Anda di halaman 1dari 4

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Terapan Volume 6, ISSN: 2476-9983

ANALISIS KINERJA ALAT PENUKAR KALOR HEAT PIPE


DENGAN VARIASI DIAMETER PIPA DAN DAYA INPUT

Arif Rochman Fachrudin1, Fina Andika Frida Astuti2

1,2
Teknik Mesin, Politeknik Negeri Malang
1
arfachrudin@gmail.com, 2fina.andika@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja termal penukar panas pada heat pipe. Heat pipe bekerja dengan memindahkan
sejumlah panas yang diterimanya di bagian evaporator dan mentransfer panas dalam bentuk perubahan fase yaitu fase cair
menjadi fase uap dan membuang panas di bagian kondensor. Kondensor dilengkapi dengan beberapa sirip untuk membantu
proses pelepasan panas di udara. Dengan dibuangnya panas di kondensor, fluida terkondensasi dan berubah lagi menjadi fase cair
dan akhirnya kembali ke bagian evaporator. Kinerja termal heat pipe ditunjukkan oleh nilai end to end ∆T, tahanan termal, Fluks
kalor dan daya input yang dihasilkan. Kinerja semakin baik apabila end to end ∆T dan tahanan termal semakin kecil. Untuk
fluks kalor dan daya output, kinerja semakin baik ditunjukkan dengan nilainya semakin besar. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode eksperimen, dengan menganalisis selisih temperatur (end to end ∆T) bagian evaporator dengan
kondensor, menganalisis tahanan termal, menganalisis fluks panas dan daya yang dipindahkan. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa semakin besar diameter heat pipe dan semakin besar daya input maka nilai end to end ∆T, tahanan termal
semakin kecil sebaliknya nilai fluks panas dan daya output yang dihasilkan semakin besar. Nilai end to end ∆T terkecil (350C)
dan tahanan termal terkecil (0,47 0C/W) terjadi pada dimeter heat pipe terbesar, yaitu 30 mm dengan daya input 80 W. Fluks kalor
terbesar (48 W/cm2) dan daya output terbesar terjadi pada diameter heat pipe terbesar,30 mm dan pada daya output terbesar,80 W.

Kata kunci : heat exchanger, heat pipe, diameter

fluida kerja yang berada di evapoator. Bagian ketiga adalah


I. PENDAHULUAN bagian kondensor, yaitu bagian yang berfungsi membuang
Kestabilan temperatur suatu komponen dalam bidang panas yang berasal dari evaporator..Pada bagian ini dilengkapi
mekanik dan elektronik sangatlah penting karena akan dengan sirip sirip untuk membantu proses pembuangan panas
berpengaruh pada life time dari komponen tersebut. Untuk ke udara. Didalam heat pipe memerlukan fluida kerja yang
mendapatkan kondisi temperatur yang stabil dan tidak berlebih berfungsi mentransfer panas dari evaporator ke kondensor
maka diperlukan alat penukar kalor. Penukar kalor (heat Bagian heat pipe bisa dilihat pada gambar 1.
exchanger) membantu membuang panas dari sumber panas
dengan menggunakan sumber energi luar maupun tanpa
menggunakan sumber energi lain. Heat pipe merupakan alat
penukar panas yang tidak menggunakan energi dari luar.
Heat pipe merupakan alat penukar panas yang terbuat dari
pipa yang terdiri dari tiga bagian uatama. Bagian pertama
adalah evaporator, yaitu bagian yang menerima panas dari
sumber panas. Bagian kedua adalah bagian adiabatik, yaitu
bagian yang terisolasi secara penuh sehingga tidak ada kalor
yang keluar masuk, yang terletak diantara bagian evaporator
dan bagian kondensor. Bagian ini dibutuhkan sebagi bagian
yang membantu dalam kesempurnaan proses penguapan dari Gambar 1. Bagian Heat Pipe

57
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Terapan Volume 6, ISSN: 2476-9983

