Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pusat dari sistem interpersonal dalam tiap kehidupan seseorang adalah


keluarga. Seorang bayi belajar bagaimana hidup dan menerima kehidupan itu melalui
interaksinya dalam keluarga. Interaksi seseorang di masa depan memperlihatkan
intensitas ikatan emosi dan kepercayaan dasar terhadap diri dan dunia luar yang
dihasilkan pada interaksi awal dalam keluarga (Framo, 1976, dalam Kendall,
1982:517).

Keluarga merupakan kesatuan yang terkecil di dalam masyarakat tetapi


menempati kedudukan yang primer dan fundamental. Faktor keluarga sangatlah
penting karena merupakan lingkungan pertama bagi seorang anak, dimana keluarga
memiliki peranan di dalam pertumbuhan dan perkembangan pribadi seorang anak.

Di dalam keluarga seringkali terjadi permasalahan yang muncul baik dari luar
mapun dari dalam keluarga itu sendiri. Salah satu dari adanya masalah keluarga
adalah anak. Banyak faktor yang menyebabkan seorang anak menjadi masalah di
dalam sebuah keluarga. Kesalahan pendidikan dari orang tua meupun faktor
lingkungan anak yang kurang kondusif dapat mengakibatkan permasalahan di dalam
keluarga. Sebuah keluarga yang memiliki anak berkebutuhan khususpun seringkali
menjadi sebuah masalah dalam keluarga.

Layanan bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan dalam membantu


menyelesaikan permasalahan yang timbul dalam keluarga. Dalam bimbingan keluarga
mengupayakan pemberian bantuan kepada para individu sebagai pemimpin atau
anggota keluarga agar mereka mampu menciptakan keluarga yang utuh dan harmonis,
memberdayakan diri secara produktif, dapat menciptakan dan menyesuaikan diri
dengan norma keluarga, serta berperan atau berpartisipasi aktif dalam mencapai
keluarga yang bahagia

1
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah karakteristik BK ABK?
b. Apakah permasalahan yang di hadapi ABK?

C. Tujuan pembuatan makalah


a. Untuk mengetahui karakteristik BK ABK
b. Untuk mengetahui permasalahan yang di hadapi ABK

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Karakteristik BK ABK

Bimbingan dan konseling sebagai layanan sedikitnya memerlukan 4


pendekatan (pendekatan krisis, remedial, pencegahan, dan perkembangan).
Pendekatan perkembangan dipandang pendekatan yang komprehensif sehingga
disebutpendekatan komprehensif.

Sebagai layanan yang memiliki pendekatan yang komprehensif maka ada


beberapa komponen di dalamnya, yaitu: asumsi dasar dan kebutuhan dasar, teori
bimbingan perkembangan, kurikulum dan tujuan bimbingan perkembangan, prinsip-
prinsip bimbingan perkembangan, program bimbingan dan konseling, serta kebutuhan
acuan yuridis dan model nasional untuk memperoleh standar layanan juga untuk
melindungi layanan bimbingan dan konseling sebagai profesi.
Sebagai profesi (konselor) maka dibutuhkan aturan-aturan dan
penatalaksanaan layanan agar tidak tumpang tindih dengan profesi lain terutama
dengan profesi guru. Untuk itu perlu adanya penataan pendidikan profesional
konselor dan layanan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal.
Kebutu han konselor di sekolah luar biasa (SLB) idealnya adalah ada di setiap
SLB. Tapi minimalnya ada satu konselor dalam satu gugus SLB. Keberadaan
konselor diharapkan mampu mengatasi permasalahan diluar kemampuan dan
kewenangan guru, misalnya melakukan layanan bimbingan dan konseling kepada
orang tua ABK.

a. Metode dan Pendekatan Bimbingan dan Konseling ABK

Metode dan pendekatan dalam bimbingan terhadap ABK dibutuhkan untuk


pemberian layanan yang efektif pada anak, hal ini dimungkinkan untuk terjadinya
perubahan kearah yang lebih baik bagi anak. Adapun langkah-langkah yang dapat
ditempuh dalam layanan bimbingan dan konseling ABK, antara lain:

3
1) Memahami kebutuhan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).

a) Adanya hubungan baik dalam pengasuhan yang berlangsung secara terus


menerus.
b) Perlindungan fisik dan rasa keamanan dengan aturan-aturan utnuk
melindungi kebutuhannya.
c) Adanya pengalam-pengalam yang menekankan kepada perbedaan
individual untuk masing-masing perkembangan optimal anak.
d) Pemberian kesempatan yang tepat sebagai media untuk membangun
keterampilan kognitif, motorik, bahasa, emosional dan social.
e) Adanya harapan yang tepat dari orang dewasa
f) Adanya komunitas yang stabil dan konsisten

