sumber air, dan letaknya strategis agar mudah pengelo-laannya.
13
Selain itu harus memiliki naungan untuk melindungi bibit dari
teriknya sinar mata-hari langsung dan derasnya air hujan. Untuk
itu perlu dibuat rumah bibit yang permanen atau sederhana.
Untuk perbanyakan bibit batang bawah, sebaiknya biji ditanam
langsung di polybag (kantong plastik hitam).
Biji alpukat yang telah disiapkan segera ditanam pada
polybag ukuran 15 x 21 cm. Media yang digunakan harus subur
dan gembur, yaitu campuran tanah + pupuk kandang +
pasir/sekam (2:1:1). Penanaman biji dalam polybag dilakukan
sebagai berikut, yaitu bagian pangkal biji yang agak rata
diletakkan di sebelah bawah dan bagian ujung biji yang runcing
dan telah dipotong 1/3 bagian ujungnya menghadap ke atas.
Hasil penelitian Supriyanto et al., 1990 yaitu pemotongan biji
alpukat pada 1/3 bagian ujungnya dapat mempercepat saat
berkecambahnya biji, meningkatkan pertumbuhan semai dan
memperbaiki sistem perakaran dari semai. Selanjutnya, biji ini
ditempatkan di bawah naungan. Kurang lebih 3 minggu setelah
tanam, biji-biji ini akan mulai berkecambah dan membentuk anak
semai.
Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, pemupukan,
penyiangan terhadap gulma yang tumbuh di sekitar semaian,
dan penyemprotan pestisida secara berkala untuk mencegah
serangan hama dan penyakit dilakukan sampai bibit alpukat
14
mencapai kondisi siap untuk disambung.

4.2.2. Perbanyakan tanaman


Keuntungan perbanyakan tanaman secara vegetatif adalah :
 Buah yang dihasilkan karakternya sama dengan induknya
 Tanaman cepat berbuah/berproduksi
 Arsitektur tanaman menjadi lebih rendah, sehingga
mudah pengelolaannya baik pemeliharaan tanaman
maupun pemanenan buah.
Model perbanyakan yang umum dilakukan pada alpukat
adalah teknik sambung pucuk atau sambung celah dengan
persentase keberhasilan sekitar 80% (Supriyanto, 1986). Kondisi
lingkungan terutama temperatur, kelembaban udara dan cahaya
sangat berperanan dalam proses perbanyakan sambung pucuk.
Suhu harus tetap dipertahankan di bawah 30° C dengan
kelembaban relatif lebih dari 80% serta cahaya yang tidak terlalu
penuh (di bawah naungan).
Tahapan pelaksanaan perbanyakan tanaman alpukat dengan
sambung pucuk atau sambung celah adalah sebagai berikut :
 Siapkan batang bawah yang telah berumur 1,5-2,5 bulan
(berdiameter 0,5-0,7 cm)

15
Gambar 5.
Bibit alpukat siap disambung

 Potong batang bawah setinggi  15 cm dari pangkal batang.


Tepat ditengah bekas potongan, belah dengan pisau menjadi
2 bagian sama besarnya sepanjang  3 cm.
 Potong pucuk entris sepanjang ± 10 cm, buang seluruh
daunnya, kemudian sayat miring bagian pangkal pada kedua
sisinya sehingga membentuk taji (huruf ”V”). Pucuk entris
dipilih yang ukurannya sama atau sedikit lebih kecil dari
batang bawah. Entris diambil dari cabang yang masih muda
(berwarna hijau) dengan diameter 0,6 - 0,7 cm.

16
 Sisipkan pucuk entris pada celah batang bawah dan bagian
sambungan tersebut diikat dengan tali plastik kemudian
sungkup dengan kantong plastik bening.
 2-3 minggu setelah penyambungan, apabila entris sudah
pecah tunas atau keluar daun baru, berarti penyam-bungan
berhasil. Sungkup plastik pada saat ini sudah dapat dibuka,
tetapi tali pengikat sambungan masih tetap dibiarkan sampai
pertumbuhan bibit sudah kuat (2-3 bulan).

17

A B C
Batang bawah dipotong Entris disayat Penyisipan entris
(+ 15 cm) dan dibelah pada pangkalnya pada batang bawah
+ 1,5 cm dan pengikatan
dengan tali

D E
Penyungkupan dengan Bibit hasil sambung pucuk
kantong plastik putih

Gambar 6.
Tahapan pelaksanaan sambung pucuk alpukat

18
Kriteria bibit bermutu untuk ditanam di lapang adalah
sebagai berikut:
Ciri morfologi :
 Bibit berasal dari perbanyakan vegetatif (Grafting)
 Penampakan bibit vigor, daun lebar dan berwarna hijau
mengkilat
 Batang berwarna coklat dan tegak lurus
 Diameter batang 1-1,5 cm
 Tinggi tanaman 75-100 cm
 Bibit telah berumur 12 bulan atau lebih setelah sambung
atau sudah mengalami 3-4 kali flush

Ciri kesehatan :
Tanaman sehat, tidak menunjukkan gejala serangan
hama/penyakit dan defisiensi unsur hara, misalnya :

 Batang berlubang karena penggerek batang


 Tanaman kerdil dan daun kuning

19
Gambar 7.
Keragaan bibit alpukat yang siap ditanam di lapang

Sebelum ditanam di kebun, bibit perlu mendapat


perawatan intensif seperti penyiraman dengan interval 2 hari
sekali bila tidak ada hujan, penyiangan terhadap gulma yang ada
di polibag maupun di sekitar tanaman. Pemupukan bisa
menggunakan pupuk NPK (15-15-15) atau pupuk daun seperti
Bayfolan atau Gandasil D. Pupuk NPK diberikan dengan dosis 3
g/tanaman dengan interval 2 bulan sekali. Untuk pupuk daun
takaran yang digunakan adalah 2 cc/liter air dengan interval 2
minggu sekali. Pengendalian hama dan penyakit diberikan bila

20
diperlukan selama dipembibitan agar tanaman dapat tumbuh
dengan baik dan sehat. Perawatan bibit memerlukan perhatian
khusus karena tanaman masih lemah dan peka terhadap
lingkungan.