Proses kerja heat pipe dimulai dari bagian evaporator Qin = V.I
menerima sejumlah panas dari sumber panas. Panas pada
evaporator yang sudah terisi fluida kerja, akan memanaskan Keterangan:
fluida kerja sampai nttik didihnya dan berubah fase menjadi V = Tegangan (Volt)
uap. Uap berjalan menuju ke bagian kondensor melalui bagian I = Arus (Ampere)
adiabatik. Sampai di bagian kondensor, uap sudah terbentuk Qin = Daya Yang masuk
sempurna dan siap dilepaskan. Pelepasan panas di bagian
kondensor dibantu sirip sirip yang ada dibagian luar kondensor. II. METODE PENELITIAN
Setelah panas dilepas, uap berubah menjadi fluida cair dan Dalam penelitian ini ada dua tahapan penelitian, yaitu
berjalan kembali menuju evaporator melui dinding heat pipe. tahapan perancangan dan tahapan pengujian. Tahapan
Sampai evaporator mendapatkan panas lagi hingga mendidih perancangan meliputi: a. Menentukan dimensi heat pipe b.
dan kembali ke kondensor dan sterusnya sehingga membentuk Membuat perancangan heat pipe Untuk tahapan pengujian
siklus secara terus menerus. Heat pipe menggunakan panas
meliputi: a. Melakukan instalasi alat uji dan alat ukur untuk
laten dalam kerjanya sebagai penukar kalor. pengujian b. Melakukan pengujian kinerja heat pipe. c.
Beberapa penelitian dilakukan tentang heat pipe yaitu Analisis data dari pengujian heat pipe
penelitian variasi fluida1, perlakuan dengan memutar heat
pipe2, dan juga penelitian tentang dimensi heat pipe, yaitu A. Tahap Perancangan
dimensi kondensor3, meneliti dan panjang adiabatis4. Dari
Dimensi dan spesifikasi alat uji dari perancangan
penelitian menunjukkan bahwa panjang kondensor dan panjang
ditunjukkan pada tabel 1.
adiabatik berpengaruh pada kinerja heat pipe. Semakin panjang
dengan batas tertentu berpengaruh pada kinerja termal semakin TABEL I. SPESIFIKASI HEAT PIPE
baik. Spesifikasi Keterangan

Beberapa hal yang mempengaruhi pada kinerja termal heat Panjang Total (mm) 50
pipe, yaitu antara lain fluida kerja, panjang heat pipe dan bahan Panjang Kondensor (mm) 200
pipa. Kinerja heat pipe ditentukan oleh beberapa hal Panjang adiabatis (mm) 150
Panjang Evaporator (mm) 150
diantaranya adalah perbedaan temperatur antara yang masuk
Diameter Pipa (mm) Di variasikan (10,20,30)
dan yang keluar, tahanan termal, kapasitas perpindahan panas
Jumlah Sirip 7
(Fluks Kalor) dan daya output yang dihasilkan. Idealnya,
Bahan pipa Tembaga
dengan efisiensi 100 persen, temperatur yang masuk dan
Fluida kerja Air
temperatur yang ke luar nilainya adalah sama, tetapi pada
kenyataannya terjadi perbedaan antara temperatur yang masuk Fluida dimasukkan kedalam heat pipe dan bagian adiabatis
dengann temperatur yang keluar, karena dalam heat pipe ada diisolasi penuh sehingga tidak ada pertukaran panas dengan
tahanan termal yang menghambat laju perpindahan panas. lingkungan. Pada evaporator dipasang pemanas (heater) dari
Semakin kecil tahan termal, maka semakin bagus kinerja heat listrik, dilengkapi dengan pengatur arus untuk mengatur
pipe. temperatur yang dihasilkan.
Menurut 5, tahanan termal (Rth) dari heat pipe:
B. Tahap Pengujian.
Rth = (Te-Tk)/Q out. Pada tahap pengujian ini diawali dengan instalasi alat
Keterangan: penelitian dengan alat ukur yang digunakan, yaitu termometer,
Te = Temperatur evaporator infra red, dan alat ukur arus dan tegangan. Instalasi pengujian
Tk = Temperatur kondensor ini bisa dilihat pada gambar 2. Temperatur yang dicatat adalah
Qout = Daya yang keluar temperatur udara, temperatur evaporator dan temperatur
kondensor.
Daya yang keluar (Qout) 6 adalah:

