Rumus struktur benzena adalah C6H6. Perbandingan jumlah atom C dan H-nya menunjukan benzena sangat tidak
jenuh (simak perbandingan jumlah atom C dan H pada alkena dan alkuna). Pada awalnya, para ahli kimia mengusulkan
bahwa benzena mempunyai struktur alifatik dengan ikatan rangkap dua dan tiga (perhatikan gambar berikut).
Model struktur alifatik benzena (dengan ikatan rangkap dua dan tiga) yang gagal.
Namun struktur benzena ini ternyata tidak dapat menjelaskan sifat sifat benzena, antara lain:
1.
Benzena ternyata sangat stabil / tidak reaktif. Benzena tidak bereaksi dengan Br 2 meski pada suhu tinggi,
kecuali dengan menggunakan katalis. Hal ini berbeda dengan struktur alifatik ikatan rangkap seperti alkena yang
bersifat reaktif.
2.
Monosubstitusi atom halogen (X) ke benzena hanya menghasilkan satu jenis senyawa, yakni C 6H5X. dengan
kata lain, tidak terdapat keisomeran geometri yang dimiliki struktur alifatik ikatan rangkap seperti alkena.
Pada tahun 1865, Friedrich August Kekule mengusulkan strukur benzena sebagai cincin heksagonal yang terdiri dari
6 atom C dengan ikatan tunggal dan rangkap dua yang bergantian antara atom atom C. Jadi, terdapat 3 ikatan
tunggal dan 3 ikatan rangkap dua dalam struktur benzena. Model ini pun digunakan bertahun tahun karena
mampu menjelaskan sifat sifat dan reaksi reaksi dari benzena.
Namun, sejalan dengan perkembangan ilmu kimia yang semakin canggih, bukti bukti menunjukan bahwa struktur
benzena versi Kekule tidak dapat menjelaskan fakta fakta berikut:
Dengan alat difraksi sinar-X, diketahui panjang ikatan tungga C-Cnya adalah 0,154 nm dan panjang ikatan
rangkap C=Cnya 0,133 nm. Jika benzena memiliki struktur Kekule, maka benzena akan memiliki dua panjang
ikatan yang berbeda untuk ikatan tunggal dan ikatan rangkap. Namun, pengukuran menunjukan benzena hanya
memiliki 1 panjang ikatan sebesar 0,139 nm yang menunjukan semua ikatan dalam benzena sama / setara,
yakni berada di antara panjang ikatan tunggal dan rangkap.
Jika benzena memiliki 3 ikatan rangkap dua seperti model Kekule, maka kerekatifan ikatan ikatan tersebut
harus sama dengan ikatan rangkap dua pada alkena, yakni dapat bereaksi secara adisi. Pada kenyataanya,
banyak benzena yang terlibat dalam reaksi substitusi.
Perhitungan termokimia menunjukan kalor pembentukan gas benzena dari unsur unsurnya adalah +252
kJ/mol, jika benzena memiliki struktur seperti model Kekule. Namun, pengukuran menunjukan kalor
pembentukan benzena hanya +82 kJ/mol. Hal ini membuktikan struktur benzena yang sebenarnya jauh lebih
stabil dibandingkan struktur yang diusulkan Kekule.
Berdasarkan fakta fakta tersebut, tahun 1931 Linus Pauling merumuskan struktur benzenasebagai struktur yang
berada di antara dua struktur Kekule yang memungkinkan. Struktur ini disebut hibrid resonansi (perhatikan gambar di
bawah ini, yang (a)). Ikatan pada cincin heksagonal berada di antara ikatan tunggal dan ikatan rangkap serta
dilambangan oleh gambar (b).
(a) struktur hibrida resonansi. tanda panah dua menunjukan bahwa struktur yang sebenarnya berada di antara kedua
struktur tersebut, bukan kesetimbangan dinamis antara keduanya.
(b). Campuran dua struktur Kekule ini dilambangkan sebagai cincin heksagonal dengan lingkaran di dalamnya.
Pada struktur resonansi ini, terlihat bawa semua ikatan antara atom atom C dalam cincin adalah setara. Elektron
elektron yang membentuk ikatan ikatan antar atom atom C digunakan bersama oleh seluruh atom C, membentuk
sistem delokalisasi yang sangat stabil.
