Anda di halaman 1dari 23

Menyelesaikan Pengujian Dalam Siklus Penjualan dan Penagihan: Piutang

Usaha.

1.1 Metodologi Untuk Merancang Pengujian Atas Rincian Saldo


Dalam mendesain pengujian perincian saldo piutang usaha, auditor harus memenuhi
delapan tujuan perincian saldo. Delapan tujuan umum ini sama untuk seluruh akun, yang
disebut tujuan audit yang terkait dengan saldo piutang usaha. Kedelapan tujuan tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Piutang usaha dalam neraca saldo sesuai dengan jumlah file induk terkait, dan totalnya telah
ditambahkan dengan benar serta sama sengan buku besar umum. (Detail tie-in).
2. piutang usaha yang dicatat ada (Keberadaan).
3. piutang usaha yang telah dicantumkan (Kelengkapan).
4. piutang usaha sudah akurat (Keakuratan ).
5. Piutang usaha telah diklasifikasikan dengan benar (Klasifikasi).
6. Pisah batas waktu piutang usaha yang benar ( Pisah batas)
7. Piutang usaha dinyatakan dalam nilai realisasi (Nilai Terealisasi)
8. Klien memiliki hak atas piutang usaha (Hak)

1
Metologi untuk Merancang Pengujian atas Rincian Saldo bagi Piutang Usaha

Mengidentifikasi risiko bisnis klien yang mempengaruhi


piutang usaha Tahap I

Menetapkan materialitas kinerja dan menilai risiko inheren Tahap I


untuk piutang usaha

Menilai risiko pengendalian untuk siklus penjualan dan Tahap I


penagihan

Merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian dan


pengujian substantif atas transaksi untuk siklus penjualan dan Tahap II
penagihan
I
Merancang dan melaksanakan prosedur analitis untuk piutang Tahap III
usaha
I
Prosedur audit

Merancang pengujian atas rincian saldo piutang usaha untuk Prosedur audit
memenuhi tujuan audit yang berkaitan dengan saldo Tahap III
Prosedur audit
I
Prosedur audit

Kolom dalam kertas kerja perencanaan bukti termasuk tujuan audit terkait saldo.
Auditor menggunakan faktor-faktor yang ada untuk membantu mengetahui resiko deteksi
piutang usaha yang terencana, sesuai tujuannya.

Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Mempengaruhi Piutang Usaha (Tahap I)


Pengujian atas piutang usaha didasarkan pada prosedur penilaian resiko audit agar
auditor memahami bisnis dan industri klien. Sebagai bagian dari pemahaman tersebut, auditor
mempelajari lingkungan bisnis dan industri klien serta mengevaluasi tujuan manajemen dan
proses bisnis yang mengidentifikasi risiko bisnis secara signifikan dapat mempengaruhi
pelaporan keuangan, termasuk piutang usaha.
Risiko bisnis klien yang mempengaruhi piutang usaha oleh auditor dianggap sebagai
resiko tak terhindarkan dan dijadikan bukti perencanaan untuk piutang usaha. Contohnya,
sebagai hasil dari perubahan lingkungan ekonomi dalam industri, auditor bisa meningkatkan
risiko inheren dalam nilai realisasi bersih piutang usaha.

2
Menetapkan Materialitas Kinerja dan Menilai Resiko Inheren (Tahap I)
Auditor akan memutuskan pertimbangan pendahuluan mengenai materialitas untuk
laporan keuangan, lalu mengalokasikan jumlah pertimbangan pendahuluan ke setiap akun
neraca yang signifikan, termasuk piutang usaha. Alokasi ini disebut penetapan materialitas
kinerja. Ketika menilaia risiko inheren bagi setiap tujuan untuk akun-akun seperti piutang
usaha, auditor mempertimbangkan resiko bisnis klien dan sifat klien serta industrinya.
Standar auditing mengindikasikan bahwa auditor harus mengidentifikasi secara formal risiko
kecurangan tertentu menyangkut pengakuan pendapatan. Hal ini akan mempengaruhi
penilaian resiko inheren oleh auditor untuk tujuan: keberadaan atau eksistensi, pisah batas
penjualan,serta pisah batas retur dan pengurangan penjualan.

Menilai Risiko Pengendalian Untuk Siklus Penjualan dan Penagihan (Tahap I)


Pengendalian internal atas penjualan dan bukti penerimaan kas yang berhubungan
dengan piutang usaha biasanya berlangsung secara efektif di banyak perusahaan karena
manajemen sangat peduli dengan pencatatan yang akurat untuk menjaga hubungan baik
dengan pelanggan. Auditor umumnya memperhatikan tiga aspek pengendalian internal, yaitu:
1. Pengendalian untuk menghindari atau mendeteksi pencurian.
2. Pengendalian atas penetapan pisah batas.
3. Pengendalian yang berhubungan dengan cadangan piutang tidak tertagih.

Auditor harus menghubungkan risiko pengendalian atas tujuan audit terkait transaksi
dan tujuan audit terkait saldo, terutama untuk merencanakan risiko deteksi dan bukti-bukti
yang akan digunakan dalam pengujian perincian saldo.hubungan dua hal ini biasanya mudah
ditemukan. hubungan antara kedua transaksi untuk siklus penjualan dan penagihan. Sebagai
contoh, auditor menyimpulkan risiko pengendalian untuk transaksi penjualan dan penerimaan
kas adalah rendah dalam hal akurasi saldonya. Dengan demikian, auditor menyimpulkan
bahwa pengendalian untuk akurasi saldo piutang usaha adalah efektif karena transaksi satu-
satunya yang mempengaruhi piutang usaha adalah penjualan dan penereimaan kas.

Kedua aspek yang berhubungan di bawah ini, yaitu :


1. Untuk penjualan, tujuan audit terkait keterjadian transaksi audit memengaruhi tujuan audit
terkait keberadaan saldo.Untuk penereimaan kas, tujuan audit-terkait keterjadian transaksi
memengaruhi tujuan audit-terkait kelengkapan saldo. Hubungan yang sama juga terjadi pada
tujuan audit-terkait kelengakapan transaksi. kesimpulan ini adalah karena kenaikan penjualan

3
meningkatkan piutang dagang, namun penerimaan kas menurunkan saldo piutang dagang.
Sebagai contoh, pencatatan penjualan yang sebetulnya tidak terjadi akan berbeda dengan
tujuan audit-terkait keterjadian transaksi dan tujuan audit-terkait keberadaan saldo.
Pencatatan penerimaan kas tidak hanya akan berbeda dengan tujuan audit-terkait keterjadian
transaksi, tetapi juga berbeda dengan tujuan audit-terkait kelengkapan saldo karena piutang
usaha yang masih belum dibayar tidak termasuk dalam pencatatan tersebut.
2. Nilai realisasi dan tujuan audit-terkait saldo piutang dagang, seperti halnya tujuan audit-
terkait penyajian dan pengungkapan, tidak dipengaruhi oleh evaluasi risiko pengendalian di
luar tujuan-tujuan audit diatas, auditor harus mengidentifikasi dan melakukan pengujian
terpisah.

