Anda di halaman 1dari 18

Nama : Refly Rizal Muhajirin

NIM : HIA019055
Kelas : A

A. MATRIKS

Definisi: Matriks adalah susunan skalar elemen-elemen dalam bentuk baris dan kolom.
Menurut Samsul Irpan, “matriks adalah susunan suatu unsure atau elemen atau fungsi
polinom dalam bentuk persegi panjang yang ditentukan dengan baris dan kolam dan dibatasi
oleh tanda kurung”. Biasanya dilambangkan dengan huruf kafital. Bilangan- bilangan di dalam
susunan tersebut dinamakan entri atau elemen. Suatu matriks memiliki ukuran yang dijelaskan
oleh banyaknya baris dan kolom yang terdapat pada matriks tersebut. Ukuran pada matriks
disebut ordo. Ordo pada matriks atau ukuran matriks adalah suatu bilangan yang menunjukkan
banyaknya baris dan di ikuti oleh banyaknya kolom.
Jika matriks A yang berukuran dari m baris dan n kolom maka ordo matriksnya
adalah m x n ditulis Pmxn.
A=
Entri disebut elemen matriks pada baris ke-i dan kolom ke-j .Jika m = n, maka matriks
tersebut dinamakan juga matriks bujursangkar (square matriks). Menuliskan matriks dalam
bentuk persegi panjang di atas adalah boros tempat, oleh karena itu matriks dituliskan dengan
notasi ringkas A = [ ].

Matriks A yang berukuran dari m baris dan n kolom (m  n) adalah:

Di bawah ini adalah sebuah matriks berukuran 3 x 4


BEBERAPA MATRIKS KHUSUS

1. Matriks Identitas
 Matrisk diagonal adalah matriks bujursangkar dengan aij= 0 untuk i≠j. Dengan
kata lain, seluruh elemen yang tidak terdapat pada pada posisi i≠j bernilai 0.
 Contoh :
1 0 0
0 2 0
0 0 3

2. Matriks Identitas
 Matriks identitas dilambangkan dengan I, adalah matriks diagonal dengan semua
elemen diagonal =1
 contoh

3. Matriks segitiga atas bawah


 Adalah matriks jika elemen elemen di atas/ di bawah diagonal bernilai 0.
Matriks segitiga atas Matriks segitiga bawah

4. Matriks Transpose
 Jika baris dan kolom suatu matriks dipertukarkan Baris pertama menjadi kolom
pertama Baris kedua menjadi kolom kedua. Baris ketiga menjadi kolom ketiga, dst.

5. Matriks setangkup (symmetry)


 A adalah matriks simetri jika AT= A.
 Contoh :
6. Matriks 0 / 1
 adalah matriks yang setiap elemennya hanya bernilai 0 atau 1.
 contoh

B. FUNGSI

Konsep fungsi sangat penting di dalam Matematika Diskrit. Fungsi sering dipakai untuk
mentransformasikan elemen di sebuah himpunan dengan elemen di himpunan lain.
Definisi: Misalkan A dan B himpunan. Relasi biner f dariA ke B merupakan suatu fungsi jika
setiap elemen di dalam A dihubungkan dengan tepat satu elemen di dalam B. jika f adalah fungsi
dari A ke B kita menuliskan

Yang artinya f memetakan A ke B


Nama lain untuk fungsi adalah pemetaanatau transformasi. Kita menuliskan f(a) = b jika
elemen a di dalam A dihubungkan dengan elemen b di dalam B. Himpunan A disebut daerah
asal (domain)dari f dan himpunan B disebut daerah hasil(codomain) dari f . Jika f(a)
= b, maka b dinamakan bayangan (image) dari a dan a dinamakan pra-bayangan(pre-image) dari
b. Himpunan yang berisi semua nilai pemetaan f disebut jelajah(range) dari f . Perhatikan bahwa
jelajah dari f adalah himpunan bagian (mungkin proper subset) dari B.
B

