Anda di halaman 1dari 3

“Analisa Desain Wall Thickness dan Schedule Pipa Reheater”

Indrajid Satrio Utomo


Program Studi Pembangkit Tenaga Listrik, Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Jakarta,
Jl. Prof. DR. G.A. Siwabessy, kukusan, Kecamatan Beji, Kota Depok, Jawa Barat, Indonesia 16424
Email : indrajidsyatrio@yahoo.co.id

Abstrak – Pembangkit Listrik Tenaga Uap merupakan salah satu industri yang menggunakan sistem
pemipaan sebagai sistem utama maupun bantu dalam beroperasi. Sistem pemipaan dalam pembangkit
salah satunya digunakan untuk mengalirkan uap dari Outlet Reheater menuju Inlet IP Turbine. Pipa
yang ada pada reheat disebut pipa Reheat Steam karena menggunakan steam hasil pemanasan kembali
dari steam yang telah digunakan pada HP Turbine. Dalam membuat suatu sistem pemipaan, terdapat
banyak parameter – parameter yang perlu diperhatikan pada sistem pemipaan tersebut. Pada jurnal
ini, dibahas tentang desain Wall Thickness dan Schedule Pipe untuk Reheater dengan diameter pipa
yang dipilih 6 inch design pressure 55 bar , temperatur 480oC serta pemilihan material SA 335 P11,
didapatkan Wall Thickness (tm) ialah 7,1 mm (0,280 inch) yang menurut ASME 36.10M dapat dipilih
pipa 6 inch dengan schedule 40 dengan ketebalan standar 7,11 mm (0,280 inch).
I. Pendahuluan kegagalan di suatu saat nanti. Termasuk dalam
a. Latar Belakang perpindahan panas, khususnya dalam Reheater.

Dunia Industri merupakan dunia yang b. Rumusan Masalah


membutuhkan mesin untuk menjalankannya.
Penulisan jurnal ini, dengan
Salah satu dunia industri yaitu Pembangkitan.
mempertimbangkan latar belakang masalah,
Dalam hal ini, Pembangkitan, khususnya
maka rumusan masalah yang dibentuk ialah
Pembangkit Listrik Tenaga Uap, memakai
Desain pipa berdasarkan wall thickness dan
mesin untuk menghasilkan uap yang nantinya
schedule pada untuk pipa reheater dengan
dipakai untuk menggerakkan turbin. Uap
pemilihan diameter pipa 6 inch.
tersebut dihasilkan oleh Boiler yang
menggunakan batu bara sebagai bahan c. Batasan Masalah
bakarnya.
Dalam penulisan jurnal ini, penulis
Terdapat dua proses pengaliran uap yang membatasi masalah sebagai berikut :
biasa digunakan pada Pembangkit Listrik
Tenaga Uap yang menggunakan tiga turbin 1. Design pressure dan temperatrure
(HP, IP, LP), pertama, uap dari Boiler dialirkan steam yang akan dihasilkan pada
menuju HP Turbin, lalu setelah itu uap bekas Reheater.
HP Turbin akan dimasukkan kedalam Reheater
yang nantinya akan dilakukan pemanasan ulang 2. Perhintungan schedule dan wall
untuk menaikkan nilai Entalpi setelah itu uap thickness berdasarkan ASME 31.1
akan dialirkan ke IP dan LP Turbin yang Power piping 2016.
termasuk dalam proses ke dua.
3. Perhitungan dilakukan untuk
Semua proses pengaliran uap yang dari penentuan Wall Thickness dan
boiler menuju turbin memerlukan sistem Schedule yang akan digunakan pada
pemipaan yang tepat agar tidak terjadi pipa reheater.
II. Metode Penelitian Untuk nilai Maximum Allowable
Stress, disesuaikan dengan suhu yang
Metode yang dilakukan dalam dihasilkan oleh steam dan dapat dilihat pada
penulisan jurnal ini ialah melakukan studi tabel Low and Intermediate Alloy Steel ASME
literatur terhadap jurnal – jurnal yang berisi 31.1 .
tentang desain pipa untuk fluida steam. Selain
itu, dilakukan juga pencarian data dalam Untuk koefisien y, dapat dilihat pada
pemilihan fulida steam yang dihasilkan pada tabel berikut :
Reheater dengan nilai rata – rata nya yang ada Tabel 1.1. Value of y (Sumber ASME 31.1 2015)
pada PLTU.