Qout = h.At.(Tw-Tu)

Keterangan:
Tw = Temperatur dinding heat pipe
Tu = Temperatur udara
Qout = Daya yang keluar

Daya input (Qin) dihitung dari daya listrik yang masuk ke


pemanas (heater), yaitu:

58
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Terapan Volume 6, ISSN: 2476-9983

kondensor. Gambar tersebut juga menunjukkan bahwa


semakin besar daya masuk maka end to end ∆T akan semakin
kecil. Nilai end to end ∆T terendah (350 C) pada diameter 30
mm dan daya input 80 W, dan semakin naik seiring semakin
kecil diameter dan semakin kecil daya inputnya.

70
60
50 20 W
40 35 W

End To End (0 C)
50 W
30
65 W
20 80 W
10
0
Gambar 2. Instalasi Penelitian 0 10 20 30 40
Diameter (mm)
Tahap berikutnya adalah menentukan varibel bebas dan
variabel terikat untuk diujikan ke alat uji. Variabel bebas dari
penelitian ini adalah diameter heat pipe dan daya input.
Gambar 3. .Hubungan antara diameter dengan end to end (∆T)
Diameter heat pipe divariasikan 10 mm;20 mm dan 30 mm.
Untuk daya input yang masuk divariasikan dari 20 W; 35 W;
50 W;65 W; 80 W. Variabel terikatnya adalah kinerja heat B. Hubungan antara Diameter dengan Tahanan Termal (Rth)
pipe yang dapat dilihat dari end to end ∆T, tahanan termal ,
fluks panas dan daya output yang dihasilkan.
2,5
Setelah semua instalasi sudah siap, dilakukan pengambilan
data. Langkah langkah pengambilan data adalah sebagai 2
Tahanan Termal(0 C)

berikut:
1,5 20 W
• Setting daya input yang masuk ke pemanas pada 35 W
evaporator dengan mengatur arusnya. 1 50 W
65 W
• Memanaskan evaporator sampai temperatur stabil, 0,5 80 W
kurang lebih 5 menit
0
• Setelah temperatur stabil, mulai mengukur temperatur 0 10 20 30 40
pada udara, evaporator dan kondensor. Diameter (mm)
• Pengambilan data
Gambar 4. Hubungan antara diameter dengan tahanan termal
C. Analisis Data
Data data yang diperoleh dari eksperimen ini selanjutnya Nilai tahanan termal berbanding lurus dengan end to end
dianalisis untuk menentukan hubungan antar variabel. ∆T, semakin besar diameter dan semakin besar daya input
Hubungan antar variabel tersebut selanjutnya dijelaskan dalam maka nilainya menurun. Hal ini berarti semakin besar
bentuk grafik. diameter dan semakin besar daya input perpindahan panas
akan mendapatkan sedikit tahanan/hambatan dalam
III. HASIL DAN DISKUSI menstranfer panas dari evaporator ke kondensor. Semakin
kecil end to end dan tahanan termal menunjukkan bahwa
A. Hubungan antara Diameter dengan perbedaan penukar kalor berkinerja semakin baik. Proses perpindahan
Temperatur(End to end ∆T) panas dengan permukaan yang luas dan temperatur lebih
tinggi memberikan pengaruh semakin kecil tahanan termalnya.
Dari gambar 3 menunjukkan bahwa, semakin besar diameter Gambar 4 menunjukkan bahwa semakin besar diameter dan
maka akan semakin besar end to end ∆T, yaitu semakin besar semakin besar daya input maka tahanan termal semakin kecil.
selisih antara temperatur di evaporator dengan temperatur di