2) Fokus Konselor dalam konseling ABK

a) Berfokus pada konsep diri dan evaluasi diri

Pada tahap awal konselor bergerak terhadap koseli ABK, maka


yang harus menjadi focus terhadap individu adal mengenai bagaimana
mereka mememahami diri mereka, dan bagimana mereka berfikir
tentang diri mereka sendiri.

b) Layanan Bk lanjutan dalam bentuk bimbingan karir

Setelah individu mantap dengan pemahaman dirinya baik


berupa self esteem, self concept maupun efikasi dirinya, maka
tindakan selajutnya adalah membawa individu pada ranah actual
dalam upaya mewujudkan eksistensinya.

b. Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling ABK

1) Layanan Individu
Layanan individu pada ABK meliputi layanan pribadi sosial yang
berfungsi sebagai sarana ABK untuk dapat memiliki penerimaan diri, konsep
diri yang baik dan adaptasi terhadap lingkugannya.

4
2) Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok

Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memberikan


bantuan kepada individu melalui kegiatan kelompok. Didalam kegiatan
tersebut terjadi dinamika yang menyeluruh bagi seluruh peserta layanan,
sehingga pesan utama dari setiap materi layanan dapat ditangkap dengan baik
oleh anak.

3) Bimbingan Belajar

Adalah kegiatan bimbingan yang diberikan kepada anak agar dapat


mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Dimana bimbingan belajar
secara kebih spesifik diperuntukan bagi ABK yang mengalami masalah
kesulitan belajar. Kesulitan belajar disni dapat mencakup beberapa dimensi
yang diderita oleh ABK sebagaimana termaktub dalam ketoriasi ABK di
awal. Diamana gangguan seperti disleksia, diskalkulia, dan disgrafika
merupakan suatu hambatan yang harus dapat dipecahkan bersama oleh
konselor dan konseli.

4) Bimbingan Karir

Bimbingan karir bagi ABK tetap merupakan suatu keharusan yang


harus diberikan, hal ini sesuai dengan prinsip bimbingan yang melihat
individu secara utuh dalam hal bakat dan potensi yang harus dikembangkan.
Bimbingan karir dapat dimaknai sebagai sebuah usaha untuk mengarahkan
ABK untuk dapat memahami potensi dirinya, mengetahui jenis-jenis karir
yang tepat dan memahami konteks ruang lingkup dunia karir yang akan
dijalani, hal ini berkaitan dengan proses adaptasi serta penyikapan terhadap
hambatan-hambatan dalam berkarir.

5) Referal

Layanan referal atau alih tangan kasus dimaksudkan sebagai sebuah


tibdak lanjut bilamana dirasa program layanan yang ada di sekolah tidak
cukup mampu untuk mengatasi masalah anak ABK, sehingga perlu untuk
dirujuk kepada pihak lain yang lebih ahli dalam memberikan jenis bantuan

5
yang sesuai dengan kebutuhan anak. Kegiatan ini memerlukan sinergisitas
yang baik antara berbagai pihak yang terkait dengan ABK, dalam hal ini
tentu saja adalah lembaga sekolah, orang tua, guru BK dan para ahli terkait.

c. Tehnik dan Intervensi Bimbingan dan Konseling ABK

1) Tehnik Konseling

a) Konseling Adlerian.

Konseling ini melihat konseli secara utuh dibalik


kekurangannya, artinya bahwa keberadaan dirinya tetap sama dimata
konselor, tanpa adanya pandangan negatif atas kekurangan yang
dimiliki oleh konseli. Hal tersebut sangat membantu konseli untuk
menekan perasaan inferioritas atas kekurangan dirinya. Kemudian,
dari situ maka akan terbentuk paradigma baru (pencerahan) akan
hakikat diri anak dan siap untuk merencanakan kehidupan dengan
bakat dan kemampuan yang telah dikembangkan berdasarkan pada
kondisi diri anak. Hal penting lainnya yang diperhatikan ialah, bahwa
konselor maupun pihak terkait harus memahami kebutuhan dari ABK.

b) Konseling Humanistik-eksistensialis.

Tehnik konseling ini dimaksudkan untuk mensinkronisasikan


bakat dan kemampuan anak dengan hierarki tertinggi dari kebutuhan
manusia, yakni untuk bereksistensi secara penuh dengan cara
memanfaatkan potensi dan kelebihan secara maksimal. Hal ini sejalan
dengan kemampuan luar biasa yang dimiliki oleh ABK yang termasuk
dalam kategori anak berbakat.

