Anda di halaman 1dari 24

BAGIAN KEDOKTERAN KELUARGA REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN SEPTEMBER 2019


UNIVERSITAS HALU OLEO

UPAYA PENANGANAN HIV AIDS DENGAN PENDEKATAN


KEDOKTERAN KELUARGA

Oleh:
A.M.Akramullah Dendy Joenoes
K1A1 13 004

Pembimbing:
Dr. dr. Asriati, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK IKM IKK


PUSKESMAS PERUMNAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa :

Nama : A.M. Akramullah Dendy Joenoes, S.Ked


NIM : K1A113004
Judul : Upaya Penanganan HIV Dengan Pendekatan Kedokteran
,Keluarga

Telah menyelesaikan tugas laporan dalam rangka kepanitraan klinik pada Bagian
Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran
Universitas Halu Oleo.

Kendari, Oktober 2019

Mengetahui,
Pembimbing

Dr. dr. Asriati, M.Kes


NIP. 19700501 200212 2 007
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Masalah HIV/AIDS adalah masalah besar yang mengancam
Indonesia dan banyak Negara di seluruh dunia. Tidak ada satupun negara di
dunia ini yang terbebas dari HIV.1
Menurut UNAIDS di tahun 2014 jumlah odha mencapai 33,3 juta,
dengan kasus baru sebanyak 2,6 juta,dan per hari lebih dari 7000 orang telah
terinfeksi HIV, 97 % dari Negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Penderitanya sebagian besar adalah wanita sekitar 51 %, usia produktif 41%
( 15-24 th) dan anak-anak. HIV dan AIDS menyebabkan krisis secara
bersamaan, menyebabkan krisis kesehatan, krisis pembangunan Negara,
krisis ekonomi, pendidikan , dan juga krisis kemanusiaan.1
Di Indonesia sendiri, jumlah odha terus meningkat. Data terakhir pada
tahun 2015 menunjukkan bahwa jumlah odha di Indonesia telah mencapai
22.664 orang. (Depkes RI, 2015). Menurut UNAIDS, Indonesia merupakan
Negara dengan pertunbuhan epidemic tercepat di Asia. Pada tahun 2007
menempati urutan ke-99 di dunia, namun karena pemahaman dari gejala
penyakit dan stigmata social masyarakat, hanya 5-10 % yang terdiagnosa
dan dilakukan pengobatan.3
2. Tujuan
1. 2. 1.Tujuan Umum
Melakukan pendekatan kedokteran keluarga terhadap pasien HIV/AIDS
1. 2. 2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik (fungsi keluarga, bentuk keluarga, dan siklus
keluarga) keluarga pasien AIDS.
b. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah
kesehatan pada pasien AIDS dan keluarganya.
c. Mendapatkan pemecahan masalah kesehatan pasien AIDS dan
keluarganya.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. HIV AIDS
a. Definisi
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan
gejala atau penyakit yang diakibatkan karena penurunan kekebalan tubuh
akibat adanya infeksi oleh Human Imunodeficiency Virus (HIV) yang
termasuk famili retroviridae. AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi
HIV.1

b. Epidemiologi
Laporan UNAIDS-WHO menunjukkan bahwa AIDS telah
merenggut lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali dilaporkan pada tahun
1981. Pada tahun 2009, jumlah odha diperkirakan mencapai 33,3 juta
orang, dengan sebangian besar penderitanya adalah usia produktif , 15,9
juta penderita adalah perempuan dan 2,5 juta adalah anak-anak. Dengan
jumlah kasus baru HIV sebanyak 2.6 juta jiwa. Dari jumlah kasus baru
tersebut, sekitar 370 ribu di antaranya terjadi pada anak-anak. Pada tahun
yang sama, lebih dari dua juta orang meninggal karena AIDS. 2
Peningkatan jumlah orang hidup dengan HIV sungguh
mengesankan. Pada tahun 1990, jumlah odha baru berkisar pada angka
delapan juta sedangkan saat ini, jumlahnya sudah mencapai 33,2 juta orang.
Dari keseluruhan jumlah ini, 67% diantaranya disumbangkan oleh odha di
kawasan sub Sahara, Afrika.2
Sejak 1985 sampai tahun 1996 kasus AIDS masih jarang ditemukan di
Indonesia. Sebagian ODHA pada periode itu berasal dari kalangan
homoseksual. Kemudian jumlah kasus baru HIV/AIDS semakin meningkat
dan sejak pertengahan tahun 1999 mulai terlihat peningkatan tajam yang
terutama disebabkan akibat penularan melalui narkotika suntik. 1

