Batuk Dan Sesak Pada Anak
Batuk Dan Sesak Pada Anak
Seorang anak laki-laki 14 bulan masuk rumah sakit dengan keluhan sesak yang
dialaminya sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, selain sesak dia juga ada
keluhan batuk lender dan demam. Anak tersebut lahir dengan berat badan 3 kg,
lahir spontan dan cukup bulan. Saat ini beratnya 9,5 kg. Sebelumnya tidak ada
riwayat sesak.
Kata Kunci
- Anak laki-laki 14 bulan
- BB 3 kg saat lahir
- BB sekarang 9,5 kg
Pertanyaan
1. Bagaimana anatomi, fisiologi, dan histologi sistem pernapasan?
2. Bagaimana definisi dan mekanisme sesak napas?
3. Apakah etiologi sesak napas?
4. Sebutkan factor predisposisi sesak?
5. Bagaimana hubungan sesak, demam, dan batuk berlendir?
6. Anamnesis dan pemeriksaan tambahan?
7. Penyakit-penyakit apa saja yang sesuai dengan gejala? (DD)?
8. Pemeriksaan penunjang?
9. Komplikasi?
10. Penatalaksanaan?
11. Prognosis?
12. Pencegahan?
Jawaban Pertanyaan:
1. 1. Anatomi, fisiologi, histologi system pernapasan:
Anatomi
Secara umum saluran udara pernapasan adalah sebagai berikut : dari nares
anterior menuju ke cavitas nasalis, choanae, nasopharynx, larynx, trachea,
bronchus primarius, bronchus secundus, bronchus tertius, bronchiolus,
bronchiolus terminalis, bronchiolus respiratorius, ductus alveolaris, atrium
alveolaris, sacculus alveolaris, kemudian berakhir pada alveolus tempat
terjadinya pertukaran udara (Budiyanto, dkk, 2005).
Tractus respiratorius dibagi menjadi 2 bagian : (1) zona konduksi, dari lubang
hidung sampai bronciolus terminalis, (2) zona respiratorik, mulai dari bronciolus
respiratorius sampai alveolus. Zona konduksi berfungsi sebagai penghangat,
pelembab, dan penyaring udara pernapasan. Zona respiratorik untuk pertukaran
gas (Guyton, 1997).
Fisiologi
Respirasi terdiri dari dua mekanisme, yaitu inspirasi dan ekspirasi. Pada saat
inspirasi costa tertarik ke kranial dengan sumbu di articulatio costovertebrale,
diafragma kontraksi turun ke caudal, sehingga rongga thorax membesar, dan
udara masuk karena tekanan dalam rongga thorax yang membesar menjadi lebih
rendah dari tekanan udara luar. Sedangkan ekspirasi adalah kebalikan dari
inspirasi (Ganong, 1999).
Respirasi melibatkan otot-otot regular dan otot bantu. Otot reguler bekerja dalam
pernapasan normal, sedang otot bantu atau auxiliar bekerja saat pernapasan
sesak. Otot reguler inspirasi : m. Intercostalis externus, m. Levator costae, m.
Serratus posterior superior, dan m. Intercartilagineus. Otot auxiliar inspirasi : m.
Scaleni, m. Sternocleidomastoideus, m. Pectoralis mayor et minor, m. Latissimus
dorsi, m. Serrarus anterior. Otot reguler ekspirasi : m. Intercostalis internus, m.
Subcostalis, m. Tranversus thorachis, m. Serratus posterior inferior. Otot auxiliar
ekspirasi : m. Obliquus externus et internus abdominis, m. Tranversus
abdominis, m. Rectus abdominis (Syaifulloh, dkk, 2008).
Histology
Secara histologis, saluran napas tersusun dari epitel, sel goblet, kelanjar,
kartilago, otot polos, dan elastin. Epitel dari fossa nasalis sampai bronchus adalah
bertingkat toraks bersilia, sedang setelahnya adalah selapis kubis bersilia. Sel
goblet banyak terdapat di fossa nasalis sampai bronchus besar, sedang setelahnya
sedikit sampai tidak ada. Kartilago pada trakea berbentuk tapal kuda, pada
bronkiolus tidak ditemukan dan banyak terdapat elastin (Carlos Junqueira, dkk,
1998).
- Infeksi.
Selain itu sesak napas pada bayi bisa terjadi karena penyakit infeksi. Bila anak
mengalami ISPA (Infeksi saluran Pernapasan Akut) bagian atas, semisal flu harus
ditangani dengan baik.
Kalau tidak sembuh juga, misalnya dalam seminggu dan daya tahan anak sedang
jelek, maka ISPA atas ini akan merembet ke ISPA bagian bawah, sehingga anak
mengalami bronkitis , radang paru-paru, ataupun asmatik bronkitis. Gejalanya,
anak gelisah, rewel, tak mau makan-minum, napas akan cepat, dan makin lama
melemah.
