Anda di halaman 1dari 24

RMK PENGAUDITAN II

PENYELESAIAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PENJUALAN DAN


PENGUMPULAN PIUTANG: PIUTANG USAHA

Oleh Kelompok 3:
1. Ni Wayan Ariestiani (1807531010 / 10)
2. Ni Putu Shanti Millawati (1807531018 / 15)
3. I Wayan Darmawan (1807531033 / 28)
4. Ida Ayu Vika Aprilia (1807531046 / 35)
5. Putu Dinda Sulistia Putri (1807531055 / 36)

Kelas: EKA 446 C

Dosen Pengampu:
Dr. Dra. Gayatri, M.Si., Ak., CA., ACPA

PROGRAM STUDI SARJANA AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
PEMBAHASAN
A. METODOLOGI UNTUK PERANCANGAN PENGUJIAN RINCI SALDO

Tahap I Identifikasi risiko bisnis klien yang


berpengaruh terhadap piutang usaha

Tahap I Tetapkan kesalahan penyajian bisa


ditoleransi dan risiko bawaan untuk piutang
usaha

Tahap I Tetapkan risiko pengendalian untuk siklus


penjualan dan penerimaan piutang

Rancang dan lakukan pengendalian dan


Tahap II pengujian substantif transaksi untuk
penjualan dan penerimaan piutang

Tahap III Rancang dan lakukan prosedur analitis


untuk saldo piutang usaha

Prosedur audit
Tahap III
Rancangan pengujian rinci saldo piutang Ukuran sampel
usaha untuk memenuhi tujuan audit saldo Unsur yang dipilih

Saat

Bukti yang tepat yang harus diperoleh dari pengujian rinci saldo harus
diputuskan atas dasar tujuan demi tujuan. Berhubung adanya sejumlah interaksi
yang memengaruhi kebutuhan akan bukti dari pengujian rinci saldo, maka
keputusan audit ini bisa menjadi kompleks. Misalnya, auditor harus mengevaluasi
potensi terjadinya penyelewengan (fraud) dan harus mempertimbangkan risiko
bawaan, dengan berbagai macam tujuan, disamping harus mempertimbangkan hasil
pengujian pengendalian dan penetapan risiko pengendalian yang bersangkutan.
Selain itu, auditor juga harus mempertimbangkan hasil pengujian substantif atas
penjualan dan penerimaan kas. Dalam perancangan pengujian rinci saldo untuk
piutang usaha, auditor harus mendapatkan hasil yang memuaskan atas delapan

1
tujuan audit saldo. Untuk yang khusus diterapkan bagi piutang, tujuan tersebut
disebut tujuan audit saldo piutang usaha, antara lain:
1. Kecocokan saldo, piutang usaha dalam daftar umur piutang cocok dengan
jumlah dalam master file yang bersangkutan dan penjumlahan sudah benar dan
cocok dengan saldo di buku besar.
2. Keberadaan, piutang yang tercantum dalam pembukuan sungguh-sungguh ada.
3. Kelengkapan, semua piutang yang ada telah dicatat dalam pembukuan.
4. Ketelitian, piutang usaha telah dicatat dengan akurat.
5. Penggolongan, piutang usaha telah digolongkan dengan benar.
6. Pisah batas, pisah batas piutang usaha ditetapkan dengan benar.
7. Nilai bisa direalisasi, piutang usaha dinyatakan sebesar nilai yang bisa
direalisasi.
8. Klien memiliki hak terhadap piutang usaha.
Metodologi untuk merancang pengujian rinci saldo- piutang usaha, sebagai berikut:
Mengidentifikasi Risiko Binsis Klien yang Berhubungan dengan Piutang
Usaha (Tahap I)
Sebagai bagian dari proses mendapatkan pemahaman tersebut, auditor
mempelajari bidang usaha klien dan lingkungan eksternal dan mengevaluasi tujuan
manajemen serta proses bisnis untuk mengidentifikasi risiko bisnis klien yang
signifikan yang dapat memengaruhi laporan keuangan, termasuk piutang usaha.
Sebagai bagian dari proses mendapatkan pemahaman ini, manajemen juga
melakukan prosedur analitis pendahuluan yang mungkin memberi petunjuk
meningkatnya risiko kesalahan penyajian dalam piutang usaha. Risiko bisnis klien
yang memengaruhi piutang usaha dipertimbangkan dalam evaluasi auditor tentang
risiko bawaan dan rencana pengumpulan bukti untuk piutang usaha. Misalnya,
sebagai akibat adanya penurunan dalam kondisi perekonomian, auditor bisa
menaikkan risiko bawaan untuk nilai bersih bisa direalisasi piutang usaha.
Menetapkapkan Kesalahan Penyajian bisa Ditoleransi dan Risiko Bawaan
(Tahap I)
Pada awalnya, auditor menetapkan pertimbangan materialitas pendahuluan
untuk keseluruhan laporan keuangan, dan kemudian mengalokasikan jumlah
pertimbangan pendahuluan tersebut ke setiap akun neraca yang signifikan.

2
Pengalokasian ini disebut menetapkan kesalahan penyajian material. Piutang usaha
merupakan salah satu akun paling material dalam laporan keuangan pada
perusahaan yang melakukan penjualan secara kredit. Auditor menetapkan risiko
bawaan untuk setiap tujuan audit untuk suatu akun seperti halnya piutang usaha.
Auditor umumnya mengidentifikasi suatu risiko kecurangan tertentu untuk
pengakuan pendapatan. Hal ini bisa memengaruhi penetapan risiko bawaan oleh
auditor untuk tujuan-tujuan keberadaan, pisah batas penjualan dan pisah batas retur
penjualan. Klien sering salah menetapkan pisah batas dan nilai bersih bisa
direalisasi baik karena kekeliruan atau kecurangan karena kesulitan membuat
pertimbangan dalam menentukan saldo yang benar.
Menetapkan Risiko Pengendalian untuk Siklus Penjualan dan Pengumpulan
Piutang (Tahap I)
Sebagian besar perusahaan, pengendalian internal atas penjualan dan
pengumpulan piutang serta piutang usaha yang bersangkutan cukup efektif karena
manajemen berkepentingan untuk memiliki catatan yang akurat guna menjalin
hubungan baik dengan para pelanggan. Auditor umumnya menekankan tiga aspek
pengendalian internal, yaitu: 1) pengendalian untuk mencegah atau mendeteksi
kesalahan dan kecurangan; 2) pengendalian terhadap pisah batas (cutoff); 3)
pengendalian yang berkaitan dengan akun cadangan kerugian piutang. Auditor
harus menghubungkan risiko pengendalian untuk transaksi dengan tujuan audit
saldo dalam menetapkan risiko deteksi direncanakan dan bukti yang direncanakan
untuk pengujian detil saldo dimana hubungan tersebut bersifat langsung. Berikut ini
merupakan hubungan antara tujuan audit transaksi untuk penjualan dan
pengumpulan piutang dengan tujuan audit saldo untuk piutang usaha:
Tujuan Audit Saldo Piutang Usaha

Nilai
Kelo- Kel-
Kec- Peng- bersih
mpok Tujuan Audit Keber- eng- Ket- Pisah
ocok- golo- bisa Hak
Trans- Transaksi adaan kap- elitian batas
an ngan direali-
aksi an
asi
P Keterjadian X
E
N Kelengkapan X
J
Ketelitian X
U

3
Posting dan
X
Peringkasan

A Penggolongan X
L Saat X
A
P Keterjadian X
E
N Kelengkapan X
E
R
Ketelitian X
I
M
Posting dan
A X
Peringkasan
A
N
Penggolongan X
K
A Saat X
S

Tabel diatas menunjukkan hubungan dua golongan transaksi utama dalam siklus
penjualan dan pengumpulan piutang. Misalnya, auditor menyimpulkan bahwa
risiko pengendalian untuk transaksi penjualan dan penerimaan kas adalah rendah
untuk tujuan audit transaksi- ketelitian. Kemudian auditor dapat menyimpulkan
bahwa pengendalian untuk tujuan audit saldo- ketelitian untuk piutang usaha akan
efektif karena transaksi yang memengaruhi piutang usaha hanya penjualan dan
penerimaan kas. Apabila retur penjualan dan penghapusan piutang signifikan,
penetapan risiko pengendalian harus mempertimbangkan kedua golongan
transaksi tersebut. Terdapat dua aspek hubungan dalam tabel diatas, yaitu:
1. Untuk penjualan, tujuan audit transaksi- keterjadian memengaruhi tujuan
audit saldo- keberadaan. Namun, untuk penerimaan kas, tujuan audit
transaksi- keterjadian memengaruhi tujuan audit saldo- kelengkapan.
Hubungan tersebut juga sama terjadi untuk tujuan audit transaksi-
kelengkapan. Hal tersebut karena kenaikan dalam penjualan otomatis akan
menyebabkan kenaikan piutang usaha, tetapi kenaikan dalam penerimaan kas
akan mengurangi piutang usaha. Misalnya, mencatat suatu penjualan yang
tidak terjadi melanggar tujuan audit transaksi- keterjadian dan tujuan audit
saldo- keberadaan (keduanya lebih saji). Mencatat suatu penerimaan kas yang
tidak terjadi melanggar tujuan audit transaksi- keterjadian, tetapi hal itu juga

4
melanggar tujuan audit saldo- kelengkapan untuk piutang usaha karena
piutang usaha yang masih ada tidak diikutsertakan dalam catatan.
2. Tujuan audit saldo- nilai bersih bisa direalisasi dan hak, demikian juga tujuan
audit penyajian dan pengungkapan, tidak terpengaruh oleh penetapan risiko
pengendalian untuk golongan transaksi dimana auditor harus mengidentifikasi
dan menguji pengendalian lain yang mendukung tujuan-tujuan tersebut untuk
menetapkan risiko pengendalian di bawah maksimum untuk tujuan-tujuan
audit tersebut.

Merancang dan Melaksanakan Pengujian Pengendalian dan Pengujian


Substantif atas Transaksi (Tahap II)
Hasil pengujian pengendalian akan menentukan apakah penilaian risiko
pengendalian untuk penjualan dan penerimaan kas harus direvisi. Auditor
menggunakan hasil pengujian untuk menentukan sejauh mana risiko deteksi
yang direncanakan akan dipenuhi bagi setiap tujuan audit yang berkaitan dengan
saldo piutang usaha.
Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis (Tahap III)
Prosedur analitis sering diterapkan pada tiga tahap audit yaitu; pada tahap
perencanaan, ketika melaksanakan pengujian yang terinci, dan sebagai bagian
dari penyelesaian audit. Sebagian besar prosedur analitis yang dilaksanakan
selama tahap pengujian dilakukan setelah tanggal neraca tetapi sebelum
pengujian atas rincian saldo. Auditor melaksanakan prosedur analitis untuk
siklus penjualan dan penagihan secara keseluruhan, bukan hanya piutang usaha.
Hal ini dikarenakan hubungan yang erat antara akun-akun laporan laba rugi dan
neraca.
Jika auditor mengidentifikasi salah saji yang mungkin terjadi dalam retur
dan pengurangan penjualan dengan menggunakan prosedur analitis,
kemungkinan salah kesalahan penyajian piutang usaha akan terkurangi. Karena
prosedur analitis merupakan pengujian substantif maka hasil analisis akan
mengurangi luas pengujian yang harus dilakukan auditor untuk melaksanakan
pengujian detil saldo apabila hasilnya menguntungkan.
Merancang dan Melaksanakan pengujian atas Rincian Saldo Piutang
Usaha (Tahap III)