4
Saat ini, perkembangan epidemi HIV di Indonesia termasuk yang tercepat
di Asia. Sebagian besar infeksi baru diperkirakan terjadi pada beberapa
sub-populasi berisiko tinggi (dengan prevalensi > 5%) seperti pengguna
narkotika suntik (penasun), wanita penjaja seks (WPS), dan waria. Di
beberapa propinsi seperti DKI Jakarta, Riau, Bali, Jabar dan Jawa Timur
telah tergolong sebagai daerah dengan tingkat epidemi terkonsentrasi
(concentrated level of epidemic). Sedang tanah Papua sudah memasuki
tingkat epidemi meluas (generalized epidemic). 3
Berdasarkan laporan Departemen Kesehatan, terjadi laju peningkatan kasus
baru AIDS yang semakin cepat terutama dalam 3 tahun terakhir dimana
terjadi kenaikan tiga kali lipat dibanding jumlah yang pernah dilaporkan
pada 15 tahun pertama epidemi AIDS di Indonesia. Dalam 10 tahun
terakhir terjadi laju peningkatan jumlah kumulatif kasus AIDS dimana pada
tahun 1999 terdapat 352 kasus dan data tahun 2008 jumlah tersebut telah
mencapai angka 16.110 kasus. 3
Dari jumlah kumulatif 16.110 kasus AIDS yang dilaporkan pada
Desember 2014, sekitar 74,9% adalah laki-laki dan 24,6% adalah
perempuan. Berdasarkan cara penularan, dilaporkan 48% pada
heteroseksual; 42,3% pada pengguna narkotika suntik; 3,8% pada
homoseksual dan 2,2% pada transmisi perinatal. Hal ini menunjukkan
adanya pergeseran dari dominasi kelompok homoseksual ke kelompok
heteroseksual dan penasun. Jumlah kasus pada kelompok penasun hingga
akhir tahun 2014 mencapai 1.255 orang. Kumulatif kasus AIDS tertinggi
dilaporkan pada kelompok usia 20–29 tahun (50,82%), disusul kelompok
usia 30–39 tahun.4
Dari 33 propinsi seluruh Indonesia yang melaporkan, peringkat
pertama jumlah kumulatif kasus AIDS berasal dari propinsi Jawa Barat
sebesar 2.888 kasus, disusul DKI Jakarta dengan 2.781 kasus, kemudian
diikuti oleh Jawa Timur, Papua, dan Bali dengan masing-masing jumlah
kasus secara berurutan sebesar 2.591 kasus, 2.382 kasus, dan 1.177 kasus
AIDS.4

5
Rate kumulatif nasional kasus AIDS per 100.000 penduduk hingga
akhir Desember 2014 adalah sebesar 7,12 per 100.000 penduduk (dengan
jumlah penduduk Indonesia 227.132.350 jiwa berdasarkan data BPS tahun
2014). Proporsi kasus yang dilaporkan meninggal sebesar 20,89%. Lima
infeksi oportunistik terbanyak yang dilaporkan adalah TBC sebanyak
8.986 kasus, diare kronis 4.542 kasus, kandidiasis orofaringeal 4.479
kasus, dermatitis generalisata 1.146 kasus, dan limfadenopati generalisata
sebanyak 603 kasus. 4

c. Etiologi
AIDS disebabkan oleh infeksi HIV. HIV adalah suatu virus RNA
berbentuk sferis yang termasuk retrovirus dari famili Lentivirus. (Gambar
1). Strukturnya tersusun atas beberapa lapisan dimana lapisan terluar
(envelop) berupa glikoprotein gp120 yang melekat pada glikoprotein gp41.
Selubung glikoprotein ini berafinitas tinggi terhadap molekul CD4 pada
permukaan T-helper lymphosit dan monosit atau makrofag. Lapisan kedua
di bagian dalam terdiri dari protein p17. Inti HIV dibentuk oleh protein
p24. Di dalam inti ini terdapat dua rantai RNA dan enzim transkriptase
reverse (reverse transcriptase enzyme). 5

Gambar 1: struktur virus HIV-1

6
Ada dua tipe HIV yang dikenal yakni HIV-1 dan HIV-2. Epidemi HIV
global terutama disebabkan oleh HIV-1 sedangkan tipe HIV-2 tidak terlalu
luas penyebarannya. Tipe yang terakhir ini hanya terdapat di Afrika Barat
dan beberapa negara Eropa yang berhubungan erat dengan Afrika Barat.

d. Metode Penularan6
Infeksi HIV terjadi melalui tiga jalur transmisi utama yakni transmisi
melalui mukosa genital (hubungan seksual) transmisi langsung ke peredaran
darah melalui jarum suntik yang terkontaminasi atau melalui komponen darah
yang terkontaminasi, dan transmisi vertikal dari ibu ke janin. CDC pernah
melaporkan adanya penularan HIV pada petugas kesehatan.