Hubungan antara tujuan audit-terkait untuk siklus penjualan dan penagihan dan tujuan
audit terkait saldo untuk piutang usaha

Nilai Terealisasi
Kelengkapan
Detail Tie-In

Kelas Tujuan Audit


Keberadaan

Pisah Batas
Keakuratan

Klasifikasi
Transaksi Terkait
Transaksi

Hak
Penjualan Keterjadian X
(Occurance)
Kelengkapan X
(Completeness)
Keakuratan X
(Accuracy)
Posting Dan X
Ikhtisar
(Posting And
Summarization)
Klasifikasi X
(Classification)
Penetapan X
Waktu
(Timing)
Penerimaan Keterjadian X
Kas (Occurance)
Kelengkapan X
(Completeness)
Keakuratan X
(Accuracy)
Posting Dan X
Ikhtisar
(Posting And
Summarization)
Klasifikasi X
(Classification)
Penetapan X
Waktu
(Timing)

4
mencantumkan tiga baris evaluasi tiga baris evaluasi resiko pengendalian: satu untuk
penjualan, satu untuk penerimaan kas, dan satu untuk pengendalian tambahan sehubungan
dengan saldo piutang usaha. Sumber dari resiko pengendalian untuk penjualan dan
penreimaan kas adalah matriks risiko pengendalian yang mengansumsikan bahwa hasil
pengujian pengendalian mendukung mendukung pengujian awal. Auditor membuat evaluasi
resiko pengendalian yang terpisah untuk tujuan yang hanya berkaitan dengan piutang usaha
atau untuk penyajian dan pengungkapan.

Merancang dan Melaksanakan pengujian Pengendalian dan Pengujian Subtantif Atas


Transaksi (Tahap II)
Hasil pengujian pengendalian menentukan apakah resiko pengendalian atas penjualan
dan penerimaan kas perlu direvisi.Auditor menggunakan hasil pengujian subtantif atas
transaksi untuk menentukan apakahrisiko pengendaliam atas penjualan dan penerimaan kas
perlu direvisi. auditor menggunakan hasil pengujian subtantif atas transaksi untuk mentukan
apakah perencanaan resiko deteksi sudah memenuhi untuk setiap tujuan audit terkait saldo
piutang usaha.

Merancang dan Melakukan Prosedur Analitis (Tahap III)


Prosedur analitis biasanya dilakuikan dalam tiga tahap audit : selama perencanaan, saat
pelaksanaan pengujian terperinci dan saat menyelesaikan audit.
Prosedur analitis umumnya dialkukan selama tahap pengujian diselesaikan setelah
tanggal neraca, namun sebelum dilakukan pengujian perincian saldo. Hal ini menimbulkan
keinginan untuk melakukan ekstensifikasi prosedur analitis sebelum klien mencatat seluruh
transaksi selama tahun tersebut dan menyelesaikan laporan keuangan.
Auditor menjalankan prosedur analitis untuk seluruh siklus penjualan dan penagihan,
tidak hanya piutang usaha. Hal ini perlu dilakukan karena terdapat hubungan erat antara
laporan laba rugi dengan akun-akun pada neraca. Jika auditor mengidentifikasi adanya
kesalahan penyajian dalam penjualan atau pengembalian barang dagangan dengan
menggunakan prosedur analitis, piutang usaha kemungkian besar akan menutupi kesalahan
tersebut.
Sebagai tambahan untuk prosedur analitis pada tabel, auditor perlu menelaah piutang
usaha yang jumlahnya besar atau tidak lazim, seperti saldo yang besar.rekening yang tidak
tertagih dalam waktu lama, piutang dari perusahaan yang terfiliasi, karyawan, direktur atau
pihak-pihak lain, dan saldo kredit.Untuk mengidentifikasi jumlah ini, auditor perlu menelaah

5
daftar rekening pada tanggal neraca untuk menentukan akun mana yang perlu diselidiki lebih
lanjut.
Prosedur analitis untuk siklus penjualan dan penagihan:
Prosedur analitis Salah saji yang mungkin terjadi
Membandingkan presentasi laba kotor Lebih saji atau kurang saji penjualan dan
dengan tahun sebelumnya (sesuai lini piutang usaha
produk)
Membandingka penjualan bulanan (sesuai Lebih saji atau kurang saji penjualan dan
lini produk) piutang usaha
Membandingkan retur dan potongan Lebih saji atau kurang saji retur dan
penjualan sebagai presentasi dan potongan penjualan dan piutang usaha
penjualan kotor dengan angka tahun
sebelumnya (sesuai lini produk)
Membandingkan saldo pelanggan individu Salah saji pada piutang usaha dan akun
yang melebihi jumlah tertentu dengan laporan laba/rugi terkait
angka tahun sebelumnya
Membandingkan piutang tidak tertagih Piutang usaha yang tak tertagih yang
sebagai presentase dari penjualan kotor belum tersedia
dengan angka tahu sebelumnya
Membandingkan jumlah hari peredaran Lebih saji atau kurang saji pada cadangan
piutang dagang dengan angka tahun kerugian dan piutang tak tertagih ; hal ini
sebelumnya dan perputaran dengan dapat mengindikasikan adanya piutang
piutang usaha terkait usaha fiktif
Membandingkan ketegori umur piutang Lebih saji atau kurang saji pada cadangan
sebagai presentase dari piutang usaha kerugian piutang dan piutang tak tertagih
dengan angka tahun sebelumnya.
Membandingkan cadangan kerugian Lebih saji atau kurang saji pada cadangan
piutang sebagai sebagai presentase dari kerugian piutang dan piutang tak tertagih
piutang usaha dengan angka tahun
sebelumnya
Membandingkan penghapusan piutang tak Lebih saji atau kurang saji pada cadangan
tertagih sebagai presentase dari total kerugian piutang dan piutang tak tertagih
piutang usaha dengan angka tahun
sebelumnya

Kesimpulan auditor mengenai prosedur analitis subtantif untuk siklus penjualan dan
penagihan terhubungkan dengan kertas kerja perencanaan bukti baris ketiga dari bawah.Oleh
karena prosedur analitis merupakan pengujian subtantif, maka prosedur ini mengurangi tugas
auditor dalam melakukan pengujian perincian saldo, jika hasil dari prosedur tersebut
memuaskan.
Jika prosedur analitis dalam siklus penjualan dan penagihan mengungkapkan adanya
fluktuasi tidak biasa, maka auditor perlu meminta informasi kepada manajemen. Tanggapan
dari manajemen perlu dievaluasi dengan kritis, apakah mampu menjelaskan mengenai
fluktuasi tersebut dan mampu menunjukkan bukti pendukungnya.