5
Pengujian rincian saldo yang tepat tergantung pada faktor-faktor yang
tercantum pada kertas kerja perencanaan. Risiko deteksi ditunjukkkan pada baris
kedua dari bawah. Hal tersebut merupakan keputusan subjektif auditor setelah
mengkombinasikan kesimpulan yang dicapai mengenai setiap faktor yang
tercantum. Tugas menghubungkan faktor yang direncanakan sangatlah kompleks
karena pengukuran faktor tidak bisa dipresisi dan bobot yang diberikan pada
setiap faktor sangat subyektif. Sebaliknya hubungan antara setiap faktor dan
risiko deteksi direncanakan ditetapkan dengan baik. Setelah memutuskan bukti
yang direncanakan bagi tujuan tertentu adalah tinggi, sedang, rendah, kemudian
auditor harus memutuskan prosedur audit yang sesuai, ukuran sampel, item yang
dipilih, dan penetapan waktu.
B. PERANCANGAN PENGUJIAN RINCI SALDO
Meskipun pada pengujian rinci saldo, auditor lebih menekankan pada akun-
akun neraca, namun tidak berarti bahwa auditor mengabaikan akun-akun nominal
(akun-akun laba/rugi) karena akun-akun laba/rugi diuji sebagai hasil sampingan dari
pengujian atas akun- akun neraca. Sebagai contoh, apabila auditor mengonfirmasi
saldo piutang usaha dan menemukan lebih saji yang disebabkan oleh kesalahan dan
pembuatan faktur untuk konsumen, maka baik piutang usaha maupun penjualan akan
lebih saji.
Konfirmasi piutang usaha adalah pengujian rinci saldo piutang usaha yang
paling penting. Untuk pembahasan rinci saldo atas piutang usaha, akan terfokus pada
tujuan-tujuan audit saldo, serta mengasumsikan dua hal:
1. Auditor telah menyelesaikan kertas kerja perencanaan bukti.
2. Auditor telah menetapkan risiko deteksi direncanakan untuk pengujian
rinci untuk setiap tujuan audit.
Prosedur audit yang dipilih dan ukuran sampelnya akan sangat tergantung pada
apakah bukti untuk suatu tujuan ditetapkan rendah, medium atau tinggi.
1. Kecocokan Saldo Dalam Catatan
Sebagian besar pengujian atas akun piutang usaha dan akun cadangan
kerugian piutang akan didasarkan pada daftar umur piutang. Daftar umur piutang
adalah suatu daftar yang berisi saldo-saldo setiap akun yang terdapat dalam
master file piutang usaha pertanggal neraca. Biasanya auditor menguji

6
kecocokan informasi dalam daftar piutang sebelum melakukan pengujian lain
untuk memastikan bahwa populasi yang akan diuji cocok dengan buku besar dan
master file piutang usaha. Selain itu, auditor harus menelusuri suatu sampel dari
saldo individual ke dokumen pendukung seperti misalnya duplikat faktur
penjualan untuk memastikan nama pembeli, jumlah saldo, dan kebenaran
penentuan umurnya. Luas pengujian untuk memeriksa kecocokan ini tergantung
pada jumlah akun debitur, seberapa banyak master file telah diuji, dan beberapa
jumlah daftar umur piutang telah diverifikasi oleh auditor internal atau pengawai
independen lainnya sebelum daftar tersebut diserahkan kepada auditor.
2. Keberadaan - Piutang Usaha
Konfirmasi saldo piutang merupakan pengujian rinci saldo terpenting
menentukan keberadaan piutang usaha sebagai mana tercantum dalam
pembukuan. Apabila pelanggan tidak memberi jawaban atas konfirmasi, auditor
juga memeriksa dokumen pendukung untuk memastikan bahwa barang sungguh-
sungguh telah dikirimkan dan bukti bahwa adanya penerimaan kas untuk
menentukan bahwa piutang telah diterima pembayarannya setelah tanggal
neraca. Biasanya auditor tidak memeriksa bukti pengiriman barang atau bukti
penerimaan kas setelah tanggal neraca untuk setiap akun yang di konfirmasi, tapi
hal ini baru dilakukan secara ekstensif sebagai prosedur alternatif untuk akun
yang tidak memberi jawaban atas konfirmasi.
3. Kelengkapan - Piutang Usaha
Auditor mengalami kesulitan untuk menguji akun piutang yang dengan
sengaja dihilangkan (tidak dicantumkan) dari daftar umum piutang dan hanya
mengandalkan pada sifat keseimbangan yang dimiliki oleh master file piutang.
Sebagai contoh, apabila klien pada suatu ketika menghilangkan suatu piutang
dari daftar umur piutang, satu-satunya cara bagi auditor untuk menemukan hal
tersebut adalah dengan mentotal (menjumlah secara vertikal) daftar umur
piutang dan mencocokkan hasil penjumlahan tersebut dengan saldo yang
tercantum dalam akun kontrol piutang usaha dibuku besar.
Apabila semua penjualan kepada seorang pelanggan dihilangkan dari
jurnal penjualan, kurang saji piutang usaha hampir tidak mungkin terungkap
melalui pengujian rinci saldo. Cara terbaik untuk menemukan kurang saji

7
penjualan dan piutang usaha adalah dengan pengujian substantif transaksi atas
pengiriman barang yang tidak dicatat (tujuan kelengkapan untuk pengujian
transaksi penjualan) dan dengan prosedur analitis.
4. Ketelitian – Piutang Usaha
Konfirmasi akun-akun piutang usaha yang dipilih dari daftar umur piutang
adalah pengujian rinci saldo yang paling sering dilakukan untuk menguji
ketelitian piutang usaha. Apabila pelanggan tidak menjawab permintaan
konfirmasi, auditor memeriksa dokumen pendukung dengan cara yang sama
seperti telah dijelaskan pada waktu auditor melakukan audit tujuan keberadaan.
Auditor melakukan pengujian dengan memeriksa perbedaan dan pengkreditan
pada masing-masing akun pelanggan individual dengan membandingkannya
pada dokumen pendukung pengiriman barang dan pemeriksaan kas.
5. Penggolongan – Piutang Usaha
Pada umumnya auditor dapat mengevaluasi penggolongan piutang dengan
mudah. Dengan cara mereview daftar umur piutang dapat diketahui ada tidaknya
piutang kepada perusahaan afiliasi, piutang kepada pejabat dan staf perusahaan,
atau piutang kepada pihak-pihak berelasi yang material. Auditor harus
memeriksa apakah piutang wesel atau akun yang harus digolongkan sebagai aset
tidak lancar telah dipisahkan dari akun piutang usaha yang regular, dengan
demikian pula piutang bersaldo kredit yang signifikan telah dikelompokkan
sebagai utang usaha.
Ada hubungan yang erat antara tujuan audit saldo tentang penggolongan
dengan tujuan audit kejelasan penyajian dan pengungkapan tentang
penggolongan atau pengelompokan. Untuk memenuhi tujuan audit saldo tentang
penggolongan, auditor harus memastikan bahwa klien telah menggolongkan
piutang dengan tepat dan piutang usaha dipisahkan dari piutang lainnya. Sebagai
contoh, auditor harus memastikan piutang kepada perusahaan afiliasi telah
dipisahkan dalam daftar umur piutang. Untuk memenuhi tujuan penyajian dan
pengungkapan, auditor harus memastikan bahwa penggolongan telah disajikan
dengan tepat dengan menentukan apakah transaksi dengan pihak berelasi telah
dicantumkan dengan benar selama tahap penyelesaian audit.
6. Pisah Batas – Piutang Usaha

