PARESTESIA
Parestesi didefinisikan sebagai suatu fenomena sensorik berupa kebas, rasa terbakar dari
kulit tanpa adanya stimulus yang jelas dan salah satu manifestasi klinis adanya sensasi yang tidak
normal, hal ini terjadi akibat adanya perubahan sensasi pada sistem saraf perifer, dapat bersifat
sementara atau menetap. Parestesi disebabkan oleh cedera saraf yang dapat mengenai N alveolaris
inferior, N lingualis, N bukalis, N milohyoideus dan N mentalis. Cabang – cabang saraf tersebut
mempunyai fungsi sensoris. Pada suatu waktu, pasien merasa kebas (beku) selama beberapa jam
setelah pemberian anestesi lokal, yang terjadi pada bagian – bagian wajah tertentu seperti bibir,
gusi, ujung lidah atau dagu. Hal ini tidak menjadi masalah, namun ketika parestesia tetap ada
selama beberapa hari, minggu bahkan bulan, akan menjadi masalah.
Kerusakan saraf dan gejala klinis secara fisiologis menurut Seddon dan Sunderlan
d kerusakan saraf dapat di bagi kedalam tiga kelompok besar yaitu:
1. Neuropraksia
Kerusakan saraf tanpa kehilangan kontinuitas akson. Dalam hal ini terdapat
gangguan penghantaran impuls yang bersifat sementara. Prognosanya baik, karena p
erbaikan fungsi sensoris terjadi secara spontan, cepat dan sempurna. Perbaikan palin
g lambat berlangsung selama 4 minggu. Kerusakan saraf ini terjadi akibat gangguan
pada selubung mielin sedangkan akson tidakrusak. Penyebabnya dapat berupa tekan
an tumpul, peradangan disekeliling saraf atau jaringangranulasi.
2. Aksonotmesis
Kerusakan saraf yang cukup berat, dimana terjadi kehilangan kontinuitas a
kson tetapi selubung endonerium tetap utuh. Sehingga diperlukan regenerasi akson d
alam proses perbaikannya. Proses perbaikan biasanya berlangsung cukup lama dapa
t terjadi 2 sampai 6 bulan, tetapi fungsi sensoris dapat kembali secara sempurna. Ke
adaan ini dapat disebabkan oleh kompresi yang panjang atau adanya iskemi lokal ya
ng mengganggu mielin dan akson.
3. Neurotmesis
Kerusakan saraf yang parah dimana semua susunan dan struktur saraf terpu
tus. Penyembuhan dapat berlangsung lama hingga 2 tahun, bahkan kehilangan sensa
si biasanya bersifat menetap. Keadaan ini biasanya disebabkan trauma benda tajam.
Proses perbaikan pada pembuluh saraf perifer mempunyai harapan besar u
ntuk mengadakan regenerasi, bila kedua ujung saraf yang terpotong berdekatan dan
tidak ada penghalang serta tidak terjadi infeksi. Secara klinis dan elektromiografi re
generasi spontan akson dan mielin tidak mungkin terjadi pada kerusakan neurotmesi
s. Sehingga diperlukan intervensi bedah untuk penyembuhannya.
Proses degenerasi dan regenerasi saraf yang cedera merupakan aktifitas ga
bungan dari perineurium, endoneurium, akson, mielin serta proliferasi sel-sel schwa
n. Sel-sel schwan mempunyai peranan penting dalam proses multiplikasi dan migras
i yang dibantu oleh sel-sel fibroblas dari endoneurium sehingga terbentuk serat yang
kuat untuk membentuk jembatan sebagai penghubung antar kedua ujung saraf yang
terputus.
Mekanisme terjadinya parestesia sebagai respon terhadap kerusakan saraf p
erifer dapat dijelaskan melalui proses Wallerian degeneration bahwa kerusakan anat
omi saraf menyebabkan kelainan sensasi, sentuhan ringan saja dapat menimbulkan k
elainan sensasi.
Pada sistem saraf perifer, jika terjadi kerusakan maka ujung akson pada sis
i distal akan mengalami degenerasi. Makrofag akan bermigrasi untuk melaksanakan
fungsi fagositosis terhadap debris maupun benda-benda asing di daerah kerusakan. S
el-sel Schwan tidak berdegenerasi tetapi berproliferasi dan berubah membentuk sel
yang solid menyerupai bentuk sel yang asli seperti sel-sel schwan pada akson bagia
n proksimal. Kemudian akson distal sebagai akson baru yang dibungkus oleh sel-sel
Schwan, akan masuk dan bersatu dengan akson proksimal. Jika pembentukan berlan
gsung terus secara normal maka akan terbentuk akson baru yang akan menghubung
kannya dengan sinaps. Dengan terbentuknya kembali selubung akson maka peristiw
a penghanteran impuls akan kembali normal. Selama fase regenerasi didaerah kerus
akan maka peristiwa penghantaran impuls tidak sebaik sebagaimana mestinya.
