Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 6, No. 1, Hlm.

229-240, Juni 2014

SEBARAN SEDIMEN BERDASARKAN ANALISIS UKURAN BUTIR DI


TELUK WEDA, MALUKU UTARA

SEDIMENT DISTRIBUTION BASED ON GRAIN SIZE ANALYSES IN WEDA


BAY, NORTHERN MALUKU

Septriono Hari Nugroho1* dan Abdul Basit1


1
Pusat Penelitian Laut Dalam, LIPI, Ambon
Email: sept006@lipi.go.id

ABSTRACT
An integrated study of sediment distribution was conducted in Weda Bay, Northern Maluku to
provide general information on transportation and deposition process based on sediment grain
size distribution. The study was conducted during the Weda Bay Expedition using the “Baruna
Jaya VII” research vessel in March 13th –22th 2013. Sieving method (granulometric) was used
to analyze the grain size. The results indicated that in general the pattern of sea floor sediment
distribution was dominated by clay – sand grain-sized. The current speed influenced the
sediment transport, deposition, and distribution. Larger fractions of sediment were quickly
settled on the sea floor due to stronger currents around Southern area (Widi islands),
meanwhile the lesser fractions of the transported away into other places with weaker currents
conditions.

Keywords: current, the Weda Bay expedition, granulometric, grain size, sediment distribution

ABSTRAK
Studi sebaran sedimen yang dilakukan secara terpadu di Teluk Weda, Maluku Utara ditujukan
untuk memberikan gambaran proses transportasi dan pengendapan sedimen berdasarkan
distribusi ukuran butir sedimen. Penelitian ini dilakukan pada ekspedisi Weda dengan
menggunakan kapal riset “Baruna Jaya VII” yang dilaksanakan pada tanggal 13 – 22 Maret
2013. Analisis besaran butir sedimen dilakukan dengan menggunakan metode pengayakan
(granulometri). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum, pola sebaran sedimen
permukaan dasar laut didominasi oleh sedimen berukuran lempung – pasir. Kecepatan arus
mempengaruhi proses transportasi, pengendapan, dan sebaran sedimen. Kondisi arus yang lebih
kuat di bagian Selatan (sekitar Kepulauan Widi) menyebabkan sedimen fraksi berukuran kasar
(pasir – kerikil) cepat terendapkan, sedangkan fraksi halus tidak dapat mengendap dan terbawa
ke tempat lain yang lebih tenang.

Kata kunci: arus, ekspedisi Teluk Weda, granulometri, ukuran butir, sebaran sedimen

I. PENDAHULUAN Collins, 1992; Cheng et al., 2004;Folk and


Ward, 1957; Passega, 1957, 1964;
Proses pengendapan sedimen dapat Friedman, 1961; Glaitser and Nelson,
diperkirakan melalui penyebaran ukuran 1974; Gao et al., 1994; Wang and Ke,
butir sedimen. Beberapa peneliti terdahulu 1997; Lario et al., 2002; Pascoe et al.,
telah melakukan penelitian terkait analisis 2002; Mc Laren et al., 2007; Poizot, 2007;
distribusi ukuran butir untuk memberikan Roux and Rojas, 2007; Purkait, 2010; Al-
penjelasan tentang perubahan spasial, Hurban et al, 2008; Kurashige and
proses pengendapan, karakteristik Fusejima, 1997). Analisis perubahan
lingkungan sedimen, distribusi ukuran spasial dalam parameter ukuran butir
butir, proses sortasi dan mengidentifikasi (rata-rata, sortasi dan skewness)
sumber sedimen suspensi (Gao and merupakan salah satu metode yang

@Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia dan


Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK-IPB 229
Sebaran Sedimen Berdasarkan Analisis Ukuran Butir ...

digunakan untuk identifikasi jalur terhadap kedua faktor tersebut berbeda-


transportasi sedimen dengan menggu- beda sesuai dengan besarnya ukuran butir.
nakan metode analisis granulometri. Nilai- Pengendapan pasir di pantai lebih
nilai tersebut digunakan untuk menaf- kompleks dengan adanya proses traksi,
sirkan sebaran, mekanisme pengangkutan saltasi dan suspensi.
dan pengendapan sedimen di suatu Dalam lingkungan pesisir, sedimen
kawasan (Korwa et al., 2013). Penelitian bersifat dinamis yang akan mengalami
terdahulu hanya berfokus pada salah satu pengikisan, transportasi dan pengendapan
parameter saja, seperti rata-rata ukuran dalam skala spasial maupun temporal.
butir saja (Pettijohn et al., 1972). Namun Penyelidikan pemahaman tentang proses
pada perkembangannya, penggunaan satu dinamis yang terjadi di lingkungan pesisir
parameter tidak cukup untuk memprediksi sangatlah diperlukan untuk prediksi
pergerakan sedimen karena juga evolusi pesisir dimasa datang (Winter,
tergantung pada jenis lingkungan yang 2007). Oleh karena itu, penelitian ini
ada. Mc. Laren (1981) melakukan analisis diperlukan untuk mendeskripsikan
tren ukuran butir dengan tiga parameter granulometri sedimen secara spasial
yaitu rata-rata ukuran, sortasi dan sehingga dapat memberikan gambaran
kemiringan. Selanjutnya di tahun 1985, sumber sedimen, proses transportasi dan
Mc. Laren mengembangkan pendekatan deposisi sedimen serta menganalisis
statistik dari data ukuran butir untuk karakteristik arus yang berperan dalam
mengetahui kombinasi jalur transportasi distribusi sedimen di perairan Teluk
sedimen, dimana transportasi sedimen Weda.
terjadi di bagian hilir sungai.
Distribusi ukuran butir dipengaruhi II. METODE PENELITIAN
oleh beberapa faktor seperti jenis agen
transportasi, gelombang, pasang surut, 2.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
angin lokal dan badai episodik yang Penelitian ini berlokasi di perairan
masing-masing memiliki karakteristik Teluk Weda, Halmahera, Maluku Utara
spasial dan temporal sendiri (Liu et al, dilakukan pada Ekspedisi Teluk Weda
2000). Faktor oseanografi yang berperan dengan menggunakan kapal riset Baruna
dalam distribusi sedimen di suatu perairan Jaya VII selama kurun waktu 13 – 23
adalah arus, khususnya terhadap sedimen Maret 2013. Sampel sedimen dasar laut di
tersuspensi (suspended sediment) ambil dari 11 titik stasiun (Gambar 1).
(Purnawan et al., 2012). Hal ini senada Teluk Weda terletak di sebelah
dengan Darlan (1996) yang menyebutkan Utara Pulau Seram dan merupakan muara
bahwa distribusi fraksi sedimen dari sungai-sungai yang berada di Pulau
dipengaruhi oleh arus. Pada daerah Halmahera. Sebelah timur Teluk Weda
dengan turbulensi tinggi, fraksi yang berbatasan langsung dengan Pulau
memiliki kenampakan makroskopis Halmahera Bagian Selatan, sedangkan sisi
seperti kerikil dan pasir akan lebih cepat Timur-Laut nya berhubungan dengan
mengendap dibandingkan fraksi yang Selat Jailolo, dan sebelah Selatannya
berukuran mikroskopis seperti lumpur. berhubungan langsung dengan Laut
Mekanisme distribusi pasir ini sangat Halmahera dan berbatasan dengan
tergantung dari dua faktor yang saling Kepulauan Widi (Gambar 1). Kepulauan
bergantungan yaitu penyortiran hidrolik Widi merupakan kepulauan karang
(hydrolic sorting) dan pengendapan dengan pasir putih menghampar luas.
(Wenno dan Witasari, 2001). Respon pasir

230 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt61
Nugroho dan Basit

Gambar 1. Lokasi Penelitian

2.2. Metode Pengambilan Sampel 2.3. Metode Analisis Sedimen


Pengambilan sampel sedimen Distribusi ukuran butir diketahui
dasar laut menggunakan box corer yang menggunakan metode granulometri
terdapat pada Kapal Riset Baruna Jaya (Hubbard dan Pocock, 1972; Hsieh,
VII. Box corer merupakan alat berbentuk 1995). Pemisahan ukuran butir dilakukan
segiempat (box) yang dirangkai dengan dengan saringan berukuran: >2; 1,4; 1;
beberapa bagian lainnya untuk mengambil 0,5; 0,250; 0,150; 0,090; 0,063; dan
sedimen dasar laut tanpa dipengaruhi oleh <0,063 mm. Klasifikasi ukuran butir
aliran/pergerakan air pada waktu dilakukan berdasarkan klasifikasi
pengangkatan. Pengambilan sampel Wentworth (1922). Penentuan jenis
sedimen yang baik terlihat pada tingkat sedimen dilakukan berdasarkan klasifikasi
kejernihan air permukaan yang ada di Diagram Segitiga Shepard tahun 1954
dalam box sampel, hal ini menunjukkan (Dyer, 1986), sedangkan untuk menafsir-
bahwa tidak ada perubahan susunan pada kan sebaran, mekanisme pengangkutan
sampel yang diambil (Natsir et al., 2011). dan pengendapan sedimen digunakan
Box corer tersebut berukuran 50x60x40 pendekatan statistik dari masing-masing
cm dengan berat ± 500 kg. Box corer yang kelompok sedimen. Parameter statistik
sudah terangkai dengan bagian lainnya yang digunakan dalam analisis sedimen
kemudian diturunkan dengan sistem katrol adalah sebagai berikut:
yang sudah terpasang di kapal untuk
memperoleh sampel sedimen.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 6, No. 1, Juni 2014 231
Sebaran Sedimen Berdasarkan Analisis Ukuran Butir ...

2.3.1. Rataan Empirik atau Nilai Rata- Tabel 1. Klasifikasi sortasi (Folk and
rata ( ) Ward, 1957).
Parameter rataan empirik diguna-
kan untuk mengetahui ukuran pemusatan Sorting ( )
sedimen. Rata-rata dari ukuran butir < 0,35 Very well sorted
mencerminkan ciri energi pengendapan 0,35 – 0,50 Well sorted
oleh air atau angin dalam menstranport 0,50 – 0,71 Moderately well sorted
sedimen (Richard, 1992). Penyebaran 0,71 – 1,00 Moderately sorted
frekuensi besar butir sangat tergantung 1,00 – 2,00 Poorly sorted
pada proses lingkungan pengendapan 2,00 – 4,00 Very poorly sorted
(Sya’rani dan Hariadi, 2006). Perhitungan > 4,00 Extremely poorly sorted
rataan empirik menggunakan persamaan
statistik berikut (Blott and Pye, 2001). 2.3.3. Kemencengan (Skewness/Ska)
Nilai kemencengan adalah
penyimpangan distribusi ukuran butir
terhadap distribusi normal. Distribusi
normal adalah suatu distribusi ukuran
dimana =rataan empirik; f=frekuensi; butir dimana pada bagian tengah dari
mm=mid-point untuk masing-masing kelas sampel mempunyai jumlah butiran paling
(mm). banyak. Butiran yang lebih kasar serta
lebih halus tersebar disisi kanan dan kiri
2.3.2. Koefisien Pemilahan (Sortasi/ ) dalam jumlah yang sama. Apabila dalam
Sortasi dapat menunjukkan batas suatu distribusi ukuran butir berlebihan
ukuran butir atau keanekaragaman ukuran partikel kasar, maka kepencengannya
butir, tipe dan karakteristik serta lamanya bernilai negatif dan begitu pula
waktu sedimentasi dari suatu populasi sebaliknya, apabila distribusi ukuran butir
sedimen (Folk, 1968). Menurut Friedman berlebihan partikel halus maka
dan Sanders (1978), sortasi atau kemencengannya bernilai positif (Folk,
pemilahan adalah penyebaran ukuran butir 1974). Persamaan statistik dan klasifikasi
terhadap ukuran butir rata-rata. Sortasi kemencengan berdasarkan persamaan
dikatakan baik jika batuan sedimen yang dibuat Blott and Pye (2001):
mempunyai penyebaran ukuran butir
terhadap ukuran butir rata-rata pendek.
Sebaliknya apabila sedimen mempunyai
penyebaran ukuran butir terhadap rata-rata
ukuran butir panjang disebut sortasi jelek.
Persamaan statistik dan klasifikasi kelas dimana Ska = nilai kemencengan; f =
pemilahan berdasarkan persamaan sortasi frekuensi; mm = mid-point untuk masing-
yang dibuat oleh Blott and Pye (2001): masing kelas (mm); = rataan empirik;
= nilai sortasi. Pengelompokan nilai
Skewness didasarkan pada Folk and Ward
(1957) (Tabel 2).