Gambar merepresentasikan fungsi dari A ke B


b

Nama lain untuk fungsi adalah pemetaanatau transformasi. Kita menuliskan f(a) = b jika
elemen a di dalam A dihubungkan dengan elemen b di dalam B. Himpunan A disebut daerah
asal (domain)dari f dan himpunan B disebut daerah hasil(codomain) dari f . Jika f(a)
= b, maka b dinamakan bayangan (image) dari a dan a dinamakan pra-bayangan(pre-image) dari
b. Himpunan yang berisi semua nilai pemetaan f disebut jelajah(range) dari f . Perhatikan bahwa
jelajah dari f adalah himpunan bagian (mungkin proper subset) dari B.
Nama lain untuk fungsi adalah pemetaanatau transformasi. Kita menuliskan f(a) = b jika
elemen a di dalam A dihubungkan dengan elemen b di dalam B. Himpunan A disebut daerah
asal (domain)dari f dan himpunan B disebut daerah hasil(codomain) dari f . Jika f(a)
= b, maka b dinamakan bayangan (image) dari a dan a dinamakan pra-bayangan(pre-image) dari
b. Himpunan yang berisi semua nilai pemetaan f disebut jelajah(range) dari f . Perhatikan bahwa
jelajah dari f adalah himpunan bagian (mungkin proper subset) dari B.
Nama lain untuk fungsi adalah pemetaanatau transformasi. Kita menuliskan f(a) = b jika
elemen a di dalam A dihubungkan dengan elemen b di dalam B. Himpunan A disebut daerah
asal (domain)dari f dan himpunan B disebut daerah hasil(codomain) dari f . Jika f(a)
= b, maka b dinamakan bayangan (image) dari a dan a dinamakan pra-bayangan(pre-image) dari
b. Himpunan yang berisi semua nilai pemetaan f disebut jelajah(range) dari f . Perhatikan bahwa
jelajah dari f adalah himpunan bagian (mungkin proper subset) dari B.
Nama lain untuk fungsi adalah pemetaanatau transformasi. Kita menuliskan f(a) = b jika
elemen a di dalam A dihubungkan dengan elemen b di dalam B. Himpunan A disebut daerah
asal (domain)dari f dan himpunan B disebut daerah hasil(codomain) dari f . Jika f(a)
= b, maka b dinamakan bayangan (image) dari a dan a dinamakan pra-bayangan(pre-image) dari
b. Himpunan yang berisi semua nilai pemetaan f disebut jelajah(range) dari f . Perhatikan bahwa
jelajah dari f adalah himpunan bagian (mungkin proper subset) dari B.
Fungsi dapat di spesifikasikan dalam berbagai bentuk, diantranya:
1. Himpunan pasangan terurut.
Ingatlah bahwa fungsi adalah relasi, sedangkan relasi biasanyan dinyatakan sebagai himpunan
pasangan terurut.
2. Formula pengisian nilai (assignment)
Didalam kuliah aljabar atau kalkulus, fungsi di spesifikasikan dalam bentuk rumus pengisian
nilai (assignment), misalnya x2, dan . Jika himpunan daerah asal maupun daerah hasil fungsi
tidak dinyatakan secara spesifik, maka diasumsikan daerah asal fungsi adalah R dan daerah hasil
juga R. dalam bimpunan pasangan terurut kita mendefinisikan fungsi sebagai
3. Kata-kata
Fungsi dapat dikatakan secara eksplisit dalam rangkaian kata-kata. Misalnya, “f adalah fungsi
yang memetakan jumlah bit 1 di dalam suatu stringbiner”.
4. Kode program (source code)
Fungsi di spesifikasikan dalam bentuk kode program komputer. Misalnya dalam Bahasa Pascal,
fungsi yang mengembalikan nilai mutlak dari sebuah bilangan bulat x, yaotu |x|, dituliskan
sebagai berikut:
Function abs (x :integer) : integer;
Begin
If x < 0 then
Abs : = -x
Else
Abs : = x;
End;
Daerah asal dari fungsi abs diatas secara jelas dinyatakan himpunan bilangan bilat (integer), dan
darerah hasilnya juga bilangan bulat.
Contoh:
Relasi dari ke adalah fungsi dari A ke B. disini . Daerah asal dari f adalah A dan daerah hasil
adalah B. jelajah dari fadalah , yang dalam hal ini sama dengan himpunan B.
Bergantung pada bayangan, fungsi dibedakan menjadi fungsi satu-ke-satu (one-to-one),
fungsi pada (onto), atau bukan salah satu dari keduanya.Kita tinjau definisi enis setiap fungsi
tersebut berikut ini.
Definisi: jika f dikatakan satu-ke-satu (one-to-one)atau injektif(injektive) jika tidak ada dua
elemen himpunan A yang memiliki bayangan sama. Dengan kata lain, jika a dan b adalah
anggota himpunan A, maka bilamana . Jika f(a) = f(b) maka implikasinya adalah a = b.
Fungsi satu-ke- satu.
a

