Anda di halaman 1dari 10

12/16/2013

MIFTAKHUL CAHYATI

FUNGAL
INFECTION

INFEKSI JAMUR YANG DALAM


ETIOLOGI & PATOGENESIS
 Ditandai dengan keterlibatan paru-paru
 Meliputi : histoplasmosis, coccidioidomycosis, blastomycosis &
cryptococcosis
 Infeksi pada mulut yang diikuti oleh adanya infeksi sputum pada
mukosa mulut atau penyebaran jamur secara hematogen dari satu
tempat misalnya paru-paru
GAMBARAN KLINIS
 Diawali dengan keterlibatan paru-paru
 Batuk, demam, keringat malam, berat badan turun, sakit dada &
hemoptisis
 Erupsi kulit mirip dengan eritema multiforme muncul dengan
infeksi coccidioidomycosis

1
12/16/2013

blastomycosis

histoplasmosis

INFEKSI JAMUR YANG DALAM


HISTOPATOLOGIS
 Respons peradangan inf jamur  granulomatosus
 Adanya mikroorganisme, makrofag dan sel raksasa multi nukleus
 Lesi purulen
DIAGNOSIS BANDING
 Karsinoma sel skwamosa
 Trauma kronis
 Oral TB
 Syphilis primer
 Blastomycosis
TERAPI
 Antimicrobial seperti ketokonazol, fluoconazol & amphoterisin B
 Insisi & drainase utk mnambah kerja obat pd infeksi nekrotik paru

2
12/16/2013

INFEKSI JAMUR SUB KUTAN :


SPOROTRICHOSIS
ETIOLOGI & PATOGENESIS
 Infeksi jamur pada jaringan sub kutan disebabkan karena
sporothrixschenckii menghasilkan inokulasi mikroba pada mukosa
oral akibat kontaminasi dengan tanah/tanaman
 Setelah masa inkubasi selama beberapa minggu, timbul nodul
subkutan berkembang menjadi ulser
 Terjadi pada pasien immunosupresi
GAMBARAN KLINIS
 Lesi muncul pada tempat inokulasi & menyebar mengikuti saluran
limfatik
 KULIT : nodul merah, pecah mengeluarkan eksudat & ulserasi
 MUKOSA MULUT : ulser kronis non spesifik
 Limfadenopati

INFEKSI JAMUR SUB KUTAN :


SPOROTRICHOSIS
HISTOPATOLOGIS
 Respons peradangan adalah granulomatosus
 Abses di tengah jaringan granuloma
 Epitel yang saling tumpang tindih memberikan gambaran
pseudoepiteliomatus hyperplasi
 Bentuk jamur kecil, bulat hingga oval
DIAGNOSIS BANDING
 Ditegakkan dengan kultur jaringan yang terinfeksi dengan Saboroud
agar
 Pewarnaan perak juga bisa digunakan pada spesimen biopsi
TERAPI
 Potassium iodide
 Ketokonazol

3
12/16/2013

INFEKSI JAMUR OPPORTUNISTIK :


PHYCOMYCOSIS (MUCORMYCOSIS)
ETIOLOGI & PATOGENESIS
• MUCORMYCOSIS : genera Mucor & Rhizopus  oportunistik (zygomycetes)
• Normal  roti berjamur, lubang pd buah & sayur oportunistik  spora bebas di
udara dan terhirup
• Menginfeksi pasien immunokompromis
• Spt pd ASPERGILLUS  infeksi diabetes ketoasidosis tdk terkontrol, resipien
immunosupresan akibat transplantasi, malignansi, pasien dg tx steroid & radiasi,
infeksi HIV & AIDS
• Jalannya infeksi melalui GIT

INFEKSI JAMUR OPPORTUNISTIK :


PHYCOMYCOSIS (MUCORMYCOSIS)

GAMBARAN KLINIS
• Lesi terdapat pada cavum nasalis, sinus paranasal & orofaring 
obstruksi nasal, mimisan, nyeri/ sakit kepala, nyeri wajah atau
selulitis, ggn penglihatan
• Penyebaran pada cranial  kebutaan, kejang dan kematian
• Sakit dan pembengkakan mengawali ulserasi
• Nekrosis jaringan menyebabkan perforasi palatum
• Menyebar pada rongga orbita & otak
• Penyebaran hematogen karena dapat menembus dinding
pembuluh darah menyebabkan trombosis & infark

4
12/16/2013

INFEKSI JAMUR OPPORTUNISTIK :