8
Kesalahan penyajian pisah batas terjadi apabila transaksi tahun ini dicatat
pada tahun berikutnya atau sebaliknya. Tujuan pengujian pisah batas (cutoff
test), apapun jenis transaksinya, adalah untuk memeriksa apakah transaksi
menjelang akhir tahun buku telah dicatat pada periode yang tepat. Sebagai
contoh, dimasukkannya penjualan dengan jumlah rupiah besar (disengaja datau
tidak disengaja) yang sebenarnya terjadi pada periode berikutnya menjadi
penjualan tahun ini atau tidak dimasukkannya sejumlah retur penjualan tahun ini
bisa membuat lebih saji secara material.
Kesalahan penyajian pisah batas bisa terjadi pada penjualan, retur
penjualan, dan penerima kas. Untuk menentukan pisah batas, auditor melakukan
pendekatan pisah batas sebagai berikut:
1. Tetapkan kriteria yang tetap untuk pisah batas
2. Evaluasi apakah klien telah menetapkan produser yang memadai untuk pisah
batas yang sewajarnya
3. Ujilah apakah pisah batas telah dilakukan dengan benar
a. Pisah batas penjualan
Pada kebanyakan perusahaan dagang dan manufaktur, pencatatan
suatu penjualan biasanya didasarkan pada kriteria pengiriman barang.
Namun ada pula sejumlah perusahaan lain yang mencatat faktur penjualan
pada saat berpindahnya hak kepemilikan yang bisa terjadi sebelum barang
dikirimkan, pada saat barang dikirim, atau setelah barang dikirimkan. Untuk
kepentingan pengukuran laba periodik yang benar, metode hendaknya
sesuai dengan standar akuntansi dan diterapkan secara konsisten. Bagian
terpenting dalam menilai metode yang digunakan klien untuk mendapat
pisah batas yang bisa dipercaya adalah prosedur yang digunakan.
Apabila pengendalian internal perusahaan klien cukup baik, auditor
biasanya dapat memeriksa pisah batas dengan meminta dokumen
pengiriman barang yang terakhir yang dilakukan pada akhir tahun buku dan
membandingkan nomor bukti pengiriman barang ini dengan penjualan tahun
ini dan penjualan tahun berikutnya.
b. Pisah Batas Retur Penjualan

9
Standar akuntansi mensyaratkan retur penjualan bisa ditandingkan
dengan penjualan yang bersangkutan pada periode yang sama, apabila
jumlahnya material. Misalkan, apabila barang yang dikirim pada tahun ini
ternyata diretur pada periode berikutnya maka retur penjualan tersebut harus
dilaporkan sebagai retur pada tahun ini. Namun pada banyak perusahaan,
retur sering dicatat pada periode terjadinya retur dengan asumsi bahwa retur
yang terjadi pada awal periode kurang lebih sama dengan yang terjadi pada
akhir periode, sehingga tidak ada masalah karena keduanya akan saling
menutup. Hal seperti ini bisa diterima apabila jumlah retur penjualan tidak
material.
Apabila auditor percaya bahwa klien mencatat semua penjualan retur
dengan benar, pisah batas bisa dilakukan dengan memeriksa suatu sampel
bukti pendukung retur penjualan yang terjadi beberapa minggu setelah
berakhirnya tahun buku untuk menentukan tanggal penjualan yang berkaitan
dengan retur tersebut.
c. Pisah Batas Penerimaan Kas
Dalam audit pada umumnya, pisah batas yang tepat untuk penerima
kas biasanya dipandang kurang penting dibandingkan dengan pisah batas
untuk penjualan dan retur penjualan karena hanya akan berpengaruh
terhadap saldo kas dan piutang usaha, bukan pada laba perusahaan. Namun
demikian, apabila kesalahan penyajian material, hal itu akan berpengaruh
pada kewajaran kedua akun tersebut dalam neraca.
Pengujian kesalahan penyajian pisah batas penerimaan kas dilakukan
dengan cara menelusur penerimaan kas ke setoran kas ke bank yang nampak
dalam laporan bank pada periode berikutnya. Apabila terjadi penundaan
sampai beberapa hari, hal itu bisa manjadi petunjuk adanya kesalahan
penyajiaan pisah batas. Sampai pada tingkat tertentu, auditor juga dapat
mengandalkan konfirmasi piutang untuk mengungap kesalahan penyajian
pisah batas penjualan, retut punjualan, dan penerima kas. Namun, auditor
seringkali mengalami kesulitan dalam membedakan kesalahan penyajian
pisah batas karena adanya perbedaan waktu yang normal yang timbul dari
pengiriman barang dan penerima kas dalam perjalanan pada akhir tahun.

10
Auditor bisa menghadapi kesulitan untuk mengevaluasi apakah telah terjadi
suatu kesalahan penyajian pisah batas atau ada perbedaan waktu, apabila ia
menggunakan jawaban konfirmasi sebagai sumber informasi. Jadi situasi
semacam ini memerlukan penyelidikan tambangan, misalnya dengan
menginspeksi dokumen pendukung.
7. Nilai Bersih yang bisa Direalisasi-Piutang Usaha
Standar akuntasi keuangan (SAK) mensyaratkan perusahaan menyatakan
piutang usaha sebesar jumlah akhirnya akan bisa diterima pembayarannya. Nilai
piutang yang bisa direalisasi sama dengan piutang bruto dikurangi dengan
cadangan kerugian piutang. Untuk menghitung besarnya cadangan, klien
menaksir jumlah total piutang yang diperkirakan tidak akan bisa ditagih. Klien
tentunya tidak akan dapat memperkirakan dengan tepat, tetapi auditor akan
memandang taksiran tersebut telah cukup apabila setelah dipertimbangkan
dengan berbagai data terkait, jumlah taksiran masuk akal. Daftar piutang juga
digunakan oleh auditor untuk membantu penilaian tersebut.
Review atas hasil pengujian pengendalian yang berkaitan dengan
kebijakan pemberian kredit pada perusahaan klien merupakan langkah awal
dalam memulai review cadangan kerugian piutang oleh auditor. Apabila
kebijakan pemberian kredit tidak berubah dan hasil pengujian kebijakan kredit
serta pemberian persetujuan kredit dilaksanakan secara konsisten dengan tahun
sebelumnya, perubahan yang terjadi pada saldo akun cadangan kerugian piutang
hanya akan merupakan pencerminan dari perubahan kondisi ekonomi dan
volume penjualan. Namun, apabila kebijakan pemberian kredit pada perusahaan
klien atau tingkat ketaatan pada kebijakan tersebut berubah, auditor harus lebih
cermat mempertimbangkan pengaruh perubahan tersebut.
Auditor juga sering mengevaluasi kecukupan cadangan dengan memeriksa
secara cermat akun-akun yang memiliki jangka panjang dalam daftar umur
piutang untuk menentukan mana yang belum diterima pembayarannya setelah
lewat tanggal neraca. Auditor juga bisa memeriksa kolektibilitas piutang dengan
memeriksa arsip kredit, berdiskusi dengan manajer kredit, dan mereview
korespondensi yang terdapat dalam arsip klien.