V. PENANAMAN
Untuk tujuan mendapatkan produksi buah dalam jumlah
yang banyak, melakukan budidaya alpukat di pekarangan atau
kebun merupakan suatu tindakan yang tepat. Dengan cara ini
tujuan penanaman alpukat dapat dikomersialkan. Dalam skala
usaha yang besar ini, segala sesuatu yang menyangkut teknik
budidaya harus dilakukan secara benar dan cermat, sejak
pemilihan bibit dan pengolahan lahan tanam hingga perawatan
tanaman.

5.1. Persiapan lahan dan pembuatan lubang tanam


Tanah yang akan digali untuk lubang tanam harus
dibersihkan terlebih dahulu dari rumput, batu-batuan dan
sampah yang tidak perlu. Setelah dibersihkan, dikumpulkan,
dikeringkan lalu dibakar. Lahan yang akan dipersiapkan tentu
sangat tergantung dari tujuan, model dan skala usaha yang
dikehendaki (skala menengah atau skala perkebunan). Dalam
mempersiapkan lahan, perlu diperhatikan kemudahan pengairan
21
dan draenase dari sumber air yang tersedia dan disesuaikan
dengan luas dan kondisi lahan yang digunakan. Pola penanaman
alpukat sebaiknya dilakukan secara kombinasi antar varietas,
karena kebanyakan varietas tanaman alpukat tidak dapat
melakukan penyerbukan sendiri.
Pada lahan yang telah dipersiapkan, dibuat lubang tanam
dengan ukuran 75x75x75 cm tergantung dari tujuan penanaman,
kondisi tanah, dan varietas yang akan ditanam. Untuk tanah
yang keras dan kurang subur, ukuran lubang tanam dapat
diperbesar lagi. Jarak tanam alpukat yang dianjurkan adalah 9
x12 m (Gambar 5.). Lubang tanam untuk alpukat sebaiknya
dipersiapkan 1-2 bulan sebelum tanam.

12 m

9m

Gambar 8.
Jarak tanam ideal untuk alpukat

22
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
pembuatan lubang tanam adalah : (Gambar 8.)
 Gali tanah, tanah bagian atas dipisahkan dari tanah
bagian bawah. Tanah bagian atas dicampur dengan
pupuk kandang yang ”matang” atau kompos sebanyak
20 kg per lubang.
 Lubang tanam dibiarkan terbuka selama 14 hari sehingga
tanah dan lubang galian terkena panas matahari. Jika
memungkinkan sebaiknya lubang tanam disemprot
dengan fungisida untuk menghindari adanya mikroba
(terutama jamur Phytophthora) yang menyerang
perakaran.
 Untuk mengatasi kendala tanah asam, maka pada tanah
galian dicampur dengan dolomit atau kapur pertanian
sebanyak 0,5-1 kg per lubang tanam.
 Kira-kira 1 minggu sebelum tanam, tanah galian
dimasukkan ke lubang tanam. Caranya masukkan terlebih
dahulu tanah galian bagian bawah, selanjutnya tanah
galian bagian atas. Untuk menandai lubang tanam, maka
pada masing-masing gundukan diberi ajir.
 Satu minggu sebelum tanam, setiap lubang tanam
ditambahkan pupuk NPK (15-15-15) sebanyak 100 g.

23
Untuk mencegah gangguan nematoda, dapat pula
ditambahkan pestisida seperti Curater dan Furadan
dengan dosis anjuran yang tertera pada label
kemasannya.

Bag. Bag. Dimasukk


bawah atas + an ke
pukan lubang

Lubang di
biarkan 14
hari

Ajir Pupuk
NPK

Gambar 9.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pembuatan lubang
tanam

5.2. Pelaksanaan penanaman

Penanaman sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari


pada saat sinar matahari tidak terik. Dengan demikian,
kesegaran bibit dapat lebih terjaga. Penanaman yang dilakukan
pada saat sinar matahari sangat panas mengakibatkan bibit layu,
24
bahkan bisa mengakibatkan kematian. Waktu tanam yang paling
tepat adalah pada awal musim hujan agar bibit cukup
mendapatkan air untuk pertumbuhannya.

