LANDASAN TEORI
2.1 Manajemen
Menurut Hasibuan (2011) Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber lainnya secara efektif dan efisien
untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur
proses pendayagunaan sumber daya lainnya secara efisien, efektif, dan produktif
merupakan hal yang paling penting untuk mencapai suatu tujuan menurut Rivai
(2010).
11
12
1. Product (Produk)
2. Price (Harga)
a. Keterjangkaun Harga
Konsumen bisa menjangkau harga yang telah ditetapkan oleh
perusahaan. Produk biasanya ada beberapa jenis dalam satu merek
harganya juga berbeda dari yang termurah sampai termahal.
b. Kesesuaian harga dengan kualitas produk
Harga sering dijadikan sebagai indikator kualitas bagi konsumen
orang sering memilih harga yang lebih tinggi diantara dua barang
karena mereka melihat adanya perbedaan kualitas. Apabila harga
lebih tinggi orang cenderung beranggapan bahwa kualitasnya juga
lebih baik.
c. Kesesuaian harga dengan manfaat
Konsumen memutuskan membeli suatu produk jika manfaat yang
dirasakan lebih besar atau sama dengan yang telah dikeluarkan untuk
mendapatkannya. Jika konsumen merasakan manfaat produk lebih
kecil dari uang yang dikeluarkan maka konsumen akan beranggapan
bahwa produk tersebut mahal dan konsumen akan berpikir dua kali
untuk melakukan pembelian ulang.
d. Harga sesuai kemampuan atau daya saing harga
Konsumen sering membandingkan harga suatu produk dengan
produk lainnya, dalam hal ini mahal murahnya suatu produk sangat
dipertimbangkan oleh konsumen pada saat akan membeli produk
tersebut.
3. Promotion (Promosi)
4. Place (Tempat)
b. Visibilitas. Yaitu lokasi atau tempat yang dapat dilihat dengan jelas
dari jarak pandang normal.
c. Lalu lintas (traffic). Menyangkut pertimbangan utama banyaknya
orang yang lalu-lalang bisa memberikan peluang besar terhadap
pembelian, yaitu keputusan pembelian yang sering terjadi spontan,
tanpa perencanaan, dan atau tanpa melalui usaha-usaha khusus.
Kepadatan dan kemacetan lalu lintas bisa juga jadi peluang.
d. Tempat parkir yang luas, nyaman, dan aman baik untuk kendaraan
roda dua maupun roda empat.
e. Ekspansi. Yaitu tersedianya tempat yang cukup luas apabila ada
perluasan dikemudian hari.
f. Lingkungan. Yaitu daerah sekitar yang mendukung produk yang
ditawarkan. Sebagai contoh, restoran atau rumah makan berdekatan
dengan daerah pondokan, asrama, kampus, sekolah, perkantoran,
dan sebagainya.
g. Persaingan (lokasi pesaing). Sebagai contoh, dalam menentukan
lokasi restoran perlu dipertimbangkan apakakh di jalan atau daerah
yang sama terdapat restoran lainnya.
h. Peraturan pemerintah. Misalnya ketentuan yang melarang rumah
makan berlokasi terlalu berdekatan dengan pemukiman penduduk
atau tempat ibadah.
5. People (Orang)
a. Service People
b. Customer
6. Process (Proses)
dan operasional sangat penting dalam elemen proses ini, terutama dalam
melayani segala kebutuhan dan keinginan pelanggan. Karena jika dilihat dari
sudut pandang pelanggan, produk jasa dilihat dari bagaimana proses jasa
diterima oleh pelanggan. Proses dalam jasa merupakan faktor utama dalam
pemasaran jasa seperti pelanggan jasa akan sering merasakan sistem
penyampaian jasa sebagai bagian jasa inti sendiri (Muhammad Adam 2015:99-
100). Mutu layanan jasa sangat bergantung pada proses penyampaian jasa
kepada konsumen. Mengingat bahwa penggerak perusahaan jasa adalah
karyawan itu sendiri, maka untuk menjamin mutu layanan (quality assurance),
seluruh operasional perusahaan harus dijalankan sesuai dengan sistem dan
prosedur yang terstandarisasi oleh karyawan yang berkompetensi,
berkomitmen, dan loyal terhadap perusahaan tempatnya bekerja (Kotler,
2009).
a. Servicescape
b. Other tangibles
b. Ambient conditions
Dari beberapa dimensi tersebut, peneliti menarik tiga faktor yang relevan
dengan penelitian ini, yaitu bangunan (building), desain dekorasi interior (ambient
conditions), dan fasilitas pendukung (support facilities).