Kelainan sensasi pada daerah penyembuhan jaringan yang teriritasi kronis
oleh karena adanya kontak jaringan saraf baru dengan jaringan saraf semula disekita
rnya, dapat menyebabkan penghentian penghantaran impuls saraf secara spontan sel
ama fase regenerasi saraf. Jembatan saraf yang dihasilkan oleh fase regenerasi saraf
biasanya tidak sama dalam hal bentuk dan ukuran semula sehingga sifat dan kemam
puan jaringan saraf yang baru dalam penghantaran impuls jadi berubah. Disamping i
tu daya regenerasi dari pembuluh saraf tergantung atas sifat gen dan umur individu.
Pada individu yang lebih tua respon badan sel biasanya lebih lambat dari yang muda
.
a. Metodologi
Jurnal ini mengambil data berasal dari 147 pasien yang datang ke
Departemen Bedah Oral dan Maxillofacial Swargiya Dadasaheb Kalmegh
Smurti Dental College & Hospital, Nagpur, yang melakukan ekstraksi bedah
pada impaksi molar tiga rahang bawah. Prediksi variabel preoperative diambil
dari nama, umur, jenis kelamin, and tipe impaksinya. Postoperativenya
assesmennya dilakukan 1 minggu setelah odontektomi dan pada saat
pengambilan jahitan untuk melihat parestesia/anestesia dengan menanyakan
tentang lidah, dagu, dan sensitifitas bibir dengan melakukan tes neurosensori
seperti 2-point discrimination, pinprick dan tekanan ringan. Pasien dengan
gangguan neurosensori dievaluasi selama 6 bulan.
. Pada saat pasien melakukan visit post operative, setiap pasien ditanya
kan secara spesifik mengenai apakah ada perbedaan pada bibir bawah dan dag
u di bagian yang dioperasi dan yang tidak dioperasi. Pasien juga ditanyakan te
ntang apakah ada kejadian bibir secara tidak sengaja dan tiba – tiba, air liur m
engalir di dagu, dan sensasi terbakar, sakit, ataupun kesemutan.
b. Hasil :
Dari 147 pasien, 95 adalah laki - laki dan 52 perempuan. Batasan umur
pasien mulai dari 15 sampai 57 tahun dengan rata - rata 26,3 tahun. Dari itu
semua, 62 (42,1%) pasien dengan tipe impaksi mesioangular, 37 (25,1%) tipe
impaksi horizontal, 36 (24,4%) tipe impaksi vertikal, 10 (6,8%) tipe impaksi
distoangular, 1 (0,68%) tipe impaksi linguoversi.
Parestesia pada nervus lingual hanya ditemukan pada 2 pasien saja
(1,36%) dari 147 kasus dan tipe impaksinya adalah horizontal kelas 2, posisi C
dan distoangular kelas 2, posisi A. Parestesia pada nervus inferior alveolar
ditemukan pada 1 pasien (0,86%) yang tipe impaksinya mesioangular kelas 2.
1.4.2 Jurnal 2 - Transient Paresthesia after Surgical Removal of Embedded
Supernumerary Tooth
a. Metodologi :
b. Hasil :
1. Post operative Hari-1 (POD 1)
Pasien merasa kebas pada bagian kanan dagu dan bagian kanan dari
kulit bawah bibir. Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit sistemik, tidak
ada medical history apapun, dan tidak ada alergi. Pemeriksaan klinis ekstra
oral menunjukkan tidak ada pembengkakan atau limfadenopati di daerah
tersebut. Pemeriksaan klinis intra oral menunjukkan area insisi tersebut
tidak ada tanda - tanda infeksi ataupun inflamasi.
Dalam kebanyakan kasus, parastesia pada pasien akan sembuh sendiri dari waktu
ke waktu, dengan jarak waktu dari beberapa hari, bulan hingga lebih setahun. Dalam
beberapa kasus, terdapat pasien yang mengalami kehilangan sensoris sebagian maupun
sepenuhnya, yang bersifat permanen.
Surgical repair
Keputusan dalam pembedahan dan penentuan waktunya tergantung pada
sifat perubahan sensorik yang dialami dan dievaluasi kembali oleh dokter bedah
mulut.
DAFTAR PUSTAKA
Handoyo B. 2009. Parestesi Sebagai Salah Satu Komplikasi Dari Anestesi Blok Pada Mandibula.
Skripsi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. H. 17-21
Juodzbalys G, et al. Injury of the Inferior Alveolar Nerve during Implant Placement: a Literature
Review.
Mahdey MH, Wei M. 2016. Transient Paresthesia After Surgical Removal of Embedded
Supernumerary Tooth. iMedPub Journals. Vol.2.1 Availabe from: http://periodontics-
prosthodontics.imedpub.com/transient-paresthesia-after-surgical-removalof-embedded-
supernumerary-tooth.pdf
Meshram VS. 2013. Assessment of Nerve Injuries after Surgical Removal of Third Molar: A
Prospective Study. Hindawi Journal Publishing Corporation. Vol. 2013. Available from:
http://downloads.hindawi.com/archive/2013/291926.pdf