Tabel 1 : Risiko penularan HIV dari cairan tubuh


.
Risiko tinggi Risiko masih sulit Risiko rendah selama
ditentukan tidak terkontaminasi
darah
Darah, serum Cairan amnion Mukosa seriks
Semen Cairan Muntah
Sputum serebrospinal Feses
Sekresi vagina Cairan pleura Saliva
Cairan peritoneal Keringat
Cairan perikardial Air mata
Cairan synovial Urin

Sebenarnya risiko penularan HIV melalui tusukan jarum maupun


percikan cairan darah sangat rendah. Risiko penularan melalui perlukaan kulit
(misal akibat tusukan jarum atau luka karena benda tajam yang tercemar HIV)
hanya sekitar 0,3% sedangkan risiko penularan akibat terpercik cairan tubuh
yang tercemar HIV pada mukosa sebesar 0,09%.

7
e. Patogenesis
Limfosit CD4+ (sel T helper atau Th) merupakan target utama
infeksi HIV karena virus mempunyai afinitas terhadap molekul permukaan
CD4. Limfosit CD4+ berfungsi mengkoordinasikan sejumlah fungsi
imunologis yang penting sehingga bila terjadi kehilangan fungsi tersebut
maka dapat menyebabkan gangguan imun yang progresif.1

Namun beberapa sel lainnya yang dapat terinfeksi yang ditemukan


secara in vitro dan invivo adalah megakariosit, epidermal langerhans,
peripheral dendritik, folikular dendritik, mukosa rectal, mukosa saluran
cerna, sel serviks, mikrogilia, astrosit, sel trofoblast, limfosit CD8, sel
retina dan epitel ginjal. 2

Infeksi HIV terjadi melalui molekul CD4 yang merupakan reseptor


utama HIV dengan bantuan ko-reseptor kemokin pada sel T atau monosit,
atau melalui kompleks molekul adhesi pada sel dendrit. Kompleks molekul
adhesi ini dikenal sebagai dendritic-cell specific intercellular adhesion
molecule-grabbing nonintegrin (DC-SIGN). Akhir-akhir ini diketahui
bahwa selain molekul CD4 dan ko-reseptor kemokin, terdapat integrin
4 7 sebagai reseptor penting lainnya untuk HIV. Antigen gp120 yang
berada pada permukaan HIV akan berikatan dengan CD4 serta ko-reseptor
kemokin CXCR4 dan CCR5, dan dengan mediasi antigen gp41 virus, akan
terjadi fusi dan internalisasi HIV. Di dalam sel CD4, sampul HIV akan
terbuka dan RNA yang muncul akan membuat salinan DNA dengan
bantuan enzim transkriptase reversi. Selanjutnya salinan DNA ini akan
berintegrasi dengan DNA pejamu dengan bantuan enzim integrase. DNA
virus yang terintegrasi ini disebut sebagai provirus. Setelah terjadi
integrasi, provirus ini akan melakukan transkripsi dengan bantuan enzim
polimerasi sel host menjadi mRNA untuk selanjutnya mengadakan
transkripsi dengan protein-protein struktur sampai terbentuk protein.
mRNA akan memproduksi semua protein virus. Genomik RNA dan protein
virus ini akan membentuk partikel virus yang nantinya akan menempel

8
pada bagian luar sel. Melalui proses budding pada permukaan membran sel,
virion akan dikeluarkan dari sel inang dalam keadaan matang. Sebagian
besar replikasi HIV terjadi di kelenjar getah bening, bukan di peredaran
darah tepi. 1

Siklus replikasi virus HIV digambarkan secara ringkas melalui gambar 2.

