Anda di halaman 1dari 4

Pentingnya Memahami Potensi dan Karakter Manusia dalam Islam

Natasha Putri Nasaruddin Siradz, 1606831331

Fakultas Teknik UI Kelas S103

Judul Sumber :1. Modul MPK Agama Islam Universitas Indonesia

2. Konsep Manusia dan Agama

Penulis :1. Drs. Mujilan, M.Ag., Sihabudin Afroni, Lc., MA., dkk.

2. Dr. Marzuki, M.Ag.

Data Publikasi:1. Mujilan dkk. 2016. MPK Agama Islam. Universitas Indonesia.

2. Marzuki. 2012. Pendidikan Agama Islam. Universitas Negeri Yogyakarta.

Agama merupakan suatu bagian yang tidak dapat dilepaskan dari manusia, mengingat
sejak manusia lahir ke dunia sebenarnya sudah dibekali oleh Allah dengan agama (QS. al-
A’raf [7]: 172). Agama merupakan kebutuhan mutlak bagi manusia dan manusia tidak dapat
hidup dengan teratur dan sejahtera di dunia ini tanpa agama. Dengan kata lain, fitrah manusia
adalah beragama, sehingga ketika manusia mengaku tidak beragama berarti ia telah
membohongi dirinya dan sekaligus telah berbuat zhalim terhadap dirinya. Hal itu disebabkan
karena manusia dan agama telah memiliki keterkaitan satu sama lain. Agar dapat
menjalankan ibadah beragamanya dengan baik, Allah menciptakan manusia dengan segala
potensi dan karakter yang melebihi makhluk lain di bumi.

Manusia memiliki potensi, yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat dilahirkan ke
dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat dikelompokkan pada dua aspek, yaitu potensi
fisik, dan potensi ruhaniah. Potensi fisik manusia digunakan untuk beramal, sedangkan
potensi ruhaniah adalah akal (seperti yang telah disebutkan sebelumnya), qalb, dan emosi
atau perasaan. Dalam Al-Qur’an akal diartikan dengan kebijaksanaan, inteligensia, dan
pengertian. Akal diartikan dengan hikmah atau kebijaksanaan. Potensi ruhaniah kedua yaitu
qalb, yang secara ekplisit berarti jantung. Namun pengertian yang halus bersifat Ketuhanan
serta ruhaniah, yaitu hakikat manusia yang dapat menangkap segala pengertian,
berpengetahuan, dan arif. Kemudian ada pula nafsu yang berarti suatu kekuatan yang
mendorong manusia untuk mencapai keinginannya yang disebut ghoriziyah (insting) karena
tidak mengenal baik atau buruk dan jika tidak dikendalikan bisa berbahaya.

Potensi juga dapat dibagi menjadi dua klasifikasi yang lain yaitu potensi kecerdasan
(IQ) dan potensi tauhid (agama). Allah berfirman dalam al-Baqarah (2): 31 yang berarti:
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama
benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!". Hal tersebut
mengindikasikan bahwa Adam, sebagai manusia pertama, memiliki kecerdasan yang lebih
dibandingkan malaikat yang ternyata tidak mampu menyebutkan semua nama yang ada di
surga. Untuk mendukung kecerdasan manusia ini, Allah membekali manusia dengan potensi
dasar berupa ruh (nyawa), pendengaran, penglihatan, dan hati (akal dan nurani) (QS. al-
Sajdah [32]: 9). Kemudian yang kedua adalah potensi tauhid (agama). Seperti disebutkan
dalam Al-Qur’an surah Al-A’raf (7) ayat 172 yang berarti: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu
mengeluarkan keturunan anakanak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian
terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka
menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian
itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)". Ini suatu bukti bahwa manusia,
dalam pandangan al-Quran, dilahirkan sudah memiliki bekal tauhid (beragama). Namun
demikian, eksistensi tauhid ini pada akhirnya banyak ditentukan oleh pengalaman manusia
dalam hidupnya kelak.

Selain potensi, Allah juga menciptakan manusia berkarakter. Dalam diri manusia ada
perpaduan berbagai karakter. Manusia adalah hadis (baru) darisifat jasmiahnya, dan azali dari
roh Ilahiahnya. Maka dari itu dalam diri manusia ada dua karakter berlawanan yaitu baik,
yang mencerminkan sifat Tuhan, dan buruk, yang mencerminkan sifat buruk nafsu dari
materi.

Dengan segala potensi yang dimiliki manusia, semuanya berhubungan satu sama lain.
Akal digunakan untuk memikirkan dan memahami alam, sedangkan qalb digunakan untuk
mengimani Allah SWT. Di sisi lain, akal pula lah yang mengendalikan nafsu agar manusia
berjalan ke arah yang lebih baik. Dan seperti koin yang mempunyai dua sisi, manusia pun
memiliki dua sisi (karakter) dalam dirinya. Dari kedua karakter tersebut ada yang bersifat
baik yang merupakan cerminan sifat Tuhan dan ada yang bersifat buruk yang timbul dari
nafsu akan materi. Manusia penting mengendalikan antara kedua karakter tersebut serta terus
mengasah potensi yang dimiliki agar dapat menjalankan fungsi sebagai khalifah di muka
bumi ini dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai