Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan karya sastra di Indonesia saat ini cukup pesat. Hal itu, terbukti
dari banyak sekali karya sastra yang muncul, baik berupa puisi, cerpen, dan drama.
Semua itu merupakan hasil karya sastra yang diciptakan oleh pengarang
(penciptanya). Pengarang dalam menghasilkan sebuah karya sastra merupakan
salah satu wujud kemajuan perkembangan dunia sastra di Indonesia. Kemajuan ini
merupakan bukti bahwa di Indonesia saat ini banyak sekali para pencinta karya
sastra. Sastra merupakan bentuk kegiatan yang menghasilkan sebuah karya sastra
yang memiliki nilai-nilai keindahan yang mencerminkan kenytaan mengenai sosial
atau masyarakat. Sastra merupakan gambaran dari kehidupan manusia yang
didalamnya mempunyai sifat, tingkah laku, pemikiran, pengetahuan, dan imajinasi
mengenai manusia itu sendiri.

Karya sastra merupakan suatu hasil karya manusia baik lisan maupun
nonlisan (tulisan) yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan
memiliki nilai keindahan. Karya sastra merupakan hasil kreasi satrawaan dan
seseorang yang membuat puisi tetapi bukan sastrawan dapat disebut dengan
penyair, karena sebuah karangan puisi sangat banyak macam nya tidak selalu
mementingkan barisan bait yang memiliki diksi sulit dipahami, dengan
menggunkan barisan yang bermakna dan indah merupakan perwujudan dari
seorang penulis puisi melalui kontemplasi dalam lingkungan sosialnya. Fenomena
dalam kehidupan itu beranekaragam baik yang mengandung aspek sosial, budaya,
politik, ekonomi, kemanusiaan, keagamaan, moral maupun jender.

Karya sastra merupakan karya imajininatif bermediumkan bahasa yang


berfungsi estetik dominan. Sebagai media ekspresi karya sastra, bahasa sastra
dimanfaatkan oleh sastrawan guna mencapai efek estetik (Al-Ma’ruf, 2009). Salah
satu karya sastra adalah puisi suatu karya tertulis yang isinya mengungkapkan
perasaan seorang penyair dengan menggunakan bahasa yang bermakna
mengandung ritma, irama, rima, dalam pennyusunan baitnya. Beberapa ahli modern
mendefinisikan puisi sebagai perwujudan imajinasi curahan hati penyair yang
mengajak dalam dunianya. Puisi bentuknya singkat dan padat, umumnya puisi sulit
dijelaskan makna dari tiap-tiap baitnya.

Maka diperlukan media pengantar puisi, agar puisi dapat lebih mudah dipahami
saat mengartikan dari tiap baris puisi. Hal tersebut dapat diwujudkan melalui
sebuah visual bergambar akan menambah minat baca bagi seseorang yang tidak
terlalu menyukai puisi. Fotografi pada perancangan media buku puisi ‘Surat Kopi’
karya Joko Pinurbo akan membuat pembaca ikut mengalir dalam tiap bait puisi
yang dibacakan menyentuh, merasakan, memahami dan mengerti.

Puisi memiliki unsur yang terbagi dua yaitu, struktur batin dan fisik:
tema, feeling, nada, tujuan lalu struktur fisik perwajahan puisi, diksi, imaji, data
konkret, gaya bahasa, rima. Puisi sendiri memiliki tiga bagian antara lain, puisi
lama, puisi baru dan kontemporer.

Sepanjang zaman puisi selalu mengalami perubahan dan perkembangan. Hal ini
mengingat hakikatnya sebagai karya seni selalu terjadi ketegangan antara konvensi
dan inovasi. Puisi selalu berubah-ubah sesuai dengan evolusi selera dan perubahan
konsep estetiknya (Riffaterre via Pradopo, 2005:3). Sehingga, sangatlah sulit untuk
membatasi pengertian puisi karena adanya perbedaan pendapat dan konsep dari
setiap orang. Puisi merupakan ekspresi dari pengalaman imajinatif dari manusia,
maka yang pertama kali diperoleh saat pembaca membaca puisi adalah pengalaman.
Sehingga, semakin banyak membaca serta menikmati puisi, maka semakin banyak
pula pengalaman yang diperoleh dan dinikmatinya (Tarigan, 1989:8).
1.2 Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam penyusunan karya tugas akhir ini, ada beberapa pembatasan masalah dan
pembahasan utama, yaitu:

1. Proses pembuatan desain media buku puisi surat kopi karya joko pinurbo.
2. Penggunakan prinsip dan elemen desain yang digunakan dalam pembuatan
desain media buku puisi surat kopi surat kopi karya joko pinurbo.
3. Perancangan media buku puisi surat kopi karya joko pinurbo untuk
memudahkan para pembaca puisi dalam menelaah kata yang ada.

1.3 Tujuan Pembahasan

Tujuan pembahasan pada karya tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Membuat dan merancang media promosi pada buku puisi surat kopi karya
joko pinurbo.
2. Menjelaskan prinsip dan elemen – elemen desain yang digunakan dalam
pembuatan desain media promosi pada buku puisi surat kopi karya joko
pinurbo.
3. Menjelaskan media promosi yang digunakan pada buku puisi surat kopi
karya joko pinurbo meliputi poster, banner, kartu nama, brosur,
merchandise.

1.4 Metode Penulisan

Dalam penyusunan karya tugas akhir perancangan desain media buku puisi
surat kopi karya joko pinurbo ini, Menggunakan metode penulisan yaitu secara
deskriptif atau menjelaskan. Pembuatan tugas akhir inin dilakukan dengan
penulisan dalam bentuk narasi dan menjelaskan mengenai beberapa teori, data dan
informasi yang sudah didapatkan.
1.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penyusunan karya tugas akhir perancangan desain media buku puisi
surat kopi karya joko pinurbo ini, menggunakan beberapa metode pengumpulan
data. Metode pengumpulan data yang dilakukan yaitu melalui wawancara,
observasi, kuisioner dan dokumentasi.

Metode Pengumpulan Data

1. Observasi
Observasi merupakan cara yang dilakukan untuk melakukan penelitian
dengan melakukan penelitian secara langsung ke perusahaan, dengan
meilihat keadaan fisik perusahaan dan perilaku yang terdapat di perusahaan
dan perilaku yang terdapat di perusahaaan. Observasi ini dilakukan dengan
melakukan pengamatan terhadap media buku puisi yang sudah ada pada
puisi surat kopi karya joko pinurbo maupun terhadap media buku puisi yang
digunakan pada perusahaan lain sebagai kompetitornya.

2. Wawancara
Wawancara merupakan metode penelitian yang dilakukan dengan tanya
jawab secara langsung dengan pemilik buku puisi surat kopi karya joko
pinurbo, karyawan buku, beberapa pelanggan buku dan kompetitor.

3. Kuisioner
Kuisioner merupakan penelitian yang dilakukan dengan menyebar
beberapa kuisioner melalui google form kepada beberapa konsumen dan
perusahaan pencetak buku dari buku puisi surat kopi karya joko pinurbo.
Kuesioner ini dilakukan untuk mendukung data – data yang ada.

4. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengambil gambar perusahaan, dan mencari media promosi yang sudah ada
berkaitan dengan permasalahan yang dialami oleh buku puisi surat kopi
karya joko pinurbo.

5. Studi kepustakaan
Metode penelitian dilakukan dengan cara mencari, mengumpulkan, dan
mengutip data serta informasi yang diperlukan dalam penyusunan karya
tugas akhir, melalui beberapa sumber refrensi berupa buku, jurnal, dan
beberapa makalah yang berkaitan dengan permasalahan melalui internet.

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam menyusun tugas akhir yang berjudul desain buku puisi “Surat Kopi”
karya Joko pinurbo, menggunakan sistematika yang baik agar pembahasan dan
penyajian materi lebih mudah untuk dipahami. Sistematika penulisan ditulis dengan
susunan penulisan sebagai berikut:

1. BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan mengenai pendahuluan dari skirpsi tugas akhir desain
buku puisi “Surat Kopi” karya Joko Pinurbo pada bab ini membahas tema
“fotografi” buku puisi mengenai latar belakang, ruang lingkup pembahasan,
tujuan pembahasan, metode penulisan, metode pengumpulan data, serta
sistematika penulisan dalam penyelesaian tugas akhir ini.