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam


penanaman alpukat adalah : (Gambar 9.).
 Ajir dicabut , buat ubang tanam dengan ukuran sedikit lebih
besar dibandingkan dengan ukuran polibag bibit alpukat.
 Bibit dikeluarkan dari polibag dengan cara dirobek dengan
pisau. Pekerjaan ini harus dilakukan dengan hati-hati agar
akar tidak rusak.
 Bibit ditanam sebatas pangkal batang/leher batang.
Usahakan perakaran bibit tidak menggerombol pada satu
sisi, diatur agar akar dapat menyebar ke semua arah. Posisi
bibit diarahkan tegak lurus agar tanaman dapat tumbuh
dengan baik.
 Tanah galian dimasukkan ke dalam lubang tanam dan tanah
disekitarnya dipadatkan sehingga bibit berdiri kokoh.
Selanjutnya bibit disiram agar bibit segera tumbuh. Setiap
bibit yang sudah ditanam sebaiknya diberi ajir dan naungan
untuk menghindari sinar matahari secara langsung, terpaan
angin, maupun siraman air hujan.

25
Uk. Polibag

Penanaman
bibit

Gambar 10.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penanaman alpukat

Pada tahun pertama tanaman alpukat perlu diberikan


perlindungan khusus terhadap terpaan angin atau panas
matahari. Pemberian mulsa (misalnya jerami padi) setebal 10 cm
di sekeliling tanaman muda dapat menekan pertumbuhan gulma,
mempertahankan kelembaban tanah dan melindungi serta
mendorong perkembangan sistem perakaran.
Pada jarak tanam yang lebar, sebelum tanaman alpukat
berumur 5-8 tahun pertama, lahan kosong di antara tanaman
alpukat muda dapat ditanami dengan tanaman penutup tanah,
tanaman sayuran atau tanaman berumur pendek lainnya. Di
beberapa negara penghasil alpukat, tanaman pisang dan nenas
biasa digunakan sebagai tanaman sela.

26
VI. PEMELIHARAAN TANAMAN
Pemeliharaan tanaman di kebun merupakan tindak lanjut
dari bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan bertanam
alpukat. Kontinuitas perawatan tanaman yang intensif
merupakan kunci keberhasilan budidaya alpukat. Bentuk
perawatan yang penting diantaranya adalah penyulaman,
penyiraman, pemberantasan gulma/penyiangan, pendangiran
dan pemupukan.

6.1. Penyulaman

Bibit yang baru ditanam atau yang telah berumur


beberapa minggu kemudian mati atau pertumbuhannya kurang
baik, sebaiknya segera diganti (disulam) dengan bibit yang baru
yang lebih baik agar dapat segera tumbuh dan dapat menyamai
pertumbuhan (tidak berbeda jauh) dengan bibit yang telah
ditanam sebelumnya.

6.2. Pemberantasan gulma


Gulma merupakan salah satu pengganggu pertumbuhan
tanaman, karena menjadi saingan dalam memperebutkan zat
hara, air, sinar matahari, bahkan dapat mengganggu
pertumbuhan akar tanaman.

27
Pembersihan lingkungan dan sanitasi kebun perlu
dilakukan terhadap rumput atau tanaman pengganggu (gulma),
benalu, dan tunas liar. Gulma atau sampah tersebut dapat
dibuang, ditimbun atau dijadikan penutup tanah (mulsa).
Penyiangan gulma harus dilakukan secara hati-hati agar tidak
sampai merusak perakaran tanaman alpukat, karena perakaran
alpukat cukup peka terhadap gangguan mekanis. Frekuensi
penyiangan tergantung pada banyaknya gulma yang tumbuh di
sekeliling tanaman. Namun, sebaiknya dilakukan secara rutin.
Penyiangan pertama dilakukan satu bulan setelah penanaman
bibit. Selanjutnya dapat dilakukan setiap satu atau dua bulan
sekali. Jika memungkinkan, pengendalian gulma dapat
menggunakan herbisida selektif. Agar lahan tidak ditumbuhi oleh
gulma, lahan kosong diantara tanaman alpukat sangat
dianjurkan untuk ditanami tanaman penutup tanah (cover crops).