Patofisiologi
Mikroorganisme masuk melalui droplet akan mengadakan kolonisasi dan
replikasi di mukosa bronkioli terutama pada terminal bronkiolus sehingga akan
terjadi kerusakan/nekrosis sel-sel bersilia pada bronkioli. Respon imun tubuh
yang terjadi ditandai dengan proliferasi limfosit, sel plasma dan makrofag. Akibat
dari proses tersebut akan terjadi edema sub mukosa, kongesti serta penumpukan
debris dan mukus (plugging), sehingga akan terjadi penyempitan lumen
bronkioli. Penyempitan ini mempunyai distribusi tersebar dengan derajat yang
bervariasi (total/sebagian). Gambaran yang terjadi adalah atelektasis yang
tersebar dan distensi yang berlebihan (hyperaerated) sehingga dapat terjadi
gangguan pertukaran gas serius, gangguan ventilasi/perfusi dengan akibat akan
terjadi hipoksemia (PaO2 turun) dan hiperkapnea (Pa CO2 meningkat). Kondisi
yang berat dapat terjadi gagal nafas.
Diagnosis
Pemeriksaan fisis
Dapat dijumpai demam, dispne dengan expiratory effort dan retraksi. Nafas cepat
dangkal disertai dengan nafas cuping hidung, sianosis sekitar hidung dan mulut,
gelisah. Terdengar ekspirium memanjang atau mengi (wheezing). Pada auskultasi
paru dapat terdengar ronki basah halus nyaring pada akhir atau awal inspirasi.
Suara perkusi paru hipersonor. Jika obstruksi hebat suara nafas nyaris tidak
terdengar, napas cepat dangkal, wheezing berkurang bahkan hilang.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah tepi tidak khas. Pada pemeriksaan foto dada AP dan lateral
dapat terlihat gambaran hiperinflasi paru (emfisema) dengan diameter
anteroposterior membesar pada foto lateral serta dapat terlihat bercak
konsolidasi yang tersebar. Analisis gas darah dapat menunjukan hiperkarbia
sebagai tanda air trapping, asidosis respiratorik atau metabolik. Bila tersedia,
pemeriksaan deteksi cepat dengan antigen RSV dapat dikerjakan.
Manifestasi Klinik:
- pilek encer
- batuk
- bersin2
- demam
- sesak nafas
Tatalaksana
Tata laksana bronkiolitis yang dianjurkan adalah :
2.Pemberian cairan dan kalori yang cukup (bila perlu dapat dengan cairan
parenteral). Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu dan status hidrasi.
3.Koreksi terhadap kelainan asam basa dan elektrolit yang mungkin timbul.
4.Antibiotik dapat diberikan pada keadan umum yang kurang baik, curiga infeksi
sekunder (pneumonia) atau pada penyakit yang berat.
5.Kortikosteroid: deksametason 0,5 mg/kgBB dilanjutkan dengan 0,5
mg/kgBB/hari dibagi 3-4 dosis.
Prognosis:
Bisa sembuh sendiri. Pada beberapa kasus penyakit inI bisa berkembang lebih
berat.
BRONCHITIS AKUT
Bronchitis akut adalah radang mendadak pada bronchus yang biasanya mengenai
trachea dan laring, sehingga sering dinamai juga dengan
“laringotracheobronchitis” . Radang ini dapat timbul sebagai kelainan jalan
nafas tersendiri atau sebagai bagian dari penyakit sistemik, misalnya pada
morbili, pertusis, difteri dan typhus abdominalis.
Bronchitis kronis bukanlah merupakan bentuk menahun dari bronchitis akut.
Walaupun demikian, pada perjalanan penyakit bronchitis kronis dapat
ditemukan periode akut, yang menunjukkan adanya serangan bakteri pada
dinding bronchus yang tidak normal. Infeksi sekunder oleh bakteri ini
menimbulkan kerusakan yang lebih banyak sehingga akan memperburuk
keadaan.
Etiologi
Terdapat 3 jenis penyebab bronchitis akut, yaitu :
Manifestasi klinis
Klien dengan bronchitis kronis akan mengalami :
a. Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronchi besar, yang
mana akan meningkatkan produksi mukus.
