Benzena memiliki rumus kimia C6H6. Perbandingan jumlah atom C dan H-nya menunjukkan bahwa
benzena sangat tidak jenuh. Pada mulanya, para ahli mengusulkan bahwa benzena memiliki struktur
alifatik dengan adanya ikatan rangkap dua ataupun tiga. Namun, faktanya benzena tidak
memperlihatkan sifat ketidakjenuhan dari struktur demikian. Hasil eksperimen menunjukkan sifat-sifat
benzena seperti:
Monosubstitusi atom halogen (X) pada benzena hanya menghasilkan satu jenis senyawa, yaitu C6H5
Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat keisomeran geometri sebagaimana pada alkena.
Pada tahun 1865, August Kekulé mengajukan struktur benzena sebagai suatu cincin yang terdiri dari 6
atom C dengan ikatan tunggal dan ikatan rangkap dua yang berselang-seling. Namun demikian,
struktur ini kembali tidak dapat menjelaskan sifat-sifat benzena seperti:
Benzena meskipun memiliki ikatan rangkap dua cenderung mengalami reaksi substitusi, bukan reaksi
adisi seperti alkena umumnya.
Berdasarkan pengukuran dengan difraksi sinar-X, benzena hanya memiliki satu panjang ikatan antar
atom C yaitu 0,139 nm, yang menunjukkan bahwa semua ikatan dalam benzena sama/setara.
Berdasarkan fakta demikian, pada tahun 1931, Linus Pauling kemudian merumuskan struktur benzena
sebagai struktur hibrida resonansi, yaitu struktur yang berada di antara dua struktur Kekulé. Struktur ini
membentuk sistem delokalisasi elektron yang menstabilkan struktur.
Struktur hibrida resonansi benzena dengan lingkaran dalam cincin menunjukkan adanya delokalisasi
elektron.
Jika satu atom H pada benzena diganti satu substituen seperti −Cl, −CH3, −NO2, −NH2, −OH, −CHO,
dan lain-lain, maka struktur dan penamaannya seperti berikut.
Jika terdapat lebih dari satu substituen, maka diberi penomoran searah atau berlawanan arah jarum
jam agar substituen-substituen mendapat nomor serendah mungkin. Untuk substituen-substituen
sejenis, digunakan awalan di-, tri-, tetra-, penta-, dan heksa-. Urutan prioritas penomoran untuk
beberapa substituen umum yaitu sebagai berikut.
−COOH, −SO3H, −COOR, −CN, −CHO, −CO, −OH, −NH2, −OR, −R, −X (F, Cl, Br, I), −NO2
Jika terdapat dua substituen, selain dengan penomoran, juga dapat digunakan awalan o-(orto) untuk
posisi atom karbon nomor 1 dan 2, m-(meta) untuk posisi 1 dan 3, atau p-(para) untuk posisi 1 dan 4.
Contoh:
Jika cincin benzena dianggap sebagai substituen, bukan sebagai induk, maka gugus benzena yang
kehilangan satu atom H (C6H5−) disebut gugus fenil. Sedangkan, gugus metilbenzena (toluena) yang
kehilangan satu atom H (C6H5CH2−) disebut gugus benzil.
Contoh:
Sifat-sifat Benzena
Benzena termasuk senyawa beracun dan bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker). Benzena
berwujud cair pada suhu ruang, tidak berwarna, dan mudah menguap. Titik lelehnya 6°C dan titik
didihnya 80°C. Strukturnya yang simetris dan planar menyebabkan susunannya sebagai kristal lebih
rapat dan akibatnya titik lelehnya lebih tinggi dibandingkan heksana (−95°C). Seperti senyawa
hidrokarbon lainnya, benzena juga bersifat nonpolar. Oleh karena itu, benzena larut dalam pelarut
kurang polar atau nonpolar seperti eter dan tetraklorometana, namun tidak larut dalam pelarut polar
seperti air.
Benzena cenderung tidak begitu reaktif, namun mudah terbakar. Akibat adanya sistem delokalisasi
elektron yang menstabilkan benzena, benzena cenderung mudah mengalami reaksi substitusi
dibanding reaksi adisi. Reaksi substitusi pada benzena melibatkan serangan pereaksi bermuatan
positif parsial ataupun utuh yang suka elektron (elektrofil) pada cincin benzena. Oleh karena itu, reaksi
substitusi pada benzena sering disebut sebagai reaksi substitusi elektrofilik. Reaksi-reaksi substitusi
pada benzena, antara lain:
1. Halogenasi
Benzena bereaksi dengan halogen seperti Cl2 dan Br2 dengan bantuan katalis besi(III) halida
(FeCl3 atau FeBr3) membentuk senyawa halobenzena.
2. Nitrasi
Benzena bereaksi dengan asam nitrat pekat dengan katalis asam sulfat pekat membentuk
nitrobenzena.
3. Sulfonasi
Benzena bereaksi dengan SO3 dalam asam sulfat pekat bila dipanaskan membentuk asam
benzenasulfonat.
4. Alkilasi Friedel-Crafts
Benzena bereaksi dengan alkil halida dengan bantuan katalis aluminium klorida (AlCl3) membentuk
alkilbenzena.
Benzena digunakan sebagai pelarut dan juga bahan dasar sintesis berbagai senyawa turunan benzena
seperti stirena, dan lain-lain.
Fenol bersifat asam lemah dan dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan plastik dan
obat-obatan. Fenol juga dapat digunakan sebagai antiseptik dan disinfektan oleh karena
sifatnya yang dapat mendenaturasi protein.
Toluena digunakan sebagai pelarut dan bahan baku pembuatan asam benzoat, bahan peledak
TNT, dan lain-lain.
Asam benzoat digunakan sebagai bahan pengawet makanan dan minuman.
Anilina digunakan untuk membuat zat-zat pewarna diazo.
Asam salisilat digunakan untuk membuat aspirin, perasa, minyak wangi, bedak, salep anti
jamur, dan sampo.