11
Dalam mengevaluasi cadangan dengan cara mereview saldo berjangka
panjang individual dalam daftar umur piutang, terdapat dua kelemahan yang
dimiliki oleh auditor. Pertama, akun-akun yang belum jatuh tempo diabaikan
dalam penetapkan kecukupan cadangan, walaupun sebagai dari piutang ini tidak
diragukan lagi tidak akan dapat diterima. Kedua, Kedua, sulit untuk
membandingkan hasil dari tahun ini dengan tahun sebelumnya untuk sesuatu
yang tidak terstruktur semacam itu. Untuk mengatasi kedua kelemahan tersebut,
klien bisa menunjukkan sejarah penghapusan piutang selama suatau jangka
waktu tertentu yang bisa digunakan sebagai pedoman dalam mengevaluasi
cadangan tahun ini.
Setelah auditor merasa puas dengan cadangan kerugian piutang,
selanjutnya akan mudah untuk memeriksa beban kerugian piutang dengan
asumsi bahwa:
 Saldo awal dalam akun cadangan telah diperiksa sebagai bagian dari
audit tahun yang lalu
 Piutang tak tertagih yang telah dihapus telah deperiksa sebagai bagian
dari pengujian substantif transaksi
 Saldo akhir dalam akun cadangan telah diperiksa dengan berbagai
cara
 Beban kerugian piutang selanjutnya akan dapat ditentukan dari
selisihnya yang dapat
8. Hak Klien Atas Piutang Usaha
Hak klien atas piutang usaha umumnya tidak merupakan masalah dalam
audit, karena piutang biasanya memeng merupakan milik klien. Namun dalam
hal tertentu, sebagian dari piutang mungkin saja dijadikan jaminan atau
digadaikan, dijual kepada seseorang, atau dijual dengan discount. Untuk
mengungkapkan situasi dimana klien telah dibatasi haknya atas piutang, auditor
bisa mereview notulen rapat, membicarakannya dengan klien, mengirim
konfirmasi ke bank, memeriksa perjanjian pinjaman untuk mencari informasi
tentang penggadaian atau penjamin piutang, serta memeriksa arsip
korespondensi.
9. Penyajian dan Pengungkapan-Piutang Usaha

12
Untuk menilai kecukupan penyajian dan pengungkapan, auditor harus
memiliki pemahaman yang mendalam tentang persyaratan yang ditetapkan
dalam standar akuntansi keuangan tentang penyajian dan pengungkapan. Bagian
yang penting dalam penilaian tersebut menyangkut keputusan tentang apakah
klien telah memisahkan sejumlah piutang yang berjumlah material yang
membutuhkan pengungkapan dalam laporan. Sebagai contoh, piutang kepada
direksi dan karyawan harus dipisahkan dari piutang usaha apabila piutang
tersebut berjumlah material

C. KONFIRMASI PIUTANG USAHA


Konfirmasi adalah satu dari delapan jenis bukti audit. Konfirmasi eksternal
adalah bukti audit yang diperoleh sebagai suatu respon tertulis langsung kepada
auditor dari pihak ketiga (pihak yang dikonfirmasi), baik dalam bentuk kertas, secara
elektronik, atau media lainnya (SA 505.6). Konfirmasi atas piutang usaha bertujuan
untuk memenuhi tujuan keberadaan, ketelitian, dan pisah batas.
1. Ketentuan dalam Standar Audit
Standar audit (SA) 505 berhubungan dengan penggunaan prosedur
konformasi eksternal oleh auditor untuk memperoleh bukti audit berdasarkan
ketentuan SA 330 (Respon Auditor terhadap Risiko yang Telah Dinilai) dan SA
500 (Bukti Audit). SA 500 mengindikasikan bahwa keandalan bukti audit
dipengaruhi oleh sumber dan sifatnya, dan ini tergantung pada kondisi individual
yang dari situ bukti audit diperoleh. SA juga mencakup generalisasi berikut yang
relevan terhadap bukti audit:
 Bukti audit lebih andal jika diperoleh dari sumber independen eksternal (di
luar entitas).
 Bukti audit yang diperoleh oleh auditor secara langsung lebih andal daripada
bukti audit yang diperroleh oleh auditor secara tidak langsung atau melalui
penarikan kesimpulan.
 Bukti audit lebih andal jika dalam bentuk format dokumen, baik dalam
bentuk kertas, elektronik atau media lainnya.

13
SA 505 bertujuan untuk membantu auditor dalam mendesai dan melakukan
prosedur konfirmasi eksternal untuk memperoleh bukti audit yang relevan dan
andal. Pentingnya konfirmasi eksternal sebagai bukti audit juga diakui oleh SA
lainnya, misalnya seperti SA 330 dan SA 240.
2. Jenis-Jenis Konfirmasi
Dalam melaksanakan prosedur konfirmasi eksternal, auditor pertama-tama
harus memutuskan jenis konfirmasi yang digunakan, antara lain sebagai berikut.
a) Konfirmasi positif merupakan suatu permintaan konfirmasi kepada pihak
ketiga untuk merespons secara langsung kepada auditor apakah pihak yang
dikonfirmasi setuju atau tidak dengan informasi yang terdapat dalam
permintaan konfirmasi atau menyediakan konfirmasi yang diterima (SA
505 6b). Adapun gambarnya sebagai berikut.