6
Merancang dan Melaksanakan atas Pengujian Rincian Saldo Piutang Usaha (Tahap
III)
Pengujian perincian yang tepat terhadap saldo bergantung pada faktor-faktor yang
disebutkan dalam kertas kerja perencanaan bukti.Resiko deteksi yang terncana untuk setiap
tujuan audit terkait saldo piutang usaha ditampilkan pada baris kedua.Keputusan ini secara
subjektif ditentukan auditor untuk setiap faktor yang disebutkan dalam baris tersebut.
Tugas menggabungkan faktor-faktor penentu risiko deteksi terencana cukup kompleks
karena pengukuran untuk setiap faktor bisa saja salah dan penentuan bobot untuk setiap
faktor sifatnya sangat subjektif.Sebaliknya, hubungan abtar faktor dan resiko deteksi
terencana biasanya mudah dilakukan. Sebagai contoh, Auditor tahu risiko tinggi yang tak
terhindrkan atau resiko pengendalian menurunkan risiko deteksi terencana, sedangkan hasil
yang baik untuk pengujian substantif atas transaksi meningkatkan risiko deteksi terencana
dan menurunkan pengujian subtantif ternecana lainnya.

1.2 Merancang Pengujian Atas Rincian Saldo


Meskipun auditor menekankan akun-akun neraca dalm pengujian perincian saldo, akun
laporan laba-rugi tidak dilupakan karena akun laporan laba/rugi diuji sebagai produk
sampingan dari pengujian neraca. Sebagai contoh, jika auditor mengkonfirmasi saldo piutang
usaha dan menemukan lebih saji yang disebabkan karena kesalahan dalam penagihan ke
pelanggan, maka baik piutang dagang maupun penjualan menjadi lebih saji.
Konfirmasi atas piutang usaha merupakan pengujian terpenting terhadap perincian
piutang usaha. Dalam membahas pengujian perincian saldo piutang usaha, kita berfokus pada
tujuan audit terkait saldo. Kita akan mengasumsikan dua hal, yaitu:
1. Auditor telah menyelesaikan kertas kerja perencanaan bukti.
2. Auditor telah menetapkan risiko deteksi terencana untuk pengujian atas rincian saldo bagi
setiap tujuan audit-terkait saldo.

Piutang Usaha Ditambahkan dengan Benar dan Sesuai dengan File Induk dan Buku
Besar Umum
Pada umumnya, pengujian atas piutang usaha dan cadangan kerugian piutang dilakukan
berdasarkan neraca saldo. Sebuah neraca saldo menyajikan saldo piutang usaha pada tanggal
neraca termasuk data saldo piutang untuk setiap pelanggan disertai perincian saldo untuk
kurun waktu antara tanggal penjualan dan tanggal neraca.

7
Biasanya, auditor melakukan pengujian atas informasi yang didapatkan dari kecocokan
perincian (detail tie-in) dalam neraca saldo, sebelum melakukan pengujian lainnya. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui apakah populasi yang diuji sama dengan buku besar dan piutang
usaha pada berkas utama. Total kolom dan kolom yang berkaitan dengan umur piutang harus
diuji dan total pada neraca saldo dibandingkan dengan buku besar. Sebagai tambahan, auditor
harus menelusuri sampel untuk saldo masing-masing dokumen pendukung, seperti duplikat
bukti penjualan untuk mencocokkan nama pelanggan, saldo, dan penghitungan umur piutang
yang tepat. Perluasan pengujian terhadap kecocokan perincian bergantung pada jumlah
rekening, tingkat pengujian atas berkas utama sebagai bagian dari uji pengendalian dan
pengujian substantive atas transaksi, dan tingkat pengujian yang dilakukan oleh auditor
internal atau pihak independen lain sebelum auditor. Auditor sering kali menggunakan
peranti lunak audit untuk menjumlah ke bawah dan ke samping pada neraca saldo dan
menghitung ulang taksiran umur piutang.

Piutang Usaha Yang Dicatat Memang Ada


Konformasi atas saldo tagihan pelanggan merupakan pengujian paling penting untuk
menentukan keberadaan piutang usaha yang dicatat. Ketika pelanggan tidak menanggapi
konfirmasi, maka auditor perlu memeriksa dokumen pendukung untuk mengecek pengiriman
barang. Biasanya, auditor tidak menguji dokumen pengiriman atau bukti penerimaan kas
dalam sampel yang dikonfirmasi, melainkan memperluas penggunaan dokumen tersebut
sebagai alternative bukti bagi konfirmasi yang tidak ditanggapi.

Piutang Usaha Yang Ada Telah Dicantumkan


Bagi auditor, sulit untuk melakukan pengujian saldo rekening di luar neraca saldo,
kecuali bergantung pada pertimbangan data piutang usaha di berkas utama. Contohnya, jika
klien tanpa sengaja tidak memasukkan piutang usaha pada neraca saldo, kemungkinan hal ini
akan dapat dideteksi ketika auditor melakukan penjumlahan ke bawah terhadap piutang usaha
di neraca saldo, kemudian melakukan rekonsiliasi saldo melalui akun pengntrol di buku
besar.
Jika seluruh penjualan kepada pelanggan tidak dimasukkan dalam jurnal penjualan,
maka kurang saji pada piutang dagang tidak dapat diungkap melalui pengujian perincian
saldo. Sebagai contoh, auditor jarang mengirimkan konfirmasi piutang usaha kepada
pelanggan dengan saldo nol, sebagian karena hasil penelitian menyebutkan bahwa pelanggan
biasanya tidak merespons permintaan konfirmasi yang menunjukkan saldo mereka kurang.

8
Sebagai tambahan, penjualan yang tidak tercatat kepada pelanggan baru akan sulit
diidentifikasi dalam konfirmasi karena nama pelanggan tersebut tidak masuk dalam berkas
utama. Kurang saji atas penjualan dan piutang usaha lebih baik dideteksi dari prosedur
analitis dan pengujian substantive atas transaksi pengiriman yang dilakukan, tetapi tidak
dicatat (tujuan kelengkapan atas pengujian transaksi penjualan).

Piutang Usaha Sudah Akurat


Konfirmasi rekening yang diambil dari neraca saldo merupakan bentuk pengujian
perincian saldo yang paling umum dilakukan untuk mengetahui akurasi piutang usaha. Bila
pelanggan tidak merespons permintaan konfirmasi, auditor dapat melihat data pendukung
untuk memperoleh keyakinan atas keberadaan piutang tersebut. Auditor melakukan pengujian
debet dan kredit pada saldo pelanggan individu dengan memeriksa dokumen pendukung
untuk pengiriman dan penerimaan kas.