Delokalisasi elektron (elektron elektron dalam benzena dapat bergerak bebas mengelilingi cincin benzena sehingga
dikatakan elektron elektron ini mengalami delokalisasi)
Secara keseluruhan, struktur ini dapat menjelaskan panjang ikatan benzena dan kerekatifan benzena yang rendah
karena ikatan dalam cincin berada di antar ikatan tunggal dan ikatan rangkap, serta stabilitas termodinamika benzena
yang tinggi karena resonansi memiliki energi yang lebih rendah dibandingkan kedua struktur Kekule yang
memungkinkan tersebut.
(2). Jika terdapat 2 substituen, selain penomoran angka, juga dapat digunakan awalan o- (orto), m- (meta), p- (para) untuk menyatakan
masing masing pada posisi (1,2); (1,3); dan (1,4).
Sebagai contoh, 1,3,5-trinitrobenzena dan 2,4-diklorotoluena memiliki struktur seperti pada gambar di bawah.
contoh lain:
Fenil merupakan substituen atau rantai samping pada suatu molekul lain. Fenil dapat dianggap berasal dari benzena yang telah diambil
satu atom H-nya. Simak contoh penamaan beberapa senyawa berikut yang mengandung gugus fenil.
Titik
Titik
Kerapat
Rumus
leleh
didih
an
Senyawa
molekul
(oC)
(oC)
(g/cm3)
Benzena
C6H6
80
0,88
C6H5-CH3
-95
111
0,87
C6H5-C2H5
-95
136
0,87
Fenol
C6H5-OH
43
182
1,07
C6H5-Cl
-46
132
1,11
na
C6H5-NO2
211
1,20
Anilina
C6H5-NH2
-6
186
1,02
Asam
C6H5-
benzoat
COOH
122
249
1,31
Metilbenze
na
(Toluena)
Etilbenzen
Klorobenze
na
Nitrobenze
Struktur benzena yang mengandung elektron elektron yang terdelokalisasi memberikan kestabilan yang tinggi pada benzena. Hal ini
menyebabkan sifat benzena yang sulit bereaksi atau menjadi tidak reaktif. Jika terjadi reaksi, maka diperlukan kondisi seperti suhu
dan tekanan tinggi serta katalis.
Jenis reaksi kimia pada benzena umumnya adalah reaksi substitusi. Reaksi ini melibatkan serangan pada cincin benzena yang kaya
akan elektron oleh elektrofil. Elektrofil adalah atom, ion, atau gugus yang menyerang bagian negatif dari suatu molekul. Elektrofil
akan menyerang awan aromatis benzena karena adanya elektron yang banyak beredar di daerah itu. Benzena dapat melakukan
reaksi substitusi dan adisi dengan elektrofil.
Sifat Benzena tidak dapat diadisi ole larutan Br 2 dalam CHCl3. Benzena lebih mudah melakukan reaksi substitusi daripada adisi. Hal ini
terjadi karena reaksi substitusi hanya menukar atom hidrogen dengan atom atau gugus lain tanpa mengganggu kestabilan awan
aromatis. Sedangkan untuk melakukan reaksi adisi, atom atau gugus yang menyerang awan aromatis harus berikatan dengan
elektron elektron pada awan aromatis. Pemakaian elektron elektron dari awan aromatis benzena membutuhkan lebih banyak
energi karena sifat awan aromatis yang stabil.
Benzena dapat melakukan reaksi substitusi dan adisi elektrofilik pada keadaan tertentu. Reaksi substitusi benzena menghasilkan
senyawa turunan benzena yang memiliki atom atau gugus terikat pada benzena. Reaksi adisi benzena berlangsung dengan
menghilangkan awan aromatis pada molekul benzena sehingga menghasilkan sikloheksana atau turunannya.
A. NITRASI
Reaksi nitrasi benzena adalah reaksi penambahan gugus NO 2 pada benzena. Hasil reaksi nitrasi ini adalah senyawa nitrobenzena.
Elektrofil pada reaksi nitrasi adalah ion NO 2+ yang diperoleh dari asam nitrat (HNO 3) dengan menggunakan katalis H2SO4 pekat. Contoh
reaksi nitrasi sebagai berikut.
Jadi, reaksi nitrasi terjadi dengan cara penambahan gugus NO 2 dan pelepasan atom hidrogen pada benzena. Reaksi ini beguna untuk
pembuatan trinitrotoluena (TNT) dan bahan baku pewarna pakaian.
B. SULFONASI
Reaksi sulfonasi benzena adalah reaksi penambahan gugus SO 3H pada benzena. Reaksi sulfonasi dilakukan dengan cara
mereaksikan asam sulfat berasap (H2S2O7) dengan benzena. Asam sulfat berasap mudah terurai menjadi SO 3 dan H2SO4. Hasil reaksi
sulfonasi ialah senyawa asam benzena sulfonat. Contoh reaksi sulfonasi sebagai berikut.
Sulfonasi berbeda dengan reakssi substitusi lain pada benzena karena dapat terjadi secara bolak balik. Reaksi ini berguna untuk
pembuatan bahan baku senyawa turunan benzena lainnya, misalnya triklorofenol sebagai pembunuh bakteri.
C. HALOGENASI
Reaksi halogenasi benzena adalah reaksi penambahan gugus halida pada benzena. Hasil reaksi halogenasi ialah senyawa halo
benzena. Elektrofil pada reaksi halogenasi ialah ion elektrofil halida, seperti ion Br + yang diperoleh dari Br2 dengan menggunakan
katalis AlCl3. Contoh reaksi halogenasi sebagai berikut.
Reaksi halogenasi yang terjadi dengan menambahkan gugus Br pada benzena disebut reaksi brominasi. Hasil reaksi brominasi ialah
senyawa bromo benzena. Jika gugus yang ditambahkan adalah Cl, reaksinya disebut reaksi klorinasi. Hasil reaksi klorinasi adalah
klorobenzena. Reaksi halogenasi berguna untuk pembuatan bahan baku senyawa fenol.
D. ALKILASI
Reaksi alkilasi benzena adalah reaksi penambahan gugus alkil pada benzena. Hasil reaksi alkilasi adalah senyawa alkil benzena.
Elektrofil untuk reaksi alkilasi berasal dari senyawa kloroalkana yang menggunakan bantuan katalis AlCl 3. Contoh reaksi alkilasi sebagai
berikut.
Contoh reaksi alkilasi tersebut terjadi dengan penambahan gugus etil (-CH 2CH3) pada benzena untuk menghasilkan senyawa etil
benzena. Reaksi alkilasi disebut juga reaksi Friedel Crafts sesuai dengan nama penemunya. Reaksi alkilasi berguna untuk
pembuatan bahan baku karet sintesis dan plastik.
Pada reaksi di atas, enam atom hidrogen berikatan dengan enam elektron dalam awan aromatis benzena membentuk sikloheksana.
Sikloheksana berguna sebagai bahan baku pembuatan serta nilon.
B. ADISI KLORIN
Reaksi adisi korin pada benzena dapat terjadi dengan bantuan cahaya matahari. Hasil reaksi adisi klorin terhadap benzena adalah
senyawa 1,2,3,4,5,6-heksakloro sikloheksana. Seperti pada reaksi berikut.
KEGUNAAN BENZENA
1.
BENZENA
parfum
Awal abad ke- 20, benzena digunakan sebagai pewangi dan pelarut dalam bidang industri, khususnya untuk membersihkan pelumas
dari logam. Akan tetapi, setelah sifat racun benzena diketahui maka benzena tidak lagi digunakan untuk keperluan tersebut. Kegunaan
benzenalainnya adalah masih digunakan sebagai zat aditif pada bensin untuk meningkatkan bilangan oktan dan mengurangi ketukan
(knocking). Kadar benzena dalam bensin harus di bawah 1%. Selain itu, kegunaan benzena sebagai bahan baku produksi obat
obatan, plastik, karet sintetis, dan zat warna.
Dampak yang ditimbulkan setelah banyak menghisap benzena ialah rasa kantuk, sakit kepala, jantung berdenyut dengan cepat,
menggigil, dan tidak sadarkan diri. Tetapi, jika menghisap benzena dengan jumlah yang sangat banyak dapat menyebabkan muntah
muntah, iritasi pada lambung, atau kematian. Jika tubuh manusia tercemar oleh benzena dalam jangka lama, sumsum tulang belakang
dapat mengalami kerusakan. Akibatnya, dapat menurunkan jumlah sel darah merah atau menimbulkan pendarahan yang berlebihan.