Konfirmasi bentuk kosong merupakan jenis konfirmasi positif yang tidak


menyebutkan jumlah rupiah melainkan melalui penerima dengan diminta
menyebutkan jumlah rupiah melainkan meminta penerima menyebutkan
saldo. Konfirmasi faktur merupakan jenis konfirmasi positif yang hanya
minta konfirmasi atas suatu faktur tertentu dan tidak mngenai saldo
piutang secara keseluruhan.

14
b) Konfirmasi negatif merupakan permintaan konfirmasi kepada pihak ketiga
untuk merespon secara langsung kepada auditor hanya saja jika pihak yang
dikonfirmasi tidak setuju dengan informasi yang terdapat pada permintaan
konfirmasi.

Standar auditing menyatakan bahwa konfirmasi negative bisa digunakan


untuk mengurangi risiko audit ke tingkat risiko yang dapat diterima jika:
Gabugan tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian taksiran adalah rendah,
Sebagian besar akun bersaldo kecil, Auditor tidak yakin bahwa penerima
permintaan kofirmasi akan mempertimbangkan permintaan tersebut. Konfirmasi
ini sering digunakan pada penekanan auditnya pada efektivitas pengendalian
interna, pengujian substantif transaksi dan prosedur analitis sebagai bukti
tentang kewajaran piutang.
Faktor utama yang mempengaruhi keputusan auditor terkait penggunaan
konfirmasi berupa materialitas piutang usaha, jumlah dan ukuran saldo piutang
usaha. konfirmasi tidak tepat digunakan jika: Auditor memandang konfirmasi
tidak akan menjadi bukti karena tingkat jawaban diperkirakan tidak akan cukup
atau belum bisa dipercaya; Tingkat risiko bawaan ditambah dengan risiko
pengendalian adalah rendah bawaan ditambah dengan risiko pengandalian
3. Saat pengiriman konfirmasi
Bukti yang dapat langsung dipercaya dari konfirmasi diperoleh apabila
konfirmasi dikirimkan sedekat mungkin dengan akhir tahun. Hal ini nantinya
dapat membuat auditor dapat langsung menguji saldo piutang usaha di neraca.
Apabila auditor memutuskan untuk mengirim konfirmasi sebelum akhir tahun
buku, auditr harus membuat rekonsiliasi untuk transaksi yang terjadi antara

15
tanggal konfirmasi dan tanggal neraca. Selain melaksanakan prosedur analitis
atas aktivitas dalam kurun waktu tersebut, perlu dilakukan pengujian atas
transaksi yang terjadi antara tanggal konfirmasi dengan tanggal neraca.
4. Ukuran sampel untuk konfirmasi
a) Ukuran sampel, faktor-faktor penting yang mempengaruhi ukuran sampel
piutang yang akan dikirimi konfirmasi meliputi: Kesalahan penyajian bisa
ditoleransi; Risiko bawaan (ukuran relative total piutang, jumlah akun, hasil
tahun lalu dan kesalahan penyajian yang diperkiraan; Risiko pengendalian;
Risiko deteksi yang dicapai dari pengujian substantive lain (luas dan hasil
pengujian substantive transaksi, preosedur analitis dan pengujian detil lain;
dan Jenis konfirmasi.
b) Pemilihan unsur-unsur untuk diuji, dimana pada pelaksanaan prosedur
konfirmasi, akan diperlukan stratifikasi piutang. Pertimbagan yang
dilakukan berupa jumlah rupian saldo, dan juga umur piutang. Tekanan
pemilihan ini akan diberikan pada akun yang berjumlah besar karena
berpotensi kedalam salah penyajian. Selain itu, sampel beberapa unsur
dalam segmen material populasi juga perlu dipertimbangkan.
5. Pemeriksaan alamat dan pengawasan atas konfirmasi
Pemeriksaan alamat dan pengawasan konfirmasi ini didasarkan karena
adanya keperluan prosedur tambahan seperti misalnya yang hanya menampilkan
kotak pos atau email. Untuk konfirmasi yang melalui kotak pos, auditor harus
melaksanakan pengawasan atas konfirmasi sampai jawaban diterima dari
debitur. Untuk pengembalian surat jawaban tersebut harus mencantumkan
alamat kantor akuntan untuk memastikan jawaban langsung dikirim.
6. Tindak lanjut atas konfirmasi tak berjawab
Jika tidak ada jawaban atas konfirmasi yang dilakukan oleh auditor, dah
bahkan sampai yang ke tiga kali, maka auditor perlu melakukan tindak lanjut
dengan prosedur alternative. Tujuannya yaitu untuk menentukan, melalui cara
tertentu dengan tidak menjadi bagian dari konfirmasi, apakah akun tidak benar-
benar terjawab itu ada dan dinyatakan dengan benar pada tanggal neraca.
a. Penerimaan kas kemudian. Penerimaan kas ini diperoleh setelah lewat dari
tanggal konfirmasi yang meliputi pemeriksaan atas surat pengantar

16
pembayaran, ayat jurnal dalam catatan penerimaan kas, dan pengkreditan
kemudian atas piutang dalam master file piutang usaha. auditor harus cermat
dalam mencocokkan setiap transaksi penjualan yang bekum diterima
pembayarannya dengan bukti pembayaran yang terjadi kemudian untuk
menguji ketidakjelasan faktur-faktur yang diterbitkan.
b. Duplikat faktur penjualan. Dokumen ini berguna untuk bukti pemeriksaan
faktur penjualan yang sesungguhnya diterbitkan denggan tanggal
sesungguhnya dilakukan penagihan.
c. Dokumen pengiriman barang. Dokumen ini digunakan untuk menetapkan
apakah pengiriman sungguh-sungguh telah dilakukan dan untuk mengujian
pisah batas.
d. Korespondensi dengan klien. Korespodensi ini dilakukan auditor untuk
mengungkapkan ketidakjelasan dan piutang yang dipertanyakan yang tidak
terungkap dengan cara lain.
7. Analisis Selisih
Apabila permintaan konfirmasi dikembalikan oleh pelanggan, auditor
harus menentukan penyebab setiap perbedaan yang dilaporkan. Dalam banyak
kasus, perbedaan itu disebabkan oleh perbedaan waktu antara catatan klien dan
debiturnya. Jenis – jenis penyebab perbedaan dalam konfirmasi yaitu:
a. Pembayaran telah dilakukan debitur
Selisih atau perbedaan antara catatan klien dengan catatan debitur seringkali
timbul apabila debitur telah melakukan pembayaran sebelum tanggal
konfirmasi, tetapi klien belum menerima pembayaran tersebut sampai
tanggal konfirmasi. Keadaan seperti itu harus diselidiki dengan cermat
untuk memastikan kemungkinan adanya kesalahan penyajian pisah batas
penerimaan kas, lapping, atau pencurian kas.
b. Barang belum diterima debitur
Timbulnya perbedaan ini biasanya disebabkan karena klien mencatat
penjualan pada tanggal pengiriman barang, sedangkan pembeli mencatat
pembelian barang ketika barang tersebut diterima. Waktu barang masih di
dalam perjalanan sering menjadi penyebab terjadinya selisih. Hal ini harus
diselidiki untuk menentukan kemungkinan pembeli sama sekali tidak