Piutang Usaha Diklasifikasikan dengan Benar


Umumnya, auditor dapat mengevaluasi klasifikasi piutang usaha dengan mudah, yaitu
dengan menelaah neraca saldo untuk piutang yang jumlahnya material dari afiliasi, karyawan,
direktur, atau pihak terkait lainnya. Auditor perlu mengecek apakah piutang yang sifatnya
jangka panjang sudah dipisahkan dari piutang dagang biasa, dan saldo kredit pada piutang
usaha yang jumlahnya besar diklasifikasikan kembali menjadi utang usaha.
Terdapat hubungan erat antara tujuan audit-terkait klasifikasi saldo dengan klasifikasi
terkait, penyajian atas pemahamannya, dan tujuan pengungkapannya. Untuk mencapai tujuan
audit-terkait klasifikasi saldo, auditor harus menetapkan apakah klien telah
mengklasifikasikan piutang usaha secara benar. Sebagai contoh, auditor akan menetapkan
apakah piutang dari pihak terkait telah dipisahkan di neraca saldo. Untuk memenuhi
persyaratan penyajian dan pengungkapan, auditor harus memastikan bahwa klasifikasi
disajikan secara benar dengan menentukan apakah transaksi antara pihak-pihak yang terkait
dengan perusahaan telah dicatat secara tepat dalam laporan keuangan selama menyelesaikan
tahapan audit.

Pisah Batas Piutang Usaha Sudah Benar


Salah saji akibat pisah batas (Cu toff Misstatement) terjadi ketika transaksi dalam
waktu berjalan dicatat selama jeda waktu antara pembuatan pelaporan dan waktu audit, atau
sebaliknya. Tujuan pengujian pisah batas, tanpa memperhatikan jenis transaksi, adalah untuk

9
melihat apakah transaksi yang terjadi di akhir periode akuntansi dicatat pada periode yang
tepat. Hal ini adalah salah satu tujuan terpenting dari siklus karena salah saji dalam pisah
batas memengaruhi laba periode berjalan. Sebagai contoh, kesalahan yang disengaja maupun
tidak disengaja dalam menetapkan penjualan yang terjadi setelah tanggal neraca sebagai
penjualan periode berjalan, atau pengabaian beberapa retur dan pengurangan penjualan pada
periode berjalan, akan menyebabkan lebih saji laba bersih secara material.
Salah saji akibat penetapan pisah batas terjadi pada penjualan, retur dan pengurangan
penjualan, serta penerimaan kas. Untuk masing-masing hal tersebut, auditor perlu
melakukan tiga pendekatan dalam menetapkan kewajaran pisah batas, yaitu:
1. Menetapkan kriteria pisah batas yang tepat.
2. Mengevaluasi apakah klien telah melakukan prosedur yang memadai untuk menentukan
tingkat kewajaran pisah batas.
3. Menguji apakah pisah bats yang ditetapkan sudah benar.

Pisah Batas Penjualan. Sebagian besar klien yang bergerak di bidang perdagangan dan
manufaktur mencatat penjualan berdasarkan kriteria pengiriman barang. Beberapa
perusahaan mencatat faktur pada saat perpindahan kepemilikan, yang dapat terjadi sebelum
pengiriman (seperti dalam kasus barang yang diproduksi khusus), pada saat memulai
pengiriman, atau selama pengiriman berlangsung. Agar pengukuran dilakukan secara tepat
pada periode berjalan, maka metode yang digunakan harus mengikuti Prinsip Akuntansi dan
diterapkan secara konsisten.
Bagian terpenting pada evaluasi metode klien dalam menetapkan pisah batas adalah saat
menentukan prosedur apa yang digunakan. Jika klien menerbitkan dokumen pengiriman
secara urut nomor, maka auditor akan sangat mudah mengevaluasi dan menguji pisah
batasnya. Pemisahan tugas antara fungsi pengiriman dan penagihan juga menguatkan
kecenderungan untuk mencatat transaksi pada periode yang tepat. Bagaimana pun juga, jika
pengiriman dilakukan oleh armada perusahaan, jika pencatatan pengiriman tidak diberi
nomor, dan jika orang yang melakukan pengiriman dan penagihan tidak independen satu
sama lain, maka auditor akan sulit memastikan bahwa pisah batas yang ditetapkan adalah
akurat.
Ketika pengendalian internal klien dianggap memadai, maka auditor biasanya dapat
melakukan verifikasi pisah batas dengan memeriksa nomor dokumen pengiriman pada saat
pengiriman terakhir di akhir periode, lalu membandingkan nomor ini dengan pencatatan
penjualan selama periode berjalan dan periode jeda (subsequent). Sebagai ilustrasi,

10
diasumsikan nomor dokumen pengiriman untuk pengriman terakhir periode berjalan adalah
1489. Seluruh penjualan yang dicatat sebelum akhir periode harus diawali dengan dokumen
nomor 1490 dan tidak ada penjualan dicatat dan dikirimkan selama periode jeda yang
bernomor 1489 atau lebih kecil. Seorang auditor dapat menguji hal ini dengan
membandingkan catatan penjualan dan dokumen pengiriman terkait untuk beberapa hari
terakhir pada periode berjalan, dan beberapa hari di awal periode selanjutnya.

Pisah Batas Retur dan Pengurangan Penjualan


Standar Akuntansi mengharuskan retur penjualan harus dibandingkan dengan
penjualan terkait jika jumlahnya material. Sebagai contoh, jika pengiriman pada periode
berjalan dikembalikan pada periode selanjutnya, maka retur penjualan seharusnya dianggap
sebagai persediaan periode berjalan). Di kebanyakan perusahaan, retur penjualan dicatat pada
periode akuntansi di mana transaksi ini terjadi, dengan asumsi yang hamper sama, yaitu
adanya saling-hapus jumlah pada awal dan akhir periode akuntansi. Pendekatan ini dapat
diterima selama jumlahnya tidak material. Beberapa perusahaan menyediakan cadangan,
mirip dengan cadangan piutang tak tertagih, untuk jumlah retur yang diperkirakan terjadi
selama periode jeda.
Jika auditor yakin bahwa klien mencatat seluruh retur penjualan tepat pada waktunya,
maka pengujian pisah batas bias dilakukan dengan mudah dan langsung. Auditor dapat
menguji dokumen pendukung sebagai sampel untuk retur dan cadangan penjualan yang
dicatat selama periode jeda sampai tanggal penutupan untuk menentukan tanggal penjualan.
Jika auditor melihat bahwa jumlah yang dicatat selama periode jeda secara signifikan berbeda
dari retur dan pengurangan penjualan di awal periode audit, maka mereka perlu melakukan
penyesuaian.

Pisah Batas Penerimaan Kas.