PHYCOMYCOSIS (MUCORMYCOSIS
HISTOPATOLOGIS
• Respons peradangan akut & kronis
• Pewarnaan hematoxylin dan eosin pada jaringan nekrosis
• MIKROSKOPIS : hifa pucat, lebar, nonsepta, bercabang ke arah sudut kanan
DIAGNOSIS BANDING  bdsr HPA  perlu MRI (melibatkan otak)
• Lesi perforasi palatum sering dihubungkan dengan syphilis tersier gumma, midline
granuloma, Wagener’s granulomatosis
• Karsinoma sel skwamosa
TERAPI
• DOC : amphoterisin B  sistemik
• Radical surgical debridement pada lesi terinfeksi, jaringan nekrosis  masalah
estetik dan fungsi stlh tx  obturator
• Sering menimbulkan kematian
• Px buruk

5
12/16/2013

INFEKSI JAMUR OPPORTUNISTIK :


ASPERGILLOSIS
• Karakteristik  invasif (immunokompromis  lokal bisa pd host
N) dan non invasif (host N)
• Imunokompromis  psn kemotx, AIDS, transplantasi
(SSTL+tulang), DM tdk terkontrol
• Tdp pd tanah, air dan bisa masuk ke karies gigi  bisa mell
inhalasi  potensi nasokomial
• Oportunistik pd imunokompeten  tdk dpt tumbuh pd suhu 37’C
 spesies patogen yg bisa tumbuh pada suhu tubuh
• 2 jenis : A.favus dan A. umigalus  90% kasus

INFEKSI JAMUR OPPORTUNISTIK :


ASPERGILLOSIS
GAMBARAN KLINIS
• Bervariasi tgt host, status imun dan ada/tidknya kerusakan
jaringan
• Pd host N  allegic fungal sinusitis atau pd saluran
bronchopulmonary
• Pd penderita asma tdp risiko terhirup spora
• Aspergilloma  massa hifa aspergilus pd sinus max kadang
mengalami kalsifikasi  radioopak  anthrolith
• Ditemukan stlh ekstraksi atau endodontik  post max
• Port d entre  marginal atau sulkus ggv  ulserasi (kuning /
hitam) swelling abu keunguan
• Diseminata pd kasus kompromis (leukemia)
• Jika inokulasi pd paru  nyeri dada, batukm demam
• Penyaberan mell peredaran darah

6
12/16/2013

INFEKSI JAMUR OPPORTUNISTIK :


ASPERGILLOSIS
HISTOPATOLOGIS
• Hifa pada lesi dan PD kecil
• Tertutupnya PD pd daerah nekrosis
• Pd host N  respon granulomatous inflamasi
• Pd imunokompromis  sel inflamasi lebih sedikit, dominasi kerusakan
jaringan (nekrosis)
DIAGNOSIS
• Scr mikroskopis penampakan hifa pd lesi
TERAPI
• Bedah dan debridement  non invasif
• Debridement dan KS  allergic fungal sinusitis
• Debridement dan itraconazole/amphoterisin B sistemik  invasif
• Hospitaslisasi dengan meminimalisir nasokomial
• Px buruk

CANDIDIASIS
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
 Terutama disebabkan o/ C. albicans  organisme komensal pada orang sehat
 Perubahan dari komensal ke patogen berhub dengan faktor lokal dan sistemik
 C. albicans  jamur uniseluler famili Cryptococcaceae dan terdapat dalam 3
bentuk :
 Vegetatif atau yeast (blastopora) ø 1,5 – 5 μm
 Pseudohifa
 Chlamydospore ø 7 – 17 μm dengan diding tebal, refraktil yang membungkusnya
 Dalam bentuk vegetatif terdapat di intra oral atau intra vaginal dan bersimbiosis
dengan Lactobacillus acidophilus
 Infeksi oleh organisme ini superfisial pada lapisan luar kulit atau mukosa yang
terkena
 Pada pasien yang imunokompromis atau debilitated seperti AIDS, infeksi dapat
menyebar ke saluran makanan, saluran pernafasan dan organ lain
 Infeksi oportunistik diakibatkan penggunaan jangka pendek antibiotik sistemik