2. BAB II LANDASAN TEORI


Pada bab ini menjelaskan mengenai teori-teori yang mendukung tema
“fotografi” dalam penyusunan tugas akhir desain buku puisi “Surat Kopi”
karya Joko Pinurbo Landasan teori dijabarkan dengan membahas studi
desain grafis secara umum dan teori-teori yang terkait dengan judul
penulisan.
3. BAB III DAN ARAHAN KLIEN
Bab ini menjelaskan mengenai data tentang perusahaan PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia seperti profil buku puisi “Surat Kopi” karya Joko
Pinurbo, swot, dan lain sebagainya mengenai perusahaan dan buku tersebut.
Di bab ini juga dibahas mengenai arahan klien yang dibutuhkan dalam
pembuatan media buku puisi “Surat Kopi” karya Joko Pinurbo.

4. BAB IV PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi mengenai pembahasan, visualisasi dari konsep
perancangan buku puisi “Surat Kopi” karya Joko Pinurbo yang berisi
Creative brief, mindmapping, sketsa kasar, sketsa halus dengan tahapan
selanjutnya adalah eksekusi desain yang dijelaskan juga mengenai elemen
dan prinsip desain yang digunakan. Eksekusi desain dibuat sebanyak tiga
alternatif dan dijelaskan salah satu desain terpilih dengan alasan pemilihan
desain tersebut akan dibandingkan dengan dua desain yang tidak terpilih.

5. BAB V TERTUTUP
Pada bab ini berisi mengenai kesimpulan hasil dari perancangan desain
buku puisi ”Surat Kopi” karya Joko Pinurbo dan berisi mengenai saran dan
kesimpulan dari skripsi tugas akhir yang telah disusun.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Buku Fotografi


2.1.1 Pengertian Fotografi
Pengertian Fotografi Fotografi menurut asal katanya berasal dari bahasa
Yunani, yaitu Photos yang berarti cahaya dan Graphos yang berarti melukis, artinya
fotografi adalah kegiatan “melukis dengan cahaya”. Secara umum, dikenal sebagai
metode untuk menghasilkan gambar dari suatu objek dengan cara merekam
pantulan cahaya dari objek tersebut menggunakan medium yang peka terhadap
cahaya. (Nardi, 1989)

Fotografi lebih dari sekedar sebuah saran ide komunikasi faktual. Fotografi adalah
sebuah seni kreatif. Fotografi sebagai media berekspresi dan komunikasi yang kuat,
menawarkan berbagai persepsi, interpretasi dan eksekusi yang tak terbatas. (Ansel
Adams, 1976)

Fotografi adalah sebuah seni observasi. Ini tentang menemukan suatu hal yang
menyenangkan di tempat biasa.(Elliot Erwitt, 1968)

Fotografi adalah media komunikasi dan alat dialog, fotografi juga dapat dilihat
secara fungsi, fotografi berfungsi secara dokumentatif, informatif, dan bagian dari
seni (art). (Yudhi Soerjoatmodjo, 2011)

Fotografi menampilkan realitas apayang terdapat dalam sebuah foto melainkan


bagaimana sebuah foto berperan dalam realitas. Foto menjadi bagian dari realitas
yang dikenal dan dihayati oleh kita, karena realitas memang tampil kepada manusia
sebagai representasi.(Seno Gumira Ajidarma, 2003)
Dalam perancangan buku, Fotografi adalah elemen yang paling penting karena akan
semakin menambah daya tarik, menguatkan dari tiap bait puisi, membuat pembaca
dapat masuk dalam fantasi puisi yang telah dibuat, dapat memunculkan macam-
macam emosi pada peminat baca buku puisi, Puisi juga merupakan susunan kata
yang sulit diterima karena pemilihan diksi yang sulit untuk terjemahkan, sehingga
penambahan elemen fotografi pada buku puisi buah karya ‘Joko Pinurbo’
diharapkan dapat mempermudah pembaca dalam mengartikan bait indah yang telah
dibuat agar pembaca tidak merasa kesulitan saat membaca buku puisi. Fotografi
pada perancangan buku puisi karya ‘Joko Pinurbo’ gambar yang menceritakan atau
memberikan penjelasan pada puisi yang tertulis.

Fotografi dalam perkembangan secara lebih lanjut tidak hanya berguna sebagai
sarana pedukung cerita, tetapi juga dapat menghiasi ruang kosong, misal pada
majalah, koran, dan brosur.

2.2 PengertianPuisi

Secara etimologis istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poites, yang artinya
membangun, pembentuk, pembuat. Dalam bahasa latin dari kata poeta, yang
artinya membangun, menyebabkan, menimbulkan, dan menyair. Dalam
perkembangan selanjutnya, maka kata tersebut menyempit menjadi hasil seni
sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat tertentu dengan menggunakan
irama, sajak dan kadang-kadang kata kiasan (Sitomorang, 1983:10).