Dalam audit, biasanya penentuan pisah batas penerimaan kas dianggap tidak terlalu
penting dibandingkan pisah batas untuk penjualan, retur, dan cadangan penjualan. Hal ini
disebabkan karena penentuan pisah batas penerimaan kas yang kurang tepat hanya akan
memengaruhi saldo kas dan piutang usaha, bukan laba. Jika salah saji tersebut material, maka
hal tersebut dapat memengaruhi penyajian wajar atas akun-akun ini, terutama ketika jumlah
kas kecil atau bersaldo negatif.
Pengujian untuk salah saji pisah batas penerimaan kas (biasanya disebut holding the
cash receipts book open) cukup mudah dilakukan, yaitu dengan menelusuri pencatatan

11
penerimaan kas ke setoran bank pada periode jasa yang terdapat di laporan bank. Jika
beberapa hari tertunda, maka terdapat indikasi salah saji dalam penentuan pisah batas.Pada
tingkat tertentu, auditor dapat mengandalkan konfirmasi atas piutang dagang untuk
menemukan salah saji pada pisah batas penjualan, retur, dan cadangan penjualan, dan
penerimaan kas. Sulit membedakan salah saji pisah batas dari suatu perbedaan waktu
(timing difference) normal yang terjadi karena pengiriman dan pembayaran dalam perjalanan
pada akhir periode. Sebagai contoh, jika pembeli mengirimkan dan mencatat pembayaran cek
kepada klien untuk rekening yang belum dibayar tanggal 30 Desember sedangkan klien
menerima dan mencatatnya tanggal 2 Januari, maka pencatatan oleh pembeli dan klien akan
berbeda pada tanggal 31 Desember. Hal ini bukan salah saji, melainkan terdapat beda waktu
sehubungan dengan waktu pengiriman. Sulit bagi auditor untuk menentukan apakah situasi
seperti ini disebut salah saji atau beda waktu, jika jawaban konfirmasi dijadikan sumber
informasi. Situasi tersebut membutuhkan penyelidikan lebih lanjut, misalnya dengan
pemeriksaan dokumen pendukung.

Piutang Usaha Dinyatakan Dalam Nilai Terealisasi


Standar Akuntansi mensyaratkan perusahaan mencatat piutang usaha dalam jumlah
tertinggi yang dapat ditagih. Nilai realisasi piutang usaha sama dengan jumlah total piutang
usaha dikurangi dengan cadangan piutang tak tertagih. Untuk menghitung cadangan, klien
mengestimasi jumlah total piutang usaha yang diperkirakan tidak dapat ditagih. Prediksi ini
tentunya tidak dapat dilakukan secara tepat, tetapi auditor perlu mengevaluasi apakah klien
sudah menetapkan cadangannya secara masuk kal dengan mempertimbangkan semua fakta.
Untuk melakukan evaluasi ini, auditor sering kali menyiapkan skedul audit yang
menganalisis cadangan piutang tak tertagih.
Untuk memulai evaluasi cadangan atas piutang tak tertagih, auditor menganalisis hasil
pengujian pengendalian mengenai kebijakan kredit klien. Jika kebijakan ini tidak berubah dan
hasil pengujian kebijakan kredit dan persetujuan kredit konsisten dengan tahun sebelumnya,
maka perubahan saldo cadangan piutang tak tertagih seharusnya hanya merefleksikan
perubahan kondisi ekonomi dan volume penjualan. Jika kebijakan kredit klien berubah secara
signifikan, maka auditor harus berhati-hati dalam mempertimbangkan dampak dari perubahan
ini.
Auditor sering kali mengevaluasi kecukupan cadangan dengan memeriksa akun-akun
jangka panjang pada neraca saldo secara hati-hati untuk menentukan mana yang belum
dibayar setelah tanggal neraca. Besaran saldo dan umur piutang yang belum dibayar dapat

12
dibandingkan dengan informasi serupa tahun-tahun sebelumnya untuk mengevaluasi apakah
jumlah piutang jangka panjang meningkat atau menurun selama kurun waktu tersebut.
Auditor dapat juga menilai kolektibilitas piutang dagang dengan memeriksa berkas-berkas
kredit, mendiskusikan dengan manajer kredit dan menganalisis berkas korespondensi klien.
Prosedur ini sangat penting jika terdapat hanya sedikit rekening bersaldo tingi yang tidak
tterbayarkan dengan basis regular.
Auditor menghadapi dua kesalahan yang biasa terjadi dalam mengevaluasi cadangan
dengan memeriksa saldo jangka panjang secara individu pada neraca saldo. Pertama, mereka
mengabaikan tingkat kecukupan cadangan untuk akun jangka pendek, meskipun beberapa
akun ini jelas-jelas tak tertagih. Kedua, sulit untuk membandingkan hasil tahun berjalan
dengan tahun-tahun sebelumnya dalam basis yang tidak terstruktur. Jika akun-akun ini secara
progresif tidak tertagih selama beberapa tahun, maka akun ini telah diabaikan. Untuk
menghindari dua kesalahan tersebut, klien dapat menyusun sejarah penghapusan piutang tak
tertagih (bad debt write-offs) selama kurun waktu tertentu sebagai referensi dalam
mengevaluasi cadangan tahun berjalan. Sebagai contoh, klien dapat menetapkan 2% dari
piutang lancar, 10% dari piutang berumur 30-90 hari, dan 35% dari semua saldo yang
berumur lebih dari 90 hari dianggap tidak tertagih. Auditor dapat memberlakukan persentase
ini ke neraca saldo dan membandingkan hasilnya dengan saldo pada akun cadangan. Auditor
tentunya harus memverifikasi kewajaran dari persentase yang digunakan dan berhati-hati
dalam memperhitungkan perubahan kondisi.

Beban Piutang Tak Tertagih Setelah auditor puas dengan akun cadangan, mudah baginya
untuk memeriksa piutang tak tertagih. Diasumsikan bahwa:
 Saldo awal akun penyisihan diverifikasi sebagai bagian dari audit sebelumnya.
 Penghapusan piutang tak tertagih diverifikasi sebagai bagian dari pengujian substantif atas
transaksi.
 Saldo akhir akun penyisihan diverifikasi dengan berbagai cara.
Beban piutang tak tertagih kemudian hanya merupakan saldo residu yang dapat
diverifikasi melalui perhitungan ulang.

Klien Memiliki Hak atas Piutang Usaha


Hak klien atas piutang usaha biasanya tidak menyebabkan masalah audit karena piutang
umumnya memang milik klien. Dalam beberapa kasus, ada bagian dari piutang usaha yang

13
dijadikan jaminan, ditujukan untuk pihak lain, atau dijual dengan nilai lebih rendah.
Umumnya, pelanggan tidak tahu-menahu tentang hal tersebut, sehingga konfirmasi piutang
pun tidak dapat memberikan kejelasan. Untuk mendapatkan informasi mengenai keterbatasan
hak klien atas piutangnya, auditor perlu mendiskusikan dengan klien, melakukan konfirmasi
ke bank, atau memeriksa kontrak utang sebagai bukti bahwa piutang usaha dipakai sebagai
jaminan, dan memeriksa file korespondensi.