17
menerima barang atau adanya kesalahan penyajian pisah batas dalam
catatan klien.
c. Barang telah dikembalikan (retur)
Apabila klien lupa mencatat suatu kredit memo (yang dibuat sebagai dasar
pengembalian barang/retur penjulan) bisa menjadi salah satu penyebab
perbedaan, hal seperti ini juga harus diselidiki.
d. Kesalahan pencatatan atau kerancuan jumlah
Jenis penyebab selisih yang paling sering terjadi dalam pembukuan klien
adalah kesalahan klien dalam mencatat harga barang, barang rusak, barang
yang diterima pembeli tidak sesuai dengan jumlah yang tertulis dalam
dokumen. Perbedaan semacam ini harus diselidiki untuk menentukan
apakah klien melakukan kesalahan serta jumlah dari kesalahan tersebut.
Biasanya auditor akan meminta klien untuk merekonsiliasi selisih yang
dijumpai dan apabila perlu berkomunikasi dengan pembeli untuk
memecahkan ketidakcocokan. Auditor harus memeriksa dengan cermat
kesimpulan klien tetap setiap selisih yang signifikan.
8. MENARIK KESIMPULAN
Jika semua perbedaan telah diselesaikan, termasuk yang ditemukan dalam
melakukan prosedur alternatif, auditor harus mengevaluasi ulang pengendalian
internal. Setiap salah saji klien harus dianalisis untuk menentukan apakah hal
tersebut konsisten atau tidak konsisten dengan tingkat risiko pengendalian yang
dinilai pada awal audit. Jika sejumlah besar salah saji yang terjadi itu tidak
konsisten dengan penilaian risiko pengendalian, auditor harus merevisi penilaian
itu dan mempertimbangkan pengaruh revisi tersebut kepada audit. Auditor
perusahaan publik juga harus mempertimbangkan implikasinya bagi audit
pengendalian internal terhadap pelaporan keuangan
D. PENGEMBANGAN PROGRAM AUDIT UNTUK PENGUJIAN RINCI
SALDO

Kita akan menggunakan PT ABC untuk ilustrasi prosedur pengembangan


program audit untuk pengujian detil siklus penjualan dan pengumpulan piutang.
Penentuan prosedur-prosedur ini didasarkan pada pengujian pengendalian dan
pengujian substansif transaksi.

18
Auditor senior yang bertugas dalam pengauditan pada PT ABC telah menyusun
kertas kerja perencanaan seperti terlihat pada Gambar 13-7 sebagai alat untuk
membantunya dalam menentukan luasnya pengujian rinci saldo yang direncanakan.
Sumber dari setiap baris dalam kertas kerja ini adalah sebagai berikut:
• Kesalahan penyajian bisa ditoleransi. Pertimbangan materialistas pendahuluan
ditetapkan Rp 442.000,- (kira-kira 6% dari laba operasi sebesar Rp 7.370.000,-).
Auditor mengalokasikan sebesar Rp 265.000,- untuk audit atas piutang usaha.
• Risiko audit bisa diterima. Auditor menetapkan risiko audit bisa diterima pada
tingkat medium karena perusahaan adalah perusahaan publik, tetapi dalam
kondisi keuangan baik, dengan integritas manajemen yang tinggi.
• Risiko bawaan. Auditor menetapkan risiko bawaan pada tingkat medium untuk
keberadaan dan pisah batas karena khawatir dengan pengakuan pendapatan
sebagaimana yang ditetapkan dalam standar auditing. Auditor juga menetapkan
risiko bawaan pada medium untuk nilai bisa direalisasi. Di masa lalu, klien
membuat penyesuaian audit untuk akun cadangan kerugian piutang karena
ternyata kurang saji. Risiko bawaan ditetapkan rendah untuk tujuan-tujuan
lainnya.
• Risiko pengendalian. Penetapan risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit
sama dengan hasil pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi.
• Hasil pengujian substansif transaksi. Semua hasil bisa diterima kecuali untuk
tujuan ketelitian dan pisah batas untuk penjualan.
• Prosedur analitis. Lihat Tabel 13-2 dan 13-3

19
• Risiko deteksi direncanakan dan bukti audit direncanakan. Kedua baris ini
ditetapkan untuk tiap tujuan berdasarkan kesimpulan pada baris lainnya.

Tabel 13-4 menggambarkan program audit untuk pengujian rinci saldo untuk
piutang usaha per tujuan, termasuk untuk cadangan kerugian piutang. Program audit ini
mencerminkan kesimpulan untuk perencanaan pengumpulan bukti sebagaimana
tertuang dalam kertas kerja perencanaan-bukti dalam Gambar 13-7 di atas.
Tabel 13-4 Tujuan Audit Saldo Program Audit untuk Siklus Penjualan
Pengumpulan Piutang pada PT ABC (Format Rancangan)

Tujuan Audit Saldo Prosedur Audit

Piutang usaha dalam daftar umur  Telusur 10 akun dari daftar umur piutang ke
piutang cocok dengan jumlah dalam akun dalam master file (6).
master file, dan dijumlah dengan  Periksa kebenaran penjumlahan vertikal
benar, dan cocok dengan buku besar (footing) dalam 2 lembar daftar umur piutang
(kecocokan) dan total keseluruhan halaman (7).
Piutang usaha yang tercantum dalam  Konfirmasi piutang usaha dengan konfirmasi
daftar umur piutang benar-benar ada positif. Konfirmasi semua piutang di atas Rp
(keberadaan) 100.000,- dan lainya disampel non-statistika
(10).
 Lakukan prosedur alternatif untuk semua
konfirmasi yang tidak berjawab pada
permintaan pertama atau kedua (11).

20
 Review daftar saldo piutang untuk piutang
bersaldo besar dan tidak biasa (1)
Semua piutang yang ada telah  Telusur lima akun dari master file piutang
tercantum dalam daftar umur piutang usaha ke daftar umur piutang (9)
(kelengkapan)
 Konfirmasi piutang usaha dengan konfirmasi
positif. Konfirmasi semua piutang di atas Rp
100.000,- dan lainnya disampel non- statistika
(10).
Piutang usaha dalam daftar piutang
 Lakukan prosedur alternative untuk semua
adalah akurat (ketelitian)
konfirmasi yang tidak berjawab pada
permintaan pertama atau kedua (11)
 Review daftar saldo piutang untuk piutang
bersaldo besar dan tidak biasa (1)
 Review piutang yang tercantum dalam daftar
umur piutang untuk piutang wesel dan piutang
Piutang usaha dalam daftar umur kepada pihak yang berelasi (3)
piutang telah digolongkan dengan  Tanyakan kepada manajemen apakah dalam
benar. (penggolongan) daftar umur piutang terdapat piutang wesel
atau piutang jangka panjang (4)
 Pilih 20 transaksi penjualan terakhir dari
jurnal penjualan tahun ini dan 20 transaksi
penjualan pertama dari tahun berikutnya dan
telusur masing-masing transaksi tersebut ke
dokumen pengiriman barang yang
Transaksi dalam siklus penjualan dan
bersangkutan, periksa tanggal pengiriman
pengumpulan piutang telah dicatat
yang sesungguhnya dan kebenaran
pada periode yang tepat (pisah batas)
pencatatannya (14)
 Review retur penjualan berjumlah besar
sebelum dan sesudah tanggal neraca untuk
menentukan apakah telah dicatat pada periode
yang benar (15)
Piutang dinyatakan sebesar nilai bisa  Telusur 10 akun dari daftar umur piutang ke
direalisasi (nilai bisa direalisasi) master file piutang untuk menguji kebenaran
penetapan umur dalam daftar tersebut (6)
 Periksa kebenaran penjumlahan vertikal dalam
daftar umur piutang dan total seluruh halaman
(7)
 Periksa kebenaran penjumalahan horizontal
(cross-foot) daftar umur piutang (7)
 Bicarakan dengan manager kredit ada tidaknya
kemungkinan penerimaan piutang yang sudah
lama tak tertagih. Periksa penerimaan kas
pada periode berikutnya dan evaluasi
koletibilitas piutang (12)
 Lakukan evaluasi apakah cadangan
mencukupi setelah melakukan prosedur audit

21
lain tentang kolektibilitas piutang (13)
 Review notulen rapat dewan komisaris untuk
mencari informasi tentang kemungkinan
Klien memiliki hak pemilikan atas adanya penjaminan pengalihan/penjualan
piutang usaha yang tercantum dalam piutang (5)
daftar umur piutang (hak)  Tanyakan kepada manajemen apakah ada
piutang yang digadaikan atau dijaminkan
atau dijual (5)

Catatan: Prosedur-prosedur di atas diringkas dalam bentuk untuk dilaksanakan dalam


program audit. Nomor dalam tanda kurung dibelakang prosedur merujuk ke nomor
berikut: Program Audit untuk Pengujian Rinci Saldo Siklus Penjualan dan
Pengumpulan Piutang pada PT ABC (Format untuk Dilaksanakan)

1. Review daftar umur piutang, perhatikan kemungkinan adanya piutang bersaldo


besar dan tidak biasa.
2. Lakukan prosedur analitis dan lakukan tindak lanjut atas setiap perubahan dari
tahun lalu yang siginifikan.
3. Review piutang yang tercantum dalam daftar umur piutang, perhatikan
kemungkinan adanya piutang wesel dan piutang kepada pihak yang mempunyai
hubungan istimewa.
4. Tanyakan kepada manajemen apakah dalam daftar umur piutang terdapat
piutang kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa, piutang wesel atau
piutang berjangka panjang.
5. Review notulen rapat dewan komisaris dan tanyakan kepada manajemen apakah
ada piutang yang digadaikan, dialihkan, atau dijual.
6. Telusur 10 akun dari daftar umur piutang ke akun piutang dalam master file
untuk memeriksa kebenaran saldo dan penentuan umurnya.
7. Periksa kebenaran jumlah vertikal dalam kolom-kolom rupiah dalam daftar umur
piutang dan jumlahkan seluruh halaman.
8. Telusur saldo ke buku besar.
9. Telusur 5 akun dari master file piutang ke daftar umur piutang.
10. Konfirmasi piutang usaha, gunakan konfirmasi positif. Konfirmasi semua
piutang bersaldo di atas Rp 100.000,- dan sisanya dipilih secara acak dengan
sampling nonstatistik.

22
11. Lakukan prosedur alternatif untuk debitur yang tidak menjawab konfirmasi
setelah dikirimi konfirmasi kedua kalinya.
12. Diskusikan dengan manajer kredit kemungkinan bisa ditagihnya piutang-
piutang yang telah lama tak tertagih. Periksa penerimaan kas kemudian dan
evaluasi koletibilitas piutang.
13. Evaluasi apakah cadangan mencukupi setelah dilakukan prosedur audit lain
tentang kolektibilitas piutang.
14. Pilih 20 transaksi penjualan terakhir dari jurnal penjualan tahun ini dan 20
transaksi penjualan pertama dari tahun berikutnya dan telusur setiap ayat jurnal
tersebut ke bukti pengiriman barang, periksa tanggal pengiriman sesungguhnya,
dan kebenaran jumlahnya.
15. Periksa retur penjualan berjumlah besar sebelum dan sesudah tanggal neraca
untuk menentukan bahwa retur telah dicatat pada periode yang benar.

DAFTAR PUSTAKA

Haryono, Yusuf (2014). Auditing (Pengauditan Berbasis ISA). Bagian Penerbitan


Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi, Yogyakarta.

23

Anda mungkin juga menyukai