Gambar 2 : Visualisasi siklus HIV

9
Pada pemeriksaan laboratorium yang umum dilakukan untuk
melihat defisiensi imun, akan terlihat gambaran penurunan hitung sel
CD4, inverse rasio CD4-CD8 dan hipergammaglobulinemia. Respon imun
humoral terhadap virus HIV dibentuk terhada berbagai antigen HIV seperti
antigen inti (p24) dan sampul virus (gp21, gp41). Antibodi muncul di
sirkulasi dalam beberapa minggu setelah infeksi. Secara umum dapat
dideteksi pertama kali sejak 2 minggu hingga 3 bulan setelah terinfeksi
HIV. Masa tersebut disebut masa jendela. Antigen gp120 dan bagian
eksternal gp21 akan dikenal oleh sistem imun yang dapat membentuk
antibodi netralisasi terhadap HIV. Namun, aktivitas netralisasi antibodi
tersebut tidak dapat mematikan virus dan hanya berlangsung dalam masa
yang pendek. Sedangkan respon imun selular yang terjadi berupa reaksi
cepat sel CTL (sel T sitolitik yang sebagian besar adalah sel T CD8).
Walaupun jumlah dan aktivitas sel T CD8 ini tinggi tapi ternyata tidak
dapat menahan terus laju replikasi HIV. 1

Perjalanan penyakit infeksi HIV disebabkan adanya gangguan


fungsi dan kerusakan progresif populasi sel T CD4. Hal ini meyebabkan
terjadinya deplesi sel T CD4. Selain itu, terjadi juga disregulasi repsons
imun sel T CD4 dan proliferasi CD4 jarang terlihat pada pasien HIV yang
tidak mendapat pengobatan antiretrovirus. 1

f. Gejala Klinis

Dicurigai AIDS pada orang dewasa bila ada paling sedikit dua
gejala mayor dan satu gejala minor dan tidak ada sebab-sebab imunosupresi
yang lain seperti kanker,malnutrisi berat atau pemakaian kortikosteroid
yang lama.
1. Gejala Mayor
Penurunan berat badan lebih dari 10%
Diare kronik lebih dari satu bulan
Demam lebih dari satu bulan
2. Gejala Minor
Batuk lebih dari satu bulan

10
Dermatitis preuritik umum
Herpes zoster recurrens
Kandidias orofaring
Limfadenopati generalisata
Herpes simplek diseminata yang kronik progresif

Dicurigai AIDS pada anak. Bila terdapat palinh sedikit dua gejala
mayor dan dua gejala minor, dan tidak terdapat sebab – sebab
imunosupresi yang lain seperti kanker, malnutrisi berat, pemakaian
kortikosteroid yang lama atau etiologi lain.
1. Gejala Mayor
Penurunan berat badan atau pertmbuhan yang lambat dan
abnormal
Diare kronik lebih dari 1bulan
Demam lebih dari1bulan
2. Gejala minor
Limfadenopati generalisata
Kandidiasis oro-faring
Infeksi umum yang berulang
Batuk parsisten
Dermatitis

g. Penatalaksanaan

HIV/AIDS sampai saat ini memang belum dapat disembuhkan


secara total. Namun data selam 8 tahun terakhir menunjukkan bukti yang
amat meyakinkan bahwa pegobatan dengan menggunakan kombinasi
beberapa obat anti HIV bermanfaat untuk menurunkan morbiditas dan
mortalitas dini akibat infeksi HIV.

Secara umum, penatalaksanaan odha terdiri atas beberapa jenis, yaitu:

a) Pengobatan untuk menekan replikasi virus HIV dengan obat


antiretroviral (ARV).
b) Pengobatan untuk mengatasi berbagai penyakit infeksi dan kanker
yang menyertai infeksi HIV/AIDS, seperti jamur, tuberkulosis,
hepatitis, toksoplasmosis, sarkoma kaposi, limfoma, kanker serviks.

11
c) Pengobatan suportif, yaitu makanan yang mempunyai nilai gizi yang
lebih baik dan pengobatan pendukung lain seperti dukungan
psikososial dan dukungan agama serta juga tidur yang cukup dan perlu
menjaga kebersihan. Dengan pengobatan yang lengkap tersebut, angka
kematian dapat ditekan, harapan hidup lebih baik dan kejadian infeksi
oportunistik amat berkurang.

