Makalah Jadi
Makalah Jadi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam keluarga seringkali terjadi permasalahan yang muncul baik dari luar
mapun dari dalam keluarga itu sendiri. Salah satu dari adanya masalah keluarga
adalah anak. Banyak faktor yang menyebabkan seorang anak menjadi masalah di
dalam sebuah keluarga. Kesalahan pendidikan dari orang tua meupun faktor
lingkungan anak yang kurang kondusif dapat mengakibatkan permasalahan di dalam
keluarga. Sebuah keluarga yang memiliki anak berkebutuhan khususpun seringkali
menjadi sebuah masalah dalam keluarga.
1
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah karakteristik BK ABK?
b. Apakah permasalahan yang di hadapi ABK?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Karakteristik BK ABK
3
1) Memahami kebutuhan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
1) Layanan Individu
Layanan individu pada ABK meliputi layanan pribadi sosial yang
berfungsi sebagai sarana ABK untuk dapat memiliki penerimaan diri, konsep
diri yang baik dan adaptasi terhadap lingkugannya.
4
2) Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok
3) Bimbingan Belajar
4) Bimbingan Karir
5) Referal
5
yang sesuai dengan kebutuhan anak. Kegiatan ini memerlukan sinergisitas
yang baik antara berbagai pihak yang terkait dengan ABK, dalam hal ini
tentu saja adalah lembaga sekolah, orang tua, guru BK dan para ahli terkait.
1) Tehnik Konseling
a) Konseling Adlerian.
b) Konseling Humanistik-eksistensialis.
a) Self Esteem
6
reaksi terhadap hal tersebut dengan emosional atau dengan prilaku.
Konsep ini menggunakan ide sikap dalam makna yang bervariasi
yakni kognisi, perasaan, keyakinan, kecenderungan, untuk berbuat
dan sebagainya. Dapat dikatakan bahwa self esteem sebagai bagian
tertentu pada sikap atau sebagai sebuah sikap tentang obyek tertentu.
b) Self Concept
c) Meaning Life’s
7
3) Pada umumnya memiliki kepribadian yang relative berbeda dengan anak
awas, misalnya: merasa rendah diri, hidupnya tidak terarah dan
tidak bermakna, mudah mengalami frustasi dsb.
4) Pada umumnya memiliki perbedaan yang cukup tajam dalam menanggapi
dan mereaksi lingkungan.
5) Pada umumnya memiliki ketergantungan yang berlebihan kepada
oranglain.
6) Karena keterbatasannya dalam mengahadapi rangsangan visual dia sering
berprasangka atau curiga kepada orang lain.
7) Fungsi kognisinya kurang dapat berkembang sesuai dengan semestinya
karena informasi yang dapat diterima terbatas.
8) Pada umumnya memiliki perasaan mudah tersinggung karena disamping
terbatasnya menerima rangsangan visual juga peranan indranya kurang
baik.
9) Pada umumnya memiliki kondisi fisik yang kuranga seimbang sehingga
dalam geraknya kurang leluasa.
10) Kemampuan orientasi ruang dan mobilitas sangat terbatas.
11) Terdapat perbedaan yang cukup besar dalam motivasi untuk sukses dengan
anak normal.
Dari karakteristik yang dimilikinya maka muncullah beberapa jenis masalah
yang dihadapiindividu terutama yang dihadapi oleh murid-murid sekolah. Masalah
tersebut sekurang-kurangnya dapat digolongkan sebagai berikut:
a) Masalah pengajaran
Misalnya kesulitan dalam manangakap pelajaran serba verbalistik,
mengunakan buku-buku, cara belajar baik sendiri maupun berkelompok,
kesulitan dalam memilih metode belajar mengajar yang tepat, kesulitan
dalam hal menulis dan membaca, keterbatasan perabaan-pendengaran dan
ingatan serta sarana yang diperlukan dalam proses KBM yang terbatas.
b) Masalah pendidikan
Masalah yang dihadapi awal masuk sekolah yaitu: menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekolah, guru-guru dan staff sekolah, teman-teman, mata
pelajaran baru, tata tertib dsb.
Dalam proses pendidikan sering dijumpai masalah diantaranya: mencari
teman belajar yang cocok, memilih kegiatan ekstrakulikuler yang sesuai
8
dengan bakat, mendapatkan pembaca yang cocok, mendapat pembimbing
yang cocok, dsb.
Pada akhir pendidikan masalah yang sering dihadapi adalah memilih suatu
studi lanjutan, memilih latihan-latihan kerja tertentu, merencanakan latihan-
latihan keterampilan atau jenis pekerjaan tertentu setelah menyelesaikan
pendidikan dsb.
c) Masalah orientasi dan mobilitas serta kebiasaan diri
Masalah yang dimaksud adalah masalah yang ada kaitannya dengan
kesulitan penguasaan ruang dan kemampuapn gerak serta kebiasaan-
kebiasaan hidup yang kurang menguntungkan. Misalnya kesulitan orientasi
lingkungan yang baru, sikap berjalan yang kurang seimbang dsb.
d) Masalah gangguan emosi
Karena kemiskinan tanggapan yang sangat parah pada anak tunanetra dengan
mudah muncul gangguan-gangguan emosi diantaranya: mudah curiga
terhadap orang lain, mudah tersinggung, mudah marah dsb.