3
4

Relasi dari ke bukan fungsi pada karena w tidak termasuk jelajah


dari f .Relasi dari ke merupakan fungsi pada karena semua anggota B merupakan jelajah dari f.
Definisi:fungsi f dikatakan berkoresponden satu-ke-satu atau bijeksi (bijection) jika ia fungsi
satu-ke-satu dan juga fungsi pada.
Contoh:
Relasi dari ke adalah fungsi yang berkoresponden satu-ke-satu,karenaf adalah fungsi satu-ke-
satu maupun fungsi pada.
1. Fungsi Inversi
Jika f adalah fungsi berkoresponden satu-ke-satu dari A ke B, maka kita dapat
menemukan balikanatau inverse(invers) dari f. fungsi inversi dari f dilambnagkan dengan f -1.
Misalkan ai adalahanggota himpunan A dan B adalah anggota himpunan B, maka f -1(b)
= a jika f(a) = b.
Fungsi yang berkoresponden satu-ke-satu sering dinamakan juga fungsi yang invertible (dapat
dibalikkan), karena kita dapat mendefinisikan fungsi balikannya. Sebuah fungsi dikatakan not
invertible (tidak dapat dibalikkan)jika ia bukan fungsi yang berkoresponden satu-ke-satu, karena
fungsi balikannya tidak ada.
Fungsi f -1 sebagai inversifungsi f

a
Contoh:
Relasi dari ke adalah fungsi yang berkoresponden satu-ke-satu. Inversi fungsi f adalah f -1 .
Jadi, f adalah fungsi inverible.
2. Komposisi Fungsi
Karena fungsi merupakan bentuk khusus dari relasi, kitajuga dapat melakukan komposisi
dari dua buah fungsi. Misalkan g adalah fungsi dari himpunan A ke himpunan B, dan f adalah
fungsi dari himpunan B ke himpunan C. komposisi f dan g, dinotasikan dengan f o g, adalah
fungsi dari A ke C yang di definisikan oleh

Dengan kata lain, f o g adalah fungsi yang memetakan nilai dari g(a) ke f.

g(a)

f(g(a))

f(g(a))

g(a)
(f o g)(a)

Komposisi dua buah fungsi


Contoh:
Diberikan fungsi yang memetakan ke , dan fungsi yang memetakan ke . Fungsi komposisi
dari Ake C adalah
Relasi

C. RELASI

Sebelumnya kita telah mempelajari mengenai pasangan terurut (ordered pairs). Cara
yang paling mudah untuk menyatakan hubungan antara elemen dari dua himpunan adalah
dengan himpunan pasangan terurut. Himpunan pasangan terurut diperoleh dari perkalian
kartesian (Cartesian product) antara dua himpunan.
Kita tulis kembali definisi perkalian kartesian. Perkalian kartesian dari
himpunan A dan B adalah himpunan yang elemennya semua pasangan terurut (ordered
pairs) yang mungkin terbentuk dengan komponen pertama dari himpunan A dan komponen
kedua dari himpunan B.

