Anda di halaman 1dari 3

NAMA: GARY ALVIN SADEWA

NIM: 16040284005

KELAS: A

HUBUNGAN ANTARA PEMIKIRAN SPINOZA BAHWA “SESUATU YANG TIDAK DAPAT


DIPAHAMI MELALUI SESEUATU YANG LAIN HARUS DIPAHAMAI MELALUI DIRINYA
SENDIRI” DENGAN KEBENARAN SECARA ILMIAH (LOGIS DAN EMPIRIS) YANG
CENDERUNG MATERIALIS

Pemikiran Spinoza bahwa “sesuatu yang tidak dapat dipahami melalui sesuatu
yang lain harus dipahami melalui dirinya sendiri” adalah salah satu aksioma yang
mengikuti definisi-definisi dalam pemikiran metafisika modern Spinoza. Aksioma
merupakan suatu bentuk kebenaran yang tidak membutuhkan pembuktian atau
pembelaan. Ada 8 definisi yang dikemukakan oleh Spinoza untuk menarik kesimpulan-
kesimpulan dalam metafisika, antara lain

Sesuatu yang sebabnya pada dirinya, saya maksudkan esensinya mengandung


esksistensi atau sesuatu yang hanya dipahami sebagai ada, (2) Sesuatu dikatakan
terbatas bila ia dapat dibatasi oleh sesuatu yang lain, misalnya tubuh kita
terbatas, yang membatasinya ialah besarnya tubuh kita itu, (3) Substansi ialah
sesuatu yang ada dalam dirinya, dipahami melalui dirinya, konsep dapat
dibentuk tentangnya bebas dari yang lain, (4) Yang saya maksud dengan atribut
(sifat) ialah apa yang dapat dipahami sebagi melekat pada esensi substansi, (5)
Yang saya maksud dengan mode ialah perubahan-prubahan pada substansi, (6)
Tuhan yang saya maksud ialah yang tak terbatas secara absolut (mutlak), (7)
Sesuatu yang saya sebut bebas ialah sesuatu yang ada sendirian, bukan
disebabkan oleh yang lain, dan tindakannya ditentukan olehnya sendiri, (8) Yang
saya maksud dengan kekekalan ialah sifat pada eksistensi itu tadi. 1

Pemikiran metafisika modern Spinoza merujuk pada suatu ajaran monistis logis
yang menekankan bahwa dunia sebagai keseluruhan mewujudkan substansi tunggal
serta tidak ada bagian yang bisa berdiri sendiri secara logis. Ajaran monistis ini
berlandaskan pada suatu keyakinan bahwa setiap hal memiliki suatu subjek tunggal dan
suatu predikat tunggal. Alhasil bisa ditarik kesimpulan bahwa segala hubungan dan
kejamakan adalah semu. Spinoza memang seorang filsuf yang menyakini bahwa cuma
ada satu substansi, yaitu Tuhan atau alam. Spinoza juga mengemukakan 2 bahwa

1 Ika Fitriani, 21 September 2013, “Spinoza: Biografi dan Pemikiran”,


https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/21/spinoza-biografi-danpemikiran-2/ ,.
2 Jostein Gaarder, Dunia Sophie, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2006), hlm. 272. Diterjemahkan
oleh Rahmani Astuti.
substansi merupakan segala sesuatu yang bisa diperkecil menjadi satu realitas. Pemikiran
Spinoza tersebut bersinggungan dengan pemikiran seorang filsuf dualis bernama
Descartes yang menggagas bahwa realitas terdiri dari dua substansi terpisah, yakni
pikiran dan perluasan.

Ada satu hal yang sangat mengusik pemikiran Spinoza, yaitu pertentangan antara
materialisme yang sudah lama dianut oleh orang-orang Yunani dan imaterialisme yang
sudah lama pula dipegang teguh oleh orang-orang Kristen, termasuk imortalitas jiwa dan
eksistensi Tuhan. Spinoza juga mengatakan bahwa tugas filsuf kala itu adalah
mengungkap dan menjelaskan tentang sosok-sosok imaterial seperti jiwa dan Tuhan,
sehingga terjadi pertentangan antara materialisme dan imaterialisme. Pemikiran
metafisika modern Spinoza bahwa “sesuatu yang tidak dapat dipahami melalui sesuatu
yang lain harus dipahami melalui dirinya sendiri” memiliki korelasi erat dengan
kebenaran secara ilmiah (logis dan empiris) yang cenderung materialis. Bila seseorang
ingin memperoleh suatu hal yang merupakan kebenaran secara ilmiah yang cenderung
materialis, maka dia harus berusaha memahami dan memikirkan hal tersebut sendiri
berdasarkan akal pikiran dan pengalaman. Sebab segala sesuatu yang dilandaskan pada
akal pikiran dan pengalaman akan membuahkan hal-hal yang ilmiah (logis dan empiris)
dan cenderung materialis, bukan imaterialis yang lebih menitikberatkan pada segala
sesuatu yang tidak tampak atau tidak berwujud.

Kesimpulan:

Berdasarkan pemaparan tersebut bisa disimpulkan bahwa pemikiran metafisika modern


Spinoza bahwa “sesuatu yang tidak dapat dipahami melalui sesuatu yang lain harus
dipahami melalui dirinya sendiri” berkaitan erat dengan kebenaran secara ilmiah (logis
dan empiris) yang cenderung materialis. Jika seseorang ingin mendapatkan suatu hal
yang merupakan kebenaran secara ilmiah yang cenderung materialis, maka dia harus
berusaha memahami dan memikirkan hal tersebut sendiri berdasarkan akal pikiran serta
pengalaman. Sebab segala sesuatu yang didasarkan pada akal pikiran serta pengalaman
akan menghasilkan hal-hal ilmiah atau logis dan empiris serta cenderung materialis,
bukan imaterialis yang lebih menekankan pada segala sesuatu yang tidak tampak atau
tidak berwujud.

DAFTAR RUJUKAN:

Fitriani, Ika, 21 September 2013, “Spinoza: Biografi dan Pemikiran”,


https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/21/spinoza-biografi-danpemikiran-2/ ,
diakses 21 September 2018.

Gaarder, Joestein. 2006. Dunia Sophie. Bandung: PT. Mizan Pustaka. Diterjemahkan oleh
Rahmani Astuti.

Anda mungkin juga menyukai