Puisi adalah susunan kata-kata yang dipilih dan dirangkai untuk menimbulkan
efek dan daya sentuh, tentunya dengan maksud yang lebih luas. Kata-kata atau
lebih luas lagi bahasa, sesungguhnya memiliki kekuatan- kekuatan, daya pukau,
dan daya sentuh yang luar biasa. Kekuatan-kekuatan inilah yang dieksplorasi
penyair untuk mengungkapkan maksud dan gagasannya agar dapat menyentuh
perasaan, imajinasi, dan pikiran pembacanya. Dengan pemilihan kata-kata,
dengan penggunaan majas, dengan eksplorasi bunyi, dengan penggambaran -
penggambaran yang seolah bisa diindera pembaca, dengan susunan struktur dan
kata-kata yang menimbulkan irama dan tempo yang dikehendaki, dan dengan
berbagai potensi-potensi atau kekuatan-kekuatan bahasa lainnya. Puisi merupakan
hasil penafsiran penyair terhadap kehidupan(Aisyah, 2007:2).

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Kosasih (2012: 97), puisi adalah bentuk
karya sastra yang menggunakan kata-kata indah dan kaya makna. Keindahan
sebuah puisi disebabkan oleh diksi, majas, rima dan irama yang terkandung dalam
karya sastra itu. Adapun kekayaan makna yang terkandung dalam puisi
disebabkan oleh pemadatan segala unsur bahasa. Bahasa yang digunakan dalam
puisi berbeda dengan yang digunakan sehari-hari. Puisi menggunakan bahasa
yang ringkas, namun maknanya sangat kaya. Kata-kata yang digunakannya adalah
kata-kata konotatif yang mengandung banyak penafsiran dan pengertian.
Puisisalah satu bentuk karya sastra yang pendek dan singkat yang berisi ungkapan
isi hati, pikiran, dan perasaan pengarang yang padat yang dituangkan dengan
memanfaatkan segala daya bahasa secara pekat, kreatif, dan imajinatif. Secara
bebas dapat dikatakan bahwa puisi adalah karangan yang singkat, padat, pekat
(Suroto,1989:40).

Puisi merupakan karya sastra yang terikat ketentuan atau syarat tertentu dan
pengungkapannya tidak terperinci, tidak mendetail atau tidak meluas. Isinya tidak
sampai pada hal-hal yang kecil dan tidak sejelas karya sastra berbentuk prosa.
Karya sastra puisi merupakan bentuk karya sastra yang mengungkapkan hal-hal
yang pokok dan pengungkapannya dengan cara pengonsentrasian, pemusatan dan
pemadatan. Pengonsentrasian, pemusatan, dan pemadatan dari segi isi maupun
dari segi bahasa.Dari segi isi, pemusatan yaitu pengungkapan berpusat pada
masalah yang pokok saja. Pemadatannya yaitu bentuk yang berupa larik-larik
tetapi dapat mencakup peristiwa yang sangat luas dan sangat mendalam.
Sedangkan, pengonsentrasiannya yaitu peristiwa tidak langsung
diungkap kan tetapi adanya pemilihan kembali pada peristiwa yang akan
diungkapkan. Dari segi bahasa terdapat pula penghematan, pemadatan, dan
pengonsentrasian serta pemusatan. Penghematan bahasa dalam arti penggunaan
kata yang sangat mendukung atau sangat tepat untuk digunakan. Pemadatan
bahasa dalam arti penggunaan kata tertentu dan terbatas dapat mewakili peristiwa
yang luas dan mendalam. Sedangkan, pengonsentrasian dan pemusatan bahasa
adalah adanya pertimbangan yang sangat masuk dalam menggunakan atau
memilih kata (Zainuddin, 1991:100)

2.2.1 Puisi Menurut Ahli

1. B. Jassin
Menurut H. B. Jassin, pengertian puisi adalah suatu karya sastra yang
diucapkan dengan sebuah perasaan yang didalamnya mengandung suatu
fikiran-fikiran dan sebuah tanggapan-tanggapan.

2. Herman Waluyo
Menurut Herman Waluyo, pengertian puisi adalah suatu karya sastra yang
mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun
dengan memfokuskan semua kekuatan bahasa dalam sebuah struktur fisik
dan struktur batinnya.