Relasi antara himpunan A dan B disebut relasi biner didefinisikan sebgai berikut :
Relasi biner R antara A dan B adalah himpunan bagian dari A x B.

Jika , kita gunakan notasi yang artinya dihunbungkan dengan oleh , dan jika , kita gunakan
notasi yang artinya a tidak dihubungkan dngan b oleh relasi R. Himpunan A disebut daerah asal
(domain) dari R, dan B disebut daerah hasil (codomain) dari R.
Contoh :
Misalkan dan . Jika kita definisikan relasi R dari P ke Q dengan . Maka kita peroleh
1. Relasi Inversi
Jika R adalah relasi pada himpunan orang-orang dimana jika a adalah ayah dari b, maka kita
dapat membuat kebalikan relasinya, yaitu yang menyatakan b adalah anak dari a. Relasi baru
tersebut dinamakan inverse dari relasi semula. Begitu pula relasi “lebih besar dari” mempunyai
inverse “lebih kecil dari”, dll

Secara umum jika diberikan relasi R dari himpunan A ke himpunan B, kita bias mendefinisikan
relasi baru dari B ke A dengan cara membalik urutan dari setiap pasangan terurut didalam R.
Definisi relasi inverse adalah sebgai berikut :

Misalkan R adalah relasi dari himpunan A ke himpunan B. inverse dari relasi R, dilambangkan
dengan , adalah relasi dari B ke A yang didefinisikan oleh

Contoh :
Misalkan dan . Jika kita definisikan relasi R dari P ke Q dengan
Maka kita peroleh

adalah invers dari relasi R, yaitu relasi dari Q ke P dengan jika q adalah kelipatan dari p. Maka
kita peroleh

2. Mengkombinasikan Relasi
Relasi biner merupakan himpunan pasangan terurut, maka operasi himpunan seperti irisan,
gabungan, selisis, dan beda setangkup antara dua relasi atau lebih. Hasil operasi tersebut juga
berupa relasi. Dengan kata lain, jika dan masing-masing adalah relasi dari himpunan ke
himpunan , maka operasi juga adalah relasi dari ke .

 Contoh 1
Misalkan . Relasi dan relasi adalah relasi dari ke . Kita dapat mengkombinasikan kedua buah
relasi tersebut untuk memperoleh :
Jika relasi dan masing-masing dinyatakan dengan matriks dan , maka matriks yang dinyatakan
gabungan dan irisan dari kedua relasi tersebut adalah dan , yang dalam hal ini operator

 Contoh 2.
Misalkan bahwa relasi dan pada himpunan dinyatakan oleh matriks

dan

Maka maktiks yang menyatakan Dan adalah

3. Komposisi Relasi
Definisi dari komposisi dua buah relasi : Misal adalah relasi dari himpunan ke himpunan adalah
relasi dari himpunan Komposisi dinotasikan dengan adalah relasi dari

dan untuk beberapa

 Contoh 1.
Misalkan R = {(1, 2), (1, 6), (2, 4), (3, 4), (3, 6), (3, 8)} adalah relasi dari himpunan {1, 2, 3} ke
himpunan {2, 4, 6, 8} dan S = {(2, u), (4, s), (4, t), (6, t), (8, u)} adalah relasi dari himpunan {2,
4, 6, 8} ke himpunan {s, t, u}. Maka komposisi relasi R dan S adalah
S o R = {(1, u), (1, t), (2, s), (2, t), (3, s), (3, t), (3, u) }
Komposisi relasi R dan S lebih jelas jika diperagakan dengan diagram panah:

Jika relasi R1 dan R2 masing-masing dinyatakan dengan matriks MR1 dan MR2, maka matriks yang
menyatakan komposisi dari kedua relasi tersebut adalah
MR2 o R1 = MR1 × MR2
yang dalam hal ini operator “.” sama seperti pada perkalian matriks biasa, tetapi dengan
mengganti tanda kali dengan “Ù” dan tanda tambah dengan “Ú”.