2) Intervensi Konseling ABK

a) Self Esteem

Wells dan Marwell mendefinisikan self esteem sebagai sebuah


proses dalam karakteristik perasaan seseorang tentang dirinya dan

6
reaksi terhadap hal tersebut dengan emosional atau dengan prilaku.
Konsep ini menggunakan ide sikap dalam makna yang bervariasi
yakni kognisi, perasaan, keyakinan, kecenderungan, untuk berbuat
dan sebagainya. Dapat dikatakan bahwa self esteem sebagai bagian
tertentu pada sikap atau sebagai sebuah sikap tentang obyek tertentu.

b) Self Concept

Konsep Diri (Self-concept) ini dapat diartikan sebagai (a)


persepsi, keyakinan, perasaan, atau sikap seseorang tentang dirinya
sendiri; (b) kualitas penyikapan individu tentang dirinya sendiri; dan
(c) suatu sistem pemaknaan individu tentang dirinya sendiri dan
pandangan orang lain tentang dirinya.

c) Meaning Life’s

Merupakan jenis intervensi yang disandarkan pada pemikiran


akan hakikat (nilai) dalam hidup seseorang, sebagaimana Frankl
dalam Men Search of Meaning menyatakan bahwa segala yang ada
dalam hidup individu itu memiliki makna, tidak terkecuali Rasa Sakit
bahkan Kematian.

B. Karakteristik dan Permasalahan ABK

a. Karakteristik dan Permasalahan Anak Tunanetra

Anak tunanetra adalah anak mengalami penyimpangan atau kelalinan


indra penglihatan baikkelainan itu bersifat berat maupun ringan, sehingga
memerlukan pelayanan khusus dalam pendidikannya untuk dapat
mengembangkan potensinya seoptimal mungkin.
Dalam konteks pendidikan seorang anak dikatakan tunanetra jika
dikatakan memiliki karakteristik yang khas, diantaranya sebagai berikut:
1) Anak tunanetra tidak mengharapkan simpati oranglain tetapi diharapkan
sebagaimana orang lain dan memperoleh kesempatan untuk
mengembangkan diri agar dapat mandiri di kemudian hari.
2) Dia tidak mampu mengamati bagaimana orang lain melakukan sesuatu.

7
3) Pada umumnya memiliki kepribadian yang relative berbeda dengan anak
awas, misalnya: merasa rendah diri, hidupnya tidak terarah dan
tidak bermakna, mudah mengalami frustasi dsb.
4) Pada umumnya memiliki perbedaan yang cukup tajam dalam menanggapi
dan mereaksi lingkungan.
5) Pada umumnya memiliki ketergantungan yang berlebihan kepada
oranglain.
6) Karena keterbatasannya dalam mengahadapi rangsangan visual dia sering
berprasangka atau curiga kepada orang lain.
7) Fungsi kognisinya kurang dapat berkembang sesuai dengan semestinya
karena informasi yang dapat diterima terbatas.
8) Pada umumnya memiliki perasaan mudah tersinggung karena disamping
terbatasnya menerima rangsangan visual juga peranan indranya kurang
baik.
9) Pada umumnya memiliki kondisi fisik yang kuranga seimbang sehingga
dalam geraknya kurang leluasa.
10) Kemampuan orientasi ruang dan mobilitas sangat terbatas.
11) Terdapat perbedaan yang cukup besar dalam motivasi untuk sukses dengan
anak normal.
Dari karakteristik yang dimilikinya maka muncullah beberapa jenis masalah
yang dihadapiindividu terutama yang dihadapi oleh murid-murid sekolah. Masalah
tersebut sekurang-kurangnya dapat digolongkan sebagai berikut:
a) Masalah pengajaran
Misalnya kesulitan dalam manangakap pelajaran serba verbalistik,
mengunakan buku-buku, cara belajar baik sendiri maupun berkelompok,
kesulitan dalam memilih metode belajar mengajar yang tepat, kesulitan
dalam hal menulis dan membaca, keterbatasan perabaan-pendengaran dan
ingatan serta sarana yang diperlukan dalam proses KBM yang terbatas.
b) Masalah pendidikan
Masalah yang dihadapi awal masuk sekolah yaitu: menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekolah, guru-guru dan staff sekolah, teman-teman, mata
pelajaran baru, tata tertib dsb.
Dalam proses pendidikan sering dijumpai masalah diantaranya: mencari
teman belajar yang cocok, memilih kegiatan ekstrakulikuler yang sesuai
8
dengan bakat, mendapatkan pembaca yang cocok, mendapat pembimbing
yang cocok, dsb.
Pada akhir pendidikan masalah yang sering dihadapi adalah memilih suatu
studi lanjutan, memilih latihan-latihan kerja tertentu, merencanakan latihan-
latihan keterampilan atau jenis pekerjaan tertentu setelah menyelesaikan
pendidikan dsb.
c) Masalah orientasi dan mobilitas serta kebiasaan diri
Masalah yang dimaksud adalah masalah yang ada kaitannya dengan
kesulitan penguasaan ruang dan kemampuapn gerak serta kebiasaan-
kebiasaan hidup yang kurang menguntungkan. Misalnya kesulitan orientasi
lingkungan yang baru, sikap berjalan yang kurang seimbang dsb.
d) Masalah gangguan emosi
Karena kemiskinan tanggapan yang sangat parah pada anak tunanetra dengan
mudah muncul gangguan-gangguan emosi diantaranya: mudah curiga
terhadap orang lain, mudah tersinggung, mudah marah dsb.
e) Masalah penyesuaian diri
Banyak anggapan dengan hilangnya atau kemampuan penglihatan individu
maka hilanglah kemampuan seseorang sehingga hal ini dapat berpengaruh
terhadap kepribadian anak tunanetra yang dapat berakibat berubahnya
konsep dirinya, sehingga mereka merasa rendah diri terhadapa orang lain
karena keterbatasannya itu. Dengan demikian dapat berpengaruh terhadap
kehidupan dan dalam menyesuaikan diri kepada keadaan dan tuntutan
sekolah, keluarga dan juga dirinya sendiri.
f) Masalah keterampilan dan pekerjaan
Mengingat keterbatasan yang dimiliki anak tunanetra, maka penting sekali
adanya identifikasi terhadap jenis-jenis keterampilan dan pekerjaan yang ada
di masyarakat, juga perlu diketahui kemampuan-kemampuan apa yang
dimiliki indvidu yang cocok dengan keterampilan dan pekerjaan yang ada di
masyarakat serta usaha-usaha pemilihan latihan-latihan untuk keterampilan
dan pekerjaan tertentu.
g) Masalah ketergantungan diri
Masalah ini dapat saja muncul karena disamping ketidakmampuapnnya
mengatasi masalahnya sendiri dapat juga kurangnya kepercayaan terhadap
dirinya sendiri. Sehingga dapat muncul masalah-masalah ketergantungan
9
dirinya kepada orang lain dan selalu merasa tidak mampu mengatasi
kesulitan dirinya sehingga cenderung untuk mengharapkan bantuan
pertolongan kepada oranglain.
h) Masalah penggunaan waktu senggang
Anak tunanetra yang selalu dirundung kesunyian dan kesepian, bisa saja
semua waktu luangnya dipakai untuk menghayal, menyendiri, tidur belaka
yang tak ada hasilnya. Karena itu waktu luang hendaknya dapat diisi dengan
kegiatan yang produktif apakah itu dengan mengarang, menganyam, latihan
music, dsb. Semuanya itu sudah barang tentu disesuaikan dengan bakat dan
minat mereka.