Penyajian dan Pengungkapan Piutang usaha


Pengujian dari keempat tujuan audit-terkait penyajian dan pengungkapan dilakukan
sebagai bagian dari penyelesaian tahapan audit. Beberapa pengujian atas penuajian dan
pengungkapan dilakukan untuk memenuhi tujuan audit-terkait saldo. Contohnya, ketika
pengujian penjualan dan piutang usaha dilakukan, auditor harus memahami dan
mengevaluasi kewajaran kebijakan klien atas pengakuan pendapatan untuk mengetahui
pengungkapannya secara wajar dalam laporan keuangan. Auditor juga perlu memutuskan
apakah klien secara wajar telah menghitung saldo dan menyajikan informasi dari pihak-pihak
terkait.
Bagian penting dari evaluasi meliputi keputusan apakah klien telah memisahkan hal-hal
material yang memerlukan pengungkapan terpisah dalam laporan keuangan. Contohnya,
piutang dari pejabat atau perusahaan afiliasi harus dipisahkan dari piutang dengan pelanggan
lainnya, jika jumlahnya material. SEC mensyaratkan juga bahwa perusahaan harus
memisahkan pengungkapan penjualan dan asset dari segmen bisnis yang berbeda. Buku besar
gabungan dalam laporan keuangan juga perlu memisahkan saldo akun-akun yang tidak
relevan dengan pengguna eksternal laporan. Jika seluruh akun gabungan yang dimasukkan
dalam buku besar diungkapkan secara terpisah dalam laporan, maka hal ini akan
membingungkan pengguna laporan.

1.3 Konfirmasi Piutang Usaha


Konfirmasi Piutang Usaha adalah konsep yang terus berulang dalam pembahasan
mengenai perancangan pengujian atas rincian saldo piutang usaha dengan tujuan utamanya
adalah memenuhi tujuan eksistensi, keakuratan, serta pisah batas.
Konfirmasi adalah respon tertulis langsung dari pihak ketiga dalam wujud kertas atau
andal karena diterima langsung dari pihak ketiga. Meskipun respon lisan dapat menjadi bukti
audit, respon ini tidak dianggap sebagai konfirmasi.

14
Persyaratan Standar Auditing
Standard auditing A.S. menunjukkan bahwa auditor harus menggunakan konfirmasi
eksternal untuk piutang usaha yang material. Konfirmasi tidak tepat dalam kondisi:
1. Auditor mempertimbangkan konfirmasi bukti yang tidak efektif karena tingkat
responnya kemugkinan tidak akan memadai atau tidak dapat diandalkan. Dalam
industri tertentu seperti rumah sakit, tingkat respon terhadap konfirmasi sangat
rendah.
2. Gabungan tingkat resiko inheren dan resiko pengendalian adalah rendah dan
bukti substantif lainnya dapat diakumulasi untuk menyediakan bukti yang
mencukupi. Jika klien memiliki pengendalian internal yang efektif dan resiko
inheren yang rendah untuk siklus penjualan dan penagihan pengendalian,
pengujian substantif atas transaksi, dan prosedur analitis.

Jenis-jenis Konfirmasi
1. Konfirmasi positif
Konfirmasi positif adalah komunikasi dengan debitur yang meminta pihak penerima
untuk mengonfirmasi secara langsung apakah saldo yang dinyatakan pada penerimaan
konfirmasi itu benar atau salah.
 Formulir konfirmasi yang kosong adalah jenis konfirmasi positif yang tidak
menyebutkan jumlah yang dikonfirmasi, tetapi meminta penerima untuk mengisi
saldo atau melengkapi informasi lainnya. Formulir kosong ini jarang digunakan dalam
praktik karena biasanya tingkat responnya lebih rendah.
 Konfirmasi faktur adalah konfirmasi positif lainnya dimana setiap faktur akan
dikonfirmasi, dan bukan saldo piutang usaha pelanggan secara keseluruhan. Banyak
pelanggan menggunakan sistem voucher sehingga mereka bisa mengkonfirmasi
tagihan individual, tetapi bukna informasi saldo keseluruhan. Akibatnya, penggunaan
konfirmasi tagihan ini menaikkan tingkat respon konfirmasi.

2. Konfirmasi negatif
Konfirmasi negatif juga ditujukan kepada debitur, tetapi hanya meminta respon jika
debitur tidak menyetujui jumlah yang dinyatakan dalam konfirmasi.
Konfirmasi positif merupakan bukti yang lebih dapat diandalkan karena auditor dapat
melakukan prosedur lain jika respon tidak diperoleh dari debitur. Dengan konfirmasi negatif,

15
pelanggan bisa saja tidak merespon dan dianggap menyetujui jumlah yang dikonfirmasi,
meskipun mungkin sebenarnya pelanggan mengabaikan permintaan konfirmasi.
Penentuan jenis konfirmasi mana yang akan digunakan berada ditangan auditor, dan
harus berdasarkan fakta dalam audit. Standar auditing menyatakan bahwa penggunaan
konfirmasi negatif hanya dapat diterima jka seluruh situasi berikut tersedia:
1. Auditor telah menilai resiko salah saji yang material sebagai rendah serta telah
memperoleh bukti yang tepat dan mencukupi tentang efektifitas perancangan
serta pengoperasian pengendalian yang relevan atas asersi yang sedang diuji.
2. Populasi item-item yang terkena prosedur konfirmasi negatif terdiri dari
sejumlah besar saldo akun, transaksi, atau pos-pos lainnya yang bernilai kecil
dan homogen.
3. Auditor memperkirakan tingkat pengcualian yang rendah.
4. Auditor yakin bahwa penerima permintaan konfirmasi negatif akan memberikan
pertimbanganyang masuk akal.
Biasanya, jika konfirmasi negatif dilakukan, maka auditor akan memberikan
penekanan pada efektifitas pengendalian internal, pengujian substantif dan prosedur analitis
sebagai bukti kewajaran piutang usaha, dan mengasumsikan bahwa mayoritas penerima
konfirmasi akan membaca dengan seksama dan merespon permintaan konfirmasi.
Konfirmasi negatif biasanya digunakan untuk audit rumah sakit, toko ritel, bank, dan
industri lain yang piutang dagangnya berhubungan dengan masyarakat umum. Kombinasi
konfirmasi negative dan konfirmasi positif juga biasa dilakukan dengan mengirimkan
konfirmasi positif kepada debitur dengan saldo besar dan menggunakan konfirmasi negatif
kepada debitur bersaldo kecil.
Pilihan konfirmasi oleh auditor dipengaruhi oleh materialitas dari total piutang
dagang, jumlah dan ukuran setiap akun, risiko pengendalian, risiko yang tak terhindarkan,
efektifitas dari konfirmasi sebagai bukti audit, dan ketersediaan bukti audit lain.

