Anda di halaman 1dari 6

A、Topik : Struktur Morfologi Akar

Hari/Tanggal : Kamis, 5 September 2019

B、Tujuan

Mahasiswa diharapkan dapat menerapkan pengetahuan mengenai :

a. Tipe dan bentuk akar

b. Hubungan antara struktur dan fungsi akar

C、Bahan

Akar bawang merah (Allium cepa L.)

Akar lombok (Capsicum fretecens L.)

Akar bengkuang (Pachyrrizus erosus Urb.)

Benalu (Loranthus sp.)

Akar sirih (Piper betlle L.)

Akar pandan (Pandanus tectorius Park.)

Akar tebu (Saccharum L.)

D、Hasil Pengamatan dan Pembahasan

Root is the descending axis of a plant, artinya akar adalah poros tanaman yan
g arah geraknya ke bawah (Agustina, 2004).
Tiga fungsi utama akar bagi tanaman
adalahalat pertautan tanaman ke tanah, alat penyalur larutan nutrisi dari temp
at sarapan ke organ lain tanaman. Fungsi tambahannya adalah tempat aktivita
s metabolik, misalnyarespirasi, tempat penyimpanan bahan cadangan makana
n, misalnya kabohidrat, tempat penghasil fitohormon, misalnya sitokinin (Ag
ustina, 2004).
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan didapatkan bagian-bagian akar
sebagai berikut :

a. Leher akar (collum radicis), yakni bagian akar tempat batang melekat

b. Akar lateral (radix lateralis) yakni cabang cabang akar yang dihasilkan
oleh akar utama (pokok akar), dan masih dapat bercabang lagi.

c. Serabut akar (radix fibrilla) yakni cabang-cabang akar yang ramping


seperti serabut

d. Rambut akar (pilus radicalis) yakni rambut-rambut di dekat ujung akar


yang memperluas permukaan akar yang menyerap air dan garam tanah.

e. Tudung akar (calyptra) yang terdapat pada bagian paling ujung


menutupi meristem apeks akar

f. Seludung akar (coleorrhiza) terdapat pada embrio sejumlah tumbuhan


monokotil (Hidajat, 1994).

Akan tetapi, pada pengamatan bagian seludung akar tidak dapat diamati
dengan mata telanjang. Maka dari itu, bagian-bagian akar yang dapat teramati
adalah leher akar, akar lateral, serabut akar, rambut akar dan tudung akar.

Akar lembaga pada perkembangan lanjutannya, apabila biji muda


berkecambah sampai pada dewasa akar lembaga dapat memperlihatkan
perkembangan tang berbeda hingga pada tumbuhan lainnya dibedakan dua
macam sistem perakaran (Tjitrosoepomo, 2003).

1. Sistem akar tunggang, yakni apabila akar lembaga tumbuh terus


menerus menjadi akar utama dan bercabang-cabang menjadi akar yang
lebih kecil. Akar pokok yang bersala dari akar lembaga disebut akar
tunggang (radix primaria). Berdasarkan hasil pengamatan, lombok,
bengkuang, dan sirih memiliki sistem perakaran tunggang dikarenakan
percabangan akarnya tumbuh dari akar pokok.

2. Sistem akar serabut, yakni apabila akar lembaga dalam perkembangan


selanjutnya mati dan disusul dengan tumbuhnya akar akar baru yang
tumbuh langsung dari pangkal batang. Akar-akar ini bukan terbentuk dari
akar adeli sehingga merupakan akar liar, karena berbentuk serabut maka
disebut dengan akar serabut (radix adeventicia). Berdasarkan pengamatan
yang telah dilakukan, bawang merah, pandan, dan tebu menunjukkan
sistem perakaran serabut
Baik sistem perakaran tunggang maupun serabut keduanya dapat memperluas
bidang penyerapan untuk memperkuat berdirinya batang tanaman. Akar
tunggang hanya dapat kuta temukan pada tanaman yang tumbuh dari biji,
walaupun dari golongan tanaman biji belah (Dicotyledoneae) seperti pada
tanaman yang diperbanyak dengan stek atau cangkokan (Tjitrosoepomo,
2003).

Pada sistem perakaran tunggang dan serabut, akar dapat mempunyai bentuk
yang berbeda. Sistem perakaran tunggang memilik bentuk sebagai berikut :

a. Bentuk tombak (fusiformis) pangkalnya besar meruncing ke bawah


dengan percabangan serabut-serabut akar biasanya menjadi penimbun
makanan. (Harjani, tanpa tahun)

b. Bentuk gasing (napiformis) berdasarkan pengamatan, pada bengkuang


bentuk akarnya berupa gangsing. Akar bentuk gangsing memiliki pangkal
agak besar membulat, percabangan akar hanya pada unung semput yang
meruncing (Harjani, tanpa tahun).

c. Pada lombok dan sirih memiliki akar yang berbentuk benang (filiformis)
yang apa ila akar amat ramping dan panjang. Pada jenis ini akar tambahan
juga berbentuk benang seperti akar utama (Hidajat, 1994).

d. Bentuk bercabang (ramosa). Akar utama besar dan kuat serta bercabang
banyak dan keseluruhannya berbentuk kerucut.

e. Namun, pada pengamatan tidak ditemukan sistem perakaran tunggang


dengan bentuk fusiformis dan ramosa.