Benzena termasuk senyawa yang dapat menyebabkan kanker, terutama kanker darah (leukimia).
2.
FENOL
desinfektan
Senyawa fenol digunakan sebagai desinfektan untuk pertama kalinya tahun 1867 oleh Joseph Lister pada peralatan kedokteran
miliknya. Larutan fenol dapat mengiritasi kulit sehingga fenol tidak digunakan sebagai desinfektan untuk manusia. Fenol lebih banyak
digunakan untuk bahan baku pembuatan resin, plastik, insektisida, peledak, zat pewarna, dan obat obatan. Fenolftalien adalah salah
satu senyawa turunan fenol yang berguna sebagai indikator pH. Larutan fenolftalien berwarna merah pada kondisi basa, sedangkan
pada larutan asam tidak berwarna.
Jika senyawa fenol tidak sengaja dihisap atau mengenai kulit, dapat mengakibatkan iritasi pada kulit, mata, dan saluran pernafasan.
Apabila tanpa sengaja meminum larutan fenol dalam jumlah banyak, dapat menyebabkan tubuh menjadi lemas, gemetaran, lumpuh,
kejang dan koma. Apabila fenoldimakan dalam jumlah yang sangat banyak, dapat mengakibatkan kematian. Jika tercemar oleh larutan
fenol dalam jangka lama, dapat mengalami kerusakan hati, ginjal, paru paru, jantung, dan sistem syaraf.
3.
ANILINA
dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan zat pewarna pada tahun 1834. Pada tahun 1856, zat warna yang dibuat dari anilina mulai
diproduksi besar besaran oleh William Henry Perkin dengan nama mauve.
Senyawa anilina yang terhirup atau terkena kulit secara tidak sengaja dapat menyebabkan iritasi pada kulit, mata, dan saluran
pernafasan. Jika anilina di makan secara tidak sengaja, akan menyebabkan berkkurangnya kemampuan dara untuk mengangkut
oksigen. Akibatnya, terjadi gejala gejala seperti sakit kepala dan mual serta lidah dan bibir berwarna kebiruan. Keracunan anilina
dalam jangka lama akan menyebabkan anemiaa, penurunan berat badan, dan kerusakan pada sistem syaraf, ginjal, hati, dan tulang.
4.
TRINITROTOLUENA (TNT)
5.
ASPIRIN
Aspirin merupakan obat penurun panas, penghilang rasa sakit, dan pereda radang. Cara kerja aspirin adalah menghambat sintesis
senyawa prostaglandin di otak. Aspirin telah digunakan secara luas di seluruh dunia dengan berbagai merek dagan, contohnya aspro.
Penelitian terbaru mengatakan bahwa 250 mg aspirin setiap hari dapat mengurangi resiko serangan jantung dan stroke.
Dampak yang ditimbulkan apabila mengkonsumsi aspirin dengan jumlah yang banyak yaitu mengakibatkan pendarahan pada saluran
pencernaan. Konsumsi aspirin secara terus menerus dapat melukai lambung. Efek samping penggunaan aspirin ini dapat dihindari
dengan penambahan lapisan tipis senyawa pelindung yang menyelubungi tablet aspirin agar tidak larut di lambung. Aspirin tidak boleh
diberikan pada anak yang sedang menderita cacar air atau flu karena dapat menimbulkan resiko terjadinya syndrome reye, yaitu
penyakit yang mepengarui otak dan perut.
6.
PESTISIDA
7.
Zat warna Azo digunakan sebagai pewarna pada serat kapas, rayon, sutra, plastik dan beberapa jenis serat sintetis. Kegunaan lain zat
warna azo ialah sebagai bahan baku obat kemoterapi, contoh prontosil. Pada tahun 1935, Gerhard Paul Domagk menemukan bahwa
prontosil dapat menyembuhkan infeksi bakteri pada tikus. Penelitian selanjutnya dilakukan untuk mengembangkan senyawa yang
memiliki kemiripan dengan struktur molekul Prontosil sebagai obat yang lebih efektif untuk menyembuhkan infeksi.
Zat warna azo tidak boleh digunakan sebagai pewarna dalam makanan karena dapat menyebabkan kanker hati dan pembengkakan
ginjal. Selain itu, zat warna azo dapat mengganggu beberapa jenis protein yang penting bagi pertumbuhan sel.