 Contoh:
Misalkan bahwa relasi R1 dan R2 pada himpunan A dinyatakan oleh matriks

R1 = dan R2 =

maka matriks yang menyatakan R2 o R1 adalah


MR2 o R1 = MR1 . MR2
=

4. Sifat- sifat Relasi


Relasi biner yang didefinisikan pada sebuah himpunan mempunyai beberapa sifat.

1. Refleksif (reflexive)
Relasi R pada himpunan A disebut refleksif jika (a, a) Î R untuk setiap a Î A.
Relasi R pada himpunan A tidak refleksif jika ada a Î A sedemikian sehingga (a, a) Ï R.
Contoh:
Misalkan A = {1, 2, 3, 4}, dan relasi R di bawah ini didefinisikan pada himpunan A, maka:
 Relasi R = {(1, 1), (1, 3), (2, 1), (2, 2), (3, 3), (4, 2), (4, 3), (4, 4) } bersifat refleksif karena
terdapat elemen relasi yang berbentuk (a, a), yaitu (1, 1), (2, 2), (3, 3), dan (4, 4).
 Relasi R = {(1, 1), (2, 2), (2, 3), (4, 2), (4, 3), (4, 4) } tidak bersifat refleksif karena (3, 3) Ï R.

Contoh:
Relasi “habis membagi” pada himpunan bilangan bulat positif bersifat refleksif karena setiap
bilangan bulat positif habis dibagi dengan dirinya sendiri, sehingga (a, a)ÎR untuk setiap a Î A.

Contoh
Tiga buah relasi di bawah ini menyatakan relasi pada himpunan bilangan bulat positif N.
R : x lebih besar dari y, S : x + y = 5, T : 3x + y = 10
Tidak satupun dari ketiga relasi di atas yang refleksif karena, misalkan (2, 2) bukan anggota R, S,
maupun T.
Relasi yang bersifat refleksif mempunyai matriks yang elemen diagonal utamanya semua
bernilai 1, atau mii = 1, untuk i = 1, 2, …, n,

2. Setangkup (symmetric) dan Tolak-setangkup (antisymmetric)


Relasi R pada himpunan A disebut setangkup jika untuk semua a, b Î A, jika (a, b) Î R, maka
(b, a) Î R. Relasi R pada himpunan A tidak setangkup jika (a, b) Î R sedemikian sehingga (b, a)
Ï R.
Relasi R pada himpunan A disebut tolak-setangkup jika untuk semua a, b Î A, (a, b) Î R dan
(b, a) Î R hanya jika a = b. Relasi R pada himpunan A tidak tolak-setangkup jika ada elemen
berbeda a dan b sedemikian sehingga (a, b) Î R dan (b, a) Î R.
Perhatikanlah bahwa istilah setangkup dan tolak-setangkup tidaklah berlawanan, karena suatu
relasi dapat memiliki kedua sifat itu sekaligus. Namun, relasi tidak dapat memiliki kedua sifat
tersebut sekaligus jika ia mengandung beberapa pasangan terurut berbentuk (a, b) yang
mana a ¹ b.

Contoh:
Misalkan A = {1, 2, 3, 4}, dan relasi R di bawah ini didefinisikan pada himpunan A, maka
 Relasi R = {(1, 1), (1, 2), (2, 1), (2, 2), (2, 4), (4, 2), (4, 4) } bersifat setangkup karena jika
(a, b) Î R maka (b, a) juga Î R. Di sini (1, 2) dan (2, 1) Î R, begitu juga (2, 4) dan (4, 2) Î R.
 Relasi R = {(1, 1), (2, 3), (2, 4), (4, 2) } tidak setangkup karena (2, 3) Î R, tetapi (3, 2) Ï R.
 Relasi R = {(1, 1), (2, 2), (3, 3) } tolak-setangkup karena 1 = 1 dan (1, 1) Î R, 2 = 2 dan (2, 2)
Î R, dan 3 = 3 dan (3, 3) Î R. Perhatikan bahwa R juga setangkup.
 Relasi R = {(1, 1), (1, 2), (2, 2), (2, 3) } tolak-setangkup karena (1, 1) Î R dan 1 = 1 dan, (2,
2) Î R dan 2 = 2 dan. Perhatikan bahwa R tidak setangkup.
 Relasi R = {(1, 1), (2, 4), (3, 3), (4, 2) } tidak tolak-setangkup karena 2 ¹ 4 tetapi (2, 4) dan
(4, 2) anggota R. Relasi R pada (a) dan (b) di atas juga tidak tolak-setangkup.
 Relasi R = {(1, 2), (2, 3), (1, 3) } setangkup dan juga tolak-setangkup, dan R = {(1, 1), (1, 2),
(2, 2), (3, 3)} tidak setangkup tetapi tolak-setangkup.

Contoh :
Relasi “habis membagi” pada himpunan bilangan bulat positif tidak setangkup karena
jika a habis membagi b, b tidak habis membagi a, kecuali jika a = b. Sebagai contoh, 2 habis
membagi 4, tetapi 4 tidak habis membagi 2. Karena itu, (2, 4) Î R tetapi (4, 2) Ï R. Relasi “habis
membagi” tolak-setangkup karena jika a habis membagi b dan b habis membagi a maka a = b.
Sebagai contoh, 4 habis membagi 4. Karena itu, (4, 4) Î R dan 4 = 4.
Contoh :
Tiga buah relasi di bawah ini menyatakan relasi pada himpunan bilangan bulat positif N.
R : x lebih besar dari y, S : x + y = 6, T : 3x + y = 10
R bukan relasi setangkup karena, misalkan 5 lebih besar dari 3 tetapi 3 tidak lebih besar dari
5. S relasi setangkup karena (4, 2) dan (2, 4) adalah anggota S. T tidak setangkup karena,
misalkan (3, 1) adalah anggota T tetapi (1, 3) bukan anggota T. S bukan relasi tolak-setangkup
karena, misalkan (4, 2) Î S dan (4, 2) Î S tetapi 4 ¹ 2. Relasi R dan T keduanya tolak-setangkup
(tunjukkan!).
Relasi yang bersifat setangkup mempunyai matriks yang elemen-elemen di bawah diagonal
utama merupakan pencerminan dari elemen-elemen di atas diagonal utama, atau mij = mji = 1,
untuk i = 1, 2, …, n :

Sedangkan graf berarah dari relasi yang bersifat setangkup dicirikan oleh: jika ada busur dari ke
, maka juga ada busur dari ke

Matriks dari relasi tolak-setangkup mempunyai sifat yaitu jika mij = 1 dengan i ¹ j, maka mji = 0.
Dengan kata lain, matriks dari relasi tolak-setangkup adalah jika salah satu dari mij = 0 atau mji =
0 bila i ¹ j :

Sedangkan graf berarah dari relasi yang bersifat tolak-setangkup dicirikan oleh: jika dan hanya
jika tidak pernah ada dua busur dalam arah berlawanan antara dua simpul berbeda.