3. Sumardi
Menurut Sumardi, pengertian puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang
dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan
kata-kata bermakna kiasan (imajinatif).

4. Theodore Watts-Dunton
Menurut Theodore Watts-Dunton, pengertian puisi adalah suatu ekpresi
yang kongkret dan bersifat artistik dari sebuah pikiran manusia dalam
bahasa emosional dan berirama.

5. James Reevas
Menurut James Reevas, pengertian puisi adalah ekspresi bahasa yang kaya
dan penuh daya pikat.

2.2.2 Unsur Puisi


Unsur-unsur puisi terbagi ke dalam dua macam, yakni struktur fisik dan struktur
batin Waluyo (1987)

2.2.3 Unsur Fisik


Unsur fisik meliputi hal-hal sebagai berikut.

a. Diksi (Pemilihan Kata)

Kata-kata yang digunakan dalam puisi merupakan hasil pemilihan yang sangat
cermat. Kata-katanya merupakan hasil pertimbangan, baik itu makna, susunan
bunyinya, maupunhubungan kata itu dengan kata-kata lain dalam baris dan
baitnya.Kata-kata memiliki kedudukan yang sangat penting dalam puisi. Katakata
dalam puisi bersifat konotatif dan ada pula kata-kata yang berlambang.
Makna dari kata-kata itu mungkin lebih dari satu. Kata-kata yang dipilih
hendaknya bersifat puitis, yang memunyai efek keindahan, bunyinya harus
indah dan memiliki keharmonisan dengan kata-kata lainnya (Waluyo,
1987:106).
1 . Kata Konotasi

Kata konotasi adalah kata yang bermakna tidak sebenarnya. Kata itu telah
mengalami penambahan-penambahan, baik itu berdasarkan pengalaman, kesan,
imajinasi, dan sebagainya. Kata-kata dalam puisi banyak
menggunakan makna konotatif atau kiasan terkadang ada yang merupakan
suatu perbandingan.

2. Kata – Kata Berlambang

Lambang atau simbol adalah sesuatu seperti lambang, tanda, ataupun kata
yang menyatakan maksud tertentu, sering digunakan penyair dalam puisinya
contoh, puisi SURAT KOPI didalamnnya terdapat lambang-lambang itu,
misalnya dinyatakan dengan kata surat dan cinta. Surat merupakan
perlambangan bagi „komunikasi‟ atau „pesan‟. Sementara itu, cinta
bermakna „keindahan‟.

b.Pengimajinasian
Pengimajinasian adalah kata atau susunan kata yang dapat menimbulkan
khayalan atau imajinasi. Dengan daya imajinasi tersebut, pembaca seolah-olah
merasa, mendengar, atau melihat sesuatu yang diungkapkan penyair. Dengan
kata-kata yang digunakan penyair, pembaca seolah-olah:
1. mendengar suara (imajinasi auditif)

2. melihat benda-benda (imajinatif visual), atau

3. meraba dan menyentuh benda-benda (imajinasi taktil)

c. Kata Konkret

Kata-kata harus diperkonkret atau diperjelas, jika penyair mahir


memperkonkret kata-kata, maka pembaca seolah-olah melihat, mendengar,
atau merasa apa yang dilukiskan penyair. Pembaca dapat membayangkan
secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan, setiap penyair berusaha
mengonkretkan hal yang ingin dikemukakan agar pembaca membayangkan
dengan lebih hidup apa yang dimaksudnya.

Cara yang digunakan oleh setiap penyair berbeda dari cara yang digunakan
oleh penyair lainnya. Pengonkretan kata ini erat hubungannya dengan
pengimajian, pelambangan dan pengiasan. Ketiga hal itu juga memanfaatkan
gaya bahasa untuk memperjelas apa yang ingin dikemukakan.

d. Bahasa Figuratif ( Majas)