25
Pengertian jasa menurut Kotler dalam Supranto (2011) Jasa adalah setiap
tindakan atau unjuk kerja yang ditawarkan oleh salah satu pihak kepada pihak lain
yang secara prinsip intangible dan tidak menyebabkan perpindahan kepemilikan apa
pun. Menurut Rambat Lupiyoadi (2013) Jasa adalah semua aktivitas ekonomi yang
hasilnya tidak merupakan produk dalam bentuk fisik atau konstruksi, yang biasanya
dikonsumsi pada saat yang sama dengan waktu yang dihasilkan dan memberikan nilai
tambah yang dihadapi konsumen .
Menurut William J. Stanton yang dikutip oleh Alma (2011) bahwa definisi
jasa ialah sesuatu yang dapat diidentifikasikan secara terpisah tidak berwujud,
ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan. Sedangkan definisi jasa menurut Zeithalm
dan Bitner yang dikutip oleh Alma (2011) ialah suatu kegiatan ekonomi yang
outputnya bukan produk dikonsumsi bersamaan dengan waktu produksi dan
memberikan nilai tambah (seperti kenikmatan, hiburan, santai, sehat) bersifat tidak
wujud.
Menurut Kotler & Keller yang dikutip oleh Tjiptono (2015) jasa dapat
didefinisikan sebagai setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu
pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik)
dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu.
Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa jasa merupakan kegiatan
yang memberikan bermanfaat yang dapat ditawarkan kepada konsumen atau
pelanggan yang pada dasarnya memiliki sifat tidak berwujud dan tidak dapat dipindah
kepemilikannya.
Menurut Edward Wheatley yang dikutip oleh Alma (2011), ada beberapa
perbedaan antara jasa dan barang, antara lain:
27
1. Pembelian jasa sangat dipengaruhi oleh motif yang didorong oleh emosi.
2. Jasa bersifat tidak berwujud, berbeda dengan barang yang bersifat
berwujud, dapat dilihat, dirasa, dicium, memiliki berat, ukuran dan lain-
lain.
3. Barang bersifat tahan lama, tetapi jasa tidak. Jasa dibeli dan dikonsumsi
pada waktu yang sama.
4. Barang dapat disimpan, sedangkan jasa tidak dapat disimpan.
5. Ramalan permintaan dalam marketing barang merupakan masalah, tidak
demikian halnya dengan marketing jasa. Untuk menghadapi masa- masa
puncak, dapat dilatih tenaga khusus.
6. Adanya puncak yang sangat padat, merupakan masalah tersendiri bagi
marketing jasa. Pada masa puncak, ada kemungkinan layanan yang
dipersingkat, agar dapat melayani langganan sebanyak mungkin. Jika mutu
jasa nya tidak di control maka ini dapat berakibat negatif terhadap
perusahaan karena banyak langganan merasa tidak puas.
7. Usaha jasa sangat mementingkan unsur manusia.
8. Distribusinya bersifat langsung, dari produsen kepada konsumen.
2.5 Pariwisata
Pengertian merek menurut Kotler dikutip oleh Sunyoto (2014) ialah sebuah
nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan atau bahkan kombinasi dari semuanya
tadi, yang dimaksudkan untuk menyebutkan barang-barang atau jasa dari seorang atau
sekelompok penjual agar terbedakan dari para pesaingnya.
30
Menurut The American Marketing Association dalam buku Sekar Sari (2017)
brand adalah nama, istilah, tanda, simbol, atau desain, atau kombinasi dari semuanya
untuk mengidentifikasikan barang atau jasa dari penjual atau sekelompok penjual dan
membedakan mereka dari pesaing.
Sedangkan Kotler dan Keller (2016) menyatakan bahwa sebuah merek (brand)
adalah produk atau jasa penambah dimensi yang dengan cara tertentu
mendiferensiasikannya dari produk atau jasa lain yang dirancang untuk memuaskan
kebutuhan yang sama. Perbedaan ini bisa fungsional, rasional, atau berwujud yang
dikaitkan dengan apa yang digambarkan merek.
Brand association menurut Aaker (dalam Rangkuti, 2009) adalah segala hal
yang berkaitan dengan ingatan mengenai merek. Asosiasi itu tidak hanya eksis, namun
juga memiliki suatu tingkat kekuatan. Keterkaitan suatu brand akan lebih kuat apabila
dilandasi pada banyak pengalaman atau penampakan untuk mengkomunikasikannya.
Kekuatan dari sebuah brand association yang terbentuk pada sebuah brand tidak akan
terlepas dari nilai-nilai yang membentuknya.
Kotler dan Keller (2009) mendefinisikan citra merek sebagai suatu kesan yang
ada didalam benak konsumen mengenai suatu merek yang hal ini dibentuk oleh pesan
dan pengalaman konsumen mengenai merek, sehingga menimbulkan citra yang ada
dalam benak konsumen.
Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan
preferensi terhadap suatu merek. Rangkuti (2009) mengemukakan bahwa “citra merek
adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk dibenak konsumen”. Asosiasi
tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran atau citra tertentu
yang dikaitkan dengan suatu merek, sama halnya ketika kita berpikir mengenai orang
lain.