2.3.4. Peruncingan (Kurtosis/K)


dimana =nilai sortasi; f=frekuensi; Kurtosis menunjukkan kepuncakan
mm=mid-point untuk masing-masing kelas atau kedataran distribusi dalam
(mm); =rataan empirik. Kelas sortasi perbandingan kepada distribusi normal.
disajikan pada Tabel 1. Ukuran ini tidak sering digunakan untuk

232 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt61
Nugroho dan Basit

Tabel 2. Klasifikasi Skewness (Folk dan adanya salinitas yang nilainya >35 psu
Ward, 1957). pada lapisan termoklin (Gambar 2). Besar
arus maksimum di setiap lokasi bervariasi
Skewness (Ska) antara 30 cm/s s.d 80 cm/s (Gambar 3),
+0,3 to +0,1 Very fine skewed dimana besar arus maksimum tertinggi
+0,1 to +0,3 Fine skewed teramati di stasiun 10 pada 80 cm/s
+0,1 to -0,1 Symmetrical sedangkan arus maksimum terendah
-0,1 to -0,3 Coarse skewed teramati di sekitar stasiun B3 pada 30
-0,3 to -1,0 Very coarse skewed cm/s. Selain itu, dalam penelitian ini
ditemukan juga bahwa arus maksimum di
mengukur distribusi ukuran partikel pada stasiun-stasiun sekitar perairan kepulauan
sungai-sungai dengan dasar kerikil Widi memiliki nilai yang relatif besar
(Junaidi dan Wigati, 2011). dibandingkan dengan stasiun-stasiun
Folk & Ward (1957) mengusulkan lainnya. Hal ini berkaitan dengan adanya
untuk menghitung kurtosis menggunakan celah antara pulau.
ekor dan kuartil dari distribusi. Kurtosis
dihitung dengan pendekatan oleh Folk &
Ward (1957) yang dikelompokkan ke
dalam enam kategori (Tabel 3).
depth (meter)

dimana Ka = nilai kurtosis; Ska = nilai


kemencengan; f = frekuensi; mm = mid-
point untuk masing-masing kelas (mm);
= rataan empirik; = nilai sortasi.

Tabel 3. Klasifikasi Kurtosius (Folk and


Ward, 1957).

Kurtosis (K)
<0,67 very platykurtic salinity
0,67-0,9 Platycurtic Gambar 2. Profil vertikal salinitas terha-
0,9-1,11 Mesokurtic dap kedalaman.
1,11-1,5 Leptokurtic
1,5-3 very leptokurtic 3.2. Jenis Sedimen Dasar laut
>3 extremely leptokurtic Secara umum sedimen dasar laut
yang ada di lokasi penelitian didominasi
oleh ukuran butir lempung – pasir (Tabel
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
4). Jenis sedimen pasir banyak dijumpai di
stasiun penelitian bagian selatan disekitar
3.1. Kondisi Oseanografi Lokasi
Kepulauan Widi (stasiun 6, 9, 10),
Penelitian
Secara umum kondisi perairan ini sedangkan pasir-lumpuran menyebar di
di pengaruhi oleh perairan Samudra bagian tengah teluk (stasiun 2, 7, 11, 16).
pasifik selatan. Pengaruh karektaristik Sedimen berukuran halus (lanau – lanau
masa air dari samudra ini pada perairan pasiran) mendominasi bagian yang
Teluk Weda ini teridentifikasi dengan berdekatan dengan pesisir (Gambar 4).

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 6, No. 1, Juni 2014 233
Sebaran Sedimen Berdasarkan Analisis Ukuran Butir ...

Gambar 3. Kecepatan arus timur-barat (kiri) dan utara-selatan (kanan) pada saat air
pasang.

Gambar 4. Sebaran sedimen di perairan Teluk Weda.

234 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt61
Nugroho dan Basit

Tabel 4. Persentase berat butir sampel sedimen.

Kode Kerikil Pasir Lanau Lempung


No. Jenis sedimen
sampel (%) (%) (%) (%)
1 ST 1 0 45.32 46.41 8.26 Lanau pasiran
2 ST 2 7.77 73.93 9.96 8.33 Pasir lumpuran
3 ST 5 0 11.50 71.05 17.45 Lanau
4 ST 6 0.42 97.41 1.61 0.57 Pasir
5 ST 7 0 57.74 27.52 14.74 Pasir lumpuran
6 ST 9 0.88 89.22 5.99 3.91 Pasir
7 ST 10 2.25 95.72 1.71 0.33 Pasir
8 ST 11 4.94 65.26 8.57 21.23 Pasir lumpuran
9 ST 16 1.37 74.72 12.28 11.63 Pasir lumpuran
10 B2 0 55.46 38.93 5.61 Pasir lumpuran
11 B3 2.38 18.9 74.06 4.65 Lanau pasiran