Penyair menggunakan bahasa yang bersusun-susun atau berpigura sehingga


disebut bahasa figuratif yang menyebabkan puisi menjadi prismatis artinya
memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Majas (figurative
language) ialah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu
dengan cara membandingkan dengan benda atau kata lain. Majas mengiaskan
atau mempersamakan sesuatu dengan hal yang lain. Maksudnya, agar
gambaran benda yang dibandingkan itu lebih jelas. Misalnya, untuk
menggambarkan keadaan ombak, penyair menggunkan majas personifikasi.
Majas menjadikan suatu puisi lebih indah. Bahasa figuratif dipandang lebih
efektif untuk menyatakan apa yang dimaksud penyair, karena: (1) bahasa
figuratif mampu menghasilkan kesenangan imajinatif;(2) bahasa figuratif
adalah cara untuk menghasilkan imaji tambahan dalam puisi, sehingga yang
abstrak jadi konkret dan menjadikan puisi lebih nikmat dibaca; (3) bahasa
figuratif adalah cara menambah intensitas perasaan penyair untuk puisinya dan
menyampaikan sikap penyair; (4) bahasa figuratif adalah cara untuk
mengonsentrasikan makna yang hendak disampaikan dan cara menyampaikan
sesuatu yang banyak dan luas dengan bahasa yang singkat (Perrine dalam
Waluyo, 1987:115).

e. Versifikasi (Rima, Ritma, dan Metrum)


Bunyi dalam puisi menghasilkan rima dan ritma. Rima adalah pengulangan
bunyi dalam puisi. Digunakan kata rima untuk mengganti istilah persajakan
pada sistem lama karena diharapkan penempatan bunyi dan pengulangannya
tidak hanya pada akhir setiap baris, namun juga untuk keseluruhan baris dan
bait. Dalam ritma pemotongan-pemotongan baris menjadi frasa yang
berulangulang, merupakan unsur yang memperindah puisi itu. Ritma puisi berbeda
dari
metrum (matra), metrum berupa pengulangan tekanan kata yang tetap dan
bersifat statis. Ritma berasal dari bahasa Yunani rheo yang berarti gerakangerakan
air yang teratur, terus-menerus, dan tidak putus-putus (mengalir terus).

Situmorang ( 1983: 22), ritma ialah iramasedangkan rima adalah sajak


(persamaan bunyi). Peranan irama dan rima dalam puisi sangat penting dan
sangat erat hubungannya dengan tema, rasa, nada, dan amanat.
Dalam kepustakaan Indonesia, ritma atau irama adalah turun naiknya suara
secara teratur, sedangkan rima atau sajak adalah persamaan bunyi (Tarigan,
1991).

f. Tata Wajah (Tipografi)

Tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan
drama. Larik-larik puisi tidak membangun periodisitet yang disebut paragraf,
namun membentuk bait. Baris puisi tidak bermula dari tepi kiri dan berakhir ke
tepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan dari halaman yang memuat puisi
belum tentu terpenuhi tulisan, hal ini tidak berlaku untuk tulisan berbentuk
prosa. Baris-baris prosa dapat saja disusun seperti tipografi puisi, namun
makna prosa tersebut akan berubah menjadi lebih kaya, jika prosa itu
ditafsirkan sebagai puisi. Sebaliknya, jika tetap menafsirkan puisi sebagai
prosa, tipografi tersebut tidak berlaku. Cara sebuah teks ditulis sebagai lariklarik
yang khas menciptakan makna tambahan yang diperkuat oleh penyajian
tipografi puisi. Dalam puisi-puisi kontemporer seperti karya-karya Sutardji
Calzoum Bachri, tipografi itu dipandang begitu penting sehingga menggeser
kedudukan makna kata-kata.
2.2.4 Struktur Fisik Puisi
Struktur fisik puisi adalah unsur pembangun puisi yang bersifat fisik atau
nampak dalam bentuk susunan kata-katanya. Struktur fisik puisi terdiri dari
beberapa macam, yaitu:

1. Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang


tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris
puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan
tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.

2. Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam


puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata
dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih
secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan
makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.

3. Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan


pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji
dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan
(visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat
mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan
seperti apa yang dialami penyair.

4. Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang
memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan
atau lambang. Misal kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta,
kehampaan hidup, dll., sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat
melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.
5. Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat
menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu.
Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya
memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Bahasa figuratif
disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora,
simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora,
pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto,
totem pro parte, hingga paradoks.

6. Verifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum.


A. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan
akhir baris puisi. Rima mencakup:
1. Onomatope adalah kata tiruan bunyi, msl "kokok"
merupakan tiruan bunyi ayam, "cicit" merupakan tiruan
bunyi tikus.
2. Bentuk intern pola bunyi yang terdiri dari aliterasi, asonansi,
persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak
berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi (kata), dan sebagainya.
3. Pengulangan kata/ungkapan.