6.3. Pemupukan dan pendangiran


Pada dasarnya pemupukan tanaman alpukat hampir sama
dengan tanaman buah-buahan lainnya. Pada masa pertumbuhan
vegetatif (saat tanaman belum menghasilkan buah), tanaman
alpukat lebih membutuhkan unsur hara Nitrogen, sedangkan
pada masa generatif atau pembuahan, unsur hara Phospor dan
Kalium lebih banyak dibutuhkan daripada unsur Nitrogen. Dalam
28
fase bibit, pemberian pupuk NPK (Nitrofoska) dosis 30
g/tanaman memberikan hasil yang baik terhadap pertumbuhan
bibit alpukat hasil sambung pucuk (Basoeki, 2003).
Pupuk yang dapat digunakan adalah pupuk organik dan
an-organik. Jika kondisi lahan penanaman cukup subur,
pemberian pupuk organik (pupuk kandang atau kompos) sudah
cukup untuk pertumbuhan tanaman. Pemberian pupuk organik
ini untuk memperbaiki struktur tanah dan menjaga kesuburan
tanah. Pemberian pupuk kandang atau kompos dilakukan 1 kali
setahun sebanyak 30 kg/tanaman.
Selain pupuk organik diperlukan pula pupuk an-organik,
misalnya NPK, Urea, TSP, KCl, ZA dan lain-lain. Pemupukan NPK
(15-15-15) untuk pertama kali diberikan 6 bulan setelah tanam.
Dosis pupuk yang diberikan sebanyak 150 g/tanaman dan
selanjutnya pemupukan dilakukan setiap 6 bulan sekali dan
dosisnya ditambah 50 g dari dosis sebelumnya. Untuk tanaman
berumur muda (1-4 tahun) diberikan Urea sebanyak 0,30-1,1
kg/tanaman, TSP 0,5-1 kg/tanaman dan KCl 0,2-0,8 kg/tanaman.
Untuk tanaman umur produksi 5 tahun ke atas diberikan pupuk
kandang (organik) 30 kg/tanaman, selanjutnya Urea 2,5-3,5
kg/tanaman, TSP 3,5 kg/tanaman dan KCl 4 kg/tanaman. Pupuk
diberikan 2 kali dalam setahun. Di beberapa negara penghasil
alpukat, kisaran dosis pupuk N yang diberikan pada beberapa
29
varietas adalah sebanyak 25 g, kemudian 50 g pada tahun ke 2
dan 100-400 g pada tahun-tahun berikutnya.
Agar pupuk dapat efektif dan secara maksimal terserap
tanaman, maka cara pemberian pupuk harus dilakukan dengan
benar. Saat pemupukan biasanya dilakukan bersamaan dengan
pendangiran atau penggemburan tanah. Pendangiran dilakukan
pada tanah di bawah tajuk dengan radius 75-100 cm dari batang
tanaman. Saat pemberian pupuk untuk tanaman muda
menjelang musim kemarau atau awal musim penghujan.
Sedangkan untuk tanaman yang sudah berproduksi dilakukan
setelah panen dan menjelang pembungaan.
Cara pemberian pupuk dapat dilakukan dengan membuat
lubang, parit, garitan atau rorakan melingkar di sekeliling batang
di bawah batas kanopi atau daun terluar (Gambar 11.). Setelah
itu pupuk dibenamkan di parit, lubang, garitan/rorakan dan
ditimbun dengan tanah. Pemberian pupuk dapat diberikan
sekalian pengerjaaan pembumbunan atau pendangiran tanah di
sekitar tanaman, agar akar tanaman dapat leluasa menyerap
unsur hara.

30
Gambar 11.
Cara pemberian pupuk alpukat

Selain pupuk yang diberikan lewat akar, tanaman alpukat


juga perlu diberi pupuk daun yang berguna untuk pembentukan
daun, misalnya Bayfolan, Gandasil D atau Vitabloom.

6.4. Pengairan
Fase bibit merupakan fase yang rentan bagi suatu
tanaman. Oleh karenanya, semua kebutuhan hidup, termasuk
kebutuhan air harus dipenuhi. Penyiraman terutama dilakukan
pada tanaman muda, karena sistem perakarannya belum cukup
mampu menyerap air yang lebih dalam. Penyiraman perlu
31
dilakukan dalam jumlah cukup dan teratur tetapi tidak berlebihan
(jangan sampai tergenang), karena dapat mengakibatkan
kematian tanaman, terutama tanaman muda. Penyiraman dapat
dilakukan dengan menggunakan selang air, gembor atau pipa-
pipa air yang telah tersedia. Penyiraman sebaiknya dilakukan
pada pagi atau sore hari.
Pada pengusahaan alpukat secara komersial atau dalam
bentuk perkebunan, pengairan yang berasal dari curah hujan
tidak mencukupi, perlu dipertimbangkan alternatif pengairan
secara khusus misalnya dengan drip irigation (irigasi tetes) atau
pengairan dengan sprinklers.

6.5. Pemangkasan
Pemangkasan hanya dilakukan pada cabang-cabang yang
tumbuh terlalu rapat atau ranting-ranting yang mati atau cabang
lain yang tidak dikendaki. Pemangkasan bentuk dilakukan pada
tanaman alpukat yang telah berumur 1 tahun di lapangan.
Pemangkasan dilakukan secara hati-hati agar luka bekas
pemangkasan terhindar dari infeksi penyakit dan luka bekas
pemangkasan sebaiknya diberi fungisida/penutup luka.
Pemangkasan yang dapat dilakukan hanyalah terbatas untuk
membentuk pohon selama beberapa tahun pertama saja serta
pada perlakuan pembuangan cabang-cabang pada posisi lebih
32
rendah yang dipandang mengganggu pertumbuhan batang atau
cabang utama. Pertahankan tinggi tanaman alpukat 4-5 meter
dari permukaan tanah dan letak cabang terendah dengan jarak
1-1,5 m dari permukaan tanah.

6.6. Penggantian Varietas: TOP WORKING


Top working adalah upaya peremajaan kembali tanaman
alpukat yang sudah tua atau penggantian tanaman yang sudah
tidak produktif dan beragam dengan tanaman yang lebih
produktif dan jelas identitas atau varietasnya.
Pemacuan pembungaan dengan pemberian paklobutrazol
(PP333) dengan konsentrasi 2,5 atau 5 g a.i/liter, dapat
mengurangi/mereduksi panjang tunas sampai 40% serta
mempercepat atau meningkatkan persentase bunga menjadi
buah. Selanjutnya dapat berpengaruh pada produksi seperti
pada kultivar Fuerte 19,0 ton/ha dan kultivar Hass 29,3 ton/ha.
Manipulasi siklus fenologi pertumbuhan dengan pemberian
paklobutrazol pada tahap kritis proses pembentukan bunga
menjadi buah dan kerontokan buah, dan yang pasti berdampak
pada kualitas buah (Wolstenholme et al., 1989).

