Tugas Sejarah Intelektual
Tugas Sejarah Intelektual
NIM: 16040284005
KELAS: A
Pemikiran Spinoza bahwa “sesuatu yang tidak dapat dipahami melalui sesuatu
yang lain harus dipahami melalui dirinya sendiri” adalah salah satu aksioma yang
mengikuti definisi-definisi dalam pemikiran metafisika modern Spinoza. Aksioma
merupakan suatu bentuk kebenaran yang tidak membutuhkan pembuktian atau
pembelaan. Ada 8 definisi yang dikemukakan oleh Spinoza untuk menarik kesimpulan-
kesimpulan dalam metafisika, antara lain
Pemikiran metafisika modern Spinoza merujuk pada suatu ajaran monistis logis
yang menekankan bahwa dunia sebagai keseluruhan mewujudkan substansi tunggal
serta tidak ada bagian yang bisa berdiri sendiri secara logis. Ajaran monistis ini
berlandaskan pada suatu keyakinan bahwa setiap hal memiliki suatu subjek tunggal dan
suatu predikat tunggal. Alhasil bisa ditarik kesimpulan bahwa segala hubungan dan
kejamakan adalah semu. Spinoza memang seorang filsuf yang menyakini bahwa cuma
ada satu substansi, yaitu Tuhan atau alam. Spinoza juga mengemukakan 2 bahwa
Ada satu hal yang sangat mengusik pemikiran Spinoza, yaitu pertentangan antara
materialisme yang sudah lama dianut oleh orang-orang Yunani dan imaterialisme yang
sudah lama pula dipegang teguh oleh orang-orang Kristen, termasuk imortalitas jiwa dan
eksistensi Tuhan. Spinoza juga mengatakan bahwa tugas filsuf kala itu adalah
mengungkap dan menjelaskan tentang sosok-sosok imaterial seperti jiwa dan Tuhan,
sehingga terjadi pertentangan antara materialisme dan imaterialisme. Pemikiran
metafisika modern Spinoza bahwa “sesuatu yang tidak dapat dipahami melalui sesuatu
yang lain harus dipahami melalui dirinya sendiri” memiliki korelasi erat dengan
kebenaran secara ilmiah (logis dan empiris) yang cenderung materialis. Bila seseorang
ingin memperoleh suatu hal yang merupakan kebenaran secara ilmiah yang cenderung
materialis, maka dia harus berusaha memahami dan memikirkan hal tersebut sendiri
berdasarkan akal pikiran dan pengalaman. Sebab segala sesuatu yang dilandaskan pada
akal pikiran dan pengalaman akan membuahkan hal-hal yang ilmiah (logis dan empiris)
dan cenderung materialis, bukan imaterialis yang lebih menitikberatkan pada segala
sesuatu yang tidak tampak atau tidak berwujud.
Kesimpulan:
DAFTAR RUJUKAN:
Gaarder, Joestein. 2006. Dunia Sophie. Bandung: PT. Mizan Pustaka. Diterjemahkan oleh
Rahmani Astuti.