b. Karakteristik dan Permasalahan Anak Tunarungu


1) Karakteristik Fisik, Meliputi:
a) Cara berjalannya kaku dan agak membungkuk karena daya
keseimbangannya terganggu.
b) Gerakan kaki dan tangannya lincah sebab sering digunakan
untuk berkomunikasi dengan lingkungannya sebagai bahasa
lisannya.
c) Gerakan matanya cepat dan beringas, apabila orang ini tidak
dijaga dengan baik dapat berakibat kemampuan melihatnya
menurun karena selalu digunakan sebagai pengganti alat
pendengarannya.
d) Kemampuan pernafasannya pendek-pendek terganggu,
sehingga tidak mampu bernafas dengan baik.

2) Karakteristik Dari Segi Berbicara, Meliputi:


a) Biasanya individu yang tuli juga mengalami ketidakmampuan
berbahasa.
b) Tunarungu yang diperoleh sejak lahir dapat belajar bicara
dengan suara normal.
c) Anak tunarungu miskin dalam kosakata.
d) Dia mengalami kesulitan dalam mengartikan ungkapan-
ungkapan bahasa yangmengandung arti kiasan dan kata-kata
abstrak.
10
e) Dia kurang menguasai irama dan gaya bahasa.
f) Dia mengalami kesulitan dalam berbahasa verbal dan pasif
dalam berbahasa.

3) Karakteristik Kepribadiannya, Meliputi:


a) Anak tunarungu yang tidak berkependidikan cenderung
murung, penuh curiga, curang, kejam, tidak simpatik, tidak
percaya, cemburu, tidak wajar, egois, ingin membalas dendam
dsb.
b) Lingkungan yang menyenangkan dan memanjakan dapat
berpengaruh terhadap ketidakmampuan dalam penyesuaian
mental maupun emosi.
c) Anak tunarungu menunjukkan kondisi yang lebih neurotic,
mengalami ketidakamanan dan berkepribadian tertutup
(introvert).