33
VII. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama Utama dan Pengendaliannya


7.1.1. Ulat kipat (Cricula trifenestrata HELF.)
Dalam mengendalikan hama tanaman alpukat sebaiknya
dititik beratkan pada penggunaan musuh alaminya, terutama
berbagai cendawan patogen hama seperti Metarhizium spp. dan
Beauvaria spp. Patogen organisme pengganggu tanaman (OPT)
umum ditemukan menjadi patogen baik serangga maupun
tungau, sehingga pada serangan yang berat alternatif
penggunaan musuh alami berupa patogennya dapat
dipertimbangkan sebelum menggunakan pestisida. Pemilihan
bahan kimia yang digunakan sebaiknya menggunakan bahan
aktif yang selektif.
Hama yang sering menyerang tanaman alpukat adalah
ulat kenari atau ada yang menyebutnya sebagai ulat kipat
(Cricula trifenestrata HELF.), termasuk ke dalam ordo
LEPIDOPTERA. Ulat ini merupakan hama yang spesifik pada
tanaman alpukat, karena sering ditemukan pada setiap
pertanaman alpukat. Aktivitas ulat ini menjadikannya sebagai
OPT atau hama. Ulat ini menyerang daun tua. Pada serangan
yang hebat sering menyebabkan tanaman menjadi gundul dan
terlihat kepompong bergelantungan.

34
Pengendalian terhadap hama ulat kenari pada saat ini
masih tergantung pada berbagai musuh alaminya yang spesifik
maupun polifag, mulai dari stadia telur, larva, pupa maupun
serangga dewasanya yaitu kupu-kupu. Pengendalian secara
kimiawi menggunakan insektisida yang berbahan aktif
monokrotofos atau sipermetein dengan dosis anjuran yang
tertera pada label kemasannya.

7.1.2. Ulat peliang/penggulung daun


Hama lainnya yang menyerang tanaman alpukat adalah
ulat peliang ranting dan daun. Ulat yang aktivitasnya di dalam
ranting disebut ulat peliang ranting dan ulat yang menyerang
saat tanaman sedang trubus atau tanaman bertunas disebut ulat
peliang daun.
Pengendalian ulat ini sebaiknya dengan menggunakan
musuh alami berupa pathogen dari kelompok cendawan seperti
cendawan Metarhizium spp. dan Beauvaria spp. Cara
pengendalian yang lain dengan menggunakan insektisida
Orthene 75 SP dengan takaran 0,5-0,8 g/liter air dan Diazinon 60
EC dengan takaran 1-2 cc/liter air atau diberi Furadan 3G dengan
memasukkannya ke dalam tanah dengan takaran 30 butir/lubang
tanam.

35
Gambar 12.
Pucuk alpukat yang terserang ulat penggulung daun
(insert : Ulat penggulung daun)

7.1.3. Aphids (Aphids gossypii Glov.)


Berbagai spesies aphids, baik aphids coklat maupun
aphids hijau ditemukan juga pada pertanaman alpukat. Gejala
yang ditimbulkan menyebabkan pertumbuhan tanaman
terganggu. Pada serangan hebat tanaman akan kerdil dan
terpilin.
Pengendaliannya dengan menggunakan insektisida
Orthene 75 SP dengan takaran 0,5-0,8 g/liter atau Roxion
2cc/liter air.

36
7.1.4. Tungau merah (Tetranychus cinnabarinus Boisd)
Gejala yang ditimbulkan oleh hama ini adalah permukaan
daun berbintik-bintik kuning yang kemudian akan berubah
menjadi merah tua seperti karat. Di bawah permukaan daun
tampak anyaman benang halus. Serangan yang hebat dapat
menyebabkan daun menjadi layu dan rontok. Pengendaliannya
juga dapat dilakukan dengan menggunakan musuh alami seperti
cendawan seperti Metarhizium spp. dan Beauvaria spp.
Pengendalian secara kimiawi dengan menyemprot
akarisida Kelthan MF yang berbahan aktif dikofoldan dengan
dosis 0,6-1 liter/ha.

7.1.5. Kumbang bubuk cabang/ranting (Xyleborus


coffeae Wurth.)
Gejala yang ditimbulkan oleh hama ini adalah terdapat
lubang yang menyerupai terowongan sehingga makanan tidak
dapat tersalurkan ke daun, kemudian daun layu, kering dan
akhirnya mati.
Pengendalian hama ini dilakukan dengan penyem-protan
insektisida sistemik berbahan aktif asefat atau diazinon yang
terkandung dalam Orthene 75 SP dengan dosis 0,5-0,8 g/liter
dan Diazinon 60 EC dengan dosis 1-2 cc/liter secara teratur pada
saat tanaman sedang flush. Selain itu bisa juga dilakukan dengan
37
pemangkasan pada cabang atau ranting yang terserang dan
dibakar sehingga tidak menyebar ke tanaman lain.

Gambar 13.
Ranting alpukat yang terserang hama kumbang bubuk cabang
(insert : hama kumbang bubuk)

7.1.6. Lalat buah (Dacus dorsalis Hend.)


Hama ini biasanya menyerang buah, yang ditandai
dengan bintik hitam atau benjolan pada permukaan buah, yang
merupakan tusukan hama sekaligus tempat untuk meletakkan
telur. Bagian buah berlubang dan busuk. Pengendalian hama ini
dengan umpan minyak citronella atau umpan protein malation.
Pengendalian kimiawi dengan penyemprotan insektisida
Hostathion 40 EC yang berbahan aktif triazofos dengan dosis 2
38
cc/liter. Tindakan yang paling baik adalah memusnahkan semua
buah yang terserang atau membalik tanah agar larva terkena
sinar matahari dan mati.