Perbedaan ukuran butir sedimen Untuk memperoleh parameter ukuran


berhubungan dengan asal sumber butir, maka dilakukan perhitungan
sedimen. Semakin ke arah dalam teluk, statistika dengan hasil yang tercantum
ukuran butir sedimen semakin halus, pada tabel 5. Hasil analisis parameter
sedangkan ukuran butir yang berhadapan ukuran butir menunjukkan bahwa Teluk
dengan laut lepas lebih kasar. Hal ini Weda didominasi oleh pasir halus – kasar
menunjukkan bahwa sumber sedimen dengan kisaran ukuran butir 0,125 – 2,00
berasal dari laut yang kemudian mm. Hal ini menunjukkan bahwa sedimen
mengalami proses transportasi hingga telah mengalami proses deposisi. Proses
akhirnya terendapkan menjadi sedimen di deposisi tersebut dicirikan dengan
masing-masing lokasi. Komposisi yang di terendapkannya sedimen berukuran halus
dominasi oleh cangkang biota laut, – kasar. Nilai sortasi sedimen di lokasi
foraminifera dan organisme laut yang penelitian termasuk dalam pemilahan
telah mati menunjukkan endapan tersebut yang buruk sampai sangat buruk sekali
termasuk sedimen biogenik. Selain itu, (Tabel 5). Hal ini disebabkan oleh adanya
beberapa sedimen yang berasal dari dekat pengaruh arus yang bekerja pada
pantai ditemukan endapan terigenik lingkungan tersebut yang mengakibatkan
berupa batuan berukuran halus dan ukuran butir sedimen yang mengendap
mineral-mineral lempung dan sisa tercampur secara acak. Nilai
tumbuhan, hal ini mencirikan adanya kemencengannya termasuk dalam kategori
pengaruh dari daratan dan aktivitas asimetris ke ukuran kecil (strongly fine
vulkanik skewed) hingga asimetris ke ukuran besar
(strongly coarse skewed), dengan
3.2. Analisis Statistik untuk Parameter dominasi terbanyak pada kisaran nilai
Ukuran Butir kemencengan (-0,39) – (-1,66) yang
Analisis perubahan spasial dalam termasuk dalam kategori asimetris ke
parameter ukuran butir (rata-rata, sortasi ukuran besar (Tabel 5). Hal ini
dan skewness) merupakan salah satu menunjukkan bahwa sedimen telah
metode yang digunakan untuk identifikasi mengalami proses transportasi dan
proses transportasi dan deposisi sedimen. mengendap pada kawasan perairan

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 6, No. 1, Juni 2014 235
Sebaran Sedimen Berdasarkan Analisis Ukuran Butir ...

Tabel 5. Hasil perhitungan statistik untuk parameter ukuran butir.

No Stasi- Rataan Sortasi Klasifikasi Skew- Klasifikasi Kurtosis Klasifikasi


un empi- ness
rik
1 ST 1 2.87 1.64 poorly -0.39 strongly 0.13 very platy
sorted coarse kurtic
skewed
2 ST 2 2.04 1.98 poorly -1.02 strongly -0.26 very platy
sorted coarse kurtic
skewed
3 ST 5 3.82 1.35 poorly -0.74 strongly 0.001 very platy
sorted coarse kurtic
skewed
4 ST 6 0.98 3.11 very -1.2 strongly -0.003 very platy
poorly coarse kurtic
sorted skewed
5 ST 7 2.67 1.94 poorly 0.06 near 0.29 very platy
sorted symmetrical kurtic
6 ST 9 1.82 1.29 poorly 0.8 strongly fine 1.23 lepto
sorted skewed kurtic
7 ST 10 0.61 1.23 poorly 0.58 strongly fine 1.12 lepto
sorted skewed kurtic
8 ST 11 2.21 2.46 very -0.44 strongly -0.01 very platy
poorly coarse kurtic
sorted skewed
9 ST 16 1.96 2.2 very -0.72 strongly -0.12 very platy
poorly coarse kurtic
sorted skewed
10 B2 2.89 1.3 poorly -0.26 coarse 0.39 very platy
sorted skewed kurtic
11 B3 3.24 1.46 poorly -1.66 strongly -0.67 very platy
sorted coarse kurtic
skewed

tersebut. Berdasarkan perhitungan statistik melalui pergerakan transportasi arus traksi