4) Karakteristik Emosi dan Sosialnya, Meliputi


a) Suka menafsirkan secara negative.
b) Kurang mampu dalam mengendalikan emosinya dan
emosinya sering bergejolak.
c) Memiliki perasaan rendah diri dan merasa diasingkan.
d) Memiliki rasa cemburu dan sak wasangka karena mereka
tidak diperlakukan dengan adil dan sulit bergaul.
Setelah melihat kemajemukkan dan kekomplekkan karakteristik yang
dimiliki oleh anaktunarungu, ternyata dapat membuka tabir kepada semua
orang untuk lebih mudah mengenalnya. Namun di lain pihak juga dirasakan
baik oleh masyarakat sekitarnya, keluarga terutama dirinya sendiri adanya
berbagai masalah yang muncul akibat dari kondisi-kondisi yang dimilikinya,
yang dalam hal ini terutama bila dikaitkan dengan status anak sebagai siswa di
sekolah.
Masalah-masalah tersebut dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Masalah komunikasi.
Masalah ini adalah masalah anak tunarungu yang paling
kompleks karena dengan terbatasnya kemampuan berkomunikasi
11
ternyata berakibat fatal dalam kehidupannya. Yang demikian
dipertegas dengan posisi mereka bahwa dengan kelainannya dapat
terjadi menderita kemerosotan nilai dalam masyarakat dan perasaan
tidak aman. Misalnya masalah-masalah lain yang ditimbulkan karena
masalah komunikasi diantaranya: tingkah laku yang ditandai dengan
adanya tekanan emosi, suka marah, gelisah, kesulitan dalam
penyesuaian social, perkembangan bahasa lambat dsb.
2. Masalah pribadi.
Masalah ini muncul karena adanya keterbatasan audiotori dan
dibarengi dengan keterbatasan auditif. Dan di samping itu bila dilihat
dari sumbernya dapat timbul dari dirinya sendiri,lingkungan keluarga,
taraf ketunaannya dan juga disebabkan kondisi masyarakat yangkurang
menguntungkan.
3. Masalah pengajaran atau kesulitan belajar.
Masalah ini berkaitan dengan kesulitan-kesulitan dalam proses PBM.
Misalnya kesulitankata-kata abstrak, terutama kesulitan belajar bidang
studi bahasa, metode yang tepat digunakan dalam PBM dan sarana
yang sesuai untuk KBM.
4. Masalah penggunaan waktu terulang.
Dengan beralasan pada kelainan yang dimiliki, anak tunarungu sering
menggunakan waktu luangnya dengan sia-sia. Yang menjadi masalah
di sini adalah kegiatan apa yang dapat dilakukan sehingga waktu
luangnya dapat bermanfaat. Kegiatan yang mungkin bisa dilakukan
adalah kegiatan ekstrakurikuler, kerja kelompok, kerja bakti dsb. Jika
tidak diadakan tindakan preventif dapat berakibat waktu luangnya diisi
dengan kegiatan yang merugikan seperti kenakalan remaja,
mengganggu ketertiban, dsb.
5. Masalah pembinaan keterampilan dan pekerjaan.
Untuk mempersiapkan diri anak tunarungu di kehidupan masa
depannya maka diperlukanpembinaan keterampilan atau latihan kerja
sehingga bila mereka keluar dari pendidikan tidak mengalami kesulitan
dalam mencari pekerjaan sebagai salah satu usaha untuk menghadapi
dirinya sendiri, sehingga tidak terlalu menggantungkan dirinya kepada
orang lain.
12
c. Karakteristik dan Permasalahan Anak Tunagrahita
Anak tunagrahita adalah anak yang mengalami keterbelakangan kecerdasan
dankekurangmatangan aspek mental lainnya dan sosialnya sedemikian rupa,
yang terjadiselama masa perkembangan, sehingga untuk mencapai
perkembangan yang optimaldiperlukan pelayanan dan pengajaran dengan
program khusus.
Untuk lebih jelasnya karakteristik anak tunagrahita dapat dilihat sebagai
berikut :
1) Karakteristik mental, meliputi :
a) Mereka menunjukan kecenderungan menjawab dengan
ulangan respon terhadap pertanyaan yang berbeda
b) Mereka tidak mampu memberikan kritik
c) Kemampuan assosiasinya terbatas
d) Mereka tidak mampu menyimpan instruksi yang sulit dalam
jiwanya/ingatannya
e) Kapasitas inteleknya sangat rendah