B. Ritma (ritme; irama) adalah alunan yg terjadi krn perulangan dan


pergantian kesatuan bunyi dl arus panjang pendek bunyi, keras
lembut tekanan, dan tinggi rendah nada; ritme

Metrum adalah ukuran irama yg ditentukan oleh jumlah dan panjang tekanan suku
kata dl setiap baris; pergantian naik turun suara secara teratur, dng pembagian suku
kata yg ditentukan oleh golongan sintaksis.

2.2.4 Struktur Batin Puisi


Struktur batin puisi adalah unsur pembangun puisi yang tidak tampak
langsung dalam penulisan kata-katanya. Struktur batin puisi dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
1. Tema/makna (sense)
Tema adalah pokok pikiran; dasar cerita (yg dipercakapkan, dipakai sbg
dasar mengarang, menggubah/mengarang sajak, dsb). Media puisi adalah
bahasa. Maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait,
maupun makna keseluruhan.

2. Rasa (feeling)
Rasa yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam
puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang
sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama,
jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman
sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan
tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada
kemampuan penyair memilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi
saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan,
pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis
dan psikologisnya.

3. Nada (tone)
Nada yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan
dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada
menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan
masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada
sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.

4. Amanat/tujuan/maksud (itention)
Amanat adalah gagasan yg mendasari karya sastra; pesan yg ingin
disampaikan pengarang kpd pembaca atau pendengar. Sadar ataupun tidak,
ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa
dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam
puisinya.
http://eprints.ums.ac.id/29876/3/BAB_I.pdf

2.3 Perancangan Buku Fotografi


2.3.1 Pengertian Perancangan Buku
Desain atau perancangan buku berarti rancangan isi, style, format, layout,
urutan dari macam-macam buku. Komponen berarti bagian atau halaman dari buku,
seperti catatan edisi, pengantar, indeks, atau coverdepan dan belakang.

2.3.2 Teori Layout

Menurut Rustan Surianto (2009:0) Layout merupakan sebagai tata


letak elemen-elemen desain terhadap suatu bidan dalam media tertentu
untuk mendukung konsep atau pesan yang dibawanya. Buku ilustrasi yang
ditujukan untuk anak-anak biasanya memiliki layout sederhana, dan
berisikan ilustrasi berwarna di setiap halamannya. Selain itu, terdapat juga
teks yang tidak terlalu banyak. Kebanyakan buku ilustrasi anak hanya
berisikan satu atau dua kalimat di setiap halaman. Sehingga kadang total
kata dalam buku ilustrasi anak hanya mencapai 100-600 kata dalam satu
buku. Layout buku ilustrasi untuk anak pada umumnya memiliki jumlah
halaman ganjil untuk mengakhiri cerita. Sehingga penutup cerita terdapat
disisi kanan spread buku (Shavic, Andrea, 2016:5).

Dalam melayout terdapat beberapa prinsip-prinsip yang dapat


dianalogikan sebagai suatu formula untuk membuat suatu layout
yang baik (Makmur, Harjanti: 2018) sebagai berikut:
2.3.4 Prinsip dasar layout

1. Sequence

Yaitu bisa disebut juga dengan hierarki atau flow. Artinya di


dalam suatu karya sering kali terdapat lebih dari informasi yang
ingin disampaikan. Untuk itu kita perlu membuat suatu urutan
atau prioritas dari yang harus dibaca pertama sampai yang boleh
dibaca paling akhir. Dengan adanya sequence maka akan
membuat pembaca secara otomatis mengurutkan pandangan
matanya sesuai dengan yang kita inginkan serta lebih
memudahkan juga bagi para pembaca.

2. Emphasis

Sequence dapat dicapai dengan adanya emphasis. Dimana


emphasis merupakan penekanan yang mencakup elemen-elemen
seperti: ukuran, warna, letak/posisi, bentuk.

3. Balance

Yaitu merupakan keseimbangan, pembagian berat yang merata


pada suatu bidang layout. Pembagian berat yang merata bukan
berarti seluruh bidang layout harus dipenuhi dengan elemen,
tetapi lebih pada menghasilkan kesan seimbang dengan
menggunakan elemen sesuai kebutuhan dan meletakkan di posisi
yang tepat.
4. Unity

Merupakan prinsip kesatuan elemen-elemen desain dalam layout.


Tidak hanya dalam hal penampilan tetapi juga mencakup
selarasnya elemen-elemen yang terlihat secara fisik dan pesan yang
ingin disampaikan dalam konsepnya. Kemudian berdasarkan
prinsip dasar layout di atas, yang akan digunakan untuk
mendukung supaya pesan yang akan disampaikan dapat menarik
perhatian target yang dituju adalah ilustrasi sebagai emphasis
dengan warna tertentu untuk menjadi hierarki sehingga tercipta
sequence yang mendukung, lalu kemudian akan didukung oleh
unsur-unsur lain dalam keseluruhan layout agar keseluruhan
pesan dalam materi dapat disampaikan dengan semestinya
terhadap target audience.

2.3.4 Grid System

Grid System adalah alat bantu yang sangat bermanfaat


dalam me-layout. Grid mempermudah kita menentukan dimana
harus meletakkan elemen layout seperti elemen teks maupun elemen
visual dan mempertahankan konsistensi dan kesatuan layout terlebih
untuk karya desain yang mempunyai beberapa halaman. Dalam
membuat grid, kita membagi halaman menjadi beberapa kolom
dengan garis vertikal, dan ada juga yang horisontal. Sedangkan
untuk merancangnya harus mempertimbangkan faktor-faktor
berikut seperti berapa ukuran dan bentuk bidangnya, apa konsep dan
style desainnya, berapa ukuran huruf yang akan dipakai, berapa
isinya/informasi yang ingin dicantumkan, danlain-lain. Grid dengan
2, 3 sampai 4 kolom atau lebih akan
menghasilkan banyak variasi layout. Semakin banyak kolom grid
semakin fleksibel penempatan elemen-elemen layout-nya (Makmur,
Harjanti: 2018). Grid yang digunakan dalam mendesain
perancangan buku perancangan puisi karya ‘Joko Pinurbo’ yaitu
dengan menggunakan 2 kolom agar lebih fleksibel dalam
penempatan elemen-elemen layout-nya.

2.3.5 Teori Warna

Menurut Sadjiman Ebdi Sanyoto, dalam buku Dasar-Dasar Tata


Rupa dan Desain (2005), warna memberikan peranan yang sangat
penting,vkarena setiap warna memiliki karakter dan memberikan
dampak secara psikologis kepada audience-nya. Warna memegang
peran sebagai sarana untuk lebih mempertegas dan memperkuat
kesan atau tujuan dari sebuah karya desain. Selain itu, warna dapat
menciptakan impresi atau kesan yang mampu menimbulkan perilaku
yang berperanan penting dalam penilaian estetis audience sehingga
dapat menentukan suka tidaknya akan bermacam-macam benda.

Warna yang digunakan pada perancanagan buku puisi surat


kopi karya ‘Joko Pinurbo’ adalah warna hitam dan putih
merepresentasikan warna yang memiliki drama, misterius dan
ketegasan pada tiap susunan kata, menampilkan kesan ketangguhan.
Yang akan semakin memancarkan imajinasi saat membacanya.

2.3.6 Teori Tipografi

Menurut Surianto Rustan dalam bukunya “Layout Dasar dan


Penerapannya” (2009:17), tipografi sangat berkaitan dengan layout.
Selain peranannya sebagai penyampai pesan komunikasi, huruf
mempunyai dampak pada ruang dalam suatu layout dua dimensi.
Dengan kata lain, huruf tidak dapat dipisahkan hubungannya dengan
layout. Di samping elemen visual, huruf atau tipografi yang
membentuk suatu elemen teks juga dapat memberi segala informasi
yang dibutuhkan pembaca. Dalam penerapan tipografi dalam layout,
pemilihan jenis huruf dan ukuran harus diperhatikan. Pemilihan
jenis huruf dan ukuran hendaknya disesuaikan dengan tema/konsep
desain. Dan perlu diperhatikan pula bahwa jenis huruf
yang berbeda mempunyai ukuran yang berbeda walaupun
menggunakan satuan ukuran yang sama (point) (Makmur, Harjanti:
2018).

Dalam perancangan buku puisi pada umumnya, dipilih sans


serif pemilihan jenis tersebut berdasarkan pertimbangan san serif
memiliki ketebalan dan ketipisan yang menjadikan kontras pada
setiap huruf. Kesannyang ditimbulkan adalah klasik, tegas, dan kuat.
Keuntungan jenis font tersebut memiliki legibility dan readibilty
serta fleksibel untuk semua media (Leonard, Setiawan, 2016: 21-
22).

Anda mungkin juga menyukai