Gambar 14.
Buah alpukat yang terserang lalat buah

7.2. Penyakit Utama dan Pengendaliannya


7.2.1. Antraknose
Penyakit ini menyerang semua bagian tanaman, kecuali
akar. Bagian yang terinfeksi berwarna coklat karat, kemudian
daun, bunga, buah/cabang tanaman akan gugur. Pengendalian
dengan memangkas cabang dan ranting yang mati.

39
Pengendalian secara kimiawi dapat disemprot dengan
fungisida yang berbahan aktif maneb seperti Velimex 80 WP
dengan dosis 2-2,5 g/liter.

Gambar 15.
Buah alpukat yang terserang penyakit antraknose

7.2.2. Bercak daun atau bercak coklat


Jamur ini berwarna gelap dan menyukai tempat lembab.
Gejala yang ditimbulkan adalah bercak coklat muda dengan tepi
coklat tua di permukaan daun atau buah. Bila cuaca lembab,
bercak coklat berubah menjadi bintik-bintik kelabu.
Pengendaliannya dengan menyemprot fungisida Masalgin
50 WP yang berbahan aktif Benomyl dengan dosis 1-2 g/liter.

40
Gambar 16.
Daun alpukat yang terserang bercak daun

7.2.3. Busuk akar dan kanker batang


Penyakit ini disebabkan oleh jamur Phytopthora yang
hidup saprofit di tanah yang mengandung bahan organik,
menyukai tanah basah dengan draenase jelek. Penyakit busuk
akar termasuk penyakit yang utama pada tanaman alpukat.
Bagian yang diserang adalah semua bagian tanaman. Penyakit
ini menyebabkan kerusakan tanaman secara bertahap. Daun
yang terserang ukurannya kecil-kecil bila dibandingkan dengan
daun yang normal. Daun yang terserang berwarna pucat atau

41
kuning kehijauan, tidak berwarna hijau tua seperti layaknya daun
yang sehat. Serangan hebat dapat mengakibatkan kematian
tanaman.
Pencegahan dapat dilakukan dengan memperbaiki
draenase, jangan sampai ada air yang menggenang atau dengan
membongkar tanaman yang terserang kemudian diganti dengan
tanaman yang baru.

7.2.4. Busuk buah


Penyebabnya adalah jamur Botryodiplodia theobromae
pat. Jamur ini menyerang apabila ada luka pada permukaan
buah. Bagian yang pertama kali diserang adalah ujung tangkai
buah dengan tanda adanya bercak coklat yang tidak teratur,
kemudian menjalar ke bagian buah. Pada kulit buah akan timbul
tonjolan-tonjolan kecil.
Pengendalian secara kimiawi dengan disemprot dengan
fungisida Velimex 80 WP yang berbahan aktif Zineb dengan dosis
2-2,5 g/liter.

7.2.5. Embun tepung


Pada tanaman alpukat terdapat berbagai penyakit seperti
Oidium spp. Ciri yang dapat diketahui akibat serangan penyakit
embun tepung alpukat adalah pada daun muda atau tunas
42
bunga. Daun yang terinfeksi jamur ini menunjukkan gejala
penguningan dan penggulungan. Massa jamur ini dapat
menutupi hampir seluruh permukaan daun. Kerugian akibat
tertutupnya permukaan daun adalah terhambatnya proses
fotosintesa, sehingga footosintat yang dibutuhkan oleh tanaman
untuk tumbuh dan pengisian buah menjadi terhambat. Penyakit
ini disebabkan oleh cendawan yang obligat parasit dan biasanya
disebut dengan embun tepung atau powdery mildew.

VIII. PANEN
Kriteria buah yang sudah tua dapat ditentukan secara
fisual, antara lain warna kulit tua tetapi belum menjadi
coklat/merah dan tidak mengkilap, bila buah diketuk dengan
punggung kuku menimbulkan bunyi yang nyaring, dan bila buah
digoyang-goyang akan terdengar goncangan biji. Pada umumnya
buah dapat dipetik setelah berumur 6-7 bulan dari saat bunga
mekar dan tergantung varietasnya. Buah dipanen pada tingkat
ketuaan 80-85%. Pemanenan buah harus dilakukan secara baik
dan benar serta hati-hati karena sangat mempengaruhi mutu
buah. Pemanenan dapat dilakukan dengan tangan dan bila
kondisi pohon tidak memungkinkan, dapat menggunakan tangga
atau galah yang diberi keranjang/kantongan yang terbuat dari
bahan yang lunak dengan jaring dari plastik, sehingga buah yang
43
dipanen tidak sampai rusak/lecet. Saat dipanen, buah harus
dipetik/dipotong bersama sedikit tangkai buahnya (3-5 cm) untuk
mencegah memar atau luka pada bagian dekat tangkai buah.
Biasanya alpukat mengalami musim berbunga pada awal
musim hujan dan musim berbuah lebatnya pada bulan
Desember, Januari, Pebruari. Di Indonesia yang keadaan
alamnya cocok untuk pertanaman alpukat, musim panen dapat
terjadi setiap bulan. Produksi buah alpukat pada pohon-pohon
yang tumbuh dan berbuah baik dapat mencapai 70-80
kg/pohon/tahun. Produksi rata-rata yang dapat diharapkan dari
setiap pohon berkisar 50 kg.