f) Cenderung memiliki kemampuan berpikir kongkrit daripada
abstrak
g) Mereka tidak mampu menditeksi kesalahan-kesalahan dalam
pernyataan
h) Mereka terbatas kemampuannya dalam penalaran dan
visualisasi dan
i) Mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi
2) Karakteristik fisik, meliputi :
a) Mereka mengalami keterbelakangan ringan sebagian besar
tidak mengalami kelainan fisik, sedangkan yang tingkat
sedang dan berat cenderungmemiliki kelainan fisik
(koordinasi motorik, penglihatan, pendengara, dsb)
b) Mereka cenderung memiliki penyimpangan fisik dari bentuk
rata-rata, misalnya adanya ketidaksamaan/ketidakserasian
antara kepala dan wajah(muka),ukuran besar kepala ada yang
besar dan atau kecil, tatanan giginya,dsb
c) Biasanya mereka mengalami hambatan bicara dan berjalan
d) Pemeliharaan diri kurang
13
3) Karakter sosial-emosi, meliputi :
a) Ada kecenderunagan tidak mampu menyasuaikan diri karena
mengalami kesulitan dalam tingkah lakunya
b) Minat permainan mereka tidak cocok dengan anak yang sama
usia mentalnya daripada usia kronologisnya
c) Sering tidak mampu memenuhi tuntutan atau harapan
kelompok atau masyarakat dan
d) Memiliki problem emosi dan tingkah laku dan agak lebih
banyak yang nakal daripada anak yang normal intelegensinya
4) Karakteristik akademis, meliputi :
a) Kemampuan belajarnya sangat rendah dan lambat
b) Mereka yang termasuk tingkat ringan masih dapat diberikan
mata pelajaran akademik (membaca, menulis, berhitung dsb)
5) Karakteristik pekerjaan, meliputi :
a) Yang dapat dituntut untuk bekerja hanya mereka yang
tergolong tingkat ringan dan pada batas-batas tertentu bagi
tingkat menengah, dan
b) Bagi yang tingkat ringan pada usia dewasa dapat belajar
pekerjaan yang sifat nya “skilled” dan “semiskilled”,
kendatipun menurut penelitian ternyata kira-kira 80% atau
sebagian besar yang dapat menyesuaikan diri dengan
pekerjaan yang sifatnya “unskilled” atau “semiskilled”
Masalah-masalah yang mereka miliki relatif berbeda, walaupun
demikian ada jugakesamaan masalah yang dirasakan bersama oleh
sekelompok mereka. Kemungkinan-kemungkinan masalh yang
dihadapi anak terbelakang dalam konteks pendidikan, diantaranya
dapat disebutkan sebagai berikut :
a) Masalah kesulitan dalam kehiupan sehari-hari.
Masalah ini berkaitan dengan kesehatan dan
pemeliharaan diri dalam kehidupan sehari-hari.
b) Masalah kesulitan belajar.
Dapat disadari dengan keterbatasan kemampuan berfikir
bagi mereka tidak bisa dipungkiri lagi bahwa mereka pasti
mengalami kesulitan belajar, sudah barang tentu di bidang studi
14
akademik (misalnya matematika, IPA, IPS, dan bahasa),
sedangkan untuk bidang studi non-akademik tidak banyak
mengalami kesulitan belajar.
c) Masalah penyesuaian diri.
Masalah ini berkaitan dengan masalah-masalah utau
kesulitan dalam hubungannya dengan kelompok maupun
individu disekitarnya disadari bahwa kemampuan
menyesuaikan diri dengan lingkungan sangat dipengaruhi oleh
tngkat kecerdasan.
d) Masalah penyaluran ke tempat kerja.
Secara empirik banyak dilihat di depan kita bahwa
kehidupan anak terbelakang cenderung banyak yang masih
menggantungkan diri terhadap orang lain teruama kepada
keluarga (orang tua) dan masih sedikit sekali yang sudah dapat
hidup mandiri, bahkan dapat dibilang belum ada (krana
sedikitnya).
e) Masalah gangguan kepribadian dan emosi.
Memahami akan karakteristik mentalnya, nampak jelas
adanya kemampuan berpikir, keseimbangan kepribadiannya
kurang konstan atau labil,kadang-kadang stabil dan kadang
pula kacau.
f) Masalah pemanfaatan waktu terluang.
Adalah wajar bagi anak terbelakang dalam tingkah
lakunya sering menampilkan prilaku yang nakal