Pada sistem perkaran serabut, bentuk akarnya meliputi :

a. Bentuk benang : sistem perakaran yang menyusunnya kecil-kecil dan halus seperti
benang. Sistem perakaran yang demikian disebut dengan akar benang. Pada
pengamatan sistem perakarans erabut dengan bentuk benang ditemukan pada
bawang merah (Allium cepa L.).

b. Bentuk tambang : sistem perakaran yang menyusunnya kaku, keras dan cukup besar
seperti tambang, misal pada pohon kelapa (Cocos nusifera). Sistem perakaran
demikian disebut juga akar tambang. Tetapi tidak ditemukan pada pengamatan.

c. Bentuk lengan : sistem perakaran yang menyusunnya akar-akar serabut yang


besar-besar dan menyerupai lengan dan tidak banyak memperlihatkan percabangan.
Menurut (Hidajat, 1994) bentuk lengan disebut juga dengan bentuk tongkat. Bentuk
akar ini, pada pengamatan ditemukan pada Pandan dan tebu.

d. Berdasarkan pengamatan, juga ditemukan bentuk akar seperti tonjolan pada Benalu
(Loranthus sp.), akan tetapi benalu tidak memiliki sistem perkaran baik tunggang
maupun serabut.

Akar juga dapat dti jau dari penampakannya diatas tanah, yakni sebagai berikut :

a. Akar banir atau akar penyangga

Akar besar yang ada pada dekat pangkal sumbu batang di permukaan tanah
(yang dangkal) mengalamu pertumbuhan radial yang kurang teratur dan
mengakubatkan timbulnya bagian akar tersebut ke atas tanah serta
membangun strukutrbseperti bingkai untuk stabilisasi mekanik batang.
Contohnya pada

b. Akar tiang yakni akar tambahan yang tumbuh pada cabang datar jauh di atas
tanah. Akar itu seperti tumbuh ke bawah dan masuk ke tanah seperti pada
Ficus beyamina

Berhubungan dengan cara-cara hidup yang harus disesuaikan dengan


keadaan-keadaan tertentu. Dapat kita jumpai akar-akar yang mempunyai sifat
dan fungsi tertentu :

a. Akar pelekat yakni akar yang melekat pada tanaman sandaran tanpa
menyerap makanan dari padanya (Hidajat, 1994). Pada pengamatan tersebut
sirih (Pieper betlle) memiliki akar yang terspesialisasi menjadi akar pelekat.

b. Akar penyimpan cadangan makanan seperti pada bengkuang (Pachyrrizus


erosus Urb.)

c. Akar penghisap yang terdapat pada benalu (Loranthus sp.) merupakan akar
penggerek yang menembus kulit batang inangnya sampai ke bagian
kayunya. Dapat pula diartikan sebagai akar pendek yang melekat pada
inangnya tetapi juga menyerap air dan zat makanan (Tjitrosoepomo, 2003).

d. Akar tunjang yaitu akar-akar yang tumbuh dari bagian bawah batang ke
segala arah seakan-akan menunjang batang sehingga disebut akar tunjang.
Berdasarkan ciri tersebut pada pengamatan akar tebu dan pandan
terspesialisasi sebagai akar tunjang.

e. Akar pembelit pada pengamatan dimiliki oleh tumbuhan paku sarang


burung yang membelit pohon, berbentuk sulur dan membelit mengelilingi
sandaran (Hidajat, 1994).
Sedangkan pada lombok (Capsicum frutesens L.) dan bawang merah (Allium
cepa L.) akar berfungsi sebagai penyerap air dan zat hara dari dalam tanah tanpa
memiliki spesialisasi seperti pelekat, pembelit, tunjang maupun penghisap.

E、Kesimpulan

Akar memiliki bentuk-bentuk sesuai dengan sistem perakarannya. Sistem


perkaran tunggang dapat memiliki bentuk akar tombak, akar gangsing, akar
bercabang, dan akar benang. Sedangkan pada sistem perakaran serabut dapat
memiliki bentuk benang, tambang, dan tongkat.

Berdasarkan bentuk tersebut sesuai dengan cara-cara hidupnya, akar dapat


meiliki fungsi terspesialisasi diantaranya sebagai akar penghisap, akar pelekat,
akar pembelit, akar tunjang, dan akar penyimpan cadangan makanan.
Tentunya, struktur dari bentuk akar tersebut menyesuaikan dengan cara hidup
dari tumbuhan tersebut.

F、Daftar Pustaka

Agustina, L. 2004. Dasar Nutrisi Tanaman. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Harjani, Tri Saptari. Tanpa tahun. Organo nutrivum (Daun,Batang, dan Akar), (Online),

http://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/PEBI4312-M1.pdf, diakses

pada 10 September 2019.

Hidayat, E. B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung.: Jurusan Biologi FMIPA –

Universitas Teknologi Bandung.

Tjitrosoepomo, G. 2011. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.

Anda mungkin juga menyukai