Menurut Keller dalam Martinez, Polo dan Chernatony yang dikutip Rosilina
(2010), menyatakan bahwa pengukuran citra merek dapat dilakukan berdasarkan
aspek kekuatan (strength), keunikan asosiasi merek (uniqueness of brand
associations), dan kesukaan (favorability). Experiential Benefit berhubungan dengan
apa yang dirasakan konsumen saat menggunakan produk atau jasa, manfaat ini
memuaskan kebutuhan akan pengalaman seperti variasi dan keindahan.
Kekuatan dan keunikan asosiasi merupakan hal yang kritis untuk kesuksesan
sebuah merek. Walaupun merek tersebut tidak memiliki pesaing, tetapi setidaknya
seperti membagi asosiasi dengan merek lainnya. Membagi asosiasi dapat membantu
membangun kategori hubungan dan mendefinisikan jangkauan dari kompetisi dengan
produk dan jasa lainnya.
Dari beberapa dimensi tersebut, peneliti menarik keempat faktor yang relevan
dengan penelitian ini, yaitu experiental benefits, strength of brand association,
uniqueness of brand association, dan favorability of brand association.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Berdasarkan analisis
regresi linier berganda
menunjukkan variabel
bauran pemasaran jasa
berpengaruh
signifikan secara
Variabel bersama-sama dan
independen parsial terhadap
Pengaruh
yang keputusan berkunjung.
Bauran
digunakan Hasil pengujian
Pemasaran Objek
sama yaitu menunjukkan adanya
Januarista Terhadap penelitiannya
bauran pengaruh secara
3 Poppy Keputusan adalah taman
pemasaran 7P signifikan dari
(2018) Berkunjung rekreasi
dan variabel product,
(Taman Sangkeling
menggunakan place, promotion, dan
Rekreasi
uji regresi physical evidence
Sengkaling)
linier dengan didominasi
berganda. oleh variabel
promotion. Sedangkan
yakni place, people,
dan process tidak
berpengaruh secara
signifikan terhadap
keputusan berkunjung.
36
Peneliti menemukan
bahwa brand image
merupakan kumpulan
persepsi pelanggan
tentang merek yang
dihasilkan dari
interaksi dari proses
Lucy Membahas Penelitian kognitif, afektif, dan
Lee, variabel brand yang evaluatif dalam
Jeffrey A image yang dilakukan pikiran pelanggan.
4 James, Reconceptualization didasarkan adalah Hal tersebut tercipta
dan Yu of Brand Image dari dimensi- penelitian dari asosiasi yang
Kim dimensi kualitatif atau kuat dari pelanggan
(2014) pemasaran. deskriptif. terhadap bagaimana
pelanggan merasakan
produk atau layanan
perusahaan,
kesesuaian informasi
promosi, biaya yang
dikorbankan, dan
faktor-faktor lainnya.
Membahas
Hasil penelitian
pengaruh Penelitian
menunjukkan bahwa
antara bauran yang
seluruh variabel
Hamid pemasaran dilakukan
bauran pemasaran
Taboli, sebagai menggunakan
baik secara parsial
Neda Assessing the variabel metode path
maupun simultan
Pariz, Impact of Marketing independen analysis,
5 berpengaruh
dan Mix on Brand dan brand variabel brand
signifikan terhadap
Masoud Equity image sebagai image masih
brand image dan
Vafada variabel dikaitkan lagi
brand image
(2017) dependen pengaruhnya
berpengaruh
menggunakan kepada brand
signifikan terhadap
penelitian equity.
brand equity.
asosiatif.
37
Seluruh variabel
bauran pemasaran
berpengaruh positif
Variabel
dan signifikan kecuali
dependen yang
variabel price
Edo Rajh The Effects of Variabel digunakan
berpengaruh negatif
dan Marketing Mix independen adalah brand
terhadap brand image.
6 Durdana Elements on yang equity, namun
Seluruh variabel
Dosen Service Brand digunakan dijembatani
baruan pemasaran juga
(2015) Equity sama. dengan
berpengaruh positif
variabel brand
dan signifikan
image.
terhadap brand equity
kecuali variabel price
berpengaruh negatif.
Pengaruh
Bauran Variabel Service
Pemasaran Jasa Objek Marketing Mix
Variabel
Terhadap Citra penelitian berpengaruh signifikan
Feisal independen
Merek Dan adalah terhadap Variabel
Abidin yang
Dampak Pada armada bus Citra Merek dengan
Zainul digunakan
Keputusan pariwisata koefisien beta sebesar
7 Arifin sama dan
Pembeli (Survei tur. 0,446 yang
Edy membahas
kepada Metodologi menjelaskan bahwa
Yulianto variabel
Pengguna penelitian pengaruh Service
(2017 Brand
Armada Bus menggunakan Marketing Mix
Pariwisata PO. Image. terhadap Citra Merek
path analysis.
Anto Wijaya sebesar 44,6%.
Tour Ponorogo)
38