d. Karakteristik dan Permasalahan Anak Tunadaksa


Yang dimaksud dengan anak tunadaksa adalah anak yang mempunyai
kelainan ortopedikvatau salah satu bentuk atau berupa gangguan dari fungsi
normal pada tulang,otot, danpersendian yang mungkin karena bawaan sejak
lahir,penyakit atau kecelakaan, sehinggaapabila mau bergerak atau berjalan
diperlukan alat bantu.
Berdasarkan berbagai sumber ditemukan beberapa karakteristik umum bagi
anak tunadaksadiantaranya sebagai berikut :

15
1) Karakteristik kepribadian meliputi :
a) Mereka yang cacat sejak lahir tidak dapat memperoleh
pengalaman, yang demikian ini dapat menimbulkan fristasi
b) Tidak ada hubungan antara pribadi yang tertutup dengan
lamanya kelainan fisik yang di derita
c) Adanya kelainan fisik tidak mempengaruhi kepribadian atau
ketidakmampuan individu dalam menyesuaikan diri
d) Anak cerebal-palcy dan polio cenderung memiliki rasa takut
daripada yang mengalami sakit jantung
2) Karakteristik emosi-sosial meliputi :
a) Kegiatan-kegiatan jasmani yang tidak dapat di jangkau oleh
anak tunadaksa dapat berakibat timbulnya problem emosi,
perasaan dan dapat menimbulkan frustasi yang berat
b) Keadaan tersebut dapat berakibat fatal, yaitu mereka
menyingkirkan diri dari keramaian
c) Anak tunadaksa cenderung acuh bila dikumpulkan bersama
anak-anak normal dalam suatu permainan
d) Akibat kecacatannya juga mereka dapat mengalami
keterbatasan dalam berkomunikasi dengan lingkungannya
3) Karakteristik intelegensi meliputi :
a) Tidak ada hubungan antara tingkat kecerdasan dengan
kecacatan, tapi ada beberapa kecenderungan yakni adanya
penurunan sedemikian rupa kecerdasan individu bila
kecacatan meningkat
b) Dari hasil penelitian ternyata ditemukan rata-rata mereka
memiliki IQ 86,8 dan di suatu penelitian lagi ditemukan rata-
rata IQ 84,5 dan bahkan terakhir ditemukan IQ 92,6. Jadi
dengan kata lain IQ anak tunadaksa rata-rata normal.
4) Karakteristik fisik meliputi :
a) Biasanya disamping mengalami cacat tubuh, ada
kecenderungan mengalami gangguan-gangguan lain misalnya
: sakit gigi,berkurangnya daya pendengaran,
penlihatan,gangguan bicara dsb.

16
b) Kemampuan motoriknya terbatas dan ini dapat dikembangkan
pada batas-batas tertentu.
Penggolongan masalah yang dihadapi oleh anak tunadaksa adalah
sebagai berikut :
1) Masalah kesulitan belajar. Hambatan ini berkaitan dengan hambatan-
hambatan yang dirasakan oleh mereka, karena dapat terjadi kelainan
pada otak, sehingga fungsi berpikirnya terganggu persepsi bahkan
lebih jauh lagi karena gangguan pada system syaraf.
2) Masalah sosialisasi. Masalah ini berhubungan dengan masalah
penyesuaian diri dengan lingkungannya.
3) Masalah kepribadian. Masalah ini menyangkut masalah-masalah
tingkah laku yang menyimpang, diantaranya berupa mudahnya
frustasi,menarik diri atau merasa terdesak oleh orang lain dsb.
4) Masalah keterampilan dan pekerjaan. Kendatipun disadari bahwa
anak tunadaksa memiliki kemampuan fisik yang terbatas, namun
dilain pihak mereka yang mempunyai kecerdasan yang normal
ataupun yang kurang perlu adanya pembinaan diri sehingga hidupnya
tidak sepenuhnya menggantungkan diri pada orang lain.
5) Masalah latihan gerak. Masalah ini berkaitan erat dengan kondisi
anak tunadaksa yang sebagian besar mengalami gangguan dalam
gerak.

e. Karakteristik dan Permasalahan Anak Tunalaras


Seseorang dikatakan nakal atau tunalaras bila menunjukan penyimpangan
tingkah laku yang cukup berarti, sehingga mengganggu pertumbuhan dan
perkembangannya serta kehidupan orang lain.
Karakteristik yang dimiliki oleh anak tunadaksa adalah sebagai berikut : ada
kecenderungan membolos sekolah, suka memimpin teman-temannya dalam
kegiatan yang salah dan berbahaya, sering melanggar hukum ,peraturan-peraturan
dan tata tertib, adanya kebiasaan berani kepada pemimpin, biasanya ketinggalan
dalam pelajaran, bertindak menurut kemauannya sendiri, waktu luang sering diisi
dengan kegiatan yang merusak, tidak memiliki control diri (self-control), tidak
mau kerjasama, sulit beradaptasi dengan lingkungan, emosinya tidak stabil
misalnya suka marah,agresif dsb.
17
Masalah-masalah yang dihadapi oleh anak tunalaras dapat dikelompokan
sebagai berikut:
a. Masalah pengajaran dan pendidikan. Masalah ini berkaitan dengan
nilai-nilai hidup yang dimiliki oleh anak tunalaras berikut dikaitkan
dengan pengaruhnya terhadap kemalasan mengikuti pendidikan,
kenakalan di sekolah, acuhnya terhadap pelajaran dsb.
b. Masalah keutuhan kepribadian.masalah ini berhubungan dengan
kekacauan-kekacauan kepribadian yang dimiliki oleh anak tunalaras.
c. Masalah penggunaan waktu senggang.masalah ini sangat dirasakan
oleh anak tunalaras karena sepanjang waktu yang terluang belum
mampu diisi dengan kegiatan yang berguna.
d. Masalah gangguan emosi dan penyesuaian diri.masalah gangguan
emoso merupakan masalah yang mendasar bagi anak tunalaras, bahkan
lebih jauh lagi merupakan sumber dari masalah-masalah lain.
e. Masalah keterampilan dan pekerjaan. Masalah ini erat sekali dengan
latihan-latihan keterampilan tertentu yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan pemilihan pekerjaan.