diatas dapat ditunjukkan bahwa dalam bentuk rolling (menggelinding),
transportasi sedimen di kawasan tersebut sliding (terseret), creep (merayap) dan
dipengaruhi arus yang berfluktuasi saltasi. Suspension load bekerja
sehingga mampu memilah setiap ukuran mentranspor fraksi halus (lempung sampai
butiran sedimen yang halus. pasir sangat halus) berbentuk suspensi
yang terangkut cukup jauh dalam aliran,
3.3. Proses Transportasi, Pengendapan sebelum pada akhirnya mengendap
dan Sebaran Sedimen dengan kecepatan arus yang menurun.
Pola transportasi sedimen yang Kondisi perairan Teluk Weda
berkembang di lokasi penelitian terdiri menunjukkan adanya aliran turbulen.
dari transportasi bedload dan suspension Pergerakan partikel air di aliran turbulen
(suspensi). Mekanisme transportasi yang cenderung acak akan mengurangi
bedload terjadi pada fraksi yang kasar settling velocity (kecepatan jatuh) dari

236 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt61
Nugroho dan Basit

partikel sedimen. Aliran turbulen ini pengaruh arus yang kuat serta banyak
membantu mengabrasi bed (dasar wadah bahan organik dan detritus yang dibawa
aliran) dan membawa (entrainment) air sungai dan menumpuk di perairan ini,
material sedimen baru. Arus mempunyai terutama pada saat arus melemah yang
sifat yang mampu menyeleksi ukuran berasal dari kawasan mangrove di sekitar
butir yang dipindahkannya dalam proses Teluk Weda. Sedangkan jenis sedimen di
sedimentasi sehingga menyebabkan bagian selatan (sekitar Kepulauan Widi)
variasi ukuran butir dalam suatu didominasi oleh pasir, hal ini dikarenakan
lingkungan. Transpor sedimen yang letaknya yang langsung berhadapan
terjadi disebabkan adanya arus sejajar dengan laut lepas dan adanya pengaruh
pantai (longshore sediment transport). arus yang kuat mengakibatkan fraksi kasar
Adanya sedimen berukuran kasar lebih cepat mengendap di kawasan
menunjukkan bahwa arus dan gelombang tersebut.
pada daerah itu relatif kuat, fraksi kasar
umumnya diendapkan pada daerah IV. KESIMPULAN
terbuka yang berhubungan dengan laut
lepas, sedangkan sedimen halus Berdasarkan hasil penelitian di
diendapkan pada arus dan gelombang Teluk Weda diketahui jenis – jenis
benar-benar tenang. Kondisi oseanografi sedimen yang mendominasi perairan
di bagian Selatan dengan arus yang lebih tersebut yaitu pasir, pasir lumpuran, lanau
kuat menyebabkan sedimen fraksi dan lanau pasiran. Kecepatan arus rata-
berukuran kasar (pasir – kerikil) cepat rata tertinggi terdapat pada stasiun 10
terendapkan, sedangkan fraksi halus tidak sebesar 80 cm/s dan terendah di stasiun
dapat mengendap dan terbawa ke tempat B3 sebesar 30 cm/s. Kecepatan arus
lain yang lebih tenang. Pada daerah mempengaruhi distribusi sebaran sedimen,
berturbulensi tinggi, fraksi ukuran butir dimana butiran sedimen yang lebih besar
yang lebih besar akan lebih cepat ditemukan pada daerah yang memiliki
mengendap dan tenggelam pada dekat kecepatan arus yang lebih tinggi dan
dasar laut dibandingkan fraksi yang sedimen halus diendapkan pada daerah
berukuran lebih halus. Sedimen halus yang berarus lemah. Mekanisme
akan lebih mudah berpindah dan transportasi sedimen pada fraksi yang
cenderung lebih cepat daripada ukuran kasar terjadi secara bedload dalam bentuk
kasar karena terangkut dalam bentuk menggelinding, terseret, merayap dan
suspensi. Lumpur terakumulasi pada saltasi, sedangkan pada fraksi halus
semua setting dengan kondisi arus yang (lempung sampai pasir sangat halus)
benar-benar tenang dan akan mulai tertranspor secara suspension load dalam
mengendap ketika kecepatan aliran mulai bentuk suspensi.
merendah. Jika kondisi arus tidak stabil
maka terjadi pengendapan fraksi sedang UCAPAN TERIMAKASIH
sampai kasar (pasir) sehingga terjadi
perselingan lumpur dan pasir seperti pada Tulisan ini merupakan hasil dari
lingkungan pengendapan tidal pada pelayaran Teluk Weda 2013 yang
umumnya. diselenggarakan oleh UPT BKBL LIPI
Pada bagian tengah dan tepi Teluk Ambon dengan sumber dana penelitian
Weda didominasi oleh jenis sedimen yang DIPA 2013. Kami mengucapkan
lebih halus (lanau – pasir lumpuran). Hal terimakasih kepada Kapten dan Anak
ini disebabkan karena letaknya yang lebih Buah Kapal Baruna Jaya VII yang telah
jauh dari lautan lepas dan terlindung dari membantu selama pengambilan sampel.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 6, No. 1, Juni 2014 237
Sebaran Sedimen Berdasarkan Analisis Ukuran Butir ...

