Anda di halaman 1dari 3

Contoh Kasus Perilaku Individu dalam Kelompok :

Pelanggaran Etika Individu dan Etika Organisasi dalam Kasus Citibank

Pada era globalisasi ini, kualitas dipandang sebagai salah satu alat untuk mencapai
keunggulan kompetitif, karena kualitas merupakan salah satu faktor utama yang menentukan
pemilihan produk dan jasa bagi konsumen. Kepuasan konsumen akan tercapai apabila kualitas
produk dan jasa yang diberikan sesuai dengan kebutuhannya.
Kualitas jasa yang baik merupakan hal yang sangat penting dalam menciptakan kepuasan
pelanggan, namun untuk memahami bagaimana mengevaluasi kualitas yang diterima oleh
konsumen tidaklah mudah. Sebagian besar kualitas jasa diberikan selama penyerahan jasa terjadi
dalam proses interaksi diantara konsumen dan terdapat kontak personil dengan penyelenggara
jasa tersebut.
Untuk menciptakan good performance, bank tidak dapat menghindari fungsinya dari
pelayanan nasabah. Pelayanan yang diberikan kepada nasabahnya akan mencerminkan baik
tidaknya bank tersebut. Salah satu faktor yang mendongkrak pangsa pasar adalah peningkatan
kualitas pelayanan. Kualitas dari suatu pelayanan memang merupakan kewajiban bagi
perbankan. Pelayanan merupakan kunci sukses dari sebuah perbankan. Oleh karena itu
pelayanan harus menjadi faktor perhatian manajemen perbankan dalam menjalankan suatu
usaha.
Demikian pula yang dilakukan oleh Citibank dengan alasan menciptakan good
performance dan mendongkrak pangsa pasarnya, memberikan kepuasan kepada nasabah,
Citibank memberikan pelayanan yang private kepada nasabah Citygold-nya dengan memberikan
Customer service tersendiri, yang melayani seluruh kebutuhan perbankan customer di Citibank.
Tujuan Citibank diatas tersebut sangat baik sekali menunjang bisnis perbankannya dan
memiliki etika bisnis yang baik terhadap nasabahnya, namun hal tersebut tidak dibarengi dengan
kontrol organisasi dan dukungan dari salah satu karyawannya, salah satu karyawannya
menyalah-gunakan kebijakan yang diterapkan Citibank tersebut.
Sebut saja Malinda Dee alias Inong Malinda yang telah menyalah gunakan kebijakan
Citibank tersebut dan melakukan penyalahgunakan kepercayaan nasabah, penyalahgunaan
blanko yang seharusnya tidak boleh ditandatangani lebih dulu oleh nasabah, tapi telah
ditandatangani. Selain itu, BI yang turut menangani kasus Malinda Dee juga menemukan adanya
penyetoran uang nasabah melalui Malinda. Padahal, cara seperti ini tidak boleh dilakukan.
Penyetoran harus nasabah yang datang langsung ke teller atau kasir.
Memang kasus pembobolan dana nasabah oleh Malinda ini dipicu oleh lemahnya
pengawasan internal dan tak bekerjanya pengawasan dari para atasan di Citibank. Namun
kurangnya kontrol diri dan etika individu adalah pemicu utama terjadinya pelanggaran etika dan
tindak kriminal tersebut.
Lemahnya pengawasan internal dan tak bekerjanya pengawasan dari para atasan di
Citibank menjadi masalah pelanggaran etika organisasi juga, hal ini terlihat pada kasus Irzen
Okta, 50 tahun,yang meninggal dunia di kantor Citibank Cabang Menara Jamsostek, Jakarta,
Selasa pekan lalu. Sekretaris Jenderal Partai Pemersatu Bangsa itu diduga tewas akibat tekanan
psikis dari para debt collector lantaran mempertanyakan tagihan kartu kreditnya yang
membengkak dari Rp 48 juta menjadi Rp 100 juta.

Identifikasi kasus:
Dari kasus diatas, jelaslah bahwa perilaku individu dalam organisasi sangat mempengaruhi
organisasi tempatnya bernaung. Baik buruknya suatu organisasi tercermin dari individu yang
berada dalam suatu kelompok tersebut. Pada kasus Citibank diatas, Malinda sebagai sosok
individu yang mencoreng nama organisasinya, yakni citibank. Kepercayaan yang diberikan
Citibank disalahgunakan oleh Malinda demi kesejahteraannya pribadi. Seharusnya, ia lebih
mementingkan kepentingan kelompok, daripada kepentingannya pribadi. Karena bagaimanapun,
jika kita berada dalam suatu organisasi atau kelompok, kita harus berkomitmen bersama-sama
untuk memajukan organisasi atau kelompok tersebut, tanpa berusaha mendahului kepentingan
kita pribadi.

Segala permasalahan dalam suatu kelompok harus diselesaikan secara bersama, dan
dituntut agar setiap individu yang terlibat dalam kelompok tersebut berpartisiasi untuk
menyumbangkan pendapatnya. Sesuatu yang dimusyawarahkan atau diselesaikan secara bersama
akan lebih cepat menemukan jalan keluarnya, dibandingkan harus diselesaikan sendiri. Dalam
suatu kelompok, kita tidak hanya berbagi duka saja, namun juga berbagi suka. Jangan hanya
ingin menang sendiri. Kita harus merasakan susah senang bersama-sama.

Dalam suatu kelompok, kejujuran haruslah dijunjung tinggi, karena hanya individu yang
berlandaskan kejujuranlah yang akan membawa kelompoknya ke arah yang lebih baik. Individu
yang jujur dan terbuka lebih diperlukan dalam suatu organisasi, daripada individu yang tertutup.
Untuk itu, dalam kasus Citibank ini, Malinda seharusnya lebih bersikap jujur dan terbuka
terhadap segala wewenang yang dipercayakan kepadanya. Tidak semestinya ia berbuat
kecurangan apalagi berimbas pada Citibank yang dicap tidak baik oleh masyarakat.

Dari sisi organisasi atau kelompok sendiri, perlu diadakan pengontrolan terhadap individu
atau anggota kelompoknya. Setiap organisasi harus mengadakan evaluasi secara berkala, serta
pengawasan yang ketat terhadap anggota-anggotanya, dan membimbing anggotanya untuk tidak
melakukan kecurangan atau hal yang dapat merugikan kelompok tersebut. Organisasi tersebut
harus menetapkan kebijakan yang tegas bagi setiap individu (anggota) yang melanggar kebijakan
yang telah ditetapkan. Dalam kasus ini, sebaiknya Citibank lebih mengadakan pengawasan atau
kontrol internal yang lebih baik dan ketat, sehingga kasus-kasus yang seperti dijelaskan diatas
tidak terjadi. Kuat lemahnya, serta baik buruknya suatu kelompok sangat ditentukan oleh
individu dalam kelompok tersebut. Perilaku individu yang baik akan membawa
organisasi/kelompok ke tujuan yang diinginkan, tentunya ke arah yang lebih baik pula.
TUGAS PERILAKU KEORGANISASIAN
Perilaku Individu dalam Kelompok

Oleh
Ni Wayan Lady Andini (1006305125)

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS UDAYANA
2011

Anda mungkin juga menyukai