IX. PASCA PANEN


Agar kehilangan hasil dapat diperkecil sebaiknya setelah
buah terkumpul, selanjutnya di bawa ke packing house operation
(operasi rumah pengemasan). Kegiatannya meliputi pencucian,
sortasi, grading dan penyimpanan.

9.1. Pencucian
Pencucian buah bertujuan untuk menghilangkan kotoran
dan noda-noda yang menempel termasuk serangga dan hewan-
hewan kecil lainnya, yang akan berpengaruh terhadap

44
penampilan buah. Cara pencucian dapat dilakukan dengan
perendaman dalam air sampai kotoran yang melekat mudah
dibersihkan.

9.2. Sortasi dan grading


Setelah buah bersih, selanjutnya dilakukan penyortiran
yang bertujuan untuk memisahkan buah yang baik dan
memenuhi persyaratan dari buah yang cacat, terkena serangan
serangga, memar, pecah ataupun berukuran terlalu kecil.
Pekerjaan sortasi ini mutlak dilakukan baik untuk pasar lokal
maupun pasar luar negeri. Buah yang pecah atau terkena
serangan hama yang tidak disortir akan menjadi cepat busuk dan
akibatnya pada waktu transportasi dan penyimpanan akan
mempengaruhi atau menular ke buah lain yang masih baik. Ciri-
ciri buah yang baik : tidak cacat, kulit buah harus mulus tanpa
bercak, cukup tua tetapi belum matang, ukuran buah seragam.
Biasanya dipakai standart dalam 1 kg terdiri dari 3 buah atau
berbobot maksimal 400 g dan bentuk buah seragam.
Grading atau pengklasan perlu dilakukan untuk
memenuhi standar mutu. Ada 3 macam ukuran buah alpukat
berdasarkan berat yang memenuhi standar mutu alpukat, yaitu
ukuran besar (451-550 g/buah), ukuran sedang 351-450 g/buah,
dan ukuran kecil 250-350 g/buah.

45
9.3. Pemeraman dan penyimpanan
Buah alpukat dapat dikonsumsi bila sudah masak. Untuk
mencapai tingkat ini diperlukan waktu sekitar 7 hari setelah petik
(bila buah dipetik pada saat sudah cukup ketuaannya). Bila
tenggang waktu tersebut akan dipercepat, maka buah harus
diperam terlebih dahulu. Cara sederhana yang dapat dilakukan
adalah memasukkan buah ke dalam plastik atau karung goni
yang kemudian diikat rapat, selanjutnya karung goni diletakkan
di tempat yang kering dan bersih. Selain itu juga dapat
menggunakan zat-zat atau bahan yang dapat menghasilkan
hormon pemasakan seperti asetilen dan etilen; sebagai
contohnya adalah karbid, ethrel, daun albisia, dan daun gamal.
Untuk memperpanjang umur simpan, penyimpanan dapat
dilakukan pada suhu ren-dah sekitar 5 °C, dan mampu bertahan
hingga hari ke-30 sampai hari ke-45. Penyimpanan pada suhu
rendah akan memperlambat laju respirasi sehingga proses
pematangan dapat ditunda. Pelapisan lilin dengan konsentrasi
4% dapat mempertahankan masa simpan selama 7 hari.
Buah alpukat yang dipanen pada tingkat kematangan
komersial, dan disimpan pada suhu 22 °C atau pada suhu 2-7 °C
selama 3-5 minggu, terdapat korelasi yang positif dan nyata
terhadap kadar Ca, Mg dan kadar rasio Ca+Mg/potassium pada
daging buah (Hofman et al., 2001).
46
9.4. Pengemasan
Kemasan adalah wadah/tempat yang digunakan untuk
mengemas suatu komoditas. Kemasan untuk pasar lokal berbeda
dengan kemasan untuk ekspor. Untuk pemasaran di dalam
negeri, buah alpukat dikemas dalam karung-karung
plastik/keranjang, lalu diangkut dengan kendaraan bermotor
agar sampai ke konsumen. Untuk ekspor menggunakan kotak
karton berkapasitas 5 kg buah alpukat, buah alpukat dibungkus
kertas tissue dan disusun secara rapi di dalam kotak karton
tersebut. Agar alpukat tidak bergerak, ruang kosong di antara
buah diisi dengan potongan kertas. Di bagian atas jajaran
alpukat juga diberi potongan kertas hingga kotak karton terisi
penuh. Sebaiknya kotak hanya diisi buah satu lapis saja,
kemudian kotak ditutup dan diikat kuat menggunakan pita
pengikat. Kemasan ini biasanya dilengkapi dengan tulisan, label,
dan keterangan mengenai isi serta informasi lain yang diperlukan
konsumen. Bahan, ukuran, dan cara pengemasan harus sesuai
dengan fungsi dan syarat pengemasan itu sendiri. Syarat
kemasan yang baik antara lain: tidak toksik; menjamin isi bebas
dari kerusakan fisik atau pengaruh bahan kimia; dapat mencegah
pemalsuan; mudah dibuka dan ditutup; menjamin kemudahan
dan keamanan dalam pengeluaran isi; menjamin kemudahan
pembuangan kemasan bekas; ukuran, bentuk, dan berat
47
kemasan sesuai dengan isi; penampilan harus sesuai dengan
negara/daerah tujuan; dapat mempertahankan cetakan label dan
tambahan dekorasi; memenuhi syarat-syarat khusus yang
ditetapkan negara/daerah tujuan.