2. KEDOKTERAN KELUARGA
A. Pengertian Ilmu Kedokteran Keluarga
Ilmu kedokteran yang mencakup seluruh spektrum ilmu kedokteran yang
orientasinya untuk memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
berkesinambungan dan menyeluruh kepada kesatuan individu, keluarga,
masyarakat dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan, ekonomi dan
sosial budaya

Prinsip Pelayanan Kedokteran Keluarga


1. Pelayanan yang holistik dan komprehensif
2. Pelayanan yang kontinu
3. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan
4. Pelayanan yang koordinasi dan kolaboratif
5. Penananan personal bagi setiap pasien sebagai bahan integral dari
keluarganya
6. Pelayanan yang mempetimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan
lingkungan tempat tinggalnya
7. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum
8. Pelayanan yang dapat di audit dan dapat dipertanggungjawabkan
9. Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu

12
Asas-Asas Dalam Pelayanan Dokter Keluarga
Dalam pelayanan dokter keluarga seyogyanya memenuhi standar pelayanan
kedokteran yang bermutu dan berasaskan:
- Hukum dan etika profesi, serta moral dan spiritual.
- Ilmu pengetahuan dan ketrampilan teknis kedokteran mutakhir.
- Bersifat paripurna, terpadu, menyeluruh, bersinambung.
- Pendekatan yang manusiawi dan rasional.
- Manfaat (memberikan manfaat yang sebesar-besarnya).
- Partisipasi keluarga (kehidupan PJPK dalam wawasan keluarga).
- Peduli pencegahan (Paradigma Sehat).

Mandala of Health
Banyaknya faktor penentu status kesehatan dapat dilihat pada
diagram tersebut. Yang ingin ditekankan adalah biologi manusia hanyalah
satu bagian komponen dalam kerangka tersebut. Para dokter cenderung
lebih banyak menempatkan penekanan pada biologi manusia, fisiologi
manusia, dan penyakitnya daripada mencari akar permasalahannya.
Dalam konsep Mandala of Health ini, ada 3 komponen penting yang
menyusun manusia secara utuh:
1. Body
2. Mind
3. Spirit

Mandala kesehatan merupakan sebuah model yang menggambarkan


ekosistem manusia sebagai keterkaitan jaringan yang kompleks, dimana setiap
komponennya memiliki potensi yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia.

13
Fungsi Mandala of Health
1. Menyediakan perspektif yang luas mengenai kesehatan diantara tenaga
kesehatan.
2. Saat digunakan sebagai bahan pelajaran, mandala of health lebih
menekankan pada kesehatan dibandingkan pada pengobatan dan penyakit.
3. Pada pembelajaran klinis, mandala of health menggunakan diagnosis
holistic sebagai pendekatan pada kesehatan.
4. Mandala of health membantu tenaga kesehatan dalam mengetahui peyebab
sakit.
5. Mandala of health juga membantu tenaga kesehatan dalam melakukan
intervensi yang tepat pada kesehatan.\

B. Keluarga
a. Definisi
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-
istri,natau suami istri dan anak; atau ayah dengan anak atau ibu dengan anak
(UU RInNo. 10 Th 1992). Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri atas Kepala. Keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal
di suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan

b. Bentuk Keluarga
Goldenberg (1980) membagi bentuk keluarga menjadi 9 macam, yaitu:
1. Keluarga inti (nuclear family)
Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, isteri serta anak-
anak kandung.
2. Keluarga besar (extended family)
Keluarga besar adalah keluarga yang disamping terdiri dari suami, isteri
dan anak-anak kandung, juga terdiri dari sanak saudara lainnya, baik
menurut garis vertikal (ibu, bapak, kakek, nenek, mantu, cucu, cicit) dan
ataupun menurut garis horizontal (kakak, adik, ipar) yang dapat berasal
dari pihak suami atau pihak istri.

14
3. Keluarga campuran (blended family)
Keluarga campuran adalah keluarga yang terdiri dari suami, isteri, anak-
anak kandung serta anak-anak tiri.
4. Keluarga menurut hukum umum (common law family)
Keluarga menurut hukum umum adalah keluarga yang terdiri dari pria dan
wanita yang tidak terikat dalam perkawinan sah serta anak-anak mereka
yang tinggal bersama.
5. Keluarga orang tua tunggal (single parent family)
Keluarga orang tua tunggal adalah keluarga yang terdiri dari pria atau
wanita, mungkin karena telah bercerai, berpisah, ditinggal mati atau
mungkin tidak pernah menikah, serta anak-anak mereka tinggal bersama.
6. Keluarga hidup bersama (commune family)
Keluarga hidup bersama (komune) adalah keluarga yang terdiri dari pria,
wanita dan anak-anak yang tinggal bersama, berbagi hal dan
tanggungjawab serta memiliki kekayaan bersama.
7. Keluarga serial (serial family)
Keluarga serial adalah keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang
telah menikah dan mungkin telah punya anak, tetapi kemudian bercerai
dan masing-masing menikah lagi serta memiliki anakanak dengan
pasangan masing-masing, semuanya menganggap sebagai satu keluarga.
8. Keluarga gabungan (composite family)
Keluarga gabungan (komposit) adalah keluarga yang terdiri dari suami
dengan beberapa isteri dan anak-anaknya atau isteri dengan beberapa
suami dan anak-anaknya yang hidup bersama.
9. Keluarga tinggal bersama (cohabilation family)
10. Keluarga tinggal bersama (kohabitat) adalah dari pria dan wanita yang
hidup bersama tanpa ada ikatan perkawinan yang sah.

c. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga membantu menegakkan diagnosis masalah kesehatan
yang dihadapi oleh para anggota keluarga dan juga dalam mengatasi masalah

15
kesehatan setiap anggota keluarga tersebut. Di Indonesia fungsi keluarga
dibedakan menjadi 8 macam menurut PP no.2 1 tahun 1994.
1. Fungsi keagamaan
Fungsi keluarga sebagai wahana persemaian nilai-nilai agama dan nilai-
nilai luhur budaya bangsa untuk menjadi insan-insan agamis yang penuh
iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Fungsi budaya
Fungsi keluarga dan memberikan kesempatan kepada keluarga dan seluruh
anggotanya untuk mengembangkan kekayaan budaya bangsa yang
beraneka ragam dalam satu kesatuan.
3. Fungsi cinta kasih
Fungsi keluarga dalam memberikan landasan yang kokoh terhadap
hubungan anak dengan anak suami dengan isteri, orang tua dengan anak-
anaknya, serta hubungan kekerabatan antar generasi sehingga keluarga
menjadi wahana utama bersemainya kehidupan yang penuh cinta kasih
lahir dan batin.
4. Fungsi melindungi
Fungsi melindungi adalah fungsi keluarga untuk menumbuhkan rasa aman
dan kehangatan bagi segenap anggota keluarga.
5. Fungsi reproduksi
Fungsi reproduksi adalah fungsi keluarga yang merupakan mekanisme
untuk melanjutkan keturunannya yang direncanakan sehingga dapat
menunjang terciptanya kesejahteraan umat manusia di dunia yang penuh
iman dan taqwa.
6. Fungsi sosialisasi dan pendidikan
Fungsi keluarga yang memberikan peran kepada keluarga untuk mendidik
keturunannya agar bisa melakukan penyesuaian dengan alam kehidupannya
dimasa depan.
7. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga sebagai unsur pendukung
kemandirian dan ketahanan keluarga.

16
8. Fungsi pembinaan lingkungan
Fungsi keluarga yang memberikan kemampuan kepada setiap keluarga
dapat menempatkan dirisecara serasi, selaras dan seimbang sesuai dengan
daya dukung alam dan lingkungan yang berubah secara dinamis.

d. Penentuan Sehat /Tidaknya Keluarga


Dinilai dengan “APGAR Keluarga” (Tingkat Kepuasan Anggota
Keluarga).
1. Adaptasi (Adaptation)
Di sini dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga dalam menerima bantuan
yang diperlukannya dan anggota keluarga lainnya.
2. Kemitraan (Partnership)
Di sini dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap berkomunikasi, urun
rembuk dalam mengambil keputusan dan atau menyelesaikan suatu masalah
yang sedang dihadapi dengan anggota keluarga lainnya.
3. Pertumbuhan (Growth)
Disini dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan yang
diberikan keluarga dalam mematangkan pertumbuhan dan atau kedewasaan
setiap anggota keluarga.
4. Kasih Sayang (Affection)
Disini dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih saying serta
interaksi emosional yang berlangsung dalam keluarga.
5. Kebersamaan (Resolve)
Disini dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebersamaan dalam
membagi waktu, kekayaan dan ruang antar anggota keluarga.
Skor untuk masing-masing kategori adalah:
0 : jarang/tidak sama sekali
1 :kadang-kadang
2 : selalu/sering
Terdapat tiga kategori penilaian, yaitu:

17
• 7 – 10 berarti keluarga yang dinilai adalah sehat, dalam arti setiap anggota
keluarga saling mendukung satu sama lain
• 4 – 6 berarti keluarga yang dinilai adalah kurang sehat, dalam arti hubungan
antar anggota keluarga masih perlu untuk lebih ditingkatkan
• 0 – 3 berarti keluarga yang dinilai sama sekali tidak sehat, dalam arti sangat
memerlukan banyak perbaikan untuk lebih meningkatkan hubungan antar
anggota keluarga.