Oleh karena itu, “mucocilliary defence” dari paru mengalami kerusakan dan
meningkatkan kecenderungan untuk terserang infeksi. Ketika infeksi timbul,
kelenjar mukus akan menjadi hipertropi dan hiperplasia sehingga produksi
mukus akan meningkat. Dinding bronchial meradang dan menebal (seringkali
sampai dua kali ketebalan normal) dan mengganggu aliran udara. Mukus kental
ini bersama-sama dengan produksi mukus yang banyak akan menghambat
beberapa aliran udara kecil dan mempersempit saluran udara besar. Bronchitis
kronis mula-mula mempengaruhi hanya pada bronchus besar, tetapi biasanya
seluruh saluran nafas akan terkena. Mukus yang kental dan pembesaran
bronchus akan mengobstruksi jalan nafas, terutama selama ekspirasi. Jalan nafas
mengalami kollaps, dan udara terperangkap pada bagian distal dari paru-paru.
Obstruksi ini menyebabkan penurunan ventilasi alveolar, hypoxia dan asidosis.
Klien mengalami kekurangan oksigen jaringan ; ratio ventilasi perfusi abnormal
timbul, dimana terjadi penurunan PaO2. Kerusakan ventilasi dapat juga
meningkatkan nilai PaCO2. Klien terlihat cyanosis. Sebagai kompensasi dari
hipoxemia, maka terjadi polisitemia (overproduksi eritrosit).
PNEUMONIA
Pneumonia merupakan radang paru yang disebabkan mikroorganisme(bakteri,
virus, jamur, dan parasit). Proses peradangan akan menyebabkan jaringan paru
yang berupa aveoli (kantung udara) dapat dipenuhi cairan ataupun nanah.
Akibatnya kemampuan paru sebagai tempat pertukaran gas (terutama oksigen)
akan terganggu. Kekurangan oksigen dalam sel-sel tubuh akan mengganggu
proses metabolisme tubuh. Bila pneumonia tidak ditangani dengan baik, proses
peradangan akan terus berlanjut dan menimbulkan berbagai komplikasi seperti,
selaput paru terisi cairan atau nanah (efusi pleura atau empiema), jaringan paru
bernanah (abses paru), jaringan paru kempis (pneumotoraks) dan lain-lain.
Bahkan bila terus berlanjut dapat terjadi penyebaran infeksi melalui darah
(sepsis) ke seluruh tubuh sehingga dapat menyebabkan kematian.
Etiologi
Penyebab pneumonia bermacam-macam yaitu bakteri, virus, fungus, alergi,
aspirasi, hypostatic pneumonia. Pneumonia bakteri dapat disebabkan oleh
Pneumococcus, Staphylococcus, H.influenza, TBC, Klebsiella, bakteri coli.
Patogenesis
Pneumococcus masuk ke dalam paru bayi melalui jalan pernafasan secara
percikan (droplet). Proses radang pneumonia dapat dibagi atas 4 stadia, yaitu :
(1) stadium kongesti : kapiler melebar dan kongesti serta di dalam alveolus
terdapat eksudat jernih ,Bakteri dalam jumlah banyak, beberapa neutrofil dan
makrofag. (2) Stadium hepatisasi merah : lobus dan lobulus yang terkena
menjadi padat dan tidak menggabung udara, warna mernjadi merah dan pada
perabaan seperti hepar. Di dalam alveolus didapatkam fibrin, leukosit neutrofil
eksudat dan banyak sekali eritrosit dan kuman. Stadium ini berlangsung sangat
pendek. (3) stadium hepatsasi kelabu : lobus masih tetap padat dan warna
merah menjadi pucat kelabu. Permukaan pleura suram karna diliputi oleh fibrin.
Alveolus terisi fibrin dan leukosit, tempat terjadi fagositosis Pneumococcus.
Kapiler tidak lagi kongesif.(4) stadium
resolusi : eksudat berkurang. Dalam alveolus makrofag bertambah dan leukosit
menglami nekrosis dan degenarasi lemak. Fibrin diresorbsi dan menghilang.
Secara patologi anatomis bronkopneumonia berbeda dari pneumonia lobaris
dalam hal lokalisasi sebagai bercak-bercak dengan distribusi yang tidak teratur.
Dengan pengobatan antibiotika urutan stadium khas ini tidak terlihat.
Manifestasi Klinis
Secara anatomik pneumonia terbagi atas dua yaitu :
- Pneumonia lobaris
- Bronchopneumonia
Diagnosis
Dalam menegakkan diagnosis, selain klinis,pemeriksaan yang mendukung
diagnosis adalah
b. Pemeriksaan laboratorium
Komplikasi
Dengan penggunaan anti biotika, komplikasi hampir tidak pernah dijumpai,
Komplikasi yang dapat dijumpai ialah: empiema, otitis media akut. Komplikasi
media lain seperti meningitis, perikarditis, osteomielitis, peritonitis lebih jarang
dilihat.
Prognosis
Dengan pemberian antibiotika yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat di
turunkan sampai kurang dari 1%. Anak dalam keadaan malnutrisi energi protein
dan yang datang terlambat menunjukkan mortalitas yang lebih tinggi.