Ucapan terimakasih juga kami sampaikan characteristics. J. of Sedimentary


kepada pihak-pihak yang telah bersedia Petrology, 31:514–529.
memberikan koreksi, kritik, saran dan Friedman, G.M. and J.E. Sanders. 1978.
masukan, sehingga penelitian dan Principles of sedimentology. John
penulisan makalah ini dapat terselesaikan. Wiley & Sons. New York. 792p.
Gao, S. and M. Collins. 1992. Net
DAFTAR PUSTAKA sediment transport patterns
inferred from grain-size trends,
Al-Hurban, A., H. El-Gamily, A. El- based upon definition of
Sammak. 2008. Geomorphic ‘‘transport vectors’’. Sedimentary
changes in Ras Al- Subiyah area, Geology, 80: 47-60.
Kuwait. Environmental Geology Gao, S., M. Collins, J. Lanckneus, G. De
54: 1377–1390. Moor, V. Van Lancker. 1994.
Blott, S.J. and K. Pye. 2001. Gradistat: a Grain size trends associated with
grain size distribution and statistics net sediment transport patterns: an
package for the analysis of example from the Belgian
unconsolidated sediments. Earth continental shelf. Marine Geology,
Surface Processes Landforms, 121:1781-1785.
26:1237–1248. DOI: 10.1002/esp. Glaister, R.P. and H.W. Nelson, 1974.
261. Grain-size distributions: an aid in
Cheng, P., S. Gao, H. Bokuniewicz. 2004. facies identification. Bulletin of
Net sediment transport patterns Canadian Petroleum Geology,
over the Bohai Strait based on 22:203–240.
grain size trend analysis. Estuarine Hsieh, H. 1995. Spatial and temporal
Coastal Shelf Science, 60:203– patterns of polychaete communi-
212. ties in a subtropical mangrove
Darlan, Y. 1996. Geomorfologi wilayah swamp: influences of sediment and
pesisir. Aplikasi untuk penelitian microhabitat, Mar Ecol Prog Ser.,
wilayah pantai. Pusat Pengem- 127:157-167.
bangan Geologi Kelautan. Hubbard, J.A.E.B. and Y. P. Pocock.
Bandung. 96hlm. 1972. Sediment rejection by recent
Dyer, K. 1986. Coastal and estuarine scleractinian corals: a key to paleo-
sediment dynamics. John Wiley & environmental rcconstruction.
Sons. Chichester. 342p. Geologische Rundsehau, 61:598-
Folk, R.L. and W.C. Ward. 1957. Brazos 626.
River bar, a study in the signifi- Junaidi dan R. Wigati. 2011. Analisis
cance of grainsize parameters. J. of parameter statistik butiran sedimen
Sedimentary Petrologi, 27:3–26. dasar pada sungai alamiah (studi
Folk, R.L. 1968. Petrology of sedimentary kasus Sungai Krasak Yogyakarta).
rocks. Hemphill Publishing Wahana Teknik Sipil, 16(2):46–57.
Company. Austin. 170p. Korwa, J.I.S., E.T. Opa, dan R.
Folk, R.L. 1974. Petrology of sedimentary Djamaludin. 2013. Karakteristik
rocks. Hemphill Publishing sedimen litoral di pantai sindulang
Company. Austin, Texas. 183p. satu. J. Pesisir dan Laut Tropis,
Friedman, G.M. 1961. Distinction 1(1):48–54.
between dune, beach and river Kurashige, Y. and Y. Fusejima. 1997.
sands from their textural Source identification of suspended
sediment from grain-size