3. Menghantar (transitive)
Relasi R pada himpunan A disebut menghantar jika (a, b) Î R dan (b, c) Î R, maka (a, c) Î R,
untuk a, b, c Î A.
Contoh
Misalkan A = {1, 2, 3, 4}, dan relasi R di bawah ini didefinisikan pada himpunan A, maka
 R = {(2, 1), (3, 1), (3, 2), (4, 1), (4, 2), (4, 3) } bersifat menghantar. Lihat tabel berikut:

Pasangan berbentuk

(a, b) (b, c) (a, c)

(3, 2) (2, 1) (3, 1)

(4, 2) (2, 1) (4, 1)


(4, 3) (3, 1) (4, 1)

(4, 3) (3, 2) (4, 2)

 R = {(1, 1), (2, 3), (2, 4), (4, 2) } tidak manghantar karena (2, 4) dan (4, 2) Î R, tetapi (2, 2)
Ï R, begitu juga (4, 2) dan (2, 3) Î R, tetapi (4, 3) Ï R.
 Relasi R = {(1, 1), (2, 2), (3, 3), (4, 4) } jelas menghantar
 Relasi R = {(1, 2), (3, 4)} menghantar karena tidak ada (a, b) Î R dan (b, c) Î R sedemikian
sehingga (a, c) Î R.
 Relasi yang hanya berisi satu elemen seperti R = {(4, 5)} selalu menghantar.
Contoh:
Relasi “habis membagi” pada himpunan bilangan bulat positif bersifat menghantar. Misalkan
bahwa a habis membagi b dan b habis membagi c. Maka terdapat bilangan
positif m dan n sedemikian sehingga b = dan c = . Di sini c = nma, sehingga a habis
membagi c. Jadi, relasi “habis membagi” bersifat menghantar
Contoh:
Tiga buah relasi di bawah ini menyatakan relasi pada himpunan bilangan bulat positif N.
R : x lebih besar dari y, S : x + y = 6, T : 3x + y = 10
R adalah relasi menghantar karena jika x > y dan y > z maka x > z. S tidak menghantar karena,
misalkan (4, 2) dan (2, 4) adalah anggota S tetapi (4, 4) Ï S. T = {(1, 7), (2, 4), (3, 1)} tidak
menghantar.
Contoh:
Misalkan adalah relasi yang didefinisikan pada bilangan bulat yang dalam hal ini jika adalah
kelipatan dari . Tentukan apakah refleksif, setangkup, tolak-setangkup, dan/atau menghantar
dengan menyebutkan masing-masing alasannya.

Penyelesaian :
REPORT THIS AD
Berdasarkan pernyataan , kita dapat menuliskanya sebagai . Jadi bersifat refleksif, tolak-
setangkup dan menghantar tetapi tidddak setangkup:




 . Contoh, jika (8,4)

5. Relasi Kesetaraan
Contoh memperlihatkan bahwa sebuah relasi dapat memiliki beberapa sifat sekaligus. Jika
sebuah relasi mempunyai beberapa sifat setangkup, refleksif, dan menghantar sekaligus, maka
relasi tersebut dinamakan relasi kesetaraan ( equivalence relation).
Definisi; Relasi pada himpunan disebut relasi kesetaraan (equivalence relation) jika ia refleksif,
setangjup dan menghantar.

8. Relasi Pengurutan Parsial


Definisi :

REPORT THIS AD
Relasi R pada himpunan S dikatakan relasi pengurutan parsial jika ia refleksif, tolak setangkup,
dan menghantar. Himpunan S bersama-sama dengan relasi R disebut himpunan terurut sacara
parsial, dan dilambangkan dengan (S, R).

Contoh 1:
Relasi pada himpunan bilangan bulat adalah relasi pengurutan parsial.

Penyelesaian:
Relasi refleksif : karena a a untuk setiap bilangan bulat a
Relasi tolak-setangkup : karena jika a b dan b , maka a = b.
Relasi menghantar : karena jika a b dan b c maka a c.

Contoh 2:
A = himpunan siawa SMP

R = relasi pada A
(a, b) R jika a sekelas dengan b. Tentukan (A, R)
Penyelesaian:
R refleksif : setiap siswa SMP sekelas dengan dirinya sendiri
R tolak setangkup : jika a sekelas dengan b, maka b pasti sekelas dengan a.
R menghantar : jika a sekelas dengan b dan b sekelas dengan c, maka
pastilah a sekelas dengan c.