e) Masalah penyesuaian diri
Banyak anggapan dengan hilangnya atau kemampuan penglihatan individu
maka hilanglah kemampuan seseorang sehingga hal ini dapat berpengaruh
terhadap kepribadian anak tunanetra yang dapat berakibat berubahnya
konsep dirinya, sehingga mereka merasa rendah diri terhadapa orang lain
karena keterbatasannya itu. Dengan demikian dapat berpengaruh terhadap
kehidupan dan dalam menyesuaikan diri kepada keadaan dan tuntutan
sekolah, keluarga dan juga dirinya sendiri.
f) Masalah keterampilan dan pekerjaan
Mengingat keterbatasan yang dimiliki anak tunanetra, maka penting sekali
adanya identifikasi terhadap jenis-jenis keterampilan dan pekerjaan yang ada
di masyarakat, juga perlu diketahui kemampuan-kemampuan apa yang
dimiliki indvidu yang cocok dengan keterampilan dan pekerjaan yang ada di
masyarakat serta usaha-usaha pemilihan latihan-latihan untuk keterampilan
dan pekerjaan tertentu.
g) Masalah ketergantungan diri
Masalah ini dapat saja muncul karena disamping ketidakmampuapnnya
mengatasi masalahnya sendiri dapat juga kurangnya kepercayaan terhadap
dirinya sendiri. Sehingga dapat muncul masalah-masalah ketergantungan
9
dirinya kepada orang lain dan selalu merasa tidak mampu mengatasi
kesulitan dirinya sehingga cenderung untuk mengharapkan bantuan
pertolongan kepada oranglain.
h) Masalah penggunaan waktu senggang
Anak tunanetra yang selalu dirundung kesunyian dan kesepian, bisa saja
semua waktu luangnya dipakai untuk menghayal, menyendiri, tidur belaka
yang tak ada hasilnya. Karena itu waktu luang hendaknya dapat diisi dengan
kegiatan yang produktif apakah itu dengan mengarang, menganyam, latihan
music, dsb. Semuanya itu sudah barang tentu disesuaikan dengan bakat dan
minat mereka.
15
1) Karakteristik kepribadian meliputi :
a) Mereka yang cacat sejak lahir tidak dapat memperoleh
pengalaman, yang demikian ini dapat menimbulkan fristasi
b) Tidak ada hubungan antara pribadi yang tertutup dengan
lamanya kelainan fisik yang di derita
c) Adanya kelainan fisik tidak mempengaruhi kepribadian atau
ketidakmampuan individu dalam menyesuaikan diri
d) Anak cerebal-palcy dan polio cenderung memiliki rasa takut
daripada yang mengalami sakit jantung
2) Karakteristik emosi-sosial meliputi :
a) Kegiatan-kegiatan jasmani yang tidak dapat di jangkau oleh
anak tunadaksa dapat berakibat timbulnya problem emosi,
perasaan dan dapat menimbulkan frustasi yang berat
b) Keadaan tersebut dapat berakibat fatal, yaitu mereka
menyingkirkan diri dari keramaian
c) Anak tunadaksa cenderung acuh bila dikumpulkan bersama
anak-anak normal dalam suatu permainan
d) Akibat kecacatannya juga mereka dapat mengalami
keterbatasan dalam berkomunikasi dengan lingkungannya
3) Karakteristik intelegensi meliputi :
a) Tidak ada hubungan antara tingkat kecerdasan dengan
kecacatan, tapi ada beberapa kecenderungan yakni adanya
penurunan sedemikian rupa kecerdasan individu bila
kecacatan meningkat
b) Dari hasil penelitian ternyata ditemukan rata-rata mereka
memiliki IQ 86,8 dan di suatu penelitian lagi ditemukan rata-
rata IQ 84,5 dan bahkan terakhir ditemukan IQ 92,6. Jadi
dengan kata lain IQ anak tunadaksa rata-rata normal.
4) Karakteristik fisik meliputi :
a) Biasanya disamping mengalami cacat tubuh, ada
kecenderungan mengalami gangguan-gangguan lain misalnya
: sakit gigi,berkurangnya daya pendengaran,
penlihatan,gangguan bicara dsb.
16
b) Kemampuan motoriknya terbatas dan ini dapat dikembangkan
pada batas-batas tertentu.
Penggolongan masalah yang dihadapi oleh anak tunadaksa adalah
sebagai berikut :
1) Masalah kesulitan belajar. Hambatan ini berkaitan dengan hambatan-
hambatan yang dirasakan oleh mereka, karena dapat terjadi kelainan
pada otak, sehingga fungsi berpikirnya terganggu persepsi bahkan
lebih jauh lagi karena gangguan pada system syaraf.
2) Masalah sosialisasi. Masalah ini berhubungan dengan masalah
penyesuaian diri dengan lingkungannya.
3) Masalah kepribadian. Masalah ini menyangkut masalah-masalah
tingkah laku yang menyimpang, diantaranya berupa mudahnya
frustasi,menarik diri atau merasa terdesak oleh orang lain dsb.
4) Masalah keterampilan dan pekerjaan. Kendatipun disadari bahwa
anak tunadaksa memiliki kemampuan fisik yang terbatas, namun
dilain pihak mereka yang mempunyai kecerdasan yang normal
ataupun yang kurang perlu adanya pembinaan diri sehingga hidupnya
tidak sepenuhnya menggantungkan diri pada orang lain.
5) Masalah latihan gerak. Masalah ini berkaitan erat dengan kondisi
anak tunadaksa yang sebagian besar mengalami gangguan dalam
gerak.
20
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
Saran :
21
DAFTAR PUSTAKA
22