Penetepan Waktu
Bukti yang paling dapat diandalkan dari konfirmasi diperoleh saat konfirmasi tersebut
dikirimkan sesegera mungkin setelah penutupan tanggal neraca. Dengan ini auditor dapat
secara langsung menguji saldo piutang usaha dari laporan keuangan tanpa perlu
memperhatikan transaksi yang terjadi antara tanggal konfirmasi dan tanggal neraca. Selain
itu, untuk melakukan audit berbasis ketepatan waktu, biasanya diperlukan konfirmasi akun-
akun selama tanggal interim.

16
Jika auditor memutuskan untuk mengkonfirmasi piutang usaha sebelum akhir tahun,
maka auditor tersebut biasanya menyiapkan skedul ke depan untuk merekonsiliasi saldo
piutang usaha pada tanggal neraca.

Keputusan Sampling
 Ukuran sampel
Factor utama yang mempengaruhi ukuran sampel dalam melakukan konfirmasi piutang
usaha terbagi menjadi beberapa kategori, yaitu:
 materialitas kinerja.
 Risiko inheren (ukuran relative dari total piutang usaha, jumlah akun, hasil tahun
sebelumnya, dan salah saji yang diharapkan).
 Risiko pengendalian.
 Risiko deteksi yang dicapai dari pengujian substantif lainnya (perluasan dan hasil dari
pengujian substantif atas transaksi, prosedur analitis, dan pengujian rinci lainnya).
 Jenis konfirmasi (konfirmasi negatif biasanya membutuhkan sampel lebih banyak).

 Pemilihan Item Untuk Pengujian


Beberapa tingkatan sampel diperlukan bagi hamper seluruh jenis konfirmasi. Dalam
melakukan pendekatan untuk memilih tingkatan sampel, auditor perlu mempertimbangkan
besaran nominal akun per individu dan jangka waktu peredaran piutang usaha. Dalam banyak
kasus, auditor mengambil sampel seluruh akun diatas jumlah nominal tertentu dan memilih
sampel acak atas sisanya.

Verifikasi Alamat dan Penyelenggaraan Pengendalian


Setelah sampel konfirmasi ditentukan, auditor perlu melakukan pengendalian
konfirmasi hingga dikembalikan dari pelanggan. Jika klien membantu menyiapkan
konfirmasi, seperti memasukkan surat konfirmasi ke dalam amplop tertutup, atau melekatkan
cap pada amplop, auditor harus betanggung jawab atas pengiriman konfirmasi ke luar dari
kantor klien. Alamat pengirim harus disertakan dalam amplop dan memastikan surat yang
tidak sampai kepenerimanya akan diterima oleh CPA. Prosedur ini dirancang untuk
memastikan bahwa responnya akan diterima secara langsung oleh auditor.

17
Menindaklanjuti Nonrespons
Konfirmasi yang tidak dikembalikan oleh pelanggan tidak dapat dianggap sebagai bukti
audit. Misalnya, tidak ada tanggapan atas konfirmasi positif bukan berarti merupakan bukti
audit. Sama halnya dengan konfirmasi negative, jika tidak ada respon maka auditor tidak
boleh menyimpulkan bahwa pelanggan menerima permintaan konfirmasi dan membenarkan
permintaan informasi.
Jika menggunakan konfirmasi positif, standar akuntansi mensyaratkan prosedur tindak
lanjut bila terdapat konfirmasi yang tidak diatnggapi. Biasanya, tindak lanjut dilakukan
dengan mengirimkan permintaan konfirmasi kedua atau bahkan ketiga. Jika pelanggan tetap
tidak mengembalikan surat konfirmasi, maka perlu dilakukan tindak lanjut dengan prosedur
alternatif. Tujuan dari prosedur alternatif adalah menentukan, tanpa konfirmasi, apakah akun
yang tidak dijawab memang benar ada, dan disajikan dengan benar pada tanggal konfirmasi.
Untuk setiap konfirmasi positif yang tidak dikembalikan, auditor dapat memeriksa dokumen
untuk menguji keberadaan dan akurasi transaksi penjualan individu yang tercantum dalam
saldo akhir piutang usaha.
 Penerimaan Kas Selanjutnya pada satu sisi, pemeriksaan bukti penerimaan kas
selanjutnya merupakan prosedur alternatif yang sangat bermanfaat karena masuk akal
mengasumsikan bahwa pelanggan tidak akan melakukan pembayaran kecuali piutang
memang ada. Disisi lain, pembayaran tidak selalu menetapkan apakah kewajiban
memang ada pada tanggal konfirmasi.
 Salinan Faktur Penjualan Hal ini bermanfaat dalam memverifikasi penerbitan
faktur penjualan aktual dan tanggal penagihan aktual.
 Dokumen Pengiriman Hal ini penting dalam menentukan apakah pengiriman telah
benar-benar dilakukan san sebagai pengujian pisah batas.
 Korespondensi Dengan Klien korespondensi digunakan untuk mengungkapkan
piutang yang diperselisihkan dan yang meragukan yang tidak terungkap oleh cara
lainnya.

Analisis Perbedaan
Ketika permintaan konfirmasi dikembalikan oleh pelanggan, auditor harus menentukan
alasan jika ditemukan perbedaan. Dalam banyak kasus, perbedaan tersebut disebabkan oleh
beda waktu antara pencatatan klien dan pelanggan. Beda waktu perlu dipisahkan dari
pengecualian, yang merupakan salah saji atas saldo piutang usaha. Jenis perbedaan yang
biasa terjadi pada hasil konfirmasi meliputi :

18
Pembayaran Telah Dilakukan Perbedaan biasanya terjadi ketika pelanggan sudah
melakukan pembayaran sebelum tanggal konfirmasi, tetapi klien belum menerima
pembayaran saat pencatatan sebelum tanggal konfirmasi. Hal ini perlu diselidiki dengan
saksama dengan seksama untuk mengetahui kemungkinan salah saji akibat pisah batas
penerimaan kas, penggelapan dengan mengguhkan pencatatan penerimaan kas, lapping, atau
pencurian kas.
Barang Belum Diterima Perbedaan ini biasanya timbul karena klien mencatat
penjualan pada tanggal pengiriman dan pelanggan mencatat pembelian pada saat barang
diterima. Waktu ketika barang dalam masa pengiriman menyebabkan perbedaan pelaporan
tanggal penerimaan barang atau salah saji akibat pisah batas pada catatan pelanggan.
Barang Telah Dikembalikan Kesalahan klien dalam mencatat memo kredit dapat
terjadi karena beda waktu atau kesalahan pencatatan retur dan pengurangan penjualan. Sama
halnya dengan perbedaan lain, hal ini perlu diselidiki.
Kesalahan Klerikal dan Jumlah yang Diperdebatkan Perbedaan yang terjadi dalam
laporan pencatatan klien biasanya terjadi ketika pelanggan menyatakan terjadinya
kesalahanatas harga barang, kerusakan barang, jumlah barang yang tidak diterima, dan lain-
lain. Perbedaan ini perlu diselidiki untuk menentukan apakah klien melakukan kesalahan dan
berapa jumlah keslahan yang terjadi.
Dalam banyak kasus, auditor akan meminta klien merekonsiliasi perebdaan tersebut,
dan jika perlu, akan mengkomunikasikan dengan pelanggan untuk menyelesaikan perbedaan
tersebut. Auditor perlu berhati-hati dalam melakukan verifikasi kesimpulan klien untuk setiap
perbedaan yang signifikan.

Menarik Kesimpulan
Ketika masalah perbedaan sudah diselesaikan, termasuk perbedaan yang ditemukan saat
melakukan prosedur alternatif, auditor harus melakukan evaluasi ualng terhadap
pengendalian internal. Setiap salah saji harus harus dianalisis untuk menentukan apakah hal
ini konsisten atau tidak konsisten dengan tingkat yang ditetapkan dalam resiko pengendalian.
Jika terdapat jumlah salah saji yang signifikan dan tidak konsisten dengan evaluasi resiko
pengendalian, maka perlu dilakukan revisi terhadap evaluasi dan mempertimbangkan dampak
revsisi tersebut terhadap audit. Auditor pada perusahaan publik harus juga
mempertimbangkan implikasi dari audit pengendalian internal atas pelaporan keuangan.
Selain itu, perlu dipastikan bahwa sampel yang diambil dapat mewakili populasi dengan
benar. Meskipun jumlah salah saji dalam sampel tidak signifikan dalam mempengaruhi

19
laporan keuangan, auditor perlu mempertimbangkan jika salah saji itu menjadi material
dalam populasi. Generalisasi hasil sampel ke populasi dapat dialakukan melalui teknik
pengambilan sampel sacara statistik atau non statistik.
Auditor harus selalu mengevaluasi kondisi kualitatif dan salah saji yang ditemukan
dalam sampel, tampa memperhatikan nominal salah saji populasi yang diestimasi. Bahkan,
jika salah saji yang diestimasi lebih kecil dari salah saji yang dapat diterima untuk piutang
dagang, salah saji yang ditemukan dalam sampel bisa saja merupakan gejala dari masalah
yang lebih serius.
Keputusan akhir tentang piutang usaha dan penjualan adalah mengenai apakah bukti
memadai telah diperoleh melalui pengujian pengendalian dan pengujian subtantif atas
transaksi, prosedur analitis, prosedur pisah batas, konfirmasi, dan pengujian subtantif lain
untuk menguatkan pengambilan keputusan mengenai kebenaran saldo yang disajikan.

1.4 Mengembangkan Program Audit Bagi Pengujian Yang Terinci


Untuk lebih mempermudah pemahaman maka dalam membahas subbab ini, maka akan
digunakan contoh kasus pada Hillsburg Hardware Co guna mengilustrasikan pengembangan
prosedur program audit untuk pengujian perincian dalam siklus penjualan dan penagihan.
Prosedur ini ditentukan atas dasar pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas
transaksi.
Fran Moore, seorang auditor senior, menyiapkan kertas kerja perencanaan bukti sebagai
panduan dalam memutuskan seberapa luas pengujian perincian saldo tersebut. Informasinya
adalah sebagai berikut:
 Materialitas kinerja . Ketentuan awal atas materialitas adalah diatas Rp 442.000.000 (sekitar
6% dari laba operasi sebesar Rp 7.370.000.000). Ia mengalokasikan Rp 265.000.000 ke audit
piutang usaha.
 Risiko audit yang dapat diterima. Fran menilai risiko audit yang dapat diterima adalah
tinggi, karena perusahaan dalam kondisi keuangan yang bagus, stabilitas keuangan yang
tinggi, dan pengguna laporan keuangan yang hanya sedikit.
 Risiko inheren. Fran menilai sedang resiko inheren untuk tujuan eksistensi dan pisah batas
karena cemas dengan pengakuan pendapatan yang diidentifikasidalam standar auditing. Fran
juga menilai risiko inheren untuk nilai realisasi. Pada tahun-tahun sebelumnya, klien
membuat penyesuaian audit atas cadangan piutang tak tertagih karena terbukti kurang saji.
Risiko inheren untuk tujuan lain ditetapkan rendah.

20
 Risiko pengendalian. Penentuan risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit sesuai dengan
standar yang ada.
 Hasil pengujian substantif atas transaksi. Bahwa semua hasil dapat diterima kecuali tujuan
keakuratan dan pisah batas untuk penjualan.
 Prosedur analitis.
 Risiko deteksi direncanakan dan bukti audit yang direncanakan. Dua baris ini diputuskan
untuk setiap tujuan berdasarkan kesimpulan pada baris lainnya.

21
Berikut ini adalah table kertas kerja perencanaan bukti untuk menentukan pengujian
Hillburg Hadware Co-Piutang Usaha.

Nilai terealisasi
Kelengkapan
Detail tie-in

Keberadaan

Keakuratan

Pisah batas
Klasifikasi

Hak
Risiko audit yang sedan
sedang sedang sedang sedang sedang sedang sedang
dapat diterima g
Renda Renda Renda
Risiko inheren Sedang Rendah Sedang sedang Rendah
h h h
Tidak
Risiko pengendalian - Renda Renda Renda dapat
Sedang Rendah Sedang Tinggi
penjualan h h h diterap
kan
Tidak Tidak
Risiko pengendalian - Renda Renda Renda dapat dapat
Sedang Rendah Rendah
penerimaan kas h h h diterap diterap
kan kan
Risiko pengendalian -
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
pengendalian Tidak ada Rendah
ada ada ada ada ada ada
tambahan
Hasil Tidak Tidak
Pengujian substantif
Hasil Hasil Hasil Hasil tidak dapat dapat
atas transaksi - Hasil baik
baik baik baik baik diterim diterap diterap
penjualan
a kan kan
Tidak Tidak
Pengujian substantif
Hasil Hasil Hasil Hasil dapat dapat
atas transaksi - Hasil baik Rendah
baik baik baik baik diterap diterap
penerimaan kas
kan kan
Hasil Tidak
Hasil Hasil Hasil Hasil Hasil tidak dapat
Prosedur analitis Hasil baik
baik baik baik baik baik diterim diterap
a kan
Risiko deteksi
terencana untuk Sedan
Tinggi sedang Tinggi Tinggi rendah rendah Tinggi
pengujian perincian g
saldo
Bukti audit terencana
untuk penguijian Renda Renda sedan
Sedang Rendah Tinggi Tinggi Rendah
h h g
perincian saldo

22
DAFTAR PUSTAKA

23

Anda mungkin juga menyukai