e. Karakteristik Keluarga Sehat


 Komunikasi yang sehat dalam situasi ini, anggota keluarga mempunyai
kebebasan untuk mengeluarkan perasaan dan emosinya.
 Otonomi individu ini termasuk kecocokan dengan menggunakan
kekuatan,saling terbuka diantara suami dan istri.
 Fleksibilitas saling member dan menerima dengan adaptasi
kebutuhankebutuhan pribadi dan penggantian situasi.
 Apresiasi saling menegur dan memuji atau memberikan hadiah, sehingga
anggota keluarga dapat mengembangkan perasaan dari perasaan
menghargai dirinya sendiri.
 Pemberian semangat di dalam keluarga akan menimbulkan rasa aman jauh
dari stress dan meningkatkan kesehatan lingkungan.
 Waktu dan keterlibatan keluarga. Penelitian menunjukkan bahwa sebagian
besar tanda utama kepuasan dari keluarga bahagia adalah “mengerjakan
segala sesuatu bersama-sama”.
 Keterikatan pada pasangan. Sifat ini akan tampak peranannya bila
dilakukan terapi pada keluarga.
 Pertumbuhan. Untuk memberikan peluang bagi pertumbuhan
masingmasing individu dalam keluarga butuh lingkungan yang
mendukung.
 Nilai spiritual dan religius. Kelekatan pada keyakinan dan nilai spiritual
telah diketahui berhubungan dengan kesehatan keluarga yang positif,

18
mendukung perkataan “Keluarga yang beribadah bersama-sama akan
selalu terus bersama”.
h. Genogram
Genogram merupakan suatu alat untuk menyimpan informasi yang
dicatat selama wawancara antara konselor dengan klien mengenai orang-
orang dalam asal-usul keluarga klien. Selain itu genogram juga merupakan
suatu alat bantu berupa peta skema (visual map) dari silsilah keluarga pasien
yang berguna bagi pemberi layanan kesehatan untuk segera mendapatkan
informasi tentang nama anggota keluarga pasien, kualitas hubungan antar
anggota keluarga. Genogram menggambaran biopsikososial pohon keluarga,
yang mencatat tentang siklus kehidupan keluarga, riwayat sakit di dalam
keluarga serta hubungan antar anggota keluarga.
Di dalam genogram berisi: nama, umur, status menikah, riwayat
perkawinan, anak-anak, keluarga satu rumah, penyakit-penyakit spesifik,
tahun meninggal, dan pekerjaan. Juga terdapat informasi tentang hubungan
emosional, jarak atau konflik antar anggota keluarga, hubungan penting
dengan professional yang lain serta informasi-informasi lain yang relevan.
Dengan genogram dapat digunakan juga untuk menyaring kemungkinan
adanya kekerasan (abuse) di dalam keluarga.
Genogram idealnya diisi sejak kunjungan pertama anggota keluarga,
dan selalu dilengkapi (update) setiap ada informasi baru tentang anggota
keluarga pada kunjungan-kunjungan selanjutnya. Dalam teori sistem
keluarga dinyatakan bahwa keluarga sebagai sistem yang saling berinteraksi
dalam suatu unit emosional. Setiap kejadian emosional keluarga dapat
mempengaruhi atau melibatkan sediktnya 3 generasi keluarga. Sehingga
idealnya, genogram dibuat minimal untuk 3 generasi. Dengan demikian,
genogram dapat membantu dokter untuk :
1. mendapat informasi dengan cepat tentang data yang terintegrasi antara
kesehatan fisik dan mental di dalam keluarga
2. pola multigenerasi dari penyakit dan disfungsi