f. Karakteristik dan Permasalahan Anak Autisme


PengertianAutisme
Istilah autisme berasaldari kata autos yang berarti “dirisendiri” dan –isme yang
berarti “aliran”.Autisme berartisuatupaham yang tertarik hanya pada dunianya
sendiri. Adapula yang menyebutkan autism adalah gangguan perkembangan
yang mencakup bidang komunikasi, interaksi, dan perilaku. Gejalany amulai
tampak pada anak sebelum mencapai usia tiga tahun.
Menurut Dr. Hardiono, ganguan autistic ditandai tiga gejala utama yaitu
gangguan interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku yang stereotipik. Diantara
ketiga ha ltersebut, yang paling penting diperbaiki lebih dahulu adalah interaksi
sosial. Apabila interaksi membaik, sering kali gangguan komunikasi dan
perilaku akan membaik secaraotomatis.
Menurut Mudjito, autism adalah anak yang mengalami gangguan
berkomunikasi dan berinteraksi social serta mengalami gangguan sensoris, pola
bermain, dan emosi. Penyebabnya karena antar jaringan dan fungsi otak tidak
sinkron. Ada yang maju pesat sedangkan yang lainnya biasa-biasa saja. Survey
18
menunjukkan, anak-anak autism lahir dari ibu-ibu kalangan ekonomi menengah
kebawah. Ketika di kandung, asupan gizi ke ibunya tak seimbang.
Autisme adalah gangguan perkembangan yang terjadi pada anak yang
mengalami kondisi menutup diri. Gangguan ini mengakibatkan anak mengalami
keterbatasan dari segik omunikasi, interaksisosial, dan perilaku
1) Karakteristik anak autis
Anak yang mengalami autis setidaknya memiliki enam karakter, yakni
sebagai berikut:
a) Masalah di bidang Komunikasi
1) Kata yang digunakan terkadang tidak sesuai artinya
2) Mengoceh tanpa arti secara berulang-ulang
3) Bicara tidak pakai untuk alat berkomunikasi
4) Senang meniru kata-kata atau lagu tanpa mengetahui apa
artinya
5) Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan
apa yang dia inginkan
6) Sebagian anak autistic tidak berbicara atau sedikitberbicara
7) Perkembangan bahasanya lambat/sama sekali tidak ada,
tampak seperti atau sulit berbicara
b) Masalah di bidang interaksi social
1) Suka menyendiri
2) Menghindari konta kmata
3) Tidak tertarik untuk bermain bersama
4) Menolak atau menjauh bila diajak bermain
c) Masalah di bidang sensoris
1) Tidak peka terhadaps entuhan
2) Tidak peka terhadap rasa sakit
3) Langsung menutup telinga bila mendengar suara keras
4) Senang mencium/menjilat benda-benda disekitarnya
d) Masalah di bidang polabermain
1) Tidak bermain seperti anak lain pada umumnya
2) Tidak bermain sesuai fungsi mainan
3) Sangat lekat dengan benda-benda tertentu
4) Senang terhadap benda-benda berputar
19
5) Tidak memiliki kreativitas dan imajinasi
6) Tidak suka bermain dengan teman sebayanya
e) Masalah di bidang perilaku
1) Dapat berperilaku berlebihan atau terlalu aktif, atau
sebaliknya
2) Melakukan gerakkan yang berulang-ulang
3) Tidak suka pada perubahan
4) Merangsang diri
5) Duduk bengong dengan tatapan kosong
f) Masalah di bidang emosi
1) Sering marah, menangis, dan tertawa tanpa alasan
2) Kadang-kadang agresif dan merusak
3) Kadang menyakiti diri sendiri
4) Dapat mengamuk tidak terkendali
5) Tidak memiliki empati

20
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan :

Saran :

21
DAFTAR PUSTAKA

Rakhmat, Cece., dkk. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung: UPI PRESS.


Setiawan, Atang.,dkk. 2006. Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus.
Bandung: UPI PRESS.
Setiawati&Ima Ni’mah. 2006. Bimbingan dan Konseling. Bandung: UPI PRESS.
Kosasih. 2012. Cara Bijak Memahami Anak Berkebutuhan Khusus.
Bandung: Yrama Widya.
Yusuf, Syamsu. dan Juntika Nurihsan. 2005. Landasan bimbingan dan konseling.
Rosda:Bandung
Santoso, Hargio. 2012. Cara Memahami dan Mendidik Anak Berkebutuhan Khusus.
Yogyakrta: Gosyen Publishing

22

Anda mungkin juga menyukai