Anda di halaman 1dari 20

Prinsip dan Praktik Ekonomi dalam Islam

KOMPETENSI DASAR
MATERI
EVALUASI

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI– KELAS XI


KOMPETENSI DASAR

Menerapkan prinsip ekonomi dan muamalah sesuai dengan ketentuan


syariat Islam.

Bekerjasama dalam menegakkan prinsip-prinsip dan praktik ekonomi


sesuai syariat Islam.

Menelaah prinsip-prinsip dan praktik ekonomi dalam Islam

Mempresentasikan prinsip-prinsip dan praktik ekonomi dalam Islam


Apa Sih
Muamalah ?????
?

Mu’āmalah dalam kamus Bahasa Indonesia artinya hal-hal yang


termasuk ke dalam urusan kemasyarakatan (pergaulan, perdata, dsb).
Sementara dalam fiqh Islam berarti tukar-menukar barang atau
sesuatu yang memberi manfaat dengan cara yang ditempuhnya,
seperti jual-beli, sewamenyewa, upah-mengupah, pinjammeminjam,
urusan bercocok tanam, berserikat, dan usaha lainnya.
IATAN RIBA
A K A N CARA KAN KEG
M EM PE RGUN
TIL MELAKU
NG B A
YA

H
LE
ZALIM BERPE

BO
Y AN G RILAKU
ARA CURAN
CARA-C G

K
A
D B ARANG
AN
CARA
TI
SPEK
ULAS E L I DENG
-B M
I/BER JUAL HARA
JUDI
• ‫َﻣْوا َﻟ ُﻛ ْم َﺑ ْﯾ َﻧ ُﻛ ْم ﺑِﺎ ْﻟﺑَﺎطِ لِ إ ﱠِﻻ أَنْ َﺗﻛُونَ ﺗِﺟَ ﺎرَ ًة‬
َ ‫ﯾَﺎ أَ ﱡﯾﮭَﺎ اﻟﱠذِﯾنَ آ َﻣﻧُوا َﻻ َﺗﺄْ ُﻛﻠُوا أ‬
‫ﷲ ﻛَﺎنَ ِﺑ ُﻛ ْم رَ ﺣِﯾﻣًﺎ‬
َ ‫اض ِﻣ ْﻧ ُﻛ ْم ۚ َو َﻻ َﺗ ْﻘ ُﺗﻠُوا أَ ْﻧﻔُﺳَ ُﻛ ْم ۚ إِنﱠ ﱠ‬ ٍ َ‫ﻋَ نْ ﺗَر‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (QS: An-Nisaa Ayat: 29)
a l ah . ..
a c a m Muam
acam-m
M
Jual Beli dalam
Islam ..... ?????? RUK
UN J
UAL
BELI

d a la h k e s e pakatan
Jual Beli a b a r a ng atas
n u k a r
tukar-me tu k m em iliki
an u n
dasar kerela t s e la manya
e r s e b u
barang t t a u akad
n c a r a a
denga
tertentu
SYARAT JUAL BELI
Ada
bara
ng y
Ada Pen ang d
jual dan iper
Pembel jual
i beli
kan

Akad, y d alam
aitu ijab k a r
antara dan qob u k m enu
t
penjual
dan pem ul d a a lat un n jual beli
A a
beli kegiat
Uang
d
e linya : 1. H an barangn
P e m b ala ya :
Penjual d a n 2. Be l dan suci,
rm
1. Ballig, 3. Ke anfaat,
e r ak a l sehat, adaan
2. B
h e n da k s endiri. terima barang dap
3. Atas k e 4. Ke kan, at dise
adaan rah
oleh p barang dik
5. M enjual etahu
ilik sen d a n pem i
Sabda dir beli.
Rasulu i.
jual-be lla
li mela h saw, “Ta
yang d in ks
imiliki kan atas ba ah
.” (HR
Tirmid
zi). . Abu D rang
aud da
Rasulullah saw. bersabda n
, “Sesungguhnya
jual-beli itu hanya sah jika
suka sama suka.”
(HR. Ibnu Hibban).
JUAL BELI

Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perdagangan yang berlaku suka sama
suka di antara kamu. Dan janganlah kalian membunuh dirimu , sesungguhnya Allah itu
Maha Kasih Sayang kepada kalian” (Q.S. An-Nisa/4:29)
POTONGAN AYAT

Artinya:
”... dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...”
(Q.S. al-Baqarah/2: 275).
“Rasulullah mengutuk orang yang mengambil ribā, orang yang
mewakilkan, orang yang mencatat, dan orang yang
menyaksikannya.” (HR. Muslim).

a u a n g a ta u n il ai lebih
Ribā adalah bung H a l in i s e r in g
a r a n g .
atas penukaran b b a h a n m ak a n a n,
r ja d i d a lam p er t ukaran
te - m e m in ja m .
p in ja m
perak, emas, dan
• Ribā Faḍli, adalah pertukaran barang sejenis yang tidak
sama timbangannya.
• Ribā Qorḍi, pinjam meminjam dengan syarat harus
memberi kelebihan saat mengembalikannya.
• Ribā Yādi, akad jual-beli barang sejenis dan sama
timbangannya, namun penjual dan pembeli berpisah
sebelum melakukan serah terima.
• Ribā Nasi’ah, akad jual-beli dengan penyerahan barang
beberapa waktu kemudian.
KHIYAR

Khiyār adalah bebas memutuskan antara meneruskan jual-beli atau


membatalkannya. Islam memperbolehkan melakukan khiyār karena
jual-beli haruslah berdasarkan suka sama suka, tanpa ada unsur
paksaan sedikit pun. Penjual berhak mempertahankan harga barang
dagangannya, sebaliknya pembeli berhak menawar atas dasar
kualitas barang yang diyakininya.
Khiyār Majelis, adalah selama penjual dan pembeli masih MACA
M-MA
berada di tempat berlangsungnya KHIYA CAM
R
transaksi/tawar-menawar, keduanya berhak memutuskan
meneruskan atau membatalkan jual-beli.
Khiyār Syarat, adalah khiyar yang dijadikan syarat
dalam jual-beli. Misalnya penjual mengatakan, “Saya
jual barang ini dengan harga sekian dengan syarat
khiyar tiga hari.”

Khiyār Aibi (cacat), adalah pembeli boleh mengembalikan


barang yang dibelinya jika terdapat cacat yang dapat
mengurangi kualitas atau nilai barang tersebut, namun
hendaknya dilakukan sesegera mungkin.
a la h m e n ye ra h ka n harta dan
Utang-piutang a d
se o ra n g d en g a n ca tatan akan
benda kepada se
a w a ktu ke m u d ia n . Tentu saja
dikembalikan pa d
ti da k m e n g u b a h ke a d aannya.
dengan

g -p iu ta n g a d a ti ga, yaitu:
Rukun utan ya n g berutang
p iu ta n g d a n
1. Yang ber
u barang adamu.”
2. Ada harta ata . M is al: “Saya u ta n g k a n in i k e p
e s e p a k a ta n , b e berapa
3. Lafadz k w a b, “Ya, say a u ta n g d u lu
Yang be r u ta n g m e n ja
ta u jik a s u d a h p unya akan
e b u tk a n d e n g a n jelas) a
hari lagi (s
saya lunasi.”
Jika orang yang berutang tidak dapat melunasi tepat pada waktunya
karena kesulitan, Allah Swt. Menganjurkan memberinya kelonggaran.

“Dan jika (orang berutang itu) dalam kesulitan, maka berilah tenggang waktu
sampai dia memperoleh kelapangan. Dan jika kamu menyedekahkan, itu lebih
baik bagimu, jika kamu mengetahui..” (Q.S al-Baqarah/2: 280)
“Sesungguhnya sebaik-baik kamu, ialah yang sebaik-baiknya ketika membayar utang.”
(sepakat ahli hadis). Abu Hurairah ra. berkata, ”Rasulullah saw. telah berutang hewan,
kemudian beliau bayar dengan hewan yang lebih besar dari hewan yang beliau utang itu,
dan Rasulullah saw. bersabda, ”Orang yang paling baik di antara kamu ialah orang yang
dapat membayar utangnya dengan yang lebih baik.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)

Apabila orang membayar utangnya dengan memberikan kelebihan atas


kemauannya sendiri tanpa perjanjian sebelumnya, kelebihan tersebut halal
bagi yang berpiutang, dan merupakan suatu kebaikan bagi yang berutang.
Sewa-menyewa dalam fiqh Islam disebut
ijārah, artinya imbalan yang harus diterima
oleh seseorang atas jasa yang diberikannya.
Jasa di sini berupa penyediaan tenaga dan
pikiran, tempat tinggal, atau hewan.

Dasar hukum ijaraah :


- Al-Baqarah 233
- At-Talaq ayat 6
Syarat dan Rukun Sewa-menyewa :
1. Yang menyewakan dan yang menyewa haruslah telah ballig dan
berakal sehat.
2. Sewa-menyewa dilangsungkan atas kemauan masing-masing, bukan
karena dipaksa.
3. Barang tersebut menjadi hak sepenuhnya orang yang menyewakan,
atau walinya.
4. Ditentukan barangnya serta keadaan dan sifat-sifatnya.
5. Manfaat yang akan diambil dari barang tersebut harus diketahui
secara jelas oleh kedua belah pihak.
6. Berapa lama memanfaatkan barang tersebut harus disebutkan
dengan jelas.
7. Harga sewa dan cara pembayarannya juga harus ditentukan dengan
jelas serta disepakati bersama.

Anda mungkin juga menyukai