19
Simbol Genogram

20
BAB III
PEMBAHASAN

Konsep mandala of health mencakup beberapa komponen penting yaitu


human biology, lingkungan psikososial, ekonomi dan lingkungan rumah serta
lingkungan tempat tinggal. Menilai perilaku kesehatan pasien dan
mengutamakan kuratif daripada preventif.
Human biology, pasien merasakan gejala penyakit yang ditimbulkan dari
virus HIV secara bertahap dan menggangu aktifitasnya. Pasien tidak mengetahui
bahwa bahwa dirinya telah terinfeksi virus HIV.
Lingkungan psikososial, hubungan antar anggota keluarga dapat
mendukung pasien dalam menjalani pengobatan yang dapat dilihat dari seluruh
anggota keluarga memberikan dukungan. Sampai saat ini masih ada pasien
dengan AIDS yang menyembunyikan penyakitnya dari keluarganya, akibatnya
pengobatan yang dilakukan juga tidak maksimal karena merasa malu berobat
dengan penyakitnya. Hal ini yang membuat pentingnya peran keluarga dalam
penanganan HIV/AIDS.
Ekonomi, finansial sangat berhubungan terhadap kejadian penyakit ini,
kebiasaan sex bebas dan penggunaan narkoba yang dapat menjadi faktor
penularan virus HIV .
Lingkungan rumah, hubungan pasien dengan tetangga sekitar rumah
terjalin, interaksi dan partisipasi mengikuti kegiatan rutin yang diselenggarakan
lingkungan sekitar. Lingkungan fisik, pemukiman padat penduduk.
Dalam hal lingkungan tempat tinggal sangat berpengaruh dari segi
pergaulan dengan orang-orang sekitarnya.
Jenjang pendidikan memegang peranan cukup penting dalam kesehatan
masyarakat. Pendidikan masyarakat yang rendah menjadikan mereka sulit
memahami mengenai pentingnya bahaya dari penggunaan narkoba dan juga sex
bebas yang dapat menjadi faktor penularan virus HIV.

21
Pendekatan melalui asas-asas penanganan kedokteran keluarga terhadap
penderita AIDS bisa diterapkan melalui etika profesi seorang dokter yang dapat
memberikan perhatian lebih kepada pasien-pasien dengan gejala yang
menunjukan cenderung terhadap penyakit AIDS. Menjaga kerahasiaan pasien agar
tercipta hubungan dokter pasien yang terbuka.
Asas selanjutnya yaitu ilmu pengetahuan, bagaimana seorang dokter
menggunakan pengetahuannya dalam penatalaksanaan dan edukasi terhadap
pasien. Partisipasi keluarga dan edukasi peduli pencegahan juga sangat penting
dalam pendekatan kedokteran keluarga. Berdasarkan asas di atas maka asas-asas
yang lainnya akan terealisasikan dalam peneganan menyeluruh pasien AIDS.

22
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pendekatan kedokteran keluarga sangat berpengaruh terhadap
kejadian dan penanganan pada penyakit AIDS. Pendekatan dimulai dari
hubungan antara pasien dan dokter sesuai dengan asas pendekatan
kedokteran keluarga dan juga peran penting dari keluarga penderita.
Pengawasan keluarga juga sangat lah penting dalam hal mengawasi
anggota keluarga agar tidak terkena dampak penyakit AIDS. Contoh yang
bias dilakukan keluarga seperti membawa keluarganya ke puskesmas bila
sakit, merawat anggota keluarga yang sakit, mengawasi penderita minum
obat, dan mendukung secara psikososial pada keluarga yang sakit.
2. Saran
Keluarga seharusnya dapat lebih berperan aktif dalam peningkatan
kesehatan dalam keluarga agar tercipta keluarga yang sehat.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Djoerban Z, Djauzi S. 2006. HIV/AIDS di Indonesia. In: Sudoyo AW,


Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S, eds. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. 4th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI
2. UNAIDS-WHO. 2010. Report on the global HIV/AIDS epidemic 2010:
executive summary. Geneva.

3. Mustikawati DE. Epidemiologi dan pengendalian HIV/AIDS. In: Akib AA,


Munasir Z, Windiastuti E, Endyarni B, Muktiarti D, editors. HIV infection
in infants and children in Indonesia: current challenges in management.
Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM 2009

4. Depkes R.I 2015. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Depkes RI

5. Merati TP, Djauzi S. 2006. Respon imun infeksi HIV. In: Sudoyo AW,
Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S, eds. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. 4th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI.

6. Djauzi S, Djoerban Z. Penatalaksanaan HIV/AIDS di pelayanan kesehatan


dasar. Jakarta: Balai Penerbit FKUI 2002.

7. Ernawati, 2010. Pendekatan Dokter Keluargauntuk pasien dengan Penyakit


HIV AIDS. Jakarta.Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran Tarumanegara.

8. Kemenkes R.I. 2017. Panduan Perawatan Orang dengan HIV AIDS Untuk
keluarga dan masyarakat. Jakarta

9. Yuliandra.Y. 2017. Terapi Antiretroviral pada Pasien HIV/AIDS di


RSUP. Dr. M. Djamil Padang: Kajian Sosiodemografi dan Evaluasi Obat.
Medan : Bagian Ilmu Farmakologis Fakultas Farmasi Universitas Andalas.

10. Anggraini.M.T,dkk. 2015. Buku Ajar Kedokteran Keluarga. Fakultas


Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang

24

Anda mungkin juga menyukai