X. PEMANFAATAN ALPUKAT
Bagian tanaman alpukat yang banyak dimanfaatkan
adalah buahnya sebagai makanan buah segar. Selain itu
pemanfaatan daging buah alpukat yang biasa dilakukan adalah
digunakan sebagai bahan pangan yang diolah dalam berbagai
masakan.
Produk olahan alpukat masih sangat terbatas,
kebanyakan dikonsumsi dalam bentuk juice dan campuran buah
dalam sirop (cocktail). Juice alpukat dapat dikonsumsi dalam
bentuk tunggal maupun dicampur dengan bahan pelezat lainnya
seperti susu, coklat, dan disajikan dengan diberi es batu,
sedangkan untuk coktail dapat dicampur dengan buah-buahan
lain seperti nenas, pepaya, bengkoang, kelapa muda dll.
Manfaat lain dari daging buah alpukat adalah sebagai
bahan baku kosmetik seperti pembersih atau penyegar
wajah/kulit, masker wajah, campuran bahan untuk sabun mandi,
dan penyubur rambut.

48
Gambar 17.
Pemanfaatan alpukat,
A. Konsumsi segar, B. Olahan (juice alpukat)

49
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2000. Vademekum Buah. Direktorat Tanaman Buah.
Jakarta.
Anonymous. 2000. Alpukat/Avokad. Kantor Deputi Menristek
Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta. 18 hal.
Hofman. P.J.; S. Vuthapanich; A.W. Whiley; A. Klieber and D.H.
Simons. 2001. Tree Yield and Fruit Minerals
Concentrations Influence ‘ Hass ‘ Avocado Fruit Quality.
Scientia Horticulturae Volume 92, Issue 2, 31 January
2002. p. 113-123.
Indriani, Hety, Y. dan E. Sumiarsih. 1992. Alpukat. Penanaman
Jenis Komersial. Aspek Pemasaran. Penebar Swadaya.
Jakarta. 96 hal.
Jawal, M. Anwarudin S; M. Winarno dan H. Sunarjono. 1989.
Pengaruh Model dan Ketinggian Penyambungan pada
Perbanyakan Alpukat secara Sambung Pucuk. Penel. Hort.
Vol. 3 (2) : 77-82.
Kalie, M. Baga. 1997. Alpukat : Budidaya dan Pemanfaatan-nya.
Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 112 hal.
Morton, J.F. 1987. Fruits of Warm Climates. Creative Resource
Systems, Inc. Box 890, Winterville, N.C. 28590. p 91-
102.
Purnomo, S. 1977. Pengenalan Varietas dan Pemantapan
Diterminasi Tanaman Induk Buah-buahan. Makalah pada
Kursus Pengawas Benih di BPSP IX se Sumatera Selatan
dan Bengkulu. Lahat. 6-12 Juli 1977.

50
Rahardi, F. 1993. Agribisnis Tanaman Buah. Penebar Swadaya.
Jakarta. 53 hal.
Rini Wudianto. 1989. Membuat Setek, Cangkok dan Okulasi.
Penebar Swadaya. Jakarta. 150 hal.
Roesmijanto dan D. Djatmiadi. 1994. Status Penyakit dan Hama
Penting pada Tanaman Alpukat Serta Usaha
Pengendaliannya. Laporan Hasil Penelitian TA.
1993/1994. 16 hal. (belum dipublikasi).
Sunarjono, H. 1987. Ilmu Produksi Tanaman Buah-buahan. Sinar
Baru. Bandung. 209 hal.
Supriyanto, A. Dan D. Bandiyasdini. 1990. Pengaruh Bobot dan
Macam Pemotongan Benih terhadap Pertum-buhan Semai
Alpukat. Hortikultura, 18 : 617-620.
Sudarso, J., T. Setyowati, B. Supriyanto dan S. Hosni. 2000.
Monograf Alpokat. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Hortikultura. Jakarta. 45 hal.
Sarwono, B. 2003. Membuat Tanaman Cepat Berbuah. Penebar
Swadaya. Jakarta. 81 hal.
Setyobudi, L., D. Djatmiadi dan O. Endarto. 1992. Identifikasi
dan Pengendalian Kompleks Hama pada Pembibitan
Alpukat. Laporan Hasil Penelitian TA. 1991/1992. Sub
Balai Penelitian Hortikultura Tlekung. 8 hal. (Belum
publikasi).
Verheij, E.W.M. and R.E. Coronel. 1992. Prosea. Plant Resources
of South-East Asia 2. Edible Fruits and Nuts. Bogor.
____________________________, 1997. Prosea Sumber Daya
Nabati Asia Tenggara 2. Buah-buahan Yang Dapat
Dimakan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 568 hal.
51
Winarno, M., H. Sunarjono, I. Sutarto dan S. Kusumo. 1990.
Teknik Perbanyakan Cepat Buah-buahan Tropika. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Jakarta. 82
hal.
Wirasmanto. 1971. Penggunaan Alpukat. Warta Pertanian (10).
Jakarta. hal. 19.
Wolstenholme. B.N.; A.W. Whiley and J.B. Saranah. 1990.
Manipulating Vegetative : Reproductive Growth in
Avocado (Persea Americana Mill.) with Paclobutrazol
Foliar Sprays. Scientia Horticulturae Volume 41, Issue 4,
February 1990. p 315-327.

52

Anda mungkin juga menyukai