Apa itu Bahan Bakar - Bahan bakar adalah bahan yang apabila dibakar dapat
meneruskan proses pembakaran tersebut dengan sendirinya, disertai dengan
pengeluaran panas.
Bahan bakar fosil, seperti : batubara, minyak bumi, dan gas bumi.
Bahan bakar nuklir, seperti : uranium dan plutonium. Pada bahan bakar nuklir,
panas diperoleh dari hasil reaksi rantai penguraian atom-atom melalui peristiwa
radioaktif.
Bahan bakar lain, seperti : sisa tumbuh-tumbuhan (biomass), minyak nabati
(straight vegetable oil), minyak hewani, biofuel/biodiesel.
Air yang terkandung dalam bahan bakar menyebabkan penurunan mutu bahan
bakar karena :
Methan
-188
537
Ethan
-135
472
Propan
-104
470
Butan
-60
365
n-Oktan
10
206
I - Oktan
-12
418
n-Cetan
135
205
Methanol
11
385
Ethanol
12
365
f. Viskositas
Viskositas merupakan sifat bahan bakar (fuel oil) yang sangat penting yaitu
memungkinkan bahan bakar tersebut dapat dipompakan atau tidak (pumpable) dan
mudah dinyalakan atau tidak (flamable).
g. Sulfur content
Di dalam bahan bakar terdapat sulfur yang ikut bereaksi pada proses pembakaran
dengan reaksi sebagai berikut :
S + O2 ---> SO2
2 SO2 + O2 ---> 2 SO3
Selanjutnya SO2 dan SO3 bereaksi dengan uap air (H2O) yang berasal dari udara
pembakaran maupun
dari bahan bakarnya sendiri, dengan reaksi sebagai berikut :
Hasil reaksi tersebut di atas terikut dalam flue gas hasil pembakaran sehingga
mempunyai sifat korosi asam. Namun tingkat korosi flue gas tersebut tergantung
dari :
1. Pengeringan
Pada tahap ini partikel bahan bakar dipanaskan di atas temperatur vaporasi.
Proses ini berlangsung secara konveksi dengan melewatkan udara panas pada
padatan. Air yang terkandung dalam bahan bakar terdiri dari dua bentuk, yang
pertama yaitu air terikat, dimana air tertahan dalam ikatan kimiawi yang lemah
atau terperangkap dalam struktur mikro bahan bakar. Tahap kedua adalah air tak
terikat yaitu berasal dari air terikat yang berlebih atau air yang terdapat pada
struktur makro padatan (pada pori-pori padatan).
2. Devolatilisasi/Pirolisis
Setelah kadar air dihilangkan maka temperatur dari partikel semakin meningkat
sehingga partikel mulai terdekomposisi dan terjadi proses pelepasan zat–zat yang
mudah menguap (volatile matter). Volatile matter merupakan bagian dari bahan
bakar padat yang bisa terbakar. Bagian ini terdiri dari bagian yang ringan sampai
berat. Bagian yang ringan akan menguap terlebih dahulu. Volatile matter keluar
rongga bahan bakar dan memenuhi pori-pori. Hal ini menyebabkan oksigen dari
luar tidak dapat masuk kedalam partikel. Pada tahap ini terjadi pemanasan partikel
tanpa kehadiran oksigen yang disebut pirolisis. Sebagian dari gas hasil pirolisis
bereaksi dengan air dan gas produk pirolisis lain. Tabel 1.1 menunjukkan reaksi-
reaksi yang terjadi selama pirolisis.
Tabel 1.1 Reaksi Kimia pada proses devolatilisasi/pirolisis
Char atau fixed carbon merupakan gumpalan matriks karbon dengan sedikit
hidrogen yang terdapat pada senyawa bahan bakar. Bagian ini sangat berpori yang
berarti luas permukaan bagian dalam sangat besar. Jika terdapat oksigen maka
akan terjadi pembakaran pada char. Char memiliki nilai kalor yang paling tinggi
dibandingkan dengan volatile matter. Ketika terjadi pembakaran pada char, maka
temperatur akan naik lebih tinggi dari sekitarnya. Proses ini merupakan tahapan
akhir dari proses pembakaran pada bahan bakar padat.
Temperatur nyala adalah temperatur pada saat jumlah zat mudah terbakar
meningkat secara cepat dan tepat sebelum bereaksi dengan oksigen secara kimia.
Setiap unsur memiliki temperatur nyala yang berbeda, misalnya karbon (C)
memiliki temperatur nyala sekitar 343 deg C. Pada kondisi nyata, setiap zat tidak
terbakar secara tepat pada temperatur nyala. Bentuk ruang bakar, rasio udara
terhadap bahan bakar dan beragam dampak dari campuran zat yang mudah
terbakar mempengaruhi temperatur nyala. Temperatur nyala bahan bakar batubara
umumnya berada pada temperatur nyala karbon. Komponen volatil pada bahan
bakar batubara akan terlepas seiring dengan peningkatan temperatur, namun tidak
akan terbakar sebelum temperatur nyala tercapai.
Bahan Bakar Padat Contoh
: 1. Kayu dan sisa tumbuhan: kadar abu rendah, kadar air relatif tinggi (tergantung
pada spesies dan umur pohon, iklim, kondisi penyimpanan). Kandungan air = W
Nilai kalor (rumus pendekatan): kg kkal QL = (4400 - 50W) Termasuk sisa
tanaman: batang tebu, kulit buah, sekam, jerami, dll.
A. Gasifikasi Batubara
2. Udara dan steam dimasukkan dari bagian bawah tungku yang dilengkapi dengan
pengatur laju pengumpanan.
3. Steam dan udara panas bergerak dari bagian bawah tungku melewati tumpukan
batubara yang bergerak dari bagian atas.
4. Terjadi reaksi antara batubara yang bergerak ke bawah dengan udara dan steam
yang bergerak ke arah atas sesuai dengan lokasi dan temperaturnya.
C (arang) + (0,2 – 0,4) O2 (udara) –> (0,4 – 0,8) CO (gas) + (0,2 – 0,6) C (arang)
Reaksi sisa karbon dengan uap air ini dapat menghasilkan gas karbon
monoksida dan gas hidrogen. Gas hidrogen merupakan gas yang memiliki nilai
pembakaran.
Reaksi ini biasa disebut dengan shift reaction atau reaksi geser. Reaksi
yang dapat menggeser karbon dioksida dan uap air menjadi gas karbon monoksida
dan hidrogen.
Selain dengan uap air, karbon sisa dapat juga berreaksi dengan gas
karbon dioksida sesuai reaksi stoikiometrik berikut:
Pada Reaksi ini, karbon dikonversi oleh gas CO2 menjadi gas yang
memiliki nilai mampu bakar yaitu gas CO.
Sistem pembuangan debu atau abu terdiri dari dua kolom pengumpul
debu yang mempunyai panel filter didalamnya yang terdiri dari sebuah looper
untuk bagian depannya dan sebuah kabel yang berhubungan untuk permukaan
belakangnya. Sebuah saringan sedang diturunkan kebawah dalam laju tetap. Debu
yang terkandung dalam gas dibuang, karena gas mengalir melewati saringan
medium, disebabkan oleh efek sinergis dari penyaringan dari laminasi penyaring
dan lapisan debu yang dibentuk dalam penyaring medium. Penyaring medium
yang terpasang didalam panel terresirkulasi untuk digunakan kembali setelah debu
dibuang oleh pemisah debu yang terdiri dari saringan goyang (vibrating screen).
Test elemen sistem turbin gas terdiri dari tiga alat test untuk pembakan,
material, dan deposit. Pada setiap alat, pengukuran pembakaran bersuhu tinggi
dari gas yang terbentuk. Pemillihan material yang cocok untuk turbin gas dan alat
yang sama, dan penelitian dari pengaruh kotoran di pembakar gas di bilah turbin
dilakukan menggunakan tekanan normal, skala penuh pembakar utama.
Menggunakan sistem pilot plant yang dijelaskan tadi, penelitian dan
pengembangan proyek tahap pertama telah diselesaikan, mencapai hasilnya pada
periode dari 1974 sampai 1987.
3. Pendistribusi aliran gas tersebut telah dikembangkan dan diadopsi sebagai disain
teknologi dalam pendistribusian batubara secara mudah dan hasil pembakaran yg
seragam.
4. Kadar abu pada pelelehan batubara dalam perapian gasifikasi dan turun melalui
lubang pembuangan dalam perapian di pagian terbawah dari perapian gasifikasi
aliran berputar di tungku membentuk pembagian tekanan di radical direction dari
perapian. karena dari fenomena ini, lubang-lubang selain dari lubang sisa yang
dibuat untuk mengalirkan gas bersuhu tinggi untuk mengalir melalui lapisan
perapian. sebagai hasilny, suhu dari lubang pembuangan terjaga dan ampas dapat
keluar secara halus.
5. Yang tidak bereaksi, terbakar dari tungku gasifiasi yang meliputi gas yang
terolah kembali menjadi perapian pada suhu dan tekanan yang tinggi setelah
terpisah dari kumpulan gas dan lainnya.
6. Abu pada cadangan batubara sebagai sisa tanpa kandungan bahan beracun. Hal
ini bersamaan dengan kandungan Sulfur dan Nitrogen sebagai H2S dan NH3 yang
mengakibatkan pengurangan dampak ke atmosfer.