59
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Terapan Volume 6, ISSN: 2476-9983

Tahanan termal terkecil (0,47 0C/W) terjadi pada dimeter heat terbesar (51 W) terjadi pada diameter 30 mm dan pada daya
pipe terbesar, yaitu 30 mm dan daya input 80 W input 80 W. Hal ini dipegaruhi oleh volume spesifik uap dan
kandungan panas laten dari fluida kerja, maka dengan semakin
C. Hubungan antara Diameter dengan Fluks Kalor
besar diameter dan semakin besar daya input mempunyai
kandungan panas laten yang tinggi dan komposisi uap akan
semakin banyak, sehingga mekanisme proses transfer panas
semakin besar. Hal ini menyebabkan fluks kalor dan daya
output semakin tinggi.
IV. KESIMPULAN
Dari hasil eksperimen diatas dapat disimpulkan bahwa
kinerja penukar kalor heat pipe ditunjukkan oleh oleh nilai end
to end ∆T, tahanan termal Fluks kalor dan daya output.
Semakin kecil nilai end to end ∆T dan tahanan termal serta
semakin besar fluks kalor dan daya input maka kinerja heat
pipe semakin baik. Nilai nilai end to end ∆T terkecil (350C)
dan tahanan termal terkecil (0,47 0C/W) terjadi pada dimeter
heat pipe terbesar, yaitu 30 mm dan daya input 80 W. Fluks
kalor terbesar (48 W/cm2) dan daya output terbesar terjadi
Gambar 5. Hubungan antara diameter dengan Fluks Kalor pada diameter heat pipe terbesar, 30 mm dan pada daya output
terbesar, 80 W.

Fluks kalor merupakan salah satu indikator kinerja pada


UCAPAN TERIMA KASIH
suatu penukar kalor, yang menunjukkan berapa daya panas
yang mampu dipindahkan persatuan luas. Hubungan antara Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
diameter dan daya output terhadap fluks kalor ditunjukkan Direktur Politeknik Negeri Malang atas bantuan dan
pada gambar 5. Semakin besar diameter dan daya input, fluks kesempatan yang diberikan..
kalor akan semakin meningkat. Fluks kalor terbesar (40
W/cm2 ) terjadi pada daya input 80 W. REFERENSI
[1]. Fachrudin AR. Unjuk Kerja Thermoshypon dengan variasi Fluida Kerja.
D. Hubungan antara Diameter dengan Daya Output 2018;18(2):67-71.
[2]. Fachrudin AR. Pengaruh kecepatan putaran terhadap kinerja termal
rotating closed thermosyphon. 2017;18(1):1-14.
[3]. Astuti FAF, Fachrudin AR. Pengaruh Panjang Kondensor terhadap
kinerja termal thermosyphon. 2019;20(2):181-192.
[4]. Fachrudin AR. Kinerja Thermal Heat Pipe dengan Variasi Panjang
Adiabatik. Majapahit Techno. 2015;5(2):49-54.
[5]. Hopkin RF, A and Krustalev D. Flat miniatur Heat Pipe With Micro
Capilarity Grooves. J Heat Transfer. 1999;121:102-109.
[6]. Holman JP. Heat Transfer. Mc Graw Hill; 1986.

Gambar 6. Hubungan antara diameter dengan Daya Output

Pada gambar 6 menunjukkan hubungan antara diameter


dan daya input terhadap daya output yang dihasilkan. Pada
gambar tersebut menunjukkan daya output semakin meningkat
dengan bertambahnya daya input dan semakin besar diameter.
Nilai daya output sebanding dengan nilai fluks kalor. Semakin
tinggi fluks kalor semakin tinggi daya input. Daya output

60

Anda mungkin juga menyukai