Catatan :
Secara intuitif, di dalam relasi pengurutan parsial, dua buah benda saling berhubungan jika salah
satunya lebih kecil (lebih besar) atau lebih rendah (lebih tinggi) daripada lainnya.

9. Klosur Relasi
Definisi :

Misalkan R adalah relasi pada himpunan A. R dapat memiliki atau tidak memiliki
sifat P, seperti refleksif, setangkup, atau menghantar. Jika terdapat relasi S dengan sifat P yang
mengandung R sedemikian sehingga S adalah himpunan bagian dari setiap relasi dengan
sifat P yang mengandung R, maka S disebut klosur (closure) atau tutupan dari R.
Maka terdapat tiga jenis klosur yaitu, klosur refleksif, klosur setangkup, dan klosur menghantar.

1. Klosur refleksif ( reflexive closure)


Misalkan R adalah sebuah relasi pada himpunan A. Klosur refleksif dari R adalah yang dalam
hal ini = {(a, a) | a A}.
Contoh:
R = {(1, 1), (1, 3), (2, 3), (3, 2)} adalah relasi dari himpunan A = {1, 2, 3}maka = {(1, 1), (2, 2),
(3, 3)}.
Penyelesaian:
= {(1, 1), (1, 3), (2, 3), (3, 2)} {(1, 1), (2, 2), (3, 3)}

= {(1, 1), (1, 3), (2, 2), (2, 3), (3, 2), (3, 3)}

2. klosur setangkup (symmetric closure)


Misalkan R adalah sebuah relasi pada himpunan A. Klosur setangkup dari R adalah , dengan =
{(b, a) | (a, b) a R}.

Contoh:
R = {(1, 3), (1, 2), (2, 1), (3, 2), (3, 3)} adalah relasi pada A = {1, 2, 3}
R-1 = {(3, 1), (2, 1), (1, 2), (2, 3), (3, 3)}
Penyelesaian:
= {(1, 3), (1, 2), (2, 1), (3, 2), (3, 3)} {(3, 1), (2, 1), (1, 2), (2, 3), (3, 3)

= {(1, 3), (3, 1), (1, 2), (2, 1), (3, 2), (2, 3), (3, 3)}

3. Klosur menghantar (transitive closure)


Teorema.
Klosur menghantar dari relasi adalah

Lemma.
Misalakan A adalah himpunan dengan n elemen, dan R adalah relasi pada himpunan A. jika
terdapat lintasan dengan panjang minimal 1 di dalam R dari a ke b, maka lintasan semacam itu
panjangnya tidak melebihi n.

Dari lemma ini dapat menunjukkan bahwa klosur menghantar dari R adalah :

Contoh :
Misalkan R= {(1, 1), (1, 3), (2, 2), (3, 1), (3, 2)} adalah relasi pada himpunan A= {1, 2, 3}.
Tentukan klosur menghantar dari R.

Penyelesaian :
Matriks yang merepresentasikan relasi R adalah

Maka, matriks klosur menghantar dari R adalah

dan

Maka:

Dengan demikian,

10. Relasi n-ary


Definisi:
Misalkan adalah himpunan. Relasi n-ary R pada himpunan-himpunan tersebut adalah himpunan
bagian dari , atau dengan notasi . Himpunan disebut daerah asal (domain) relasi dan n disebut
derajat.
SUMBER

http://makni1996.blogspot.com/2016/12/matriks-arelasi-dan-fungsi.html

https://lamalamatika.wordpress.com/materi-relasi/

https://id.wikibooks.org/wiki/Subjek:Matematika/Materi:Matriks

Munir, Rinaldi. 2016. Matematika Diskrit. Bandung : Informatika Bandung.

Anda mungkin juga menyukai