Pada kejadiannya, abu jatuhan pada batubara dan minyak berat yang
termudah untuk gasifikasi. Untuk menyeimbangkan proses tersebut, dibangunlah
pusat pengembangan di Sodegaura, provinsi Chiba, dan penelitian telah dimulai
sejak 1991. Hal ini membuatnya mendapatkanfasilitas terbaik. NEDO pemimpin
dari asosiasi HYCOI, yang mencakup 9 perusahaan pribadi, dengan
pengembangan penelitian menuju pusat pengembangan dan di waktu yang sama
perusahaan ini memimpin 5 anak perusahaan dengan focus penelitian pada tungku
dan material gasifikasi.
Dengan membuat oksigen dan uap air bereaksi dengan campuran bubur
batubara dengan minyak berat. Gas yang dihasilkan dapat digunakan untuk
industry bahan bakar gas dan untuk bahan bakar pengganti sebagai natural gas
(SNG) selain metan. Teknologi Hybrid dapat di uraikan sebagai berikut :
1. Bubur batubara dibuat dengan material mentah yang mengandung 30% batubara
dari total berat dan minyak berat, meliputi minyak bekas yang dicampurkan
dengan tujuan meningkatkan proses pembakaran pada system yang disebut
hydrohoist.
2. Hal ini secara sederhana termasuk tipe dari gasifikasi fluida, yang meliputi
bagian oksidasi pada bagian terbawah dari lapisan cairan tersebut dan pemusatan
panas pada bagian atas.
3. Oksigen dan hydrogen adalah bahan baku dalam oksidasi utama dari panel
penyebaran, dan arang akan menjadi gas pada tempratur yang berkisar 900’C.
Abu lalu diekstrak sebagai dry ash dari bagian pusat. Selain itu campuran tersebut
disebarkan ke dalam bagian penguraian panas di saat suhu terlalu rendah.
pendinginan gas lebih efisien 70% lebih tinggi dari target dan 500 jam
beroprasi secra berkelanjutan yang telah dibuktikan.
Teknologi ini diciptakan untuk gas yang kaya akan metan, BTX, dan
lainnya, yang membuat batubara bereaksih sangat cepat dengan hydrogen. Tipe
dari pereaksi telah berganti dari tipe fluidized termasuk HYGAS. Gabungan dari
entrained bed dan fluidized bed dikenal sebagai HYDRANE dimana prosesnya
juga telah dipelajari.
2. Osaka Gas dan British Gas melakukan pengembangan dari reactor damam sejak
1986 untuk memanfaatkan panas dari sirkulasi gasdalam reaksi batubara dan
hydrogen dengan memasang sebuah pipa di dalam reactor dan membuat aliran
sirkulasi gas disekitar inner pipe. Batubara adalah bahan baku seperti batubara
halus dalam Rock Wall method.
3. Bantuan dari Badan Penelitian dan Ilmu Pengetahuan Industri, Industri Kimia
Ashasi diikutkan dalam pengembangan dari proses mendapatkan BTX dan
etanol dalam kurn waktu 1980 sampai 1984. Proses ini berkarakteristik melalui
transisimetal salt dengan batubara dan membuatnya menjadi katalis, dan
mengadopsi system reaksi dari penjelasan hydrogen dalam 2 tahap.
B. Likuifaksi Batubara
sistem pilot plant yang mempekerjakan proses SRC - II , dan exxon corp ,
telah menyelesaikan pengoperasian 250 t / d sistem pilot plant yang
mempekerjakan proses EDS . Ashland corp , telah menyelesaikan pengoperasian
250 t / dsistem pilot plant mempekerjakan proses H - COAL . Di Amerika Serikat,
tahap penelitian sistem pilot plant telah selesai, dan waktu yang tepat untuk
aplikasi praktis telah menunggu sementara penelitian dasar terus berlanjut.
Perusahaan Jerman telah menyelesaikan penelitian pengoperasian 200 t / d pilot
plant dengan versi perbaikan
Proyek ini dimulai sebagai bagian dari proyek MITI Sunshine yang
bertujuan untuk mengoptimalkan proses likuifaksi brown coal victoria di daerah
Victoria, Australia, yang memiliki deposit brown coal yang luas.
Didalam Alat Destilasi ini berisi material padat yang dikenakan pemisahan
cair-padat dalam proses pendinginan pelarut. Cairan hasil destilasi ini lalu dikirim
ke proses hidrogenasi tambahan ( Secondary Hydrogenation) sampai material
padat terbuang. Reaktor tipe Fix Bed di sistem hidrogenasi terisi oleh katalis Ni
dan Mo sehingga reaktornya mencapai suhu 360 – 400 oC dan tekanan 150 – 200
Kg/cm2G. Kemudian didestilasi lagi sampai tigas kali. Sekitar tiga Barel minyak
batubara bisa dibuat dari satu ton brown coal.