III. Tinjauan Pustaka


a. Sistem Pemipaan
Sistem pemipaan yang ada pada
Reheater dirancang untuk memanaskan
kembali uap yang sudah digunakan pada HP
Turbin sehingga akan menaikkan nilai entalpi Perhitungan Wall Thickness memiliki
yang nantinya digunakan untuk menggerakkan nilai toleransi ketebalan atau tambahan
turbin. ketebalan yang disebut Milling Tollerance, ini
bertujuan sebagai nilai toleransi akibat material
Uap yang dihasilkan dari reheater
yang hilang yang disebabkan oleh threading,
disebut Reheat Steam. Pemanasan kembali uap
grooving atau lainnya yang dibutuhkan dalam
pada reheater dilakukan untuk menambah
penyambungan.
efisiensi kerja turbin sehingga membuat kinerja
sistem PLTU semakin efisien. Penambahan Milling Tollerance (A)
dengan menambahkan 10% (sesuai kebutuhan)
dari ketebalan pipa yang dihitung :
b. Wall Thickness
𝑡𝑚 = 𝑡𝑚 + 𝐴 (10% ∗ 𝑡𝑚)..............(2)
Dalam perancangan sistem pemipaan,
diperlukan perancangan yang tepat dan sesuai Terdapat juga Corrosion Allowance,
dengan ASME 31.1 agar tidak terjadi kegagalan ini digunakan untuk menambahkan ketebalan
di kemudian hari. pipa dengan menambahkan Corrosion
Allowance (nilai yang dijinkan bila terjadinya
Pressure pada pipa digunakan sebagai
korosi) yang nilainya didapat sesuai kebutuha.
parameter untuk menghitung nilai dari
ketebalan pipa (Wall Thickness) yang akan Jadi, untuk menghitung Wall thickness
dibuat nanti untuk sistem pemipaan Reheater. pipa dapat disimpulkan dengan perhitungan :
Perhitungan Wall Thickness = 𝑡𝑚 + (𝑡𝑚 + 𝐴) + 𝐶𝑜𝑟𝑟𝑜𝑠𝑖𝑜𝑛 𝐴𝑙𝑙𝑜𝑤𝑎𝑛𝑐𝑒 (3)
menggunakan perumusan :
IV. Pembahasan
𝑃.𝐷𝑜
𝑡𝑚 = .................................(1)
2(𝑆𝐸+𝑃𝑦) Dalam penulisan pembahasan untuk
P = Design Pressure (Kpa)
mendapatkan nilai Wall Thickness dan
Schedule pada pipa reheater, penulis
Do = Diameter pipa (mm) menggunakan studi kasus yaitu reheat steam
S = Maximum Allowable Stress (Kpa) pipe dengan diameter 6 inch. Reheater
direncanakan akan menghasilkan steam dengan
E = Weld Joint Efficiency
design pressure 55 bar, Temperatur 4800C.
y = koefisien y, dapat dilihat di tabel 1.1 Serta untuk pemilihan material pipa, digunakan
SA 335 P11.
Dari data studi kasus tersebut, penulis Wall Thickness (tm) dengan nilai 7,1 mm
akan menghitung Wall Thickness pipa yang (0,280 inch) yang menurut ASME 36.10M
digunakan. dapat dipilih pipa 6 inch dengan schedule 40
dengan ketebalan standar 7,11 mm (0,280
Untuk ketebalan pipa (Wall Thickness) sebagai
inch).ialah 7,1 mm (0,280 inch) yang menurut
berikut, dengan nilai y = 0,4 (ferritic steel
ASME 36.10M dapat dipilih pipa 6 inch dengan
karena menggunakan material steel) :
schedule 40 dengan ketebalan standar 7,11 mm
5500 ∗ 168,3 (0,280 inch).
𝑡𝑚 =
2(93768,7 ∗ 1) + (5500 ∗ 0,4) Referensi
= 4,87 𝑚𝑚
1. Pekik Mahardhika, Eko Julianto, Arie
𝑀𝑖𝑙𝑙 𝑇𝑜𝑙𝑒𝑟𝑎𝑛𝑐𝑒 10 % (𝐴) Indartono, George E. Kusuma, 2018,
𝑡𝑚 = 4,79 + (10% ∗ 4,87) = 5,35 𝑚𝑚 “Analisa Kenaikan Tekanan Fluida
Terhadap Tegangan Dan Fleksibilitas
𝐶𝑜𝑟𝑟𝑜𝑠𝑖𝑜𝑛 𝐴𝑙𝑙𝑜𝑤𝑎𝑛𝑐𝑒 (1,75 𝑚𝑚) Pipa Blowdown A106 Grade A
𝑡𝑚 = 5,35 𝑚𝑚 + 1,75 𝑚𝑚 Berdasarkan ASME B31.3”.
= 7,1 𝑚𝑚
2. Muhammad Zainal Mahfud, Djoeli
Satrijo, Toni Prahasto, 2016, “Desain
Untuk schedule pipa, dapat dilihat pada tabel
dan Analisis Tegangan Sistem
1.2 pada ASME 36.10M
Prpipaan Main Steam (High Pressure)
Tabel 2.2. Dimension and Weight of Welded and Pada Combined Cycle Power Plant”.
Seamless Wrought Steel Pipe (Sumber: ASME 36.10M
2016)
3. Ahmad Husen, Nur Cholis, Akbar Nur
Setiadi, 2018, “Analisis Tegangan Pipa
Pada Sistem Instalasi Perpipaan
Geothermal di Proyek X”

4. Sigit Mulyanto, 2015, “Analisa


Tegangan Pipa Steam Low
Condensate Diameter 6” Pada PT
IKPT”
5. Tri Handika Rachmanu , Mardi
Santoso , Nurvita Arumsari,
“Analisa Tegangan Pipa Main
Steam Dari Outlet Superheater
Menuju Inlet Turbin Studi Kasus
PLTU Tembilahan 2x7 MW”

6. ASME B 31.1 Power Piping 2015

7. ASME B 36.10 M 2016

V. Kesimpulan
Dari perhitungan yang dilakukan,
didapatkan nilai ketebalan pipa Wall Thickness
(tm) pada pipa Reheater 6 inch dengan design
pressure 55 bar , temperatur 480oC serta
pemilihan material SA 335 P11, didapatkan

Anda mungkin juga menyukai