238 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt61
Nugroho dan Basit

distributions: I. Application of non Passega, R. 1957. Texture as characteristic


parametric statistical tests. Catena, of clastic deposition. AAPG
31:39–52. Bulletin, 41: 1952–1984.
Lario, J., C. Spencer, A.J. Plater, C. Zazo, Passega, R. 1964. Grain size represent-
J.L. Goy, and C.J. Dabrio. 2002. tation by CM patterns as a
Particle size characterisation of geological tool. J. of Sedimentary
Holocene back-barrier sequences Petrology, 34:830-847.
from North Atlantic coasts (SW Pettijohn, F.G., P.D. Potter, and R. Siever.
Spain and SE England). 1972. Sand and sandstone.
Geomorphology, 42(1-2):25–42. Springer. New York. 618p.
Le Roux, J.P. and E.M. Rojas. 2007. Poizot, E., Y. Mear, M. Thomas, S.
Sediment transport patterns Garnaud. 2006. The application of
determined from grain size geostatistics in defining the
parameters: Overview and state of characteristic distance for grain
the art. Sedimentary Geology, size trend analysis. Computers &
202:473–488. Geosciences, 32:360–370.
Liu, J.T., J.S. Huang, R.T. Hsu, and J.M. Purkait, B. 2010. The use of grain-size
Chyan. 2000. The coastal depositi- distribution patterns to elucidate
onal system of a small mountain- Aeolian processes on a transverse
nous river: a perspective from dune of Thar Desert, India. Earth
grain-size distributions. Marine Surface Processes Landforms,
Geology, 165:63–86. 35:525–530.
McLaren, P.A. 1981. Interpretation of Purnawan, S., I. Setiawan, dan
trends in grain-size measurements. Marwantim. 2012. Studi sebaran
J. of Sedimentary Petrology, 51: sedimen berdasarkan ukuran butir
611-624. di perairan Kuala Gigieng,
McLaren, P.A. and D. Bowles. 1985. The Kabupaten Aceh Besar, Provinsi
effects of sediment transport on Aceh. Depik, 1(1):31-36.
grain-size distributions. J. of Sedi- Richard, A D, JR. 1992. Depositional
mentary Petrology, 55(4):457-470. system an introduction to sedimen-
McLaren, P.A., S.H. Hill, and D. Bowles. tology and sratigraphy 2nd. Prastise
2007. Deriving transport pathways Hall Inc. New Jersey. 604p.
in a sediment trend analysis (STA). Shepard, F.P. 1954. Nomenclature based
Sedimentary Geology, doi:10.1016 on sand-silt-clay ratios. J. of Sedi-
/j.sedgeo. 2007.03.011. mentary Petrology, 24(3):151-158.
Natsir, S.M., M. Subkhan, Rubiman, dan Sya’rani, L. dan Hariadi. 2006. Penentuan
S.P.A. Wibowo, 2011. Komunitas sumber sedimen dasar perairan: I.
foraminifera bentik di perairan Berdasarkan analisis minerologi
Kepulauan Natuna. J. Ilmu dan dan kandungan karbonat. J. Ilmu
Teknologi Kelautan Tropis, Kelautan, 11 (1):37–43.
3(2):21-31.
Pascoe, G.A., P. McLaren, M. Soldate. Wang, Y. and X. Ke. 1997. Grain-size
2002. Impact of offsite sediment characteristics of the extant tidal
transport and toxicity on flat sediments along the Jiangsu
remediation of a contaminated coast, China. Sedimentary
estuarine bay. Marine Pollution Geology, 112(1-2):105-122.
Bulletin, 44:1184–1193. Wenno, L.F dan Y. Witasari. 2001.
Distribusi ukuran butir pasir di

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 6, No. 1, Juni 2014 239
Sebaran Sedimen Berdasarkan Analisis Ukuran Butir ...

Pantai Parangtritis, Yogyakarta. environments. Sedimentary


Pesisir dan Pantai Indonesia, Geology, 202:562–571. doi:10.
6:95–103. 1016/j.sedgeo.2007.03.019.
Wentworth, C.K. 1922. A scale of grade
and class term for clastic sediment. Diterima : 5 Februari 2014
J. Geology, 30:337-392. Direview : 14 Mei 2014
Winter, C. 2007. On the evaluation of Disetujui : 26 Mei 2014
sediment transport models in tidal

240 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt61

Anda mungkin juga menyukai