7
12/16/2013

CANDIDIASIS
GAMBARAN KLINIS
 Manifestasi mulut bervariasi, >> akut psudomembran yang dikenal dengan thrush
 biasa pada bayi dan orang tua
 Umum pd psn dgn radiasi/kemoterapi leukemia & tumor solid serta pasien AIDS
 Lesi akut  berupa plak/nodul putih halus sampai seperti gelatin, dimana plak tdd
fungal, debris keratotik, sel inflamasi, sel epitel deskuamasi, bakteri dan fibrin 
bila diangkat meninggalkan permukaan yang erosif, eritem atau ulserasi
 LOKASI : mukosa bukal, mukobukalfold, orofaring serta bag lateral dorsal lidah
 AKUT ATROFIK CANDIDIASIS  bila lapisan pseudomembran hilang pada
dorsum lidah terjadi depapilasi dan dekeratinisasi  disebabkan penggunaan
antibiotik spektrum luas atau antibiotik spektrum sempit multipel  gejala
oral bermakna karena banyaknya erosi dan inflamasi
 KRONIK ATROFIK CANDIDIASIS atau DENTURE SORE MOUTH  pada
penggunaan gigi tiruan penuh atas dengan daerah predileksi mukosa palatal 
gambaran klinis merah terang seperti beludru dengan keratinisasi yang sedikit
 pada kasus yang parah terdapat vesikel dan erosi
 Kronik atrofik candidiasis berhubungan dengan ANGULAR CHEILITIS dengan
gambaran klinis rasa sakit, fisura, erosi dan berkrusta

8
12/16/2013

CANDIDIASIS
GAMBARAN KLINIS
 KRONIK HIPERPLASTIK CANDIDIASIS pd daerah retrokomisural dgn lesi menyerupai
speckled leukoplakia dan dikenal dengan candidal leukoplakia  bbrp klinisi
menganggapnya lesi pra malignan
 MEDIAN RHOMBOID GLOSSITIS  hiperplastik candidiasis pd dorsum lidah,
asimptomatik  lesi tdp di anterior papilla circumvallate dgn perm halus, nodular atau
berfisur, sedikit meninggi dan warnanya dari putih sampai merah pada palatum
 MUCOCUTANEOUS CANDIDIASIS  candidiasis yang persisten pada mukosa mulut, kuku,
kulit dan mukosa vagina, resisten terhadap perawatan dengan remisi temporer pada terapi
antifungal standar  muncul pada dua dekade awal yang dimulai dengan tipe
pseudomembran diikuti kuku dan kulit
 Mucocutaneous candidiasis diturunkan secara autosomal resesif dan berhubungan dengan
endokrinopati (hipoparatiroidism, addison, hipotiroidism atau DM)  bisa juga
berhubungan dengan defek metabolisme besi dan imun seluser
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
 Mengangkat plak candida kemudian ditaruh pada kaca preparat dan diwarnai dengan
potassium hydroxide 20%  untuk melihat hifa
 Identifikasi kultur dapat dilakukan dengan media Saboraud agar darah dan agar cornmeal
 Immunofluoresen perlu dilakukan pada jenis yang tidak membentuk koloni seperti kronik
atropik

9
12/16/2013

HISTOPATOLOGIS
CANDIDIASIS
 Pada infeksi superfisial, fungal hanya pada lapisan permukaan epitel
 Pada yang lebih parah hifa akan masuk lebih dalam ke epithelium
 Terlihat infiltrasi neutrofil pada epitel disertai mikroabses superfisial
 Adanya jamur pada pewarnaan PAS atau methamine silver dapat memperkuat
 Pseudohifa masuk ke epithelium dan menembus keratinosit dan menjadi parasit intraseluler
DIAGNOSIS BANDING
 Chemical burn, alkus traumatik, mucous patches dari sifilis dan lesi putih keratotik
 Lesi pada akut atrofik harus dibedakan dari reaksi obat dan thermal burn
 Lesi merah dapat menyerupai erosive lichen planus, DLE, kasus ringan EM
TERAPI DAN PROGNOSIS
 Aplikasi suspensi nistatin topikal  pd kasus yg berhub dgn GT digunakan nistatin krim pada daerah
yang berkontak dengan gigi tiruan
 Mhentikan pgunaan antibiotik spektrum luas  dapat digunakan hidrogen peroksida
 Clotrimazole dapat diberikan dalam bentuk lozenge atau troches
 Aplikasi nistatin topikal atau clotrimazole harus diteruskan min stlh gejala klinis hilang
 Pada kasus candidiasis + imunosupresi  perlu antifungal sistemik seperti amphoterisin B, ketokonazol
atau fluconazol  tetapi ketokonazol dan flukonazol bersifat hepatotoksik dan dapat menekan
hematopoesis
 P/ pada jenis akut dan kronik candidiasis baik
 Defek yang mendasari mukokutaneus candidiasis dapat menghambat penyembuhan. Tetapi dapat
dicapai perbaikan dengan pemberian antifungal